Anda di halaman 1dari 14

STUDI FILSAFAT DALAM ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Bagus Putra Prasetyo : 2110202018
Dwi Dinda Framudia : 2110202028

Dosen Pengampu :
Bapak. Rendi Saputra, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkankepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampumenyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan , sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Metodologi Studi
Islam, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi,
dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa UIN Raden Fatah. Saya sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Baturaja, November 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................18
BAB I..........................................................................................................................................20
PENDAHULUAN......................................................................................................................20
A.    LATAR BELAKANG.....................................................................................................20
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................21
C. TUJUAN.............................................................................................................................21

BAB II.........................................................................................................................................22
PEMBAHASAN.........................................................................................................................22
A. FILSAFAT DAN FILSAFAT ISLAM................................................................................22
B. PENGERTIAN PENDEKATAN STUDI ISLAM...........................................................24
C. PENDEKATAN FILOSOFIS..........................................................................................24
D. TOKOH TOKOH FILSAFAT.........................................................................................26
 Al-Kindi............................................................................................................................27
 Al-Farabi..........................................................................................................................27
 Ibnu Sina...........................................................................................................................27
 Ibnu Bajjah.......................................................................................................................28
 Ibnu Thufail......................................................................................................................28
 Ibnu Rusyd.......................................................................................................................28

BAB III.......................................................................................................................................30
PENUTUP..................................................................................................................................30
A. SIMPULAN.....................................................................................................................30
B.     SARAN...........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat


di dalam sumber ajarannya, Al-qur’an dan Hadits tampak amat ideal dan agung. Islam
mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi
kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai
waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-
feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap
positif lainnya.

Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar
menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah, melainkan
secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.

Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab mana kala pemahaman
agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis dilengkapi dengan
pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional konseptual,
dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.

Dalam memahami agama banyak pendekatan yang dilakukan. Hal demikian perlu
dilakukan, karena pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh
penganutnya. Berbagai pendekatan tersebut meliputi pendekatan teologis, normative,
antropologis, sosiologis, psikologis, historis dan pendekatan filosofis, serta pendekatan-
pendekatan lainnya. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang
atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama.

Pendekatan dalam studi islam yaitu pendekatan filosofis dan sosiologis sangat menarik
untuk dikaji. Sehingga pada kesempatan kali ini penulis akan mengkaji pendekatan dalam studi
Islam.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian filsafat dan filsafat islam ?


2. Apa pengertian pendekatan studi Islam ?
3. Bagaimana pendekatan filosofis dalam studi Islam ?
4. Siapa saja tokoh tokoh filsafat ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat dan filsafat islam


2. Untuk mengetahui pengertian pendekatan studi Islam
3. Agar dapat memahami pendekatan filosofis dalam studi Islam
4. Untuk mengetahui siapa saja tokoh tokoh filsafat dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. FILSAFAT DAN FILSAFAT ISLAM

Kata filsafat berasal dari Bahasa Yunani yakni “philosophia”. Kata philosophia
merupakan gabungan dari dua kata, yakni “philo” yang berarti cinta dan “sophos” yang
berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Sehinga philosophia diartikan mencintai kebijaksanaan
atau kebenaran (love of wisdom).1

