Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENDEKATAN STUDI ISLAM


Dosen Pengampu:
Mahrus, M.Pd.I.

Oleh:
Salim Alrosid
20202010452

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA’
(STAINU) MALANG
Maret 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan Makalah Pada Mata Pengantar Studi Islam dengan
judul "Pendekatan Studi Islam" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan dari teman-teman, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Malang, 08 April 2021


Penyusun

Kelompok 5

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Pendekatan Teologis Studi Islam...........................................................................3
B. Pendekatan Antropologis Studi Islam....................................................................6
C. Pendekatan Sosiologis Studi Islam.........................................................................7
D. Pendekatan Filosofis Studi Islam...........................................................................9
E. Pendekatan Sejarah Studi Islam...........................................................................12
F. Pendekatan Kebudayaan Studi Islam....................................................................14
G. Pendekatan Psikologi Studi Islam.........................................................................15
BAB III PENUTUP...................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata “pendekatan”, termasuk dalam konteks studi Islam, pada
umumnya secara bahasa dinamakan dengan madkhal dalam istilah Arab
dan approach dalam bahasa Inggris. Di luar dua term tersebut, sebenarnya
ada sejumlah istilah lain, yang juga sudah begitu popular dalam tradisi
ilmiah, yang bermakna relatif sama (mirip) dan menunjuk pada tujuan
yang hampir sama pula dengan pendekatan, yaitu: theoretical framework,
conceptual framework, perspective, point of view (sudut pandang) dan
paradigm (paradigma). Tegasnya, semua istilah itu dapat diartikan sebagai
“cara memandang dan cara menjelaskan suatu gejala atau peristiwa”. 1
Lebih jauh dijelaskan oleh Khoiruddin Nasution bahwa menyangkut
makna pendekatan masih diperdebatkan dan melahirkan dua kategori lagi.
Pertama, dan masih dibagi pula atas dua hal: pendekatan diartikan sebagai
“dipandang atau dihampiri dengan” dan “cara menghampiri atau
memandang fenomena (budaya dan atau sosial)”. Jika diartikan sebagai
“dipandang dengan” maka keberadaan pendekatan itu lebih merupakan
suatu “paradigma”, dan kalau dimaknai sebagai “cara memandang atau
menghampiri” maka keberadaan pendekatan lebih merupakan suatu
“perspektif” atau “sudut pandang”. Kedua, pendekatan dapat pula
bermakna sebagai suatu “disiplin ilmu”, sehingga ketika dikatakan “studi
Islam dengan pendekatan sosiologi, misalnya, maka maknanya adalah
menstudi atau mengkaji Islam dengan menggunakan disiplin ilmu
sosiologi itu, dan implikasinya mestilah pendekatan di sini menggunakan
teori atau teori-teori dari disiplin ilmu sosiologi yang dijadikan sebagai
sebuah pendekatan itu. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi
tersebut berarti fenomena sosial studi Islam didekati dengan sebuah teori
atau teori-teori sosiologi.2
1
Dede Ahmad Ghazali, Heri Gunawan, Studi Islam, Suatu Pengantar dengan Pendekatan
Interdisipliner, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 64.
2
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academica dan Tazzafa, 2007), hal.
146-147.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 1


Berdasarkan uraian di atas, pendekatan dapat dimaknai sebagai
suatu perspektif atau paradigma dengan mempergunakan disiplin ilmu
tertentu, sesuai dengan fenomena yang menjadi fokus kajian atau studinya.
Dikatakan oleh Sartono Kartodirdjo,4 penggambaran mengenai sesuatu
sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita
memandangnya, dimensi apa yang diperhatikan, unsure-unsur mana yang
diungkapkan dan lain sebagainya. Hasil penggambarannya akan sangat
ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai. Sejalan dengan pemaknaan
pendekatan sebagai sebuah disiplin ilmu,

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendekatan Teologis Studi Islam?
2. Bagaimana Pendekatan Antropologis Studi Islam?
3. Bagaimana Pendekatan Sosiologis Studi Islam?
4. Bagaimana Pendekatan Filosofis Studi Islam?
5. Bagaimana Pendekatan Sejarah Studi Islam?
6. Bagaimana Pendekatan Kebudayaan Studi Islam?
7. Bagaimana Pendekatan Psikologi Studi Islam?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Pendekatan Teologis Studi Islam!
2. Untuk Memahami Pendekatan Antropologis Studi Islam!
3. Untuk Memahami Pendekatan Sosiologis Studi Islam!
4. Untuk Memahami Pendekatan Filosofis Studi Islam!
5. Untuk Memahami Pendekatan Sejarah Studi Islam!
6. Untuk Memahami Pendekatan Kebudayaan Studi Islam!
7. Untuk Memahami Pendekatan Psikologi Studi Islam!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Teologis Studi Islam

