Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FILSAFAT

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN


Dosen Pengampu : Nina Muidah, M.Kom

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Annisa Putri Salsabil (18630141)

Eris Eriyani (2210010736)

Fikri Hafizhi (2110010111)

M,Raihan Al-Farabi (2110010516)

M.Ridho (2110010628)

Muhammad Ariyandi Saputra (2110010509)

Muhammad Syifa Nadhillah (2110010372)

Ryan Febryan (2110010117)

Slamet Yudha Pratama (18631116)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI


KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya
yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat berjudul
Filsafat Ilmu Pengetahuan..

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami
semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2
2.1 Ruang Lingkup Filsafat............................................................................................................. 2
2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu ...................................................................................................... 3
2.3 Definisi, Jenis, dan Sumber Pengetahuan ................................................................................... 6
2.4 Perbedaan Pengetahuan Dengan Ilmu Pengetahuan..................................................................... 7
BAB III Penutup................................................................................................................................ 8
Kesimpulan ................................................................................................................................... 8
Saran............................................................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan telah menjadi salah satu pilar utama dalam perkembangan masyarakat modern.
Penemuan-penemuan ilmiah dan aplikasi teknologi telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan
berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Namun, di balik kemajuan tersebut, muncul pertanyaan-
pertanyaan filosofis tentang hakikat dan validitas ilmu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu pengetahuan
hadir sebagai disiplin yang mempelajari aspek-aspek filosofis yang terkait dengan ilmu pengetahuan,
membawa pemahaman yang lebih dalam dan reflektif tentang sifat dan batasan ilmu pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian filsafat ilmu pengetahuan dan mengapa hal tersebut penting untuk dipelajari?
2. Bagaimana kita dapat memperoleh pengetahuan yang sahih dan dapat diandalkan?
3. Apa batasan-batasan yang ada dalam ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dan aspek -aspek sosial, budaya, dan etika?
5. Apa kontribusi filsafat ilmu pengetahuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan secara
keseluruhan?

1.3 Tujuan
1. Membahas pertanyaan-pertanyaan filosofis yang muncul dalam konteks ilmu pengetahuan.
2. Menjelaskan batasan-batasan dan kompleksitas dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Menyoroti hubungan antara ilmu pengetahuan dan aspek-aspek sosial, budaya, dan etika.
4. Menggambarkan kontribusi penting yang diberikan oleh filsafat ilmu pengetahuan terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan secara keseluruhan.

Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam dan
menyeluruh tentang filsafat ilmu pengetahuan serta pentingnya mempertimbangkan aspek filosofis dalam
pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ruang Lingkup Filsafat
Ruang lingkup filsafat ilmu adalah suatu ruang yang membatasi lingkup pembahasan dari filsafat
ilmu yang digunakan untuk memberikan batasan pada pengalaman manusia. Ruang lingkup filsafat
pendidikan berkaitan dengan masalah pendidikan seperti Tujuan dan Cita -cita Filsafat Pendidikan,
Interpretasi tentang Sifat Manusia, nilai pendidikan, teori pengetahuan dan Hubungan pendidikan dan
berbagai bidang kehidupan nasional dan berbagai komponen sistem pendidikan. Ruang lingkup filsafat
pendidikan Islam meliputi aspekaspek tujuan pendidikan, kurikulum, pendidik, peserta didik, metode,
materi, evaluasi, dan lingkungan pendidikan.

Hal tersebut diperlukan sebab metode yang dipergunakan dalam menyusun kebenaran secara
empiris. Jika diteliliti secara ontologi, ilmu membatasi diri pada pengkajian yang ada pada lingkup
pengalaman manusia. Ruang lingkup filsafat ilmu terbagi menjadi tiga yaitu, ontologi, epistimologi, dan
aksiologi. Dalam mempelajari ilmu filsafat, penting untuk mengetahui ruang lingkup dari kajian filsafat
tersebut.

1. Ontologis
Ontologi sebagai cabang filsafat ilmu fokus pada pembahasan mengenai hakikat ilmu pengetahuan
dari sisi realitas. Ontologi kemudian muncul dalam beberapa aliran, seperti idealisme, rasionalisme, dan
materialisme. Cabang filsafat ilmu ini merupakan kajian mengenai esensi dari suatu benda atau objek yang
ada di dunia ini. Oleh sebab itu, ontologi sering kali disebut sebagai teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan. Filsafat ilmu memiliki landasan ontologis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Objek apa yang ditelaah oleh suatu ilmu?
Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut?
Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan?

2. Epistimologis
Epistimologi merupakan suatu cabang dalam filsafat ilmu yang berkaitan dengan hakikat atau teori
pengetahuan. Cabang ini fokus membahas tentang asal mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas, dan
kebenaran dari pengetahuan. Epistimologi juga secara khusus melakukan kajian terhadap batasan
pengetahuan manusia. Singkatnya, epistimologi merupakan cara bagaimana pengetahuan disusun dari
bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Berdasarkan landasan epistimologi,
ruang lingkup filsafat ilmu ada untuk menjawab pertanyaan berikut:
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar menandakan pengetahuan yang benar?
Apa saja kriterianya?
Apa yang disebut kebenaran itu?Adakah kriteria dari kebenaran tersebut?
Cara, teknik, sarana apa yang membantu dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?

2
3. Aksiologis
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang merefleksikan bagaimana menggunakan
pengetahuan yang diperoleh. Dalam beberapa kajian, aksiologi bisa menjadi studi mengenai etika dan
estetika dalam penggunaan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, aksiologi dapat diartikan sebagai suatu kajian
terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya. Landasan aksiologis dalam
filsafat ilmu fokus menjawab pertanyaan:
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan -pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-
norma moral/professional?

2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu


Sejarah perkembangan filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang telah dibangun
sejak abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh dikatakan mewarnai
diskusi-diskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu Herakleitos (535 -475 SM) dan
Parmenides (540--475 SM).

Pembagian secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman
modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah
Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan Neo-Kantianianisme dan Neo-
tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman Neo-
Konfusionisme, dan. zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan.
Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik.
Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan periode filsafat Islam.
Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.

Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada waktu
itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite
adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti
gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi
dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas.

Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena
selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif
dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadik an objek
penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya
kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin
untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak
mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri
khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa

3
mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan
diakhiri pada zaman kontemporer.

1. ZAMAN PRA YUNANI KUNO

Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra
Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Antara
abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan.
Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau
Tiongkok.

Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut
suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan
mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.

Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya
serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah
merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup
dalam hati manusia: dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu
terbenam lagi? Melalui mite--mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang
kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal
usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari
keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis. Khusus pada
bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh
rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa
Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan
untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan
dengan mite lain.

Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan
sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato
mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh
rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.

Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani
tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam mene-rima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari
mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada
penga-ruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa -bangsa
lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah
mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia.
Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh -sungguh ilmiah.

Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan.
Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang diajukan oleh alam
semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirka n.

4
Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang
dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one -to one
correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan ke luar
kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta
sebagai suatu proses alam.

2. ZAMAN YUNANI KUNO

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang
memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap
sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-
mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive
attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap
yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal
tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli
pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras
(580-500 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM).

Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan
nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala
sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron).
Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat
bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu
tetap tidak bergerak.

3. ZAMAN KEEMASAN FILSAFAT YUNANI

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan
baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan ka um sofis. Kegiatan mereka
adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam
tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-
galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus
dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut
Socrates dihukum mati.

Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dala m filsafatnya Plato
mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang
hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide. Pendapat
tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang
konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya
kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan
dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh
pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan
metafisis.

5
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk
mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif
dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang
menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi
metafisis.

Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan
prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip
yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme

2.3 Definisi, Jenis, dan Sumber Pengetahuan


Definisi

Definisi Filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang membahas sifat, metode, dan asal
usul pengetahuan. Ia mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apa itu pengetahuan,
bagaimana kita memperolehnya, dan sejauh mana kita bisa mempercayainya. Filsafat ilmu pengetahuan
juga mengeksplorasi batasan-batasan, struktur, dan implikasi dari pengetahuan itu sendiri.

Jenis-jenis Pengetahuan:

1. Pengetahuan Empiris (Empirical Knowledge): Merujuk pada pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman langsung atau observasi indrawi. Contoh dari jenis pengetahuan ini adalah
pengetahuan tentang fenomena alam, seperti gravitasi atau reaksi kimia.
2. Pengetahuan Rasional (Rational Knowledge): Merujuk pada pengetahuan yang diperoleh melalui
pemikiran, rasionalisasi, dan penalaran logis. Pengetahuan matematika dan logika termasuk dalam
kategori ini.
3. Pengetahuan Intuitif (Intuitive Knowledge): Merujuk pada pengetahuan yang muncul secara
spontan tanpa melalui proses pemikiran atau pengalaman langsung. Contoh pengetahuan intuitif
termasuk pengetahuan tentang etika, keadilan, atau rasa empati.
4. Pengetahuan Otoritatif (Authoritative Knowledge): Merujuk pada pengetah uan yang diterima
berdasarkan otoritas atau kepercayaan pada sumber yang diakui. Misalnya, pengetahuan yang
diperoleh melalui agama atau pengetahuan yang diakui secara hukum.

Sumber-sumber Pengetahuan:

1. Pengalaman: Melalui pengalaman langsung dalam mengamati dan berinteraksi dengan dunia, kita
dapat memperoleh pengetahuan empiris.
2. Penalaran: Melalui pemikiran logis dan rasional, kita dapat memperoleh pengetahuan yang
didasarkan pada argumen dan pemikiran deduktif atau induktif.
3. Otoritas: Sumber pengetahuan dapat berasal dari otoritas atau sumber yang dianggap memiliki
keahlian atau pengetahuan yang lebih besar dalam bidang tertentu, seperti ahli, pakar, atau buku
teks yang diakui.
4. Intuisi: Pengetahuan juga bisa muncul melalui pemahaman intuitif yang datang secara alami tanpa
didasarkan pada pengalaman atau penalaran yang jelas.

6
Penting untuk dicatat bahwa penggunaan kombinasi sumber-sumber ini dan jenis-jenis pengetahuan
dapat bervariasi tergantung pada bidang studi atau konteksnya. Selain itu, filsafat ilmu pengetahuan terus
mengembangkan dan mempertanyakan konsep-konsep ini untuk memahami sifat dan batasan pengetahuan
secara lebih mendalam.

2.4 Perbedaan Pengetahuan Dengan Ilmu Pengetahuan


Ilmu artinya adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang telah disusun menurut suatu metode
tertentu sehingga dapat dijelaskan secara rinci dan memiliki kebenaran yang bersifat umum. Sedangkan
pengetahuan adalah informasi yang sudah diketahui oleh seseorang yang kebenarannya masih belum diuji
dan dikaji. Pengetahuan umumnya merupakan suatu hal yang kita ketahui terhadap suatu objek, sehingga
pengetahuan sangat mungkin menjadi ilmu jika telah diuji dan dikaji kebenarannya. Selain itu, berikut
beberapa perbedaan ilmu dan pengetahuan lainnya.
1. Perbedaan Karakteristik
Karakteristik ilmu antara lain suatu objek yang dikaji tersebut telah dijelaskan dan dijabarkan
secara sistematis dengan metode-metode tertentu. Ilmu berlaku untuk umum dan diurutkan secara
sistemastis, sehingga dapat menjelaskan dengan rinci unsur 5W1H di dalamnya. Sedangkan, pengetahuan
merupakan bagian dari ilmu yang harus diuji dan dikaji terlebih dahulu agar bisa dibuktikan kebenarannya
dan menjadi sebuah ilmu.
2. Perbedaan Jangkauan
Ilmu menyajikan hasil penelitian terhadap objek yang jauh lebih luas jika dibandingkan dengan
pengetahuan. Hal ini berbeda dengan pengetahuan yang hanya bisa memberikan informasi tidak seluas
yang diberikan oleh ilmu.
3. Perbedaan Metode Pembuktian
Metode pembuktian ilmu bersifat objektif, sedangkan pengetahuan bersifat subjektif. Fakta dan
data penelitian dari objek suatu ilmu harus bisa disusun secara objektif sesuai dengan fakta yang ada.
Sementara, pengetahuan yang memiliki sifat subjektif, karena berdasarkan pemikiran seseorang atau
sekelompok orang.
4. Perbedaan Objek yang Disampaikan
Objek kajian dari suatu ilmu harus dilakukan metode penelitian terlebih dahulu menurut metode
tertentu untuk meminimalisir terjadinya kesalahan. Sedangkan, pada pengetahuan, ilmu mempunyai
penjelasan yang lebih logis karena telah dibuktikan atau dilakukan kebenarannya.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa perbedaan ilmu dan pengetahuan yang paling mendasar adalah ilmu telah
dipastikan kebenarannya, karena sudah melewati proses penelitian yang didukung penuh oleh fakta-fakta.
Sedangkan, pengetahuan kebenarannya masih tidak pasti karena belum dipastikan secara ilmiah.

7
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Filsafat ilmu memiliki ruang lingkup yang mencakup ontologi, epistemologi, d an aksiologi.
Ontologi membahas tentang hakikat ilmu dan keberadaan objek penelitian, epistemologi membahas tentang
sumber, validitas, dan kebenaran pengetahuan, sedangkan aksiologi membahas tentang penggunaan
pengetahuan dan nilai-nilai manusiawi.

Sejarah perkembangan filsafat dimulai dari zaman Yunani Kuno, di mana terjadi perubahan pola
pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Perkembangan filsafat ini membuka jalan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dengan pendekatan yang lebih sistema tis dan rasional.

Pada zaman Yunani Kuno, filsafat berkembang sebagai bentuk pendekatan rasional terhadap
pengetahuan, menggantikan mitologi. Bangsa Yunani memiliki sikap kritis dan menyelidiki secara kritis
fenomena alam, yang menjadi cikal bakal perkembangan ilmu pengetahuan modern.

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terjadi secara mendadak, melainkan secara bertahap dan
evolutif. Setiap periode dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki ciri khasnya sendiri dan
dipengaruhi oleh pemikiran filsafat yang muncul pada saat itu.

Saran
Memahami ruang lingkup filsafat ilmu secara menyeluruh dan mendalam. Dengan memahami
ontologi, epistemologi, dan aksiologi, kita dapat memiliki landasan yang kuat dalam memahami esensi dan
batasan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai yang terkait.

Menelusuri dan mempelajari sejarah perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Memahami
perjalanan dan pemikiran yang muncul dalam sejarah akan memberikan wawasan yang lebih luas tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan fondasi filosofisnya.

Mengadopsi sikap kritis dan inquiring attitude dalam menghadapi pengetahuan. Sikap ini akan
memungkinkan kita untuk menyelidiki fenomena dengan cara yang rasional dan objektif, serta
mempertanyakan asumsi-asumsi yang ada.

Menghubungkan filsafat dengan ilmu pengetahuan dalam konteks pendidikan. Memahami filsafat
pendidikan dan filsafat ilmu menjadi penting dalam merancang kurikulum, metode pengajaran, dan
penggunaan pengetahuan dalam konteks moral dan etika.

Mengapresiasi peran dan kontribusi bangsa Yunani dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Menyadari bahwa perubahan pola pikir yang terjadi pada zaman Yunani Kuno membuka jalan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan modern, kita dapat menghargai warisan intelektual mereka dan terus
memperkaya pemikiran kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai