Anda di halaman 1dari 13

KELAS: PET IV/A

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM

DOSEN PENGAMPU: Edi Marwan, S.Pd.I, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

Ade Fachriza(11980114531)

Ainaya Resti (11980120141)

Ervie Novita Octavani (11980124580)

Fakhrul Riza (11980114587)

Rahma Salsa Anggita (11980124694)

Rahmad Ramadhani (11980112683)

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIEF KASIM RIAU

2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. tanpa pertolongan-nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi muhammad saw yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada allah swt atas limpahan nikmat sehat-nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah METODOLOGI STUDI ISLAM dengan
judul “PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM ”

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang sebesarbesarnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat. terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................1
1.1 Latar belakang ...............................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ..........................................................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................2
2.1 Pendekatan Teologi islam ..............................................................................................................2
2.2. pendekatan Sosiologis ..................................................................................................................3
2.3. Pendekatan Filosofis .....................................................................................................................4
2.4. pendekatan Antropologi................................................................................................................4
2.5 pendekatan psikologis ....................................................................................................................6
BAB III ....................................................................................................................................................8
PENUTUP ...............................................................................................................................................8
3.1. kesimpulan ....................................................................................................................................8
3.2. saran ..............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kata “pendekatan”, termasuk dalam konteks studi Islam, pada umumnya secara
bahasa dinamakan dengan madkhal dalam istilah Arab dan approach dalam bahasa Inggris.
Di luar dua term tersebut, sebenarnya ada sejumlah istilah lain, yang juga sudah begitu
popular dalam tradisi ilmiah, yang bermakna relatif sama (mirip) dan menunjuk pada tujuan
yang hampir sama pula dengan pendekatan, yaitu: theoretical framework, conceptual
framework, perspective, point of view (sudut pandang) dan paradigm (paradigma). Tegasnya,
semua istilah itu dapat diartikan sebagai “cara memandang dan cara menjelaskan suatu gejala
atau peristiwa”.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan dapat dimaknai sebagai suatu perspektif atau
paradigma dengan mempergunakan disiplin ilmu tertentu, sesuai dengan fenomena yang
menjadi fokus kajian atau studinya. Dikatakan oleh Sartono Kartodirdjo penggambaran
mengenai sesuatu sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita
memandangnya, dimensi apa yang diperhatikan, unsure-unsur mana yang diungkapkan dan
lain sebagainya. Hasil penggambarannya akan sangat ditentukan oleh jenis pendekatan yang
dipakai.

Pendekatan adalah suatu cara kerja untuk memudahkan pendidik/warga belajar agar
peserta didik atau warga belajar ingin belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama (Uicha, 2011). Pendekatan studi Islam
adalah suatu cara kerja untuk memudahkan seseorang mengetahui dan mendalami Islam
secara luas dan menyeluruh agar tidak muncul pola fikir yang dangkal.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana pendekatan teologis dan studi islam?
2. Bagaimana pendekatan sosiologis dan studi islam?
3. Bagaimana pendekatan fisiologis dan studi islam?
4. Bagaimana pendekatan antropologis dan studi islam?
5. Bagaimana pendekatan psikologis dan studi islam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pendekatan teologis dengan studi islam.
2. Mengetahui pendekatan sosiologis dan studi islam.
3. Mengetahui pendekatan fisiologis dan studi islam.
4. Mengetahui pendekatan antropologi dan studi islam.
5. Mengetahui pendekatan psikologis dan studi islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Teologi islam


Teologis berasal dari dua kata yaitu theologia yang berarti Tuhan dan logis yang
berarti logika. Atau dapat berarti suatu wacana tentang ketuhanan. Teologis juga dalam
pandangan Islam disebut at-tauhid yang berarti satu atau esa. Jadi disini teologi adalah salah
satu cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat Tuhan serta keberadaannya.
Pendekatan teologi adalah pembahasan materi tentang eksistensi Tuhan. Biasanya teologis
selalu disimpulkan sebagai ilmu yang berkaitan dengan ketuhanan. Pendekatan teologi ini
cenderung kepada normatif dan subjektif terhadap agama. Pendekatan teologi juga disebut
dengan persepektif timur.

Dalam istilah Arab, ajaran dasar itu disebut dengan usul al din. Teologi dalam Islam
disebut juga ilmu al-tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu atau esa, dan keesaan dalam
pandangan Islam disebut sebagai agama monotheisme merupakan sifat yang terpenting
diantara segala sifat Tuhan. teologi Islam disebut juga ilm al-kalam. pengertian teologis
kalam disebut sebagai kata-kata (firman) Tuhan, maka teologi dalam Islam disebut ilmu al-
kalam, karena kaum teolog Islam bersilat dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat
dan pendirian masing-masing. Teolog dalam Islam memang diberi nama mutakallimin, yaitu
ahli debat yang pintar memakai kata-kata. Teologi Islam yang diajarkan di Indonesia pada
umumnya adalah teologi dalam bentuk ilmu tauhid. Ilmu tauhid biasanya kurang mendalam
dalam pembahasannya dan kurang bersifat filosofis.

a. Pendekatan Teologis Normatif

Menurut al-Ghazali, teologi (ilmu kalam) adalah "kunci" keselamatan. Siapa yang
ingin selamat dan diterima ibadahnya, ia harus mendalami ilmu ini. Untuk membentuk suatu
pola pikir, maka diperlukan pendekatan-pendekatan teologis yang berfungsi sebagai suatu
cara melahirkan suatu pemikiran teologis yang baru, apakah pemikiran itu tradisional, liberal,
atau modern. Dari berbagai pendekatan-pendekatan teologis yang ada, pendekatan teologis
normatif merupakan salah satu pendekatan teologis dalam upaya memahami agama secara
harfiah. Pendekatan normatif ini dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud
empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan
yang lainnya.

Mestinya perlu disadari bahwa yang baku, sakral, sesungguhnya hanyalah teks al-
Qur'an ditambah al-Hadis, selain itu tidak. Meskipun teologi bersumber dari al-Qur'an dan al-
Hadis, namun rumusannya tidak lain adalah hasil eksplorasi pemikiran manusia bisa (ulama)
yang kebenarannya bersifat relatif. Teologi bukan agama dan terlebih teologi bukan Tuhan.
Teologi tidak lain hanyalah hasil pemikiran manusia yang terkondisikan oleh situasi dan
kondisi di mana pemikiran teologi dirumuskan, sehingga ia terbatas oleh ruang dan waktu
tertentu.

2
b. Teologi Antrophosentris sebagai Suatu Alternatif

Pendekatan teologi antroposentris adalah pendekatan teologis yang berupaya


memahami kondisi empirik manusia yang pluralistik. Pendekatan teologis antrophosentris
tentu saja tidak bermaksud mengubah doktrin sentral tentang ketuhanan, tentang keesaan
Tuhan (Islam: Tauhid), melainkan suatu upaya untuk reorientasi pemahaman keagamaan,
baik secara individual maupun kolektif dalam menyikapi kenyataan-kenyataan empirik
menurut perspektif ketuhanan. Dengan kata lain teologi antrophosentris dimulai dengan
melihat kehidupan manusia di dunia dan akhirat, dan tidak hanya mengakui satu konsep
metafisika tentang berbagai hal mengenai pemikiran keagamaan.

2.2. pendekatan Sosiologis


Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan manusia yang menguasai hidupnya itu. Dalam pengertian lainnya,
sosiologi dapat dipahami sebagai suatu ilmu pengetahuan yang menggambarkan tentang
keadaan masyarakat dengan struktur lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling
berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Berkaitan dengan pendekatan dalam memahami agama, sosiologi digunakan karena


terdapat banyak kajian di bidang agama yang baru dapat dipahami secara proposional dan
tepat bila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Dengan ilmu sosiologi peristiwa
keagamaan akan mudah dijelaskan dan dipahami maksudnya. Pendekatan ini berfokus pada
interaksi agama dan masyarakat. Bahkan dalam al-Qur’an juga dijelaskan mengenai
hubungan antara manusia, seperti dalam hubungan masyarakat kita harus menjaga kerukunan
dan perdamaian.

Paradigma sosiologi lahir dari teori-teori sosiolog dari masa klasik hingga era modern
ini. Menurut Thomas Khun mengatakan bahwa paradigma sosiologi berkembang secara
revolusi bukan secara kumulatif seperti pendapat sosiolog sebelumnya. Khun menyekemakan
munculnya paradigma sebagai berikut: Paradigma I → Normal Science → Anomalies →
Crisis → Revolus I→ Paradigma II. Sehingga paradigma sosiologi dapat berkembang sesuai
dengan fakta sosial. Pradigma inilah yang akan digunakan sebagai alat untuk mengkaji studi
Islam, dalam pengkajian studi Islam peneliti bebas memilih paradigma yang ada di dalam
sosiologi untuk mengkaji masyarakat Islam. George Ritzer mengetengahkan bahwa
paradigma-paradigma dalam sosiologi walaupun hasilnya berbeda namun tidak ada
perselisihan di antara paradigma tersebut selama masih sejalan dengan hukum ilmiah.
Meskipun begitu umumnya para.

Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya
pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertianpengertian umum,
rasional, empiris serta bersifat umum. Kaitannya dengan pendekatan sosiologi. Minimal ada
tiga teori yang bisa digunakan dalam penelitian, yaitu: teori fungsional, teori interaksional,
dan teori konflik. Tapi ada juga yang menambahkan dua teori lainnya, yaitu teori peranan dan
teori kepentingan.

3
2.3. Pendekatan Filosofis
Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi
Gazalba. Menurutnya filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan
universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala
sesuatu yang ada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya
atau usaha untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada
dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat
dibalik yang bersifat lahiriah .Filosofis adalah kerangka dalam berfikir kritis untuk mencari
solusi dalam berbagai masalah. Jadi jika pemikirannya tidak secara kritis itu bukan termasuk
dari pemikiran filosofis. Filosofis mencakup segala hal yang umum dan semua orang bisa
melakukan filosofis namun tidak semua orang sadar bahwa mereka bisa berfilosofis untuk
kehidupannya yang lebih baik kedepannya.

Pendekatan filosofis adalah cara pandang untuk menjelaskan sesuatu yang nampak
contohnya yaitu ayat yang menunjukkan pergsntian dari siang dan malam.
KarakteristikKarakteristik pendidikan pendekatan filosofis, yaitu:

1. Logika (argumen rasional yang membuat seseorang menjadi lebih kritis dan cermat).
2. Metafisika (pertanyaan yang paling mendasar).
3. Epistimologi (cara kita mengetahui sesuatu yang belum diketahui seperti sumber dari
sesuatu.
4. Etika (cara pendekatan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kewajiban, keadilan)
Sedangkan dalam kajian Islam berpikir filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan
dalam memahami agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama
dapat dimengerti dan dipahami secara saksama. Sebagai contoh ajaran agama Islam
mengajarkan agar melaksanakan sholat berjamaah dengan tujuan antara lain agar seseorang
dapat merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan orang lain, dan lain
sebagainya. Makna demikian dapat dijumpai melalui pendekatan yang bersifat filosofis.

2.4. pendekatan Antropologi


Antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Secara terminologi, antropologi
diartikan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asul-usul, aneka warna bentuk
fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau.
Tugas utama antropologi adalah studi tentang manusia adalah untuk memungkinkan
kita memahami diri kita dengan memahami kebudayaan lain. Antropologi menyadarkan kita
tentang kesatuan manusia secara esensial, dan karenannya membuat kita saling menghargai
satu sama lainnya.
Dalam perkembangannya, antropologi dapat diketahui melalui beberapa fase.2 Fase
pertama yaitu pada abad ke-16 sampai pada pertengahan abad ke-19. Pada fase ini adanya
penemuan dunia baru yang kita kenal sekarang sebagai benua Afrika, Australia, Asia dan
Amerika yang mendorong bangsa-bangsa Eropa Barat terutama para pelaut, musafir, penyiar
agama dan para pedagang untuk mengenal penduduk pribumi yang dalam anggapan mereka
aneh. Keanehan yang dilihat dari bentuk tubuh, warna kulit, bahasa dan benda-benda hasil
budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki.

4
Setelah melewati fase pertama. Dimulai abad ke-19 sampai abad ke-20 muncul fase
kedua yang ditandai dengan penghimpunan dan diintegrasikannya tulisan-tulisan mengenai
kebudayaan umat manusia yang tersebar di seluruh permukaan bumi. Sedangkan fase ketiga
dimulai abad ke-20 sampai abad ke-30 an. Pada fase ini mencatat bangsa-bangsa Asia dan
Afrika. Fase keempat setelah tahun 1930-an. Dalam kurun waktu yang ditempuh antropologi
telah menunjukkan banyak pekembangan dan banyak menyumbangkan metode dan konsep-
konsep untuk kepentingan praktis dengan segala analisis dan metode penelitian lapangan
yang makin hari makin berkembang.
Menurut Kuncaraningrat Spesialisasi Antropologi terbagi dua yaitu:
1. Antropologi Fisik

Paleontologi (asal usul manusia, evolusinya dan sejarahnya) Paleontologi adalah ilmu
yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil.
Antropologi Fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia.
2. Antropologi Budaya
a. Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui
kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan,
dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak
batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi,
dan fosil).
b. Ethnologi
Yaitu ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia didalam kehidupan
masyarakat suku bangsa di seluruh dunia baik memahami cara berpikir maupun berprilaku.
De Vos dan Barth dalam Pelly mengemukakan perbatasan-perbatasan kelompok etnik
sebagai segi-segi penegas yang penting bukannya ”hal-hal” budaya di dalam perbatasan-
perbatasan tersebut. Barth menyatakan bahwa kita tidak dapat mengenali suatu kelompok
etnik hanya dari budayanya saja. Kita harus memperhatikan prilaku mereka.
c. Ethnografi
Adalah pelukisan adat kebiasaan. Ethnografi adalah metode riset yang menggunakan
observasi langsung terhadap kegiatan manusia dalam konteks sosial dan budaya sehari-hari.
Ethnografi berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang membuat manusia
melakukan sesuatu.
Antropologi agama
Pertautan antara agama dan realitas budaya dimungkinkan terjadi karena agama tidak
berada dalam realitas yang vakum selalu original. Mengingkari keterpautan agama dengan
realitas budaya berarti mengingkari realitas agama sendiri yang selalu berhubungan dengan
manusia, yang pasti dilingkari oleh budayanya. Kenyataan yang demikian itu juga
memberikan arti bahwa perkembangan agama dalam sebuah masyarakat baik dalam wacana
dan praktis sosialnya menunjukkan adanya unsur konstruksi manusia. Walaupun tentu
pernyataan ini tidak berarti bahwa agama semata-mata ciptaan manusia, melainkan hubungan

5
yang tidak bisa dielakkan antara konstruksi Tuhan seperti yang tercermin dalam kitab-kitab
suci dan konstruksi manusia terjemahan dan interpretasi dari nilai-nilai suci agama yang
direpresentasikan pada praktek ritual keagamaan.

Antropologi Pendidikan

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian


pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan
menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan
dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui
lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan
keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat,
pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu
keseluruhan. Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan
waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan
tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru
diperlukan metode baru untuk mempelajarinya.

Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya
sama-sama memiliki peran yang. penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat
konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh
pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadiankejadian yang dapat
diantisipasikan di dalam dan di luar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan
perubahan terhadap kebudayaan.

2.5 pendekatan psikologis


a. pengertian psikologi dan studi islam

Psikologi adalah sebuah istilah yang dipergunakan untuk merujuk bentukan halus
dalam diri manusia yang tidak terlihat dan hanya dapat dirasakan. Secara bahasa, psikologi
berasal dari bahasa Inggris Psychology yang berasal dari bahasa Yunani Psyche yang artinya
jiwa, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan.

Sedangkan studi islam atau studi keislaman (islamic studies) merupakan suatu disiplin
ilmu yang membahas Islam, baik sebagai ajaran, kelembagaan, sejarah maupun kehidupan
umatnya. Dimaklumi bahwa Islam sebagai agama dan sistem ajaran telah menjalani proses
akulturasi, transmisi dari generasi ke generasi dalam rentang waktu yang panjang dan dalam
ruang budaya yang beragam.

b. Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam

Manusia adalah makhluk Tuhan yang dalam perkembangan jasmaniah dan


ruhaniahnya selalu memerlukan bimbingan dan pengarahan melalui proses pendidikan.
Membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa dan pertumbuhan jasmani dalam
pengertian bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari psikologis (M. Arifin, 2006: 103).

6
Psikologi Islami memandang bahwa manusia selalu dalam proses berhubungan
dengan alam, manusia, dan Tuhan. Hubungan manusia dengan alam sangat diperlukan untuk
menghargai dan menghormati terhadap ciptaannya sehingga manusia mampu menjaga
lingkungan yang baik. Sedangkan hubungan manusia dengan sesamanya yaitu menjaga dan
melindungi harga dan martabat sebagai manusia, karena manusia diciptakan sama, maka
sikap dan tindakan jangan sampai mengakibatkan perpecahan dan permusuhan. Sementara
manusia dengan Tuhan tiada lain untuk menciptakan hubungan penghambaan yang baik,
karena manusia diciptakan oleh Allah Swt dengan penuh kasih sayang.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. kesimpulan

Dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha untuk
menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek
formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang
bersifat lahiriah. Karena sumber pengetahuan pendekatan filosofis adalah rasio, maka untuk
melakukan kajian dengan pendekatan ini akal mempunyai peranan yang sangat signifikan.

Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam itu suatu saat mungkin
dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus
digali oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian, pendekatan-pendekatan (approaches)
ini tentu saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik penelitian. Terdapat
banyak pendekatan yang digunakan dalam memahami agama. Diantaranya adalah pendekatan
teologis, normative, antropologis, sosiologis, psikologis, histories, dan pendekatan filosofis,
serta pendekatan-pendekatan lainnya. Adapun pendekatan yang dimaksud disini (bukan
dalam konteks penelitian), adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu
bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini,
Jalaluddin Rahman mendasarkan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan
kerangka paradigmanya. Karena itu tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu
penelitian ilmu sosial, penelitian filosofi, atau penelitian legalistik.

3.2. saran

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon kiranya para pembaca sekalian
mau memberikaan masukan kritik dan saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Huda, M. D. (2016). PENDEKATAN ANTROPOLOGIS DALAM STUDI ISLAM. Didaktika Religia.

Kudus, M. (2017, januari 26). HIMA PRODI ESY STAIS. Retrieved april 12, 2021, from
https://himaprodiesystais.wordpress.com/:
https://himaprodiesystais.wordpress.com/2017/01/26/makalah-seputar-pendekatan-
dalam-studi-islam/

Kurniawan, B. (2017). STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILOSOFIS. SAINTIFIKA ISLAMICA: Jurnal
Kajian Keislaman.

nurjanah, s., & handayana, s. (2019). METODOLOGI STUDI ISLAM. Yogyakarta: Penerbit IDEA Press
Yogyakarta.

Rosidi, A. (2019). PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM STUDI ISLAM. Jurnal Inspirasi.

Anda mungkin juga menyukai