Anda di halaman 1dari 19

METODE-METODE FILSAFAT ILMU

Kelompok 2

1. Adinda Putri Lestari (23041030131)


2. Nindya Mareta (23041030093)
3. Muhammad Sakaria Sutrisno (23041030116)

Dosen Pengampu:
Desti Nurkholis, M.Pd.

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadapbantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiranmaupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
danpengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalampenyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itukami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demikesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ..........................................................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................................1

DAFTAR ISI .....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................3

A. Latar Belakang ........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................5

A. Metode Filsafat Ilmu ..............................................................................................5

1. Pengertian Metode ..............................................................................................5

2. Pengertian Filsafat Ilmu ......................................................................................6

B. Macam-macam Metode Filsafat Ilmu.....................................................................7

1. Metode Filsafat Ilmu secara Umum ....................................................................7

2. Metode Filsafat Ilmu secara Khusus ...................................................................9

3. Metodelogi Filsafat Keagamaan Islam .............................................................14

BAB III PENUTUP .........................................................................................................17

Kesimpulan ..................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah intelektual islam telah memainkan peran penting dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman keemasan peradaban islam, para
sarjana muslim telah mendedikasikan diri untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu,
mulai dari matematika, astronomi, kedokteran, filsafat, hingga sastra. Dukungan dan
dorongan terhadap ilmu pengetahuan menjadi bagian integral dari ajaran islam, yang
menempatkan pengetahuan sebagai nilai yang tinggi.
Selain itu, islam juga memiliki warisan intelektual yang kaya dalam bidang
filsafat. Filsafat islam tidak hanya terfokus pada aspek keagamaan, tetapi juga
memperhatikan pemikiran rasional dan ilmiah. Kontribusi besar dalam
pengembangan metode ilmiah, epistemologi, dan logika telah diberikan oleh para
filsuf muslim seperti al-kindi, al-farabi, ibnu sina (avicenna), dan ibnu rushd
(averroes).
Dalam konteks hubungan antara islam dan ilmu pengetahuan, filsafat ilmu
memainkan peran penting. Metode-metode filsafat ilmu memberikan kerangka
konseptual yang diperlukan untuk memahami sifat, ruang lingkup, dan tujuan dari
ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu juga membantu dalam memahami hubungan antara
ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai, etika, serta pandangan dunia yang dianut oleh
masyarakat.
Oleh karena itu, pemahaman tentang metode-metode filsafat ilmu dalam
konteks islam menjadi penting dalam upaya memahami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Dengan menjelajahi berbagai metode filsafat ilmu, baik yang berasal
dari tradisi barat maupun tradisi islam, kita dapat memperdalam pemahaman tentang
sifat dan tujuan ilmu pengetahuan, serta mengintegrasikan nilai-nilai islam dalam
proses pengembangan dan aplikasi ilmu pengetahuan.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode Filsafat ilmu ?
2. Apa saja Macam-macam Metode-metode Filsafat Ilmu ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode Filsafat ilmu ?
2. Untuk mengetahui apa saja Macam-macam Metode-metode Filsafat Ilmu ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Filsafat Ilmu


1. Pengertian Metode
Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodos yang berarti apa yang ada
di sebalik jalan atau cara. Kata methodos dari akar kata meta (di sebalik) dan hodos
(jalan). Dalam konteks keilmuan, metode berarti cara atau prosedur atau jalan yang
ditempuh dalam rangka mencapai kebenaran. Langkah-langkah itu harus dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah di hadapan akalbudi: runtut, logis-rasional,
dan konsisten. Dengan metode dimaksudkan agar langkah-langkah pencarian
kebenar-an ilmiah dapat dilaksanakan secara tertib dan terarah, sehingga dapat
dicapai hasil optimal.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta,
bahwa “metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud”. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer
pengertian metode adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu
kegiatan dalam mencapai maksudnya. 2 Dalam metodologi pengajaran agama Islam
pengertian metode adalah suatu cara, seni dalam mengajar. 3
Para ahli mendefinisikan beberapa pengertian tentang metode antara lain:
Purwadarminta dalam menjelaskan bahwa, metode adalah cara yang teratur dan
terpikir baik-biak untuk mencapai suatu maksud. Ahmad Tafsir juga
mendefinisikan bahwa metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan
pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Ungkapan
“paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dengan way (yang juga
berarti cara) dalam bahasa Inggris”. 4