Kata philosophia dari Yunani tersebut diserap ke dalam Bahasa Arab menjadi falsafah.
Penyerapan kata tersebut terjadi dengan adanya penerjemahan karya-karya teks Yunani ke
dalam Bahasa Arab yang dilakukan pada abad ke-2 hingga abad ke-3 Hijriah. Falsafah
dimaknai sebagai pengetahuan tentang segala yang ada dan tentang ilahiah dan insaniah.2
Pondasi mengenai filsafat dibangun oleh Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322
SM).3Plato merupakan murid dari Socrates (470-399 SM), yang sebelumnya juga telah
memberikan pengajaran mengenai filsafat khususnya filsafat moral. Namun Socrates tidak
meninggalkan karya tulis apapun, jadi pemikirannya diambil dari muridnya. Plato kemudian
menjadi guru Aristoteles. Ketiga tokoh tersebut, Socrates, Plato, dan Aristoteles merupakan
tokoh-tokoh kunci dalam filsafat.
Plato mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala hal yang ada.
Sedangkan muridnya, Aristoteles mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung metafisika, logika, retorika,
ekonomi,politik, dan estetika.4Dilihat dari definisi yang diberikan, Aristoteles menjabarkan
filsafat lebih luas beserta cabang-cabangnya.
Berbeda dengan filsafat yang lebih condong dikatakan sebagai filsafat barat, Islam pun
mengenal filsafat dengan pengertiannya sendiri. Filsafat Islam diartikan sebagai kegiatan
pemikiran yang bercorak islami. Islam di sini menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran.
Filsafat dikatakan islami bukan karena yang melakukan aktifitas kefilsafatan itu orang yang
beragama Islam, atau orang yang berkebangsaan Arab, akan tetapi objeknya mengenai pokok-
pokok keislaman.5
Istilah filsafat Islam melahirkan dua kemungkinan pemaknaan. Pertama, filsafat Islam
dalam artian filsafat tentang Islam (Philosophy of Islam). Dalam hal ini Islam menjadi bahan
telaah atau objek material suatu studi dengan sudut pandang objek formalnya adalah filsafat.
Kedua, filsafat Islam dalam arti Islamic Philosophy, yaitu filsafat yang islami.
Menggunakan filsafat dalam mengkaji Islam ibarat menjadikan filsafat sebagaipisau
analisis untuk membedah Islam secara mendalam integral dan komprehensif untuk melahirkan
pemahaman dan pemikiran tentang Islam yang senantiasa shâ lih fî kulli zamâ n wa al makâ
1
Roy Jackson, What is Islamic Philosophy?, (New York: Routledge, 2014), hlm. 3.
2
Hossein Nasr, Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Terjemah History of Islamic Philosophy,
(Bandung: Mizan Press, 2003), hlm. 29-30.
3
Roy Jackson, Op. Cit., hlm. 3.
4
A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), hlm. 9-10.
5
Musa Asy‟arie, Filsafat Islam Suatu Tinjauan Ontologis, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat, 1992), hlm. 15.
n(relevan pada setiap waktu dan ruang)

karena dengan pendekatan filsafat, sumber-sumber otentik ajaran Islam digali dengan
menggunakan akal, yang menjadi alat tak terpisahkan dalam proses penggunaan metode
ijtihad, tanpa lelah tak kunjung henti. Hakikat dari filsafat Islam adalah akal dan wahyu. Akal
merupakan hal yang memungkinkan aktifitas tersebut menjadi aktifitasan kefilsafatan.
Sedangkan wahyu merupakan cirri khas keislamannya. Filsafat Islam tidak bisa meninggalkan
wahyu karena wahyu bersifat spiritual. Akal dan wahyu di sini memiliki hubungan yang
bersifat dialektis. Akal dengan otonomi penuh bekerja dengan semangat wahyu. Akal sebagai
subjek mempunyai komitmen moralitas yang bersumber pada wahyu.
Secara epistimologis, sumber ilmu pengetahuan filsafat Barat hanya dua, yakni akal dan
indera. Kedua sumber ilmu pengetahuan ini dikenalkan oleh Plato dan Aristoteles. Plato
berpendapat bahwa manusia sejak lahir telah membawa ide bawaan (innate ideas). Ide bawaan
tersebut digunakan manusia unntuk dapat mengenal dan memahami segala sesuatu. 6
Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa ide-ide bawaan tersebut tidak ada. Menurut
Aristoteles, hukum-hukum dan pemahaman yang bersifat universal dicapai lewat proses
pengamatan empirik manusia. Aristoteles mengakui bahwa pengamatan inderawi itu tidak
kekal, namun dengan pengamatan dan penyelidikan terus menerus terhadap hal-hal konkret,
akal akan dapat mengabstraksikan ide-ide dan hukum-hukum yang bersifat universal. 7
Muncullah dualisme epistimologi Barat antara Plato dengan rasionalisme dan Aristoteles
dengan empiris.
Adapun dalam filsafat Islam, selain menggunakan rasio dan empirik sebagai sumber ilmu
pengetahuan, wahyu juga dijadikan sumber ilmu pengetahuan. Meskipun wahyu menjadi
sumber ilmu pengetahuan utama, namun para filsuf muslim tidak bisa

terlepas dari pengaruh filsafat Barat.Para filosof muslim banyak mengkaji materi dari
pemikiran-pemikiran filsafat Yunani. Bila materi pemikiran filsafat Yunani yang dikaji
tersebut memiliki bentuk-bentuk atau rumusan-rumusan yang tidak bertentangan dengan
ajaran wahyu dalam Islam, maka materi tersebut dapat langsung diambilsepenuhnya menjadi
bagian dari filsafat Islam. Contohnya dalam filsafat Plutonius terdapat ajaran tentang Emanasi
(pancaran) yang menggambarkan bahwa sumber dari segala yang ada ini adalah Yang Esa.
Yang Esa itu memancarkannous (akal), dari nousmemancar soul (jiwa), dan dari
soulmemancar materi. Subtansi filsafat emanasi plotonius dapat dipahami oleh kalangan
filosof muslim tidak bertentangan dengan ajaran wahyu dalam Islam tentang penciptaan alam
oleh Tuhan. Sehinggateori tersebut diambil dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga
muncullah falsafat emanasi versi Al-Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan al-Safa‟ , dan lain-lain.8

Berbeda jika bentuk-bentuk pemikiran filsafat tidak sejalan dengan ajaran wahyu dalam

6
Harold H. Titus, dkk., Persoalan-Persoalan Filsafat, terjemahan Prof. Dr. H.M. Rasyidi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1984), hlm. 256.
7
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989),
hlm. 52.
8
Abdul Aziz Dahlan, Pemikiran Filsafat dalam Islam, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2003),hlm.1
Islam, maka materi tersebut perlu diberi bentuk yang sesuai denganajaran wahyu dalam Islam.
Contohnya falsafat Aristoteles “Tuhan sebagai wujudyang maha sempurna hanya pantas
mengetahui yang maha sempurna saja, yakni diri-Nya sendiri”. Ia tidak pantas
memberikanperhatian pada apa saja yang tidak mahasempurna dan oleh karen itu Ia tidak
mengetahui selain diri-Nya. Filsafat ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang
menegaskan bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu, diri-Nya, dan apa saja selain diri-Nya,
baik di bumi maupun di langit. Oleh karena itu para filosof muslim tidak menerima begitu saja
filsafat ini, namun dijadikan materi kajian tidak

B. PENGERTIAN PENDEKATAN STUDI ISLAM

Pendekatan adalah suatu cara kerja untuk memudahkan pendidik/warga belajar agar
peserta didik atau warga belajar ingin belajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang
ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.

Pendekatan studi Islam adalah suatu cara kerja untuk memudahkan seseorang
mengetahui dan mendalami Islam secara luas dan menyeluruh agar tidak muncul pola fikir
yang dangkal.

C. PENDEKATAN FILOSOFIS

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran,
ilmu dan hikmah. Selain itu, filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha
menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.9

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta mengartikan filsafat sebagai


pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan
sebagainya terhadap segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti
”adanya” sesuatu.10

Jika melihat definisi yang diberikan oleh dua orang yang mula-mula mencintai
kebijakan, Plato dan Aristoteles, kita dapat mulai melihat bagaimana kemungkinan-
kemungkinan itu dapat dimengerti. Plato mendeskripsikan filsuf sebagai orang yang siap
merasakan setiap bentuk pengetahuan, senang belajar dan tidak pernah puas. Aristoteles juga
memberikan suatu defenisi filsafat sebagai “pengetahuan mengenai kebenaran”.

Sedangkan Sextus Empiricius menyatakan bahwa filsafat adalah suatu aktivitas yang
melindungi kehidupan yang bahagia melalui diskusi dan argumen. Maka unsur kunci yang
menyusun “cinta pada kebijakan” adalah kemauan menjaga pikiran tetap terbuka, kesediaaan
membaca secara luas, dan mempertimbangkan seluruh wilayah pemikiran dan memiliki

9
Omar Mohammad AL-Toumy Al-Syaibani. Filsafah Pendidikan Islam. (terj.) Langgulung dari judul
aslifalsafah al-tarbiyah al-islamiyah. (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang.1979). hlm. 25.
10
J.S Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Cet. XII; Jakarta: Balai Pustaka. 1991).
hlm.280.
perhatian pada kebenaran. Semua itu bagian dari suatu aktivitas atau proses dimana dialog,
diskusi, dan mengemukakan ide dan argumen merupakan intinya.

Dengan kata lain, “cinta pada kebijakan” ini adalah suatu komitmen, suatu kemauan
mengikuti sesuatu atau alur pemikiran atau suatu ide sampai pada kesimpulan-kesimpulannya,
namun setiap langkah proses itu selalu terbuka untuk ditentang selalu terbuka untuk dibuktikan
salah. Kesimpulan-kesimpulan yang dicapai bersifat sementara dan tentatif.

Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi
Gazalba. Menurutnya filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan
universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu
yang ada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau
usaha untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik
objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik
yang bersifat lahiriah.

Sebagai contoh, kita jumpai berbagai merek pulpen dengan kualitas dan harganya yang
berbeda, namun inti semua pulpen itu adalah sebagai alat tulis. Ketika disebut alat tulis, maka
tercakuplah semua nama dan jenis pulpen. Louis O. Kattsof mengatakan, bahwa kegiatan
kefilsafatan ialah merenung, tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan berfikir secara
kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal,
sistematik dan universal. Mendalam artinya dilakukan sedemikian rupa hingga dicari sampai ke
batas di mana akal tidak sanggup lagi. Radikal artinya sampai ke akar-akarnya hingga tidak ada
lagi yang tersisa. Sistematik maksudnya adalah dilakukan secara teratur dengan menggunakan
metode berpikir tertentu, dan universal maksudnya tidak dibatasi hanya pada suatu kepentingan
kelompok tertentu, tetapi untuk seluruhnya.

Sedangkan filsafat setelah memasuki ranah “agama” terjadi sedikit pergeseran makna
dari yang disebutkan di atas. Misalnya, dalam kajian agama kristen Dalferd menyatakan bahwa
tugas filsafat adalah melihat persoalan-persoalan yang melingkupi pengalaman manusia, faktor-
faktor yang menyebabkan pengalaman manusia menjadi pengalaman religius, dan membahas
bahasa yang digunakan umat beragama dalam membicarakan keyakinan mereka. Baginya,
rasionalitas kerja reflektif agama dalam proses keimanan yang menuntut pemahaman itulah
yang meniscayakan adanya hubungan antara agama dan filsafat.

Dalam upaya agar agama terpahami baik upaya yang bersifat internal yakni upaya
tradisi keagamaan mengeksplorasi watak dan makna keimanan maupun upaya eksternal yakni
upaya menjelaskan dan mengartikulasikan makna itu bagi mereka yang tidak berada dalam
tradisi, agama tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Keterkaitan antara keduanya terfokus pada
rasionalitas, kita dapat menyatakan bahwa suatu pendekatan filosofis terhadap agama adalah
suatu proses rasional. Yang dimaksud “proses rasional” ini mencakup dua hal. Pertama, kita
menunjukkan fakta bahwa akal memainkan peran fundamental dalam refleksi pengalaman dan
keyakinan keagamaan dalam suatu tradisi keagamaan. Kedua, kita menunjukkan fakta bahwa
dalam menguraikan keimanannya, tradisi keagamaan harus dapat menggunakan akal dalam
memproduksi argumen-argumen logis dan dalam membuat klaim-klaim yang dapat dibenarkan.
Sedangkan dalam kajian Islam berpikir filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan
dalam memahami agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama
dapat dimengerti dan dipahami secara saksama. Pendekatan filosofis ini sebenarnya sudah
banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya Muhammad al Jurjawi yang menulis buku berjudul
Hikmah Al Tasyri’ wa Falsafatuhu. Dalam buku tersebut Al Jurjawi berusaha mengungkapkan
hikmah yang terdapat di balik ajaran-ajaran agama Islam, misalnya ajaran agama Islam
mengajarkan agar melaksanakan sholat berjamaah dengan tujuan antara lain agar seseorang
dapat merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan orang lain, dan lain
sebagainya. Makna demikian dapat dijumpai melalui pendekatan yang bersifat filosofis.

Dengan menggunakan pendekatan filosofis seseorang akan dapat memberi makna


terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang
terkandung di dalamnya. Dengan cara demikian ketika seseorang mengerjakan suatu amal
ibadah tidak akan merasa kekeringan spiritual yang dapat menimbulkan kebosanan. Semakin
mampu menggali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula
sikap, penghayatan, dan daya spiritualitas yang dimiliki seseorang.

Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama
yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki
makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang didapatkan dari pengamalan agama hanyalah
pengakuan formalistik, misalnya sudah haji, sudah menunaikan rukun Islam kelima dan
berhenti sampai disitu saja. Tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung di
dalamnya. Namun demikian pendekatan filosofis ini tidak berarti menafikan atau
menyepelekan bentuk pengamalan agama yang bersifat formal. Filsafat mempelajari segi batin
yang bersifat esoterik, sedangkan bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat
eksoterik. Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal
pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami
ajaran agamanya.

Dari pemaparan di atas penulis mencoba untuk merumuskan pengertian dari pendekatan
filosofis. Menurut penulis pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang
bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik
objek formanya. Dengan kata lain, pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan
untuk menjelaskan apa dibalik sesuatu yang nampak.

D. TOKOH TOKOH FILSAFAT

 Al-Kindi

Abu Yu‟qub ibnu Ishaq ibnu Sabbah ibnu Imran ibnu Ismail al-Ash‟ats ibnu Qais al-
Kindi dianggap sebagai filsuf muslim pertama. Al-Kindi lahir pada tahun 185 H dan wafat
tahun 260 H. Al-Kindi lahir pada masa Dinasti Abbasiyah satu dasawarsa sebelum wafatnya
Khalifah Harun al-Rasyid.11 Pada masa tersebut, suasana intelektual sangat kental dengan

11
Sayyes Hossein Nashr, Three Muslim Sages, Avicenna, Suhrawardi, Ibnu „Arabi,
(Cambridge, Massachusetts: Hardvard University Press, 1964), hlm. 19
adanya Bait al-Hikmah sebagai pusat kegiatan intelektual dan penerjemahan. Penerjemahan
khususnya dilakukan terhadap karya-karya Yunani, khususnya karya filsafat.
Al-Kindi adalah filsuf muslim Arab pertama yang merintis jalan penetrasi filsafat ke
dunis Islam. Sedangkan pada saat itu, dunia filsafat Islam diramaikan oleh mayoritas filsuf
yang berasal dari Persia, Turki, atau Berber. Keseluruhan karya tulis al- Kindi berjumlah 270
buah, namun sebagiannya dinyatakan raib. Ibnu al-Nadim dan al- Qifti mengklasifikasikan
karya al-Kindi ke dalam 17 bidang. Bidang-bidang tersebut meliputi filsafat, logika, ilmu
hitung, globular, musik, astronomi, geometri, sperikal, medis, astrologi, dialektika,
psikologi, politik, metereologi, dimensi, benda-benda

pertama, logam, dan kimia. Sejumlah karyanya diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin dan
membawa dampak besar bagi Eropa.12
Selain menulis karya tulis, al-Kindi juga menerjemahkan literature-literatur Yunani.
Diantara yang diterjemahkan oleh al-Kindi adalah Metaphysica, Poetica and Hermeneutica
karya Aristoteles, Geography karya Ptolemy, dan Isagoge karya Prophyry.

 Al-Farabi

Al-Kindi telah meletakkan dasar-dasar filsafat Islam, kemudian datanglah dizaman


berikutnya Abu Nasr al-Farabi dan memperkokoh dan memantapkan dasar- dasar yang telah
diletakkan oleh Al-Kindi. Beliau dapat memecahkan masalah dengan
jalan menyesuaikan yang satu dengan yang yang lainnya, misal antara aliran filsafat
Aristoteles dengan filsafat Plotinus, hal itu terdapat dalam buku al-Farabi dengan judul al-
Jama‟ Baina Ra‟y al-Hakimain

 Ibnu Sina

Filsafat Islam mencapai puncak kecemerlangannya pada zaman hidupnya Syaikh ar-Rais
Abu Ali al-Husein bin Abdullah Ibn Sina. Dialah filosof Islam yang paling banyak menulis
buku-buku ilmiah sampai soal-soal yang bersifat cabang dan ranting. Ibnu Sina menulis
filsafatnya mengikuti pendapat Aristoteles. Filsafatnya itu dipaparkan dalam buku as-Syifa,
kemudian diringkas dalam bukunya an-Najat. Dalam as-Syifa dikatakan bahwa, “tujuan
filsafat adalah mencari hakekat segala sesuatu sebatas kemungkinan yang dapat dilakukan oeh
manusia.”

 Ibnu Bajjah

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya Ibn Bajah, beliau lahir dalam
abad ke-5 H dan wafat pada tahun 533 H/1138 M. Selama hidupnya Ibn Bajah mendalami
ilmu alam,, ilmu matematika, ilmu astronomi dan musik. Ia banyak menulis uraian penjelasan
tentang filsafat Aristoteles, dengan demikian ia membuka pintu bagi Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd

12
Ahmad „Abd al-Hamid Ghorab, al-I‟lam bi Manaqib al-Islam li Abi al-Hasan Muhammad bin Yusuf al-Amiri,
(Kairo: Dar al-Kutfib al-„Arabi li ath-Thuiba‟ah wa an-Nasyr, 1967), hlm. 6.
banyak mengambil intisari pemikiran Ibnu Bajah bahkan dalam batas-batas tertentu ia
terpengaruh olehnya.

Ibnu Bajah memang mengikuti filsafat Yunani, terutama pendapat Pyhitagoras yang
menggolongkan manusia menjadi dua yaitu kaum awam (dapat menjangkau gambaran yang
masuk akal lewat penglihatannya kepada alam nyata, atau dari ketergantungannya kepada
alam wujud), dan kaum khawas (berhubungan dengan soal- soal yang masuk akal lebih dulu,
barulah kemudian berhubungan alam nyata).

 Ibnu Thufail
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail,
berasal dari Cordova.
Ibnu Thufail menyusun risalah dalam bentuk hikayat yang dalam mukadimahnya Ibnu Thufail
menjelaskan tujuan buku yang ditulisnya yaitu menyaksikan kebenaran menurut cara yang
ditempuh para ahli tasawuf yang mencapai kewalian. Dalam mukadimahnya beliau
menegaskan pendapatnya sesuai dengan filsafat al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali dan Ibnu
Bajah.

 Ibnu Rusyd

Nama lengkapnya Abul Wahid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd yang lahir di Cordova.
Beliau belajar ilmu fiqh, ilmu pasti dan ilmu kedokteran.
Pemikiran filsafatnya dapat diketahui dengan jelas dari bukunya yang sangat terkenal,
Tahafutut-Tahafut yang ditulis sebagai sanggahan terhadap buku al-Ghazali yang berjudul
Tahafutul-Falasifah.13

13
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, Cet.7. (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1995), hlm 64-113.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha untuk menjelaskan
inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat
mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.
Karena sumber pengetahuan pendekatan filosofis adalah rasio, maka untuk melakukan kajian
dengan pendekatan ini akal mempunyai peranan yang sangat signifikan.

Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam itu suatu saat mungkin
dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus digali
oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian, pendekatan-pendekatan (approaches) ini tentu
saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik penelitian.

Adapun pendekatan yang dimaksud disini (bukan dalam konteks penelitian), adalah cara
pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahman mendasarkan bahwa agama
dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan
mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena itu tidak ada
persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian filosofi, atau penelitian
legalistik.

B.     SARAN

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon kiranya para pembaca sekalian mau
memberikaan masukan kritik dan saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Roy Jackson, What is Islamic Philosophy?, (New York: Routledge, 2014), hlm. 3.
Hossein Nasr, Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Terjemah History of Islamic
Philosophy, (Bandung: Mizan Press, 2003), hlm. 29-30.
Roy Jackson, Op. Cit., hlm. 3.
A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), hlm. 9-10.
Musa Asy‟arie, Filsafat Islam Suatu Tinjauan Ontologis, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat,
1992), hlm. 15.
Al-Syaibani, Omar Mohammad AL-Toumy. Filsafah Pendidikan Islam. (terj.) Langgulung dari
judul aslifalsafah al-tarbiyah al-islamiyah. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang.1979.
Hassan Shadily.Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. 1983.
J.S Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. XII; Jakarta: Balai Pustaka. 1991.
Soerjono Soekanti.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali. 1982.

Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, Cet.7. (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1995), hlm 64-113.

Anda mungkin juga menyukai