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 2


Teologi secara leksikal terdiri dari dua kata, yaitu “theos” yang
berarti Tuhan dan “Logos” yang berarti Ilmu.3 Jadi teologi adalah ilmu
tentang Tuhan atau ketuhanan. Secara terminologi, teologi adalah ilmu
yang membahas tentang Tuhan dan segala sesuatu yang terkait
dengannya,4 juga membahas hubungan Tuhan dengan manusia dan
hubungan manusia dengan Tuhan.5
Teologi Islam yang diajarkan di Indonesia pada umumnya adalah
teologi dalam bentuk ilmu tauhid. Ilmu tauhid biasanya kurang mendalam
dalam pembahasannya dan kurang bersifat filosofis. Selanjutnya, ilmu
tauhid biasanya memberi pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan
pendapat dan paham dari aliran-aliran atau golongan-golongan lain yang
ada dalam teologi Islam.
Pendekatan teologis ini selanjutnya erat kaitannya dengan
pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari
segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya belum
terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologis ini
agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan, tidak ada
kekuarangan sedikit pun dan tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini
agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas. Untuk
agama Islam misalnya, secara normatif pasti benar, menjunjung nilai-nilai
luhur. Untuk bidang sosial, agama tampil menawarkan nilai-nilai
kemanusiaan, kebersamaan, kejujuran, kesetiakawanan, tolong menolong,
tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya.6
Pendekatan teologis normative merupakan salah satu pendekatan
teologis dalam upaya memahami agama secara harfiah. Pendekatan
normative ini dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu

3
Jaya Hanafi A, Pengantar Theology Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. V, 1989), hal. 11.
4
Ya’kub Hamzah, Filsafat Agama Titik Temu Akal dengan Wahyu, (Jakarta: Pedoman Ilmu 1991),
hal. 10.
5
Amsal Bachtiar, Filsafat Agama, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997), hal. 18.
6
Abudin Nata, Metodologi Studi islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 35.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 3


keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai
yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.7
Agama sebagai objek penelitian mempunyai dua aspek, yaitu aspek
historisitas dan aspek normatif. Aspek historis menjadi objek penelitian
sejarah agama dan fenomenologi histroris. Sedangkan aspek normatif
muncul sebagai kekuatan batin yang memberikan pengakuan akan
kebenaran untuk mengatur kehidupan individu dan kehidupan sosial.
Aspek normatif tersebut merupakan tugas teologi. Pendekatan teologi
semacam ini adalah normatif dan subjektif terhadap agama yang pada
umumnya dilakukan oleh penganut agama tertentu dalam usaha untuk
menyelidiki agama lain. Oleh sebab itu, ia selalu bersifat apologis, 8 yakni
menyerang keyakinan agama lain untuk memperkokoh agama
penganutnya.
Joach Wach berkomentar bahwa apabila teologi bertugas untuk
meneliti, memperkuat dan mengajarkan kepercayaan yang dimiliki oleh
suatu masyarakat agama, dan juga untuk memperkokoh semangat dan
gairah mempertahankan kepercayaan tersebut, maka ia bertanggungjawab
pula untuk membimbing dan memurnikannya. Selanjutnya dalam teologi
ada upaya untuk mencintai kebenaran, Namun harus membenci
ketidakbenaran. Akan tetapi tidak benar jika karena ingin memuji
kepercayaan sendiri, seseorang harus membenci dan menghina orang-
orang yang memiliki kepercayaan lain.9
Pendekatan teologis agama dipandang sebagai keyakinan atau
dogma Tuhan yang bersifat absolute. Keyakinan ini bersifat subjektif dan
particular. Dalam arti, bahwa suatu kebenaran yang diyakini berlaku untuk
orang-orang yang meyakini saja, sementara orang yang di luar belum tentu
meyakininya, atau bahkan menolaknya. Disebut partikuler (bagian) karena
keyakinan tersebut tidak berlaku secara universal (umum), hanya bagi

7
Ibid., hal. 28.
8
Mujtahid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Cet. Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1994), hal. 3.
9
Joachim Wach, The Comparative Study of Religions, diterjemahkan oleh Djamannuri dengan
judul “Ilmu Perbandingan Agama Inti dan Bentuk Pengamalan Keagamaan, (Jakarta:
RajaGrafiondo Persada, Cet. IV, 1994) hal. 13.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 4


pemeluk agama tertentu. Karenanya, terdapat kepercayaan hanya berbeda-
beda, seperti teologi Islam, teologi Kristen, dan teologi Yahudi.10
Doktrin teologi macam apa pun, bahkan juga studi agama-agama,
secara historis-empiris yang manapun tidak akan mampu memberi
sumbangan pemikiran untuk melerai ketertumpang-tindihan dan
ketercampur-adukan antara dimensi doktrin-teologi dan dimensi
kesejarahan dalam wujud praksis sosial dan ketertumpang-tindihan antara
teks dan realitas. Bercampur-aduknya kepentingan golongan (baik dari
segi kepentingan ekonomi, politik pendidikan, sosial, budaya maupun
pertahanan keamanan) dengan doktrin-teologis, menjadikan hubungan
antar umat beragama semakin ruwet. Agak sulit sekarang untuk hanya
secara pasrah mengkaji aspek doktrinal-teologis dari suatu agama dengan
melepaskan keterkaitannya dengan aspek sosial praksis dan kultural-
sosiologis yang menyertainya, dan begitu sebaliknya. Keduanya sudah
demikian membaur dan campur-aduk.11
Oleh sebab itu tidak semua pendekatan teologi bersifat normatif,
tetapi ada pula pendekatan teologi yang bersifat dialogis, bahkan ada yang
bersifat konvergensi. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini
adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu
yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
Dalam hubungan ini, dapat dipahami bahwa agama dapat diteliti
menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan
mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya.
Karena itu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu dikategorikan
penelitian sosial, penelitian legalistik atau pendekatan filosofis.12
Pendekatan Teologi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kegiatan penelitian agama. Hal ini dilakukan untuk menjawab persoalan
apakah agama dapat diteliti. Sementara ahli dan ulama, menurut Noeng
Muhadjir, bahwa ilmu dan wahyu itu memiliki otonomi dibidangnya

10
Moh. Nurhakim, Metodologi Studi Islam, (Malang: Umm Press, 2004), hal. 17.
11
M. Amin Abdullah, Rekonstruksi Metodologi Agama dalam Masyarakat Multikultural dan
Multirelegius, (Yogyakarta: SUKA Press, 2003), hal. 16.
12
Taufik Abdullah, dan M. Rusli Karim (eds.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar,
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, Cet. II,1990), hal. 90.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 5


masing-masing. Ekstremitasnya menimbulkan filsafat di antara para
ulama, dan menabukan non empirik dan non sensual diantara para ilmuan.
Apapun alasan yang dikemukakan, adalah bahwa pendekatan teologi
dalam penelitian agama dimaksudkan untuk menjembatani para pakar ilmu
agama (ulama) dengan ilmuan lainnya, karena pendekatan teologi dalam
penelitian agama berada di kawasan naqli atau wahyu dan ada yang aqli
atau produk budaya manusia.13

B. Pendekatan Antropologis Studi Islam


Pengertian Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti
"manusia", dan logos yang berarti ilmu. Kata antropologi dalam bahasa
Inggris yaitu “anthropology” yang didefinisikan sebagai the social science
that studies the origins and social relationships of human beings atau the
science of the structure and functions of the human body. yaitu (ilmu
sosial yang mempelajari asal-usul dan hubungan sosial manusia atau Ilmu
tentang struktur dan fungsi tubuh manusia). Antropologi juga bisa
diartikan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul,
aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa
lampau. Menurut Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka
warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.14 Dari
beberapa pengertian seperti yang telah dikemukakan, dapat disusun suatu
pengertian yang sederhana bahwa antropologi adalah sebuah ilmu yang
mempelajari tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkannya, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda.
Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah pendekatan
adalah sama dengan metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat
dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang
13
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yoyakata: Rake Sarasin, 2000), hal. 255.
14
Parsudi Suparlan,“Agama Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi”, Tradisi Baru Penelitian Agama
Islam; Tinjauan antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Nuansa bekerja sama dengan Pusjarlit, Cet. I,
1998), hal. 12.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 6


dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga mencakup berbagai
teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data
sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji.
Dengan demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya
diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan
yang menjadi perhatian tetapi juga mencakup pengertian metode-metode
atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.15
Islam adalah agama samawi yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Islam tidak hanya
diperuntukkan kepada Nabi Saw, tetapi juga untuk umatnya (manusia).
Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami serta dilaksanakan
oleh umat manusia, maka didalam penyampaiannya harus menggunakan
pendekatan atau metodologi yang pas dan sesuai. Jika tidak, maka
dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama Islam hanya tinggal namanya
saja. Hal ini perlu disadari oleh para ilmuwan muslim. Dan karena agama
itu sangat erat hubungannya dengan manusia, maka pendekatan
antropologi sangat penting untuk diterapkan didalam studi Islam.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut
pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang
menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari
cipta, karsa dan rasa manusia.

C. Pendekatan Sosiologis Studi Islam


Dalam mempelajari agama diperlukan berbagai macam pendekatan
agar substansi dari agama itu mudah dipahami. Adapun yang dimaksud
dengan pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama. Dalam hubungan ini Jamaluddin Rakhmat mengatakan
bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma
realitas agama yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai
dengan kerangka paradigmanya. Oleh karena itu, tidak ada persoalaan

15
Ibid, hal. 110.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 7


apakah penelitian agama itu, penelitian ilmu sosial, atau penelitian
filosofis.
Berbagai pendekatan manusia dalam memahami agama dapat
melalui pendekatan paradigma ini. Dengan pendekatan ini semua orang
dapat sampai pada agama. Di sini dapat dilihat bahwa agama bukan hanya
monopoli kalangan teolog dan normalis, melainkan agama dapat dipahami
semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupannya. Oleh karena
itu, agama hanya merupakan hidayah Allah dan merupakan suatu
kewajiban manusia sebagai fitrah yang diberikan Allah kepadanya.
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa Latin dari kata
“socius” yang berarti teman dan “logos” yang berarti berkata atau
berbicara. Jadi sosiologi artinya berbicara tentang manusia yang berteman
atau bermasyarakat.16 Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-
perubahan sosial.17 Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat
dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan
manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah meningkatakan
daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan hidupnya.
Sosiologi adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial manusia
yang berusaha mencari tahu tentang hakekat dan sebab-sebab dari berbagai
pola pikiran dan tindakan manusia yang teratur dapat berulang. Berbeda
dengan psikologi yang memusatkan perhatiannya pada karakteristik
pikiran dan tindakan orang per-orangan, sosiologi hanya tertarik kepada
pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu
kolompok atau masyarakat.18 Namun perlu diingat bahwa sosiologi adalah
disiplin ilmu yang luas dan mencakup banyak hal, dan ada banyak jenis

16
Abdul Syani, Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat, (Lampung: Pustaka Jaya, 1995), hal. 2.
Tim MGMP, Sosiologi SUMUT, (Medan: Kurnia, 1999), hal. 3.
17
Steven K. Sanderson, Sosiologi Makro, Terjemahan Sahat Simamora, (Jakarta : Bina Aksara,
1984), hal. 253.
18
Stepen K. Sanderson, Sosiologi Makro, Edisi Indonesia, Terjemahan Hotman M. Siahaan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 2.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 8


sosiologi yang mempelajari sesuatu yang berbeda dengan tujuan berbeda-
beda.
Selain itu, sosiologi juga merupakan sebagai studi sistematis
mengenai keadaan kelompok dan masyarakat serta gejala-gejalanya yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi setiap tindakan. Sosiologi
tidak membahas individu, akan tetapi lebih kepada gejala-gejala sosial
yang berdasar pada penjelasan sejarah, peristiwa dan kehidupan nyata.
Dalam hal ini Maijor Polak juga mensinyalir bahwa sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni
antar hubungan di antara manusia dengan manusia lainnya, manusia
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formil maupun
materil, baik statis maupun dinamis.19

D. Pendekatan Filosofis Studi Islam


Kata filosof berasal dari kata filsafat dari bahasa Yunani,
philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara
etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato
menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian
pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah berasal dari bahasa Arab yang
berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya.
Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal
sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat
spiritual.20
Dan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta
mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal

19
Maijor Polak, Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1991), hal. 7.
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
hal. 414.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 9


budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya terhadap
segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran arti
"adanya" sesuatu.21
Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat
yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba. Menurutnya, filsafat adalah berpikir
secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari
kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. 22
Dan menurut Rene Descartes, yang dikenal sebagai "Bapak Filsafat
Modern", filsafat baginya adalah merupakan kumpulan segala
pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikan.23
Dari berbagai definisi di atas, dapat diketahui bahwa filsafat pada
dasarnya adalah pertanyaan atas segala hal yang "ada". Pertanyaan akan
muncul tentu dengan berpikir, berpikir pasti menggunakan akal. Dan
filsafat juga bisa dikatakan sebagai upaya menjelaskan inti, hakikat atau
hikmah mengenai segala sesuatu yang ada dengan memanfaatkan atau
memberdayakan secara penuh akal budi manusia yang telah
dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan
dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau
inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
Pendekatan filosofis yang demikian sebenarnya sudah banyak digunakan
oleh para ahli. Misalnya dalam hikmah al-tasyri’ wa falsafatuhu oleh
Muhammad Al-Jurjawi, di dalam buku tersebut ia berusaha
mengungkapkan hikmah yang terdapat di balik ajaran-ajaran agama
Islam.24
Ajaran agama dalam mengajarkan agar shalat berjamaah.
Tujuannya antara lain agar seseorang merasakan hikmahnya hidup secara
berdampingan dengan orang lain. Dengan mengerjakan puasa misalnya

21
J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hal. 280.
22
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jilid I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hal. 15.
23
Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat “Cogito Ergo Sum” Aku Berpikir Maka Aku Ada (Rene
Descartes), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 46.
24
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 43.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 10


agar seseorang dapat merasakan lapar dan menimbulkan rasa iba kepada
sesamanya yang hidup serba kekurangan, dan berbagai contoh lainnya.
Dalam Islam ada dua inti dari segala sesuatu yakni sesuatu yang
bersifat Ke-Tuhanan (Ilahi), yang bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah
dan berbagai Kitab Allah SWT. Ia bersifat muthlak. Dan yang kedua
adalah yang bersifat kemanusiaan (insani), berbentuk fiqh atau
pemahaman manusia, kesan di otak manusia yang muncul dari berbagai
teks yang dia baca dan alami (pengalaman) atau latar belakang pendidikan,
ekonomi, sosial, psikologi dan lain sebagainya. Bahkan Ibnu Khaldun
menambahkan satu aspek yakni iklim, kemudian inilah yang dinamakan
Historisitas Keagamaan. Ia lalu menjadi tafsir atau perspektif (setiap
individu beragama).
Filsafat sebagai salah satu bentuk metodologi pendekatan
keilmuan, sama halnya dengan cabang keilmuan yang lain. 25 Sering kali
dikaburkan dan dirancukan dengan paham atau aliran-aliran filsafat
tertentu seperti rasionalisme, eksistensialisme, pragmatisme, dan lain-lain.
Ada perbedaan antara kedua wilayah tersebut, bahwasanya wilayah
pertama bersifat keilmuan, open-ended, terbuka dan dinamis. Sedangkan
wilayah kedua bersifat ideologis, tertutup dan statis. Yang pertama bersifat
inklusif (seperti sifat pure sciences), tidak bersekat-sekat dan tidak
terkotak-kotak, sedang yang kedua bersifat ekslusif (seperti halnya applied
sciences), seolah-olah terkotak-kotak dan tersekat-sekat oleh perbedaan
tradisi, kultur, latar belakang pergumulan sosial dan bahasa.26

E. Pendekatan Sejarah Studi Islam


Sejarah adalah terjemahan dari kata tarikh (bahasa arab), history
(bahasa inggris), dan geschichte (bahasa jerman). Semua kata tersebut
berasal dari bahasa yunani, yaitu istoria yang berarti ilmu. Definisi sejarah
yang lebih umum adalah masa lampau manusia, baik yang berhubungan
dengan manusia, maupun gejala alam. Definisi ini memberi pengertian

25
M. Amin Abdullah, Antologi Studi Islam, Teori & Metodologi, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press,
2000), hal. 8.
26
Ibid, hal. 9.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 11


bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau
manusia dengan segala sisinya. Maka lapangan sejarah adalah meliputi
segala pengalaman manusia.
Pengertian sejarah menurut istilah mengacu pada dua konsep
terpisah. Pertama, sejarah tersusun dari serangkaian peristiwa masa
lampau, keseluruhan pengalaman manusia. Kedua, sejarah sebagai suatu
cara yang dengannya faktafakta diseleksi, diubah-ubah, dijabarkan dan
dianalisis.
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya difahami sebagai suatu
rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk
menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau. Dengan
demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya peristiwa, adanya
batasan waktu, yaitu masa lampau, adanya pelaku, yaitu manusia, dan
daya kritis dari peneliti sejarah.
Sedangkan menurut Hugiono dan P.K. Poerwantana sejarah adalah
sebagai rekonstruksi peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia,
disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisis
kritis, sehingga mudah untuk dimengerti dan difahami.27
Setelah melihat beberapa pendapat diatas penulis sependapat
dengan pengertian sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya
dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu,
obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini
segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi,
dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. \
Melalui pendekatan sejarah seseorang akan diajak menukik dari
alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini
seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang
terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan kesejahteraan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama.
Begitu juga dengan islam karena agama itu sendiri turun dalam situasi
yang kongkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.

27
Taufik Abdullah, Sejarah dan Masyarakat, (Jakarta : Pustaka Firdaus. 1987), hal. 98.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 12


Sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa
sejarah dapat meyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung
timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk menentukan
inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri
yang lain. Dalam menggunakan data historis maka akan dapat menyajikan
secara detail dari situasi sejarah tentang sebab akibat dari suatu persoalan
agama.28
Misalnya seseorang yang ingin memahami al-Qur’an secara benar
maka ia harus mempelajari sejarah turunnya al-Qur’an atau kejadian-
kejadian yang mengiringi turunnya al-Qur’an, yang selanjutnya disebut
sebagai ilmu Asbab an Nuzul (ilmu tentang sebab sebab turunya ayat ayat
al-Qur’an) yang pada intinya berisi sejarah turunya ayat al-Qur’an.
Dengan ilmu asbabun Nuzul ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah
yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu
dan ditujukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya.29
Dengan pendekatan historis ini masyarakat diharapkan mampu
memahami nilai sejarah adanya agama Islam. Sehingga terbentuk manusia
yang sadar akan historisitas keberadaan islam dan mampu memahami
nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

F. Pendekatan Kebudayaan Studi Islam


Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris)
= tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin: "Colere" yang
artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan
terutama mengolah tanah dan bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti
culture sebagai "segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam". Kebudayaan atau yang dapat disebut juga "Peradaban'
mengandung pengertian yang sangat luas dan mengandung pemahaman
28
Ibid, hal. 105.
29
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : 2008), hal. 35-38.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 13


perasaan suatu bangsa yang sangat kompleks meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat. kebiasaan dan pembawaan
lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat
istiadat; dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya)
untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Sementara
itu, Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur unsur yang berbeda
seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan
segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Mempelajari pengertian kebudayaan bukanlah suatu kegiatan yang
mudah dan sederhana, karena banyak sekali batasan konsep dari berbagai
bahasa, sejarah sumber bacaan atau literatur baik yang berwujud ataupun
yang abstrak dari sekelompok orang atau masyarakat. Dalam hal
pendekatan metode juga telah banyak disiplin ilmu lain yang juga
mengkaji berbagai macam permasalahan terkait kebudayaan seperti,
Sosiologi, Psikoanalisis, Psikologi (Perilaku) dan sebagainya yang
masing-masing tergantung pada konsep dan penekanan masing-masing.
Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia
dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang
dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan,
keyakinan seni, moral, adat istiadat, dan sebagainya. Kesemuanya itu
selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh
seseorang dalam menjaawab berbagai masalah yang dihadapinya. Dengan
demikian, budaya tampil sebagai pranata yang secara terus menerus
dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi
kebudayaan tersebut.30
Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan
untuk memahami agama yang terdapat pada tataran empiris atau agama
30
https://bangkuliah.com/2016/11/15/pendekatan-kebudayaan-dalam-studi-islam/, diakses
pada kamis, 08 April 2021, Pukul 14:00 WIB.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 14


yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala dimasyarakat.
Pengamalan agama yang terdapat dimasyarakat tersebut diproses oleh
penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu melalui penalaran. Kita
misalnya membaca kitab fiqih, maka fiqih yang merupakan pelaksanaan
dari nasb Alquran maupun hadis sudah melibatkan unsur penalaran dan
kemampuan manusia. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau
membumi ditengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam
bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang
berkembang dimasyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui
pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang dapat mengamalkan
ajaran agama.

G. Pendekatan Psikologi Studi Islam


Pendekatan Psikologis terdiri dari dua suku kata, yaitu pendekatan
dan psikologis. Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu. 31 Pengertian pendekatan adalah proses
perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai
pengertian masalah penelitian. Dalam bahasa Inggris disebut “approach”
dan dalam bahasa Arab disebut “madkhal”.32
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan
kehidupan psikis (jiwani) manusia dengan lingkungannya. Psikologi
secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu psyche dan logos yang
memiliki arti “Ilmu tentang jiwa”. sebagai kajian ilmiah, psikologi jelas
mempunyai sifat teoritik, empirik dan sistematik.33 Adapun secara umum
psikologi mempelajari gejala-gejala manusia yang berkaitan dengan
pikiran (cognisi), perasaan(emotion), dan kehendak(conasi). Dengan
demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap perilaku
manusia.34 Banyak para ahli mendefinisikan pengertian tentang psikologi,

31
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Bandung: Amzah, 2006), hal. 58.
32
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi),
(Yogyakarta: Idea Press, 2015), hal. 44.
33
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013, Cet-10), hal. 5.
34
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, , 2010), hal. 7.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 15


namun penulis hanya mengemukakan tiga pakar saja untuk mewakili
pemikiran para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Addul Rahman Shaleh
dan Muhib Abdul Wahab yaitu menurut Plato, Aristoteles, dan Morgan
C.T. King. Menurut Plato dan Aristoteles psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosessnya
sampai alhir. Sedangkan menurut Morgan C.T. King bahwa psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.35
Pendekatan psikologi adalah usaha sisi ilmiah dari aspek-aspek
batini pengalaman keagamaan. Suatu esensi pengalaman keagamaan itu
benar-benar ada, dan bahwa dengan suatu esensi pengalaman tersebut
dapat diketahui. Menurut Zakiayah Darajat perilaku seseorang yang
nampak (lahirnya) tidak karena dipengaruhi oleh keyakinan yang
dianutnya. Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yang
menggambarkan sikap batin seseorang, misalnya sikap beriman dan taqwa,
berbuat jujur, dzikir untuk menenangkan jiwa.36
Pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan
untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Dalam
pendekatan ini keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama
baik pengaruh maupun akibat. Pendekatan psikologis bertujuan untuk
menjelaskan fenomena keberagamaan manusia yang dijelaskan dengan
mengurai keadaan jiwa manusia.37 Obyek kajian dalam hal ini adalah
manusia, dalam pengertian tingkah laku manusia yang beragama, yakni
gejala-gejala empiriris dari keagamaannya. Karenanya dalam pendekatan
psikologis ini tidak mempelajari betul tidaknya suatu agama, tidak untuk
menilai apakah agama itu diwahyukan Tuhan atau tidak.38
Sedangkan pengertian studi Islam atau Islamic Studies atau Dirasat
al-Islamiyah sebagaimana dikutip oleh Dr. Ma’mun Mu’min dalam
bukunya, dapat dimaknai kajian Islam, Imam Ghazali menggunakan istilah

35
Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, dalam Perspektif
Islam, (Jakarta: Prenada Media, Cet. 2), hal. 5-6.
36
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta, Bulan Bintang, 2005), hal. 18.
37
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi),
(Yogyakarta: Idea Press, 2015), hal. 81.
38
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 15-16.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 16


“Ulumuddin”. Istilah studi menurut Lester Crow dan Alice Crow adalah
kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud memperoleh
keterangan, pemahaman, dan meningkatkan suatu ketrampilan. Sementara
Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian, studi Islam adalah suatu usaha untuk mempelajari
berbagai hal yang berhubungan dengan agama Islam.39
Jadi, Pendekatan Psikologi dalam studi Islam yaitu usaha untuk
memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek batin pengalaman keagamaan.
Karena dalam ajaran agama sering kita menemukan istilah-istilah yang
menggambarkan sikap batin seseorang, dengan ilmu jiwa ini selain kita
mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dan diamalkan seseorang
juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama kedalam jiwa
seseorang sesuai dengan tingkatan usia seseorang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teologi secara leksikal terdiri dari dua kata, yaitu “theos” yang
berarti Tuhan dan “Logos” yang berarti Ilmu. Jadi teologi adalah ilmu
tentang Tuhan atau ketuhanan. Secara terminologi, teologi adalah ilmu
yang membahas tentang Tuhan dan segala sesuatu yang terkait dengannya,
juga membahas hubungan Tuhan dengan manusia dan hubungan manusia
dengan Tuhan. Teologi Islam yang diajarkan di Indonesia pada umumnya
adalah teologi dalam bentuk ilmu tauhid. Ilmu tauhid biasanya kurang
39
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi),
(Yogyakarta: Idea Press, 2015), hal. 10-11.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 17


mendalam dalam pembahasannya dan kurang bersifat filosofis.
Selanjutnya, ilmu tauhid biasanya memberi pembahasan sepihak dan tidak
mengemukakan pendapat dan paham dari aliran-aliran atau golongan-
golongan lain yang ada dalam teologi Islam.
Pengertian Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti
"manusia", dan logos yang berarti ilmu. Kata antropologi dalam bahasa
Inggris yaitu “anthropology” yang didefinisikan sebagai the social science
that studies the origins and social relationships of human beings atau the
science of the structure and functions of the human body. yaitu (ilmu
sosial yang mempelajari asal-usul dan hubungan sosial manusia atau Ilmu
tentang struktur dan fungsi tubuh manusia). Antropologi juga bisa
diartikan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul,
aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa
lampau. Menurut Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka
warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Dari
beberapa pengertian seperti yang telah dikemukakan, dapat disusun suatu
pengertian yang sederhana bahwa antropologi adalah sebuah ilmu yang
mempelajari tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkannya, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda.
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa Latin dari kata
“socius” yang berarti teman dan “logos” yang berarti berkata atau
berbicara. Jadi sosiologi artinya berbicara tentang manusia yang berteman
atau bermasyarakat. Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-
perubahan sosial. Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat
dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan
manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah meningkatakan
daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan hidupnya. Sosiologi adalah kajian ilmiah tentang kehidupan

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 18


sosial manusia yang berusaha mencari tahu tentang hakekat dan sebab-
sebab dari berbagai pola pikiran dan tindakan manusia yang teratur dapat
berulang. Berbeda dengan psikologi yang memusatkan perhatiannya pada
karakteristik pikiran dan tindakan orang per-orangan, sosiologi hanya
tertarik kepada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai
anggota suatu kolompok atau masyarakat. Namun perlu diingat bahwa
sosiologi adalah disiplin ilmu yang luas dan mencakup banyak hal, dan
ada banyak jenis sosiologi yang mempelajari sesuatu yang berbeda dengan
tujuan berbeda-beda.
Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat
yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba. Menurutnya, filsafat adalah berpikir
secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari
kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.
Dan menurut Rene Descartes, yang dikenal sebagai "Bapak Filsafat
Modern", filsafat baginya adalah merupakan kumpulan segala
pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikan. Filsafat pada dasarnya adalah pertanyaan atas segala hal
yang "ada". Pertanyaan akan muncul tentu dengan berpikir, berpikir pasti
menggunakan akal. Dan filsafat juga bisa dikatakan sebagai upaya
menjelaskan inti, hakikat atau hikmah mengenai segala sesuatu yang ada
dengan memanfaatkan atau memberdayakan secara penuh akal budi
manusia yang telah dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Berpikir
secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami
ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran
agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Pendekatan
filosofis yang demikian sebenarnya sudah banyak digunakan oleh para
ahli. Misalnya dalam hikmah al-tasyri’ wa falsafatuhu oleh Muhammad
Al-Jurjawi, di dalam buku tersebut ia berusaha mengungkapkan hikmah
yang terdapat di balik ajaran-ajaran agama Islam.
Sejarah adalah terjemahan dari kata tarikh (bahasa arab), history
(bahasa inggris), dan geschichte (bahasa jerman). Semua kata tersebut
berasal dari bahasa yunani, yaitu istoria yang berarti ilmu. Definisi sejarah

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 19


yang lebih umum adalah masa lampau manusia, baik yang berhubungan
dengan manusia, maupun gejala alam. Definisi ini memberi pengertian
bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau
manusia dengan segala sisinya. Maka lapangan sejarah adalah meliputi
segala pengalaman manusia. Pengertian sejarah menurut istilah mengacu
pada dua konsep terpisah. Pertama, sejarah tersusun dari serangkaian
peristiwa masa lampau, keseluruhan pengalaman manusia. Kedua, sejarah
sebagai suatu cara yang dengannya faktafakta diseleksi, diubah-ubah,
dijabarkan dan dianalisis. Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya
difahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga
penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa
lampau. Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya
peristiwa, adanya batasan waktu, yaitu masa lampau, adanya pelaku, yaitu
manusia, dan daya kritis dari peneliti sejarah.
Kebudayaan atau yang dapat disebut juga "Peradaban' mengandung
pengertian yang sangat luas dan mengandung pemahaman perasaan suatu
bangsa yang sangat kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hukum, adat istiadat. kebiasaan dan pembawaan lainnya yang
diperoleh dari anggota masyarakat. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan
batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat; dan
berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk
menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Sementara itu,
Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur unsur yang berbeda
seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan
segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Pendekatan Psikologis terdiri dari dua suku kata, yaitu pendekatan
dan psikologis. Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu. Pengertian pendekatan adalah proses
perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 20


mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai
pengertian masalah penelitian. Dalam bahasa Inggris disebut “approach”
dan dalam bahasa Arab disebut “madkhal”. Psikologi adalah ilmu
pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia
dengan lingkungannya. Psikologi secara etimologi terdiri dari dua kata
yaitu psyche dan logos yang memiliki arti “Ilmu tentang jiwa”. sebagai
kajian ilmiah, psikologi jelas mempunyai sifat teoritik, empirik dan
sistematik. Adapun secara umum psikologi mempelajari gejala-gejala
manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan(emotion), dan
kehendak(conasi). Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat
diamati melalui sikap perilaku manusia.

B. Saran
Mungkin inilah yang dapat kami paparkan dalam makalah ini.
Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami sudah berusaha
dengan sebaik-baiknya. Masih banyak kesalahan dari penulisanya, karena
kami juga masih dalam proses belajar dan kami juga butuh saran/kritikan
agar bisa menjadi motivasi untuk perbaikan di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, Cet. 2), hal. 5-6.

Abdullah, M. Amin. 2000. Antologi Studi Islam, Teori & Metodologi.


Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.

Abdullah, M. Amin. 2003. Rekonstruksi Metodologi Agama dalam


Masyarakat Multikultural dan Multirelegius. Yogyakarta: SUKA Press.

Abdullah, M. Yatimin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Bandung: Amzah.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 21


Abdullah, Taufik. 1987. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta : Pustaka
Firdaus.

Abdullah, Taufik., M. Rusli Karim (eds.), 1990. Metodologi Penelitian


Agama Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, Cet. II.

Bachtiar, Amsal. 1997. Filsafat Agama. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Darajat, Zakiyah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta, Bulan Bintang.

Gazalba, Sidi. 1967. Sistematika Filsafat, Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang.

Ghazali, Dede Ahmad., Heri Gunawan. 2015. Studi Islam, Suatu


Pengantar dengan Pendekatan Interdisipliner. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamzah, Ya’kub. 1991. Filsafat Agama Titik Temu Akal dengan Wahyu.
Jakarta: Pedoman Ilmu.

https://bangkuliah.com/2016/11/15/pendekatan-kebudayaan-dalam-studi-
islam/, diakses pada kamis, 08 April 2021, Pukul 14:00 WIB.

Jalaludin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Jaya Hanafi A, Pengantar Theology Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. V,


1989), hal. 11.

Manaf, Mujtahid Abdul. 1994. Ilmu Perbandingan Agama, Cet. Islam.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mu’min, Ma’mun. 2015. Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup


Perspektif dan Orientasi). Yogyakarta: Idea Press.

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yoyakata: Rake


Sarasin.

Nasution, Khoiruddin. 2007. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta:


Academica dan Tazzafa.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 22


Nata, Abuddin. 2010. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Nata, Abudin. 2010. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Nurhakim, Moh. 2004. Metodologi Studi Islam. Malang: Umm Press.

Poerwadarminta, J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.

Polak, Maijor. 1991. Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: Ichtiar


Baru Van Hoeve.

Ramayulis. 2013. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia, Cet-10.

Sanderson, Stepen K. 1984. Sosiologi Makro, Edisi Indonesia,


Terjemahan Hotman M. Siahaan. Jakarta: Bina Aksara.

Sanderson, Stepen K. 1995. Sosiologi Makro, Edisi Indonesia,


Terjemahan Hotman M. Siahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suhartono, Suparlan. 2009. Dasar-Dasar Filsafat “Cogito Ergo Sum” Aku


Berpikir Maka Aku Ada (Rene Descartes). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Suparlan, Parsudi. 1998. “Agama Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi”,


Tradisi Baru Penelitian Agama Islam; Tinjauan antar Disiplin Ilmu. Bandung:
Nuansa bekerja sama dengan Pusjarlit, Cet. I.

Syani, Abdul. 1995. Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat. Lampung:


Pustaka Jaya.

Tim MGMP. 1999. Sosiologi. Medan: Kurnia.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.


Jakarta: Pusat Bahasa.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 23


Wach, Joachim. 1994. The Comparative Study of Religions, diterjemahkan
oleh Djamannuri dengan judul “Ilmu Perbandingan Agama Inti dan Bentuk
Pengamalan Keagamaan”. Jakarta: RajaGrafiondo Persada, Cet. IV.

Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran| 24

Anda mungkin juga menyukai