1
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung : Refika Aditama, 2016), hlm. 9
2
Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 2001) hlm. 125
3
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam Cet. ke-3, (Jakarta: Kalam Mulya, 2001), hlm.
107
4
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016)
hlm. 34

5
Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa metode
adalah suatu pendekatan atau prosedur yang teratur, logis, dan sistematis untuk
mencapai suatu tujuan atau kebenaran, baik dalam konteks ilmiah maupun dalam
pengajaran dan pembelajaran.
Dari materi diatas dapat disipulkan bahwa Filsafat ilmu adalah refleksi yang
mendalam tentang ilmu dan berbagai sudut pandang di dalam kehidupan manusia.
Ini melibatkan metode reflektif untuk mempertimbangkan konsep dasar yang terkait
dengan ilmu tertentu, menetapkan batasan pemahaman, dan mengevaluasi pendapat
ilmiah. Filsafat ilmu melibatkan tinjauan kritis terhadap pendapat ilmiah,
memperhatikan perbandingan dengan pandangan sebelumnya, dan
mengembangkan kerangka pemikiran yang lebih luas. Pengertian filsafat ilmu bisa
bersifat luas, melibatkan semua aspek hubungan ilmiah, atau sempit, hanya fokus
pada masalah yang muncul dalam praktik ilmiah.

2. Pengertian Filsafat Ilmu


Filsafat memiliki akar kata dari bahasa Yunani, yakni "Philos" yang berarti
mencintai, dan "Sophia" yang berarti kebijaksanaan atau pengetahuan. Filsafat
memang berbeda dari ilmu-ilmu lain dalam beberapa aspek. Salah satunya adalah
dalam hal obyeknya, baik secara material maupun formal. Obyek material filsafat
mencakup seluruh kenyataan yang dapat diindera dan dipahami. Ini berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang hanya membahas bagian-bagian tertentu dari realitas. Obyek
formal filsafat adalah pemeriksaan yang mendalam terhadap obyek materialnya.
Dalam terminologi Scholastic, filsafat dinyatakan sebagai "Scientia per ultimas
causas" atau pengetahuan melalui sebab-sebab terakhir. Oleh karena itu, proses
mencapai pengetahuan dalam filsafat memang memerlukan pendekatan khusus,
yang dikenal sebagai metode filsafat. Metode filsafat ini menuntun pencarian
pengetahuan melalui refleksi mendalam dan pemeriksaan terhadap akar penyebab
terakhir dari fenomena yang diamati. 5
Filsafat ilmu ialah kumpulan proses berfikir bersifat reflektif mengenai
persoalan yang berlandaskan pada ilmu dikaitkan dengan berbagai sudat pandang
dikehidupan manusia. Mempelajari filsafat ilmu bisa dijadikan sebuah telaah yang

5
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2002), hlm. 9

6
kritis dengan metode yang memadukan dengan ilmu tertentu dengan lambang dan
struktur dari proses penalaran yang dipakai. Belajar filsafat ilmu merupakan sebuah
upaya dalam mencari sumber yang jelas terhadap konsep dasar yang berkenaan
dengan ilmu.6
Dalam ilmu ini, bisa dijadikan untuk menetapkan adanya batasan tertentu
yang tergabung dalam proses pemahamannya untuk memberikan penetapan batasan
yang sudah tertentu. Ilmu filsafat juga biasa dikatakan tentang adanya tinjauan kritis
dalam berpendapat secara ilmiah yang bisa dibandingkan dengan pendapat-
pendapat yang lampau dan dapat dibuktikan dengan ukuran kerangka dan bisa
dikembangkan dengan pendapat, namun filsafat ilmu bukan sbuah bagian ilmu
bebas praktek ilmiah yang nyata. 7
Pengertian filsafat ilmu dapat ditarik dengan pengertian luas dan juga
dengan pengertian sempit, arti luasnya adalah menerima semua permasalahan yang
berkaitan dengan hubungan luar dari satu kegiatan ilmiah. Sementara arti sempitnya
adalah menerima permasalahan yang muncul dalam ilmu seperti bagaimana
pengetahuan ilmiah dan juga bagaiamana cara untuk mengusahakan mencapai
ilmiah.8

B. Macam-macam Metode Filsafat Ilmu


Dalam filsafat, terdapat berbagai macam metode yang digunakan untuk
memahami, menganalisis masalah, dan mencapai pemahaman yang mendalam
tentang berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa macam metode filsafat
yang umum digunakan:
1. Metode Filsafat Ilmu secara Umum
Terdapat dua pasang metode berpikir yang umum digunakan dalam ilmu
pengetahuan dan filsafat, yaitu Deduksi-Induksi dan Analisis-Sintesis :9
a. Metode Induksi
Metode Induksi adalah pendekatan dalam memperoleh pengetahuan
dengan mengamati fenomena yang spesifik, kemudian menarik kesimpulan

6
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Leberti, 1991), hlm. 57
7
Ibid.
8
Ibid., hlm. 58
9
Achmadi Asmoro, Pengantar Filsafat Umum, (Jakarta: Grafindo Persada, 2005), hlm. 76

7
umum dari pengamatan tersebut. Pendekatan ini merupakan cara yang umum
digunakan dalam ilmu pengetahuan untuk menghasilkan generalisasi atau
hukum-hukum umum berdasarkan data atau pengamatan yang diperoleh dari
pengalaman langsung.10
b. Metode Deduksi
Metode Deduksi adalah pendekatan dalam memperoleh pengetahuan
dengan memulai dari premis umum atau pernyataan umum, kemudian
menggunakan penalaran logis untuk menarik kesimpulan yang lebih khusus.
Pendekatan ini sering digunakan dalam penalaran logis dan ilmu pengetahuan
untuk menguraikan implikasi dari premis-premis (pernyataan) yang diberikan.11
c. Metode Analisis
Metode Analisis merupakan pendekatan yang digunakan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu obyek atau konsep
dengan memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Pendekatan ini
memungkinkan kita untuk menyelidiki dan memahami secara lebih rinci
struktur, sifat, atau karakteristik dari obyek yang diteliti. Dalam konteks
filosofis, metode analisis dapat dilakukan terhadap konsep-konsep atau
pandangan-pandangan tertentu untuk memperoleh kejelasan tentang arti yang
terkandung di dalamnya.12
d. Metode Sintesis
Metode Sintesis adalah pendekatan yang melibatkan penggabungan atau
pengumpulan berbagai pengetahuan atau pemahaman yang berbeda untuk
membentuk pandangan atau pengetahuan yang baru. Dalam proses sintesis,
berbagai elemen atau konsep yang berbeda digabungkan untuk membentuk
suatu kesatuan atau konsep yang lebih besar. Maksud utama dari metode sintesis
adalah untuk mencari kesatuan atau konsistensi dalam keberagaman. Dengan
menyatukan berbagai pemahaman atau sudut pandang yang berbeda, sintesis
memungkinkan kita untuk melihat gambaran yang lebih lengkap atau
komprehensif tentang suatu fenomena atau topik tertentu. 13

10
Ibid.
11
Ibid.
12
Ibid., hlm. 77
13
Ibid., hlm. 78

8
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode umum
yang umum digunakan dalam ilmu pengetahuan dan filsafat mencakup Deduksi,
Induksi, Analisis, dan Sintesis. Deduksi adalah proses penarikan kesimpulan
khusus dari premis umum, sementara Induksi adalah proses penarikan kesimpulan
umum dari pengamatan yang spesifik. Analisis melibatkan pemecahan obyek atau
konsep menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk memahaminya secara
mendalam, sedangkan Sintesis melibatkan penggabungan berbagai pemahaman
atau konsep yang berbeda untuk membentuk kesatuan atau pandangan baru yang
lebih menyeluruh. Melalui metode ini, ilmu pengetahuan dan filsafat dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang realitas dan fenomena yang
diamati serta mengembangkan teori-teori yang lebih kuat dan komprehensif.

2. Metode Filsafat Ilmu secara Khusus


Metode khusus merujuk pada pendekatan atau teknik yang khas bagi setiap
disiplin ilmu atau kelompok ilmu. Tiap disiplin ilmu memiliki metode yang unik
yang digunakan dalam penelitian atau aktivitas di bidangnya. Metode khusus ini
berkaitan dengan proses riset atau penyelidikan dalam disiplin tertentu. Ada
banyak metode khusus diantaranya adalah :
a. Metode Kritis-dialektis (Socrates dan Plato)
Metode Kritis-dialektis, yang dikembangkan oleh Socrates dan
diperluas oleh muridnya Plato, merupakan suatu pendekatan yang
menggunakan dialog kritis dan pemeriksaan yang teliti untuk mencapai
pemahaman yang mendalam tentang objek filsafat. Socrates dikenal sebagai
"bidan penolong" dalam proses kelahiran pengetahuan, di mana ia membantu
orang untuk melahirkan pengetahuan yang terpendam dalam diri mereka
melalui dialog yang cermat dan tajam. Dialog ini berlangsung dengan penuh
humor, segar, dan sederhana, dengan tujuan untuk menarik lawan bicara ke
dalam inti masalah secara mendalam. 14
Plato melanjutkan pendekatan Socrates dengan mengembangkan dialog
yang lebih lanjut, di mana orang dituntun untuk memahami hakikat objek
dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dan pencarian jawaban yang benar.

14
Armada Riyanto, Pengantar Filsafat : Pendekatan Sistematis, (Malang : UMMpress, 2004), hlm
47.

9
Proses dialog kritis ini bertujuan untuk membersihkan keyakinan-keyakinan
orang dan memastikan konsistensi internal dari pemikiran tersebut. Prinsip
utama dari metode ini adalah pengembangan pemikiran melalui pertemuan
ide-ide dan interaksi antar ide. Akhir dari dialog kritis adalah perumusan
definisi yang merupakan generalisasi dari pemahaman yang diperoleh.
Metode ini fokus pada pengembangan pemikiran dan penemuan kebenaran
yang universal atau batiniah. 15
b. Metode Intuitif (Plotinus dan Henri Bergson)
Intuisi dalam konteks filsafat dapat diartikan sebagai pengenalan atau
pemahaman langsung terhadap suatu hal tanpa melalui proses penalaran atau
akal budi. Plotinus (205-270) dan Henri Bergson (1859-1941) merupakan dua
filsuf yang mengembangkan konsep intuisi dalam pemikiran mereka. Plotinus,
seorang filsuf neoplatonik, mencoba untuk mensintesis berbagai unsur filsafat
Yunani, terutama pengaruh dari Plato dan Aristoteles. Namun, Plotinus juga
memiliki dimensi mistis dalam pendekatannya. Ia mengalami pengalaman
langsung akan hal-hal ilahi dan menyusun sistem filsafatnya dengan
pendekatan yang intuitif dan mistis. 16
Baginya, filsafat bukan hanya sekadar sekumpulan doktrin, melainkan
juga suatu cara hidup yang menghayati dimensi spiritual secara mendalam,
mirip dengan kehidupan di biara. Dalam filsafatnya, Plotinus menekankan
pada pengalaman kontemplatif dan refleksi yang dalam terhadap aspek
spiritual dan metafisik dari kenyataan. Hal ini menunjukkan bahwa intuisi
dalam pemikiran Plotinus bukan hanya mengenai pemahaman intelektual,
tetapi juga mencakup dimensi spiritual dan pengalaman batiniah yang
mendalam.17
c. Metode Skolastik (Thomas Aquinas)
Metode Skolastik, yang dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-
1274), juga dikenal sebagai metode sintetis deduktif. Metode ini menunjukkan
persamaan dengan metode pengajaran yang sistematis dan matang. Terdapat
dua prinsip utama dalam metode Skolastik, yaitu Lectio dan Disputatio. Lectio

15
Ibid., hlm. 48.
16
Ibid., hlm. 51
17
Ibid., hlm. 52.

10
merupakan proses perkuliahan kritis di mana teks-teks dari para pemikir besar
yang dihormati dipilih untuk dikaji. Teks tersebut biasanya diberi interpretasi
dan komentar-komentar kritis. Proses ini bertujuan untuk mendorong
objektivitas metodis yang mendalam terhadap kontribusi otentik para pemikir
besar tersebut.18
Disputatio adalah suatu bentuk diskusi sistematis yang melibatkan
debat dialektis yang sangat terarah. Materi diskusi diambil dari teks atau
persoalan-persoalan yang muncul dari teks tersebut. Diskusi dilakukan secara
sistematis dan terarah di mana dosen mengajukan pertanyaan problematis,
mahasiswa mengajukan keberatan, dan mahasiswa senior memberikan
jawaban-jawaban yang tepat. Kemudian, dosen memberikan kesimpulan yang
determinatif berdasarkan jawaban-jawaban tersebut. Metode ini diharapkan
dapat mendorong proses kreatif, membentuk sikap kritis, serta meningkatkan
kemampuan berpikir mandiri. Dengan demikian, metode Skolastik diharapkan
dapat melahirkan pemikiran-pemikiran filsafat yang baru dan berarti. 19
d. Metode Geometris (Rene Descartes)
Metode Geometris yang dikembangkan oleh Rene Descartes (1596-
1650) merupakan salah satu kontribusi besar dalam sejarah filsafat modern.
Descartes bertujuan untuk melepaskan diri dari pengaruh filsafat klasik
dengan pendekatan baru yang mengintegrasikan logika, analisis geometris,
dan aljabar. Dalam metodenya, Descartes menciptakan suatu kombinasi antara
pemahaman intuitif akan pemecahan masalah dengan uraian analitis.
Pendekatan ini memungkinkan penyelesaian masalah dengan kembali ke
prinsip-prinsip yang telah diketahui sebelumnya, tetapi dengan menghasilkan
pemahaman baru.20
Descartes juga mengusulkan untuk mencari titik pangkal yang bersifat
mutlak dari filsafat dengan meragukan atau menolak metode-metode dan
pengetahuan lain secara prinsipil. Meskipun keraguan ini bersifat kritis, ia
merupakan langkah penting dalam membangun fondasi filsafat baru yang

18
Indah Wahyyuni, Metode Filsafat, (http://Indaahwahyuni.blogspot.com.08/03/2014).
19
Ibid.
20
Zubaedi, ilyya muhsin, Filsafat barat: dari logika baru Rene Descartes hingga revolusi sains
ala Thomas khuhn, (Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 7

11
lebih kuat. Pengaruh Descartes dalam filsafat dan ilmu pengetahuan modern
sangat besar. Usahanya dalam pembaharuan pemikiran dan metode ilmiah
telah membentuk landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan
pada masa berikutnya. Namun, karya-karyanya juga mendapat banyak kritik,
menunjukkan kompleksitas dan kontroversi dari pemikiran Descartes dalam
sejarah filsafat.21
e. Metode Transendental (Immanuel Kant)
Immanuel Kant (1724-1804) mengembangkan metode kritis
transcendental dalam filsafatnya. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami
unsur-unsur dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman, serta
unsur-unsur yang terdapat dalam rasio manusia. Salah satu tujuan utamanya
adalah melawan dogmatisme dan menggali dasar-dasar pengenalan objektif.
Kant menekankan pentingnya pertanggungjawaban secara kritis dalam
membangun pandangan filosofis. Ia menantang konsep-konsep yang telah ada,
mempertanyakan bagaimana pengenalan objektif itu mungkin terjadi, dan
menetapkan syarat-syarat yang jelas untuk kemungkinan pengenalan serta
batas-batasnya.22
Metodenya melibatkan analisis kritis terhadap titik pangkal yang objektif.
Kant membedakan beberapa jenis analisis, antara lain:
1) Analisis psikologis, yang melibatkan penelitian tentang proses atau jalur
kegiatan faktual, mencari potensi yang berperan dalam proses pemikiran,
inferensi, asosiasi, dan proses belajar.
2) Analisis logis, yang meneliti hubungan antara unsur-unsur isi pengertian
satu sama lain.
3) Analisis ontologis, yang meneliti realitas subjek dan objek menurut adanya.
4) Analisis kriteriologis, yang meneliti relasi formal antara kegiatan subjek
dalam mengartikan dan menilai hal tertentu. 23
Kant juga menggunakan keragu-raguan dalam metodenya, meragukan
kemungkinan dan kompetensi metafisika dalam memecahkan masalah filosofis.

21
Ibid., hlm. 8
22
Immanuel Kant, Menuju Perdamaian Abadi Sebuah Konsep Filosofis, (Mataram : Mizan Pustaka
2015), hlm. 87
23
Ibid., hlm. 88

12
Pendekatan Kant ini dikenal sebagai kritisisme, yang bertitik tolak dari
pemahaman tertentu dengan analisis syarat-syarat apriori bagi pengertian
tersebut. Kritik Kant terhadap tradisi filsafat yang ada membawa perubahan
signifikan dalam sejarah filsafat, dan metodenya memberikan alternatif yang
relevan dalam pemikiran filosofis.24
f. Metode Dialektika (Georg Wilhelm Friedrich Hegel)
Metode Analitika Bahasa, yang dikembangkan oleh Ludwig Wittgenstein
(1889-1951), merupakan pendekatan filosofis yang berfokus pada analisis
bahasa untuk memahami konsep dan masalah filosofis. Pendekatan ini
menempatkan bahasa sebagai fokus utama dalam upaya untuk memecahkan
masalah filosofis dan mengklarifikasi konsep. Wittgenstein menekankan bahwa
banyak masalah filosofis timbul dari kebingungan dalam penggunaan bahasa.
Dengan menganalisis bahasa dengan cermat, ia percaya bahwa kita dapat
mengungkap struktur dan batasan pemahaman kita tentang dunia. Metode ini
bertujuan untuk membongkar konflik dan ambigu dalam bahasa yang dapat
menyebabkan kebingungan filosofis. 25
Dalam melakukan analisis bahasa, Wittgenstein menggunakan beberapa
teknik khusus, termasuk:
1) Pemisahan antara bahasa natural dan bahasa ideal: Wittgenstein
membedakan antara penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan
bahasa yang digunakan dalam konteks filosofis atau ilmiah. Dia
mempertanyakan apakah bahasa ideal dapat sepenuhnya merepresentasikan
realitas dengan tepat.
2) Identifikasi struktur logis dan tata bahasa: Wittgenstein memperhatikan
struktur logis dan tata bahasa dalam bahasa, dan dia menyoroti bagaimana
struktur ini dapat mempengaruhi pemahaman kita tentang konsep-konsep
tertentu.

24
ibid., hlm 89
25
Rohani. Dkk, Metode Analisis Dialektika Hegel Untuk Meningkatkan Berfikir Kritis Dan Kreatif
Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial, Jurnal. Tsaqifa Nusantara, Vol. 01, No. 01. Tahun
2022, hlm. 29

13
3) Analisis tentang makna kata dan frasa: Wittgenstein menganalisis makna
kata dan frasa secara mendalam, dan dia mencari untuk memahami
bagaimana makna ini dibentuk oleh penggunaan dalam konteks tertentu. 26
Melalui pendekatan Analitika Bahasa Wittgenstein berusaha untuk
membantu kita memahami batasan dan potensi bahasa dalam merumuskan
konsep filosofis. Pendekatan ini telah menjadi salah satu kontribusi penting
dalam filsafat abad ke-20, membantu membentuk aliran filsafat bahasa dan
membuka jalan bagi pengembangan logika formal dan semantika.
Dari materi diatas kami menyimpulkan bahwa metode khusus dalam
filsafat mencakup berbagai pendekatan atau teknik yang unik untuk memahami
dan mengembangkan pemikiran dalam disiplin tersebut. Dari metode kritis-
dialektis yang menggunakan dialog kritis, hingga metode intuitif yang
menekankan pengalaman langsung, setiap metode memiliki perannya sendiri
dalam memperkaya pemikiran filsafat. Metode Skolastik, Geometris,
Transendental, dan Analitika Bahasa juga memberikan kontribusi penting dalam
pengembangan pemikiran filosofis dengan pendekatan yang berbeda-beda.
Dengan memahami dan mengaplikasikan metode khusus ini, filsuf dapat lebih
baik dalam menjelajahi konsep-konsep filosofis dan merumuskan gagasan-
gagasan baru.

3. Metodelogi Filsafat Keagamaan Islam


Terdapat beberapa metode dalam filsafat agama Islam, terdiri atas 3
metode dalam mempelajari filsafat keagamaan Islam, yaitu metode Bayani, irfani,
dan burhani. Penjelasannya sebagai berikut:27
a. Metode Bayani
Metode Bayani adalah suatu pendekatan pemikiran khas Arab yang
menekankan otoritas teks (nash) dan penafsiran yang teliti terhadap kata-kata
dan susunan kalimat dalam teks tersebut. Dalam metode ini, pengetahuan
diambil secara langsung dari teks tanpa memerlukan pemikiran tambahan
secara eksternal. Namun, jika penafsiran langsung tidak memungkinkan,
maka diperlukan tafsir dan penalaran untuk memahami teks tersebut secara

26
Ibid., hlm. 30
27
Nizar. Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2015), hlm. 120

14
lebih mendalam. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa teks memiliki otoritas
yang tinggi dan rasio tidak mampu memberikan pengetahuan kecuali jika
disandarkan pada teks. Dalam konteks keagamaan, metode Bayani mengarah
pada pemahaman aspek eksoterik (syariat) dari ajaran dan konsep
keagamaan.28
Secara terminologi, bayan memiliki dua arti, yaitu sebagai aturan
penafsiran wacana dan syarat-syarat dalam memproduksi wacana. Ini
menunjukkan bahwa metode Bayani tidak hanya mencakup proses penafsiran,
tetapi juga mempertimbangkan syarat-syarat yang diperlukan dalam
menghasilkan wacana yang tepat. Dengan demikian, metode Bayani
merupakan pendekatan yang mengedepankan otoritas teks dan penafsiran
yang cermat untuk memahami berbagai konsep dan ajaran dalam konteks
keagamaan dan pemikiran filosofis Arab. 29
b. Metode Irfani
Metode "irfani" merupakan salah satu model penalaran yang terkenal
dalam tradisi keilmuan Islam, khususnya di kalangan masyarakat Sufi.
Berbeda dengan metode "burhani" yang digunakan dalam keilmuan Islam
pada umumnya, metode "irfani" lebih menekankan pada pengalaman langsung
dari Tuhan dan pemahaman batiniah yang diperoleh melalui olah ruhani.
"Irfani" berasal dari bahasa Arab "arafa" yang memiliki makna serupa dengan
"makrifat" dalam tradisi Islam. Makrifat menunjukkan pengetahuan yang
lebih dalam, yang berbeda dengan ilmu konvensional. Dalam konteks
Sufisme, irfan atau makrifat berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh
secara langsung dari Tuhan melalui pengalaman spiritual yang intens, yang
sering disebut sebagai "kasyf" atau penyataan kebenaran. 30
Proses pencapaian irfan melibatkan olah ruhani (riyadhah) yang
dilakukan dengan motivasi cinta kepada Tuhan atau keinginan yang kuat
(iradah). Secara epistemologis, irfan diartikan sebagai pengungkapan atas
pengetahuan yang diperoleh melalui penyataan hakekat yang diberikan oleh
Tuhan kepada hamba-Nya, serta adanya pencerahan spiritual yang didasarkan

28
Ibid., hlm. 121
29
Ibid., hlm. 123
30
Rasyidi, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2017), hlm. 89

15
pada cinta. Irfan dipandang sebagai manifestasi dari keberadaan mutlak, yaitu
Allah SWT sendiri. Dengan demikian, metode irfani menekankan pada
pengalaman langsung dan pemahaman spiritual yang mendalam sebagai
sumber pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi dalam tradisi keilmuan
Islam, terutama dalam konteks Sufisme. Metode ini memungkinkan individu
untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat keberadaan dan
hubungan dengan Tuhan.31
c. Metode Burhani
Metode "Burhani" merupakan suatu pendekatan pengetahuan yang
didasarkan pada prinsip logika. Dalam metode ini, pengetahuan
dipertimbangkan berdasarkan kekuatan rasio atau akal, yang digunakan
melalui dalil-dalil logika. Burhani, yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai demonstratif, merupakan aktivitas berpikir untuk menetapkan
kebenaran proposisi melalui pendekatan deduktif dengan menghubungkan
proposisi yang satu dengan yang lain yang telah terbukti kebenarannya secara
aksiomatik.32
Dengan menggunakan metode Burhani, seseorang dapat
mengembangkan pengetahuan dengan memanfaatkan kekuatan logika dan
deduksi untuk menetapkan kebenaran proposisi. Ini menunjukkan bahwa
metode Burhani memberikan landasan yang kokoh dalam pembentukan
pengetahuan berdasarkan prinsip-prinsip logika dan deduktif.
Dari materi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
menggunakan ketiga model berpikir ini secara bersama-sama, kita dapat
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif dan mendalam tentang
berbagai kebenaran dalam konteks keagamaan dan pemikiran filosofis. Sinergi
antara nalar bayani, burhani, dan irfani memungkinkan kita untuk mendekati
kebenaran dari berbagai sudut pandang dan memperkaya pemahaman kita
tentang kompleksitas realitas.

31
Nizar, Op.Cit., hlm. 65
32
Abuddin. Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu. 2018), hlm. 13

16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kami menyimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah
refleksi mendalam tentang ilmu dan berbagai sudut pandang di dalam kehidupan
manusia. Melibatkan metode reflektif untuk mempertimbangkan konsep dasar yang
terkait dengan ilmu tertentu, menetapkan batasan pemahaman, dan mengevaluasi
pendapat ilmiah. Ada metode-metode umum seperti Deduksi, Induksi, Analisis, dan
Sintesis, serta metode khusus seperti Kritis-dialektis, Intuitif, Skolastik, Geometris,
Transendental, dan Analitika Bahasa. Dalam konteks filsafat keagamaan Islam,
terdapat metode Bayani, Irfani, dan Burhani, yang masing-masing menekankan
otoritas teks, pengalaman langsung, dan logika. Keseluruhan metode ini
memungkinkan pemikiran yang lebih komprehensif dan mendalam tentang realitas
dan fenomena yang diamati.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, Nata. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat : Logos Wacana Ilmu. 2018.

Achmadi Asmoro. Pengantar Filsafat Umum. Jakarta : Grafindo Persada. 2005.

Gie Liang The. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Leberti. 1991.

Kant Immanuel. Menuju Perdamaian Abadi Sebuah Konsep Filosofis. Mataram :


Mizan Pustaka 2015.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Pers. 2015.

Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam Cet. ke-3. Jakarta : Kalam Mulya.
2001.
Rasyidi. Filsafat Agama. Jakarta : Bulan Bintang. 2017.

Riyanto Armada. Pengantar Filsafat : Pendekatan Sistematis. Malang : UMMpress,


2004.

Rohani, dkk. Metode Analisis Dialektika Hegel Untuk Meningkatkan Berfikir Kritis
Dan Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial. Jurnal.
Tsaqifa Nusantara. Vol. 01. No. 01. Tahun 2022.

Salim Peter. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English. 2001.

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2002.

Tafsir Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.


2016.

Wahyyuni Indah. Metode Filsafat. http://Indaahwahyuni.blogspot.com.08.03.2014.

Wiramihardja A, Sutardjo. Pengantar Filsafat. Bandung : Refika Aditama. 2016.

Zubaedi, muhsin ilyya. Filsafat barat: dari logika baru Rene Descartes hingga
revolusi sains ala Thomas Khuhn. Ar-Ruzz Media. 2010.

18

Anda mungkin juga menyukai