Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT ILMU

Sejarah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh : Kelompok 3 (PAP 14 B)

1. Meida Sintia Devi (14080314054)


2. Kartika Dewi (14080314045)
3. Diah Bunga Utama (14080314061)
4. Ariana Swastika (14080314038)

PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
petunjuk dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Sejarah Filsafat Ilmu” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu.
Ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang ikut serta membatu
menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Sejarah Filsafat
Ilmu, khususnya bagi penyusun. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.

Surabaya, 18 Februari 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Tonggak Awal Kehadiran Filsafat Ilmu ...................................................... 3
B. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu......................................................... 5
C. Induk Pertumbuhan Filsafat Ilmu ............................................................... 8
D. Aliran Filsafat Ilmu..................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
Kesimpulan .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences)


yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari
masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah
manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Filsafat adalah untuk
mengetahui hakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu
diteruskan,akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut
agama. Berikut ini akan dibahas lebih rinci.
Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat. kajian ini mengulas tentang sejarah
aliran-aliran pemikiran filsafat dimulai dari zaman Yunani klasik yang pada
akhirnya melahirkan spesialisasi dan sub-spesialisasi ilmu pada abad ke-20.
maka menjadi penting dan menarik kiranya kita dapat menggali kembali sejarah
perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya, sebagai suatu landasan berfikir
kita demi mengembangkan ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam yang
akan berimplikasi kepada kehidupan manusia yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tonggak awal kehadiran filsafat ilmu ?


2. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu ?
3. Bagaimana induk pertumbuhan filsafat ilmu ?
4. Apa saja aliran dari filsafat ilmu ?

1
C. Tujuan

Adapun tujuan - tujuan dari pembuatan makalah “Sejarah Filsafat Ilmu” adalah
sebagai berikut :
1) Agar mengerti dan memahami tonggak awal kehadiran filsafat ilmu.
2) Agar mengerti dan memahami bagaimana sejarah perkembangan filsafat
ilmu.
3) Agar mengerti dan memahami induk pertumbuhan filsafat ilmu.
4) Agar mengerti dan mampu menyebutkan aliran – aliran dari filsafat ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tonggak Awal Kehadiran Filsafat Ilmu

Yunani adalah tonggak kelahiran filsafat ilmu dan juga kiblat dari segala
ilmu. Pada abad ke-5 SM, seorang Sophist di Yunani menanyakan kemungkinan
reliabilitas dan objektivitas ilmu. Lalu seorang Sophist bernama Georgias
berpendapat bahwa tidak ada yang benar – benar wujud, karena jika sesuatu
ada tidak dapat diketahui, dan jika ilmu bersifat nisbi, tidak dapat
dikomunikasikan. Seorang Sophist lainnya, yaitu Protagoras berpandangan
bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang
lain, karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar
dari pengalaman yang dilaluinya. Pendapat pertama, lebih menyangkal hadirnya
kebenaran yang nisbi, sedangkan pendapat yang kedua sesungguhnnya
menolak hadirnya kebenaran tunggal. Filsafat ilmu juga mengurai adanya
kebenaran tunggal dan plural secara mendasar.
Keraguan para ilmuwan terdahulu memang tidak selamanya tepat. Tugas
ilmuwan berikutnya adalah mendudukkan persoalan agar lebih bermakna. Plato,
mengikuti ustadznya Socrates, mencoba untuk menjawab keraