Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT


PENDIDIKAN

Disusun oleh :
1. Eka Pebrianti
2. Nora Yuniza

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Jajang Rustandi, S.Ag., M.Pd

KAMPUS 5 STIT NU SUMBER AGUNG


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Atas Limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya kita selalu diberikan kesehatan dan kesempatan terutama kepada
kami untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pengetahuan yang
berjudul “Perkembangan Pemikiran Filsafat Pendidikan” ini.
Ucapan terima kasih kepada teman-teman kelompok untuk berkerjasama
dalam menyelesaikan tugas makalah, terkhususnya kepada Jajang Rustandi,
S.Ag., M.Pd selaku dosen mata kuliah yang banyak memberi bimbingan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................3

2.1 Sejarah Filsafat Ilmu...........................................................................3

2.2 Tujuan Dan Fungsi Filsafat Ilmu........................................................7

2.3 Dimensi Kajian Filsafat Ilmu.............................................................8

2.4 Ruang Lingkup Filsafat Ilmu..............................................................12

2.5 Pendekatan Yang Digunakan Dalam Filsafat Ilmu............................13

BAB III PENUTUP....................................................................................15

3.1 Kesimpulan.........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat barat pada
abad ke-17 hingga awal abad ke-20, sekaligus menjadi tanda berakhirnya era
skolastisisme. Zaman filsafat modern dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat
pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka di zaman modern. Pada masa ini
rasionalisme semakin kuat, sehingga tidak mudah menentukan mulai dari kapan
filsafat abad pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa abad pertengan
itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa renaisance, yang ditandai
dengan lahirnya masa modern.
Satu hal yang menjadi perhatian pada masa renaisance yaitu
perkembangannya. Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan
metode eksperimental dan matematis, menjadikan segala sesuatunya
mengutamakan logika dan empirisme terutama bidang ilmu pengetahuan. Dari
sudut pandang sejarah, pada masa ini filsafat barat menjadi perbincangan antar
filsuf terkemuka. Setiap filsuf menampilkan argumentasinya dengan cara khas,
dan tidak jarang mereka melemparkan kritik yang tegas, kasar, sinis dan
pragmatis. Sejarah filsafat pada masa modern ini meliputi beberapa masa.
Banyak orang pada masa sekarang tidak mengetahui apa itu filsafat, baik
orang yang hidup di lingkungan pendidikan maupun yang jauh dari pendidikan,
seperti dipedesaan maupun diperkotaan, walaupun sebenarnya mereka sudah
melakukan filsafat dalam kehidupannya. Kita sering merenung, berfikir tentang
hal yang harus kita capai apabila kita selesai kuliah nanti, dalam perenungan itu
banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan pilihan-pilihan alternatif
jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul tersebut. Apabila kita terus
melakukan pencarian dari jawaban pertanyaan tadi dengan menggunakan berbagai
metode sampai mendapatkan kebenarannya maka akan lahirlah sebuah
pengetahuan untuk kita.
Dari gambaran sederhana tadi dapat kita ketahui bahwa filsafat itu
merupakan tindakan memikirkan, merenungkan segala sesuatu secara mendalam
sampai keakar-akarnya. Semua yang kita kenal pada saat ini bukanlah terlahir
brgitu saja tetapi hal itu terlahir dari pemikiran-pemikiran filsuf terdahulu dengan

1
melakukan filsafat. Hal ini mendorong manusia untuk memikirkan kembali
pengertian tentang kebenaran. Karena setiap terjadi perubahan akan berpengaruh
terhadap sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan
cara berpikir manusia terdapat hubungan timbal balik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah sejarah filsafat ilmu ?
2. Apa sajakah tujuan dan fungsi filsafat ilmu ?
3. Apa sajakah dimensi kajian filsafat ilmu ?
4. Apa sajakah ruang lingkup filsafat ilmu ?
5. Apa sajakah pendekatan yang digunakan dalam filsafat ilmu ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah filsafat abad modern.
2. Mengetahui tujuan dan fungsi filsafat ilmu.
3. Mengetahui dimensi kajian filsafat ilmu.
4. Mengetahui sajakah ruang lingkup filsafat ilmu.
5. Mengetahui Pendekatan yang digunakan dalam filsafat ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Filsafat Ilmu
Berbicara asal muasal filsafat ilmu tentu tidak akan lepas dari filsafat yunani
kuno dan aliran yan dianutnya, dimana perkembangan filsafat dimulai dari yunani
dan filsafat yang tertua juga berasal dari yunani. Filsafat muncul ketika orang-
orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia dan lingkungan
disekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada gama untuk mencari
jawaban atas pertanyaan yang muncul. Orang yunani yang pertama diberi gelar
filsuf adalah Thales dari Mileta, tetapi filsuf-filsuf yunani yang terbesar adalah
Socrates, Plato dan Aristoteles.
Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang bukanlah muncul secar tiba-tiba
tetapi melalui beberapa tahapan dan evolusi. Banyak literatur yang kita dapatkan
mengatkan bahwa tonggak awal berkembangnya ilmu pengetahuan dalam sejarah
peradaban manusia berasal dari yunani. Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi
dengan perubahan paradigma dan pola pikir yang berkembang saat itu. Dengan
paradigma ini, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat karena menjawab
persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan terhadap
mitologi atau tahayul yang irrasional. Setelah kemajuan filsafat pada zaman
Yunani yang begitu luar biasa, sejarah filsafat mencatat bahwa pada abad
pertengahan (400-1500 M) filsafat berfungsi sebagai alat untuk pembenaran atau
justifikasi ajaran agama (The philosophy as a hand maiden of theology). Sejauh
filsafat bisa melayani teologi, ia bisa diterima. Namun, filsafat yang dianggap
bertentangan dengan ajaran agama atau gereja, ditolak dan kebebasan berfikir pun
dipangkas.
Secara garis besar, periodeisasi sejarah perkembangan filsafat ilmu
pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman
Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer.
2.1.1 Zaman Yunani Kuno
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani
disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa
dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana
sudah ada jauh sebelum para filsuf klasik Yunani menekuni dan

3
mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat
berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi
setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang
pengaruhnya terasa hingga sekarang.
Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai
landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan.
Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin
untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah titik awal manusia
menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya
dan alam jagad raya.
Periode setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan kelimuan
bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul
adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh
yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid
Socrates. Plato, yang hidup di awal abad ke-4 SM adalah seorang filsuf
earliest (paling tua) yang tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia
akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat
berpengaruh di zaman sebelumnya, dalam karya ini ia membuat garis besar
suatu kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut
perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu.
Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles
(384-322 SM). Ia adalah murid Plato, walaupun ia tidak sepakat dengan
gurunya mengenai soal-soal mendasar. Khususnya, ia menganggap
matematika sebagai suatu abstraksi dari kenyataan ilmiah. Dan ia berhasil
menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang
dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika fisika, dan
metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang
disebut silogisme.

2.1.2 Zaman Islam


Islam sangat menghargai ilmu, ini terlihat sejak kemunculan agama
Islam itu sendiri yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dominasi para
teolog pada masa ini mewarnai aktivitas ilmiah pergerakan ilmu

4
pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu
pada masa itu adalah ancillla theologia atau abdi agama atau dengan kata
lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama
Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu
Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Inilah yang dianggap sebagai
salah satu penyebab masa ini disebut dengan Abad gelap (dark age). Usaha-
usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-
raja besar seperti Alfred dan Charlemagne.
Keilmuan berkembang pada zaman Islam klasik (650-1250 M).
Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya
kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi
ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan
sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia
Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak),
Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan
lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab
pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di
berbagai pusat belajar.
Pada zaman itu bangsa Arab juga menjadi pemimpin di bidang Ilmu
Alam. Istilah zenith, nadir, dan azimut membuktikan hal itu. Angka yang
masih dipakai sampai sekarang, yang berasal dari India telah dimasukkan ke
Eropa oleh bangsa Arab. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga bidang yaitu:
a. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan
sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini;
b. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan,
astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
c. Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

2.1.3 Zaman Renaissance


Memasuki masa renaisans, Otoritas Aristoteles tersisihkan oleh
metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernicn
Revolution yang dipelopori oleh sekolompok saintis antara lain Copernicus,

5
Galileo Galilei dan Isaac Newton yang mengadakan pengamatan ilmiah
serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kuat. Pembicaraan tentang
filsafat ilmu, ditandai dengan munculnya Roger Bacon, Bacon menanggapi
bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat
berpikir kritis. Menurutnya ilmu harus dipakai untuk memperkuat
kemampuan manusia dibumi, dan ilmu-ilmu berkembang dan nyata dalam
kehidupa manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode
ekdperimental dan matematis memasuki abad XVI mengakibatkan
pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan akhirnya
ditinggalkan. Bacon mengarang Novum Organom untuk menggantikan teori
Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru. Seluruh asas
filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan manusia menguasai alam
melalui penemuan ilmiah. Menurut Bacon jiwa manusia yang berakal
mempunyai kemampuan ingata, daya khayal, dan akal. Ketiga aspek
tersebut merupakan dasar segala pengetahuan.
Sebagai pelopor perkembangan filsafat ilmu pengetahuan, Roger
Bacon juga menguraika tentang logika. Bacon menyusun logika dalam
empat macam keterampilan yaitu bidang penemuan, bidang perumusan
kesimpulan yang tepat, bidang mempeprtahankan apa yang sudah
dimengerti dan bidang pengajaran. Bacon mengatakan logika yang
digunakan sejak zaman aristoteles lebih merugikan daripada
menguntungkan.
Di abad ini muncul sejumlah tokoh yang pemikirannya erat kaitannya
dengan perkembangan filsafat ilmu, antara lain William Whewel yang
mendukung adanya intuisi, pertama-tama dalam ilmu pasti mengenai
aksioma-aksioma (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa
pembuktian) paling dasar. Auguste Comte menyatakan bahwa sejak zaman
teologis dan metafisis sudah ada zama ilmu positif yang defenitif. Dalam hal
ilmu positif Comte membedakan pengetauan menjadi enam macam ilmu,
dari yang paling abstrak yaitu matematika, ilmu falak, fisika, kimia, ilmu
hayat, dan sosiologi. Matematika dipandang sebagai ilmu deduktif,

6
sedangkan ilmu lima lainnya dalam keadaan mendekati deduktif. Dalam hal
ini Comte berusaha menadakan kesatuan antar ilmu pasti dan ilmu empiris.

2.1.4 Zaman Kontemporer


Filsafat kontemporer diawali pada awal abad ke-20, ditandai oleh
variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis
bahasa, kebudayaan, kritik sosial, metodologi (fenomenologi, heremeutika,
strukturalisme), filsafat hidup (eksistensialisme), filsafat ilmu, sampai
filsafat tentang perempuan (feminisme). Tema-tema yang banyak dibahas
dalam oleh para filusuf dari periode ini antara lain tentang manusia dan
bahasa manusia, ilmu manusia, dan isu-isu aktual yang berkaitan dengan
budaya, sosial, poloitik, ekonomi, teknologi, moral, ilmu pengetahuan dan
hak asasi manusia.
Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh profesionalisasi
disiplin filsafat. Maksudnya, para filusuf bukan hanya profesional di
bidangnya masing-masing, tetapi juga mereka telah membentuk komunitas-
komunitas dan asosiasi-asosiasi profesional di bidang-bidang tertentu
berdasarkan pada minat dan keahlian mereka masing-masing. Oleh sebab
itu, profesionalisasi disiplin filsafat pun tampak dengan jelas dari
munculnya jurnal-jurnal terkemuka dalam bidang filsafat. Ada cukup
banyak jurnal filsafat, baik yang diterbitkan dalam bentuk cetak maupun
elektronik.

2.2 Tujuan Dan Fungsi Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang filsafat. Oleh karena itu, tujuan
dan fungsi filsafat ilmu tidak dapat lepas dari tujuan dan fungsi filsafat itu sendiri.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang berbagai pengertian filsafat, maka
tujuan umum filsafat adalah sebagai berikut :
a. Dengan berfilsafat kita lebih memanusiakan diri, lebih mendidik dan
membangun diri.

7
b. Dapat mempertahankan sikap objektif dan mendasarkan pendapat atas
pengetahuan yang objektif, tidak berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan simpati atau antipati saja.
c. Mengajar dan melatih untuk berpandangan yang lebih luas.
d. Dengan filsafat diharapkan menjadi manusia yang dapat berpikir secara
kritis.
Filsafat dengan fungsinya sebagai Mater Scientinarum (induk ilmu
pengetahuan) berarti mencakup semua ilmu pengetahuan khusus. Fungsi filsafat
ilmu adalah untuk memberikan landasan dalam memahami berbagai konsep dan
teori disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Manfaat lain dalam mengkaji filsafat yaitu,
a. Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual.
b. Krisis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan.
c. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu.
d. Mempertanggungjawabka metode keilmuan secara logis dan rasional.
e. Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid.
f. Berpikir sintetis- aplikatif.

2.3 Dimensi Kajian Filsafat Ilmu


Ketika membicarakan tahap-tahap perkembangan pengetahuan tercakup
juga telaah filsafat yang menyangkut pertanyaan tentang hakikat ilmu. Dari segi
ontologis, dalam hal ini menyangkut yang mempunyai eksistensi dalam dimensi
ruang dan waktu serta terjangkau oleh pengalaman indra. Dengan demikain hal ini
menyangkut fenomena yang dapat diobservasi, dapat diukur sehingga datanya
dapat diolah. Dari segi epistemologi yaitu meliputi aspek normatif mencapai
perolehan kebenaran pengetahuan secara ilmiah, disamping aspek prosedural,
metode dan teknik memperoleh data empiris. Semuanya itu sering dikatakan
sebagai metode ilmiah yang melippuri langkah-langkah pokok dan urutannya.
Berikut ini akan digambarkan batasan kajian atau bidang garapan tahapan
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.
2.3.1 Ontologi

8
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada atau
ilmu tentang hakikat yang ada yang berbentuk jasmani maupun rohani.
Berikut pembahasan mengenai aliran-aliran dalam ontologi :
a. Monoisme
Monoisme menganggap bahwa hakikat asal dari seluruh
kenyataan hanya satu tidak mungkin dua, baik yang berupa materi
maupun rohani. Paham ini dibagi menjadi dua aliran yaitu
Materialisme dan Idealisme
Aliran materialisme menganggap bahwa sumber yang asal itu
adlah materi, bukan rohani. Aliran ini dipelopori oleh Bapak filsafat
yaitu Thales, beliau berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena
pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini sering disebut naturalisme,
menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya
fakta. Yang ada hanyalah materi/alam sedangkan jiwa/roh tidak
berdiri sendiri, tokoh aliran inilah Anaximander. Dia berpendapat
bahwa unsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara
merupakan sumber dari segala kehidupan.
Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Idealisme sebagai kebalikan dari materialisme yang dinamakan
juga sebagai spiritualisme. Aliran idealisme beranggapan bahwa
hakikat kenyataan yang beraneka ragam semua berasal dari roh atau
sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
Tokoh aliran idealisme diantaranya :
 Plato , menurutnya setiap yang ada didalam alam harus ada
idenya, yaitu konsep universal dari setiap segala sesuatu.
 Aristoteles, sifat kerohanian dengan ajaran yang
menggambarkan alam, ide itu sebagai sesuatu tenaga yang
berada dalam benda-benda itu sendiri dan menjalankan
pengaruhnya dari dalam benda itu.
 George Barkeley, yang menyatakan bahwa objek-objek fisis
adalah ide-ide.
 Immanuel Kant, Fichte, Hegel, dan Schelling.

9
b. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam
hakikat sebagai asal sumbernya yaitu hakiakt materi dan hakiakt
rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Tokoh aliran ini adalah
Descartes yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia
menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran dan
dunia ruang.

c. Pluralisme
Paham pluralisme berpandanagn bahwa segenap macam bentuk
merupakan kenyataan. Paham ini mneyatakan bahwa kenyataan alam
ini tersusun dari banyak unsur. Tokoh aliran pada masa yunani kuno
adalah Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa
substansi yang ada terbentuk dan terdiri dari empat unsur yaitu tanah,
air, api dan udara.
Tokoh modern aliran ini adalah William James yang terkenal
sebagai seorang psikolog dan filsuf Amerika. James, mengemukakan
bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, bersifat tetap,
berdiri sendiri dan lepas dari akal. Apa yang kiata anggap benar
sebelumnya dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.
d. Nihilisme
Doktrin tentang nihilisme sudah ada sejak zaman Yunani Kuno,
tokohnya yaitu Gorgias yang memberikan tiga proporsi tentang
realitas yaitu : tidak ada sesuatu apapun yang eksis, bila sesuatu itu
ada ia tidak dapat diketahui dan sekalipun realitas itu dapat kita
ketahui ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh
modern aliran ini daiantaranya : Ivan Turgeniev dan Friedrich
Nietzsche.
e. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikat materi maupun rohani, aliran ini dapat
kita ketahui dari filsafat Eksistensi dengan tokoh-tokohnya Soren

10
Kierkegaar yang terkenal dengan julukan Bapak Filsafat
Eksistensialisme, Martin Heidegger seorang filsuf Jerman, Jean Paul
Searte seorang filsuf dan sastrawan Peranci yang atheis.

2.3.2 Epistemologi
Epistemologi dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode pengetahuan. Dalam
filsafat terdapat objek material dan objek formal, objek material adalah
meliputi hakiakt Tuhan hakiakt manusia dan hakikat alam. Sedangkan objek
formal adalah usaha mencari keterangan secara radikal tentang objek
material filsafat.
Objek epistemologi ini berupa segenap proses yang terlibat dalam
usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Proses untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus
mengantarkannnya mencapai tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu
tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan.
Tujuan epistemologi dikatakan oleh Jacques Martain yaitu tujuan
epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah
saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan
saya dapat tahu. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan epistemologi itu yaitu
memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia.
Suatu peradaban tentu dibentuk oleh teori penegathuannya. Epistemologi
mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat ilmu murni sampai ilmu
sosial. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi,
wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh
penguasaan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang
strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi
produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya
dengan teknologi, kemajuan teknologi sebagai dampak dari pemanfaatan
pengembangan dari epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan
berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk

11
teknologi yang canggih adalah hasil dari pemikiran-pemikiran secara
epistemologis, yaitu pemikiran yang berkisar tentang bagaimana cara
mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang ahrus disediakan untuk
mewujudkan sesuatu hal tersebut.

2.3.3 Aksiologi
Aksiologi berkaitan dengan keginaan dari suatu ilmu, hakikat ilmu
sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapat dan berguna untuk
menjelaskan, meramalkan dan menganalisa gejala-gejala alam. Bramel
membagi aksiologi kedalam tiga bentuk yaitu yang pertama tindakan moral,
bidang ini menghasilkan disiplin khusus yakni etika. Kajian etika lebih
fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia, tujuan dari etika agar
manusia mengetahui dan mampu mempertangggungjawabkan apa yang ia
lakukan. Bagian kedua dri aksiologi adalah ekspresi keindahan, bidang ini
mengahasilkan keindahan. Estetika berkaitan dengan nilai tentang
pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungannya
dan fenomena sekelilingnya. Bagian ketiga dari aksiologi inilah kehidupan
sosial politik yang menghasilakn filsafat sosio politik.

2.4 Ruang Lingkup Filsafat Ilmu


Lingkupan filsafat ilmu berkembang begitu pesat sehingga menjadi suatu
bidang pengetahuan yang amat luas dan mendalam. Berikut mengenai ruang
kingkup filsafat ilmu yang dikemukakan dalam Encyclopedia Britannica :
1. Sifat dasar dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang-
cabang ilmu lain.
2. Perkembangan Historis dari filsafat ilmu
3. Unsur-Unsur Usaha Ilmiah
a. Unsur-unsur empiris, konseptual dan formal serta tafsiran teoriitisnya.
b. Prosedur empiris dari ilmu
 Pengukuran, teori dan masalah mengenai penentuan hubungan-
hubungan kuantitaif.
 Perancangan percobaan, penerapan logika induktif dan asas-asas
teoritis lainnya pada prosedur praktis.

12
c. Penggolongan masalah taksonomi
 Struktur formal ilmu, masalah menyusun suatu analisis formal
secara murni dari penyimpulan ilmiah dan perbedaan antara dalil
ilmiah dan generalisasi empiris.
 Perubahan konseptual dan perkembangan ilmu,
4. Prosedur dasar dari perkembanagan intelektual dari ilmu
a. Penemuan ilmiah
b. Pembuktian dan pembenaran dari konsep-konsep dan teori baru,
pandangan bahwa keteraturan dan keseluruhan merupakan persyaratan
penting dari suatu teori ilmiah.
c. Penyatuan teori-teori dan konsep-konsep dari ilmu-ilmu yang
terpisah , usaha menyusun suatu sistem aksiomatis bagi semua ilmu
kealaman .
5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah
a. Kedudukan proporsi ilmiah dan konsep dari entitas atau pandangan-
pandangan aneka ragam mengenai kedudukan epistemologi dari
proporsi ilmiah dan mengenai kedudukan dari konsep ilmiah.
b. Hubungan antara filsafat dan praktek ilmiah atau penerapan dari
ajaran-ajaran filsafat yang berlainan pada ilmu-ilmu yang berbeda.
6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman
dan persoalan manusia, kepentingan sosial dari ilmu dan sikap ilmiah,
keterbatasan usaha manusia.
7. Hubungan antar ilmu dan pengetahuan humaniora, persoalan tentang
perbedaan anatara metodologi ilmiah dan metodologi humaniora.

2.5 Pendekatan Filsafat Ilmu


Agar pembelajaran filsafat tidak hanya menjadi sejarah melainkan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka dapat dilakukan dengan
memperkenalkan berbagai pendekatan yang digunakan dalam pengembangan
filsafat. Secara garis besar ada empat pendekatan yang lazim dalam pendekatan
filsafat yaitu :
a. Rasionalisme,
b. Empirisme dan Positivisme,

13
c. Rasionalisme Kritis dan
d. Kontruktivisme.

2.5.1 Aliran Rasionalisme


Pandangan aliran rasionalisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan
sering dihubungkan dengan akal. Dalam arti, rasionalisme berarti anggapan
mengenai teori pengetahuan yang menekankan akal atau rasio untuk
membentuk pengetahuan. Aliaran ini mengatakan mustahil untuk
membentuk ilmu jika hanya berdasarrkan fakta, data empiris atau
pengamatan.

2.5.2 Aliran Empirisme Dan Positivisme


Pandangan aliran empirisme memberi kelonggaran pada peranan data
kenyataan untuk mengembangkan bahkan mengubah struktur ilmu
pengetahuan, empirisme dalam filsafat ilmu selalu mencocokkan sistem
ilmu dengan data empiris. Dalam membuat teori aliran empirisme selalu
memuali dengan pengamatan atau observasi kemudian melahirkan hukum
empiris selanjutnya dibangunlah suat teori. Karena ilmu pengetahuan selalu
ada unsur rasionalismenya, aliran empirisme mengalami kesulitan dalam
kaidah-kaidah logika dan matematikanya. Disinilah aliran positivisme
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.

2.5.3 Aliran Rasionalisme Kritis


Aliran rasionalisme dan aliran empirisme termasuk positivisme
termasuk aliran yang saling bertentangan. Pandangan rasionalisme kritis
berupaya menghubungkan unsur rasional dan empiris dalam pengetahuan
ilmiah. Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dibangun dari proses
induktif harus selalau terbuka terhadap kritik. Ilmu pengetahuan tersebut
terbuka untuk upaya pembuktian salah yang secara berkelanjuatan sehingga
dapat lebih dikokohkan.

14
Di samping hal tersebut, tititk suatu ilmu terletak pada melihat situasi
permasalahan. Lewat proses trial and error dan error elimination, ilmu
yang dikembangkan atas permasalahan tersebut dapat mendekati kebenaran.
2.5.4 Aliran Kontruktivisme
Pandangan aliran konstruktivisme yang menekankan pada sifat
kontekstual ilmu pengetahuan, yaitu pentingnya seluruh pengalaman demi
terjadinya suatu sistem ilmiah. Konteks dan ilmu dapat saling
mempengaruhi. Apabila ilmu bertentangan dengan konteks atau
pengalaman, maka tidak berarti bahwa ilmu tersebut runtuh. Dalam hal ini
terjadi pertentangan dan ketidaksesuaian diperlukan pengalaman untuk
memeperbaharui sistem ilmu tersebut.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Secara garis besar, periodeisasi sejarah perkembangan filsafat ilmu
pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada
zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman
kontemporer.
2. Tujuan umum filsafat adalah sebagai berikut :
a. Dengan berfilsafat kita lebih memanusiakan diri, lebih mendidik dan
membangun diri.
b. Dapat mempertahankan sikap objektif dan mendasarkan pendapat atas
pengetahuan yang objektif, tidak berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan simpati atau antipati saja dan mengajar dan melatih
untuk berpandangan yang lebih luas.
c. Dengan filsafat diharapkan menjadi manusia yang dapat berpikir
secara kritis.
3. Kajian atau bidang garapan tahapan filsafat ilmu adalah Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi.
4. Berikut mengenai ruang kingkup filsafat ilmu yang dikemukakan dalam
Encyclopedia Britannica :
a. Sifat dasar dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya dengan
cabang-cabang ilmu lain.
b. Perkembangan Historis dari filsafat ilmu dan unsur-Unsur Usaha
Ilmiah
c. Prosedur dasar dari perkembanagan intelektual dari ilmu
d. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari
pengalaman dan persoalan manusia, kepentingan sosial dari ilmu dan
sikap ilmiah, keterbatasan usaha manusia dan hubungan antar ilmu
dan pengetahuan humaniora, persoalan tentang perbedaan anatara
metodologi ilmiah dan metodologi humaniora sertaKedudukan filsafat
dari teori ilmiah

16
5. Secara garis besar ada empat pendekatan yang lazim dalam pendekatan
filsafat yaitu : 1) Rasionalisme, 2) Empirisme dan Positivisme, 3)
Rasionalisme Kritis dan 4) Kontruktivisme.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu. Bandung : Terbitan Khusus


Jalaluddinn dan Abdulllah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya
Media Pratama
Muhadjir, Noeng. 2001. Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post
Modernisme. Yogyakarta : Rake Sarasin
Salam, Burhanuddin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Bandung:
Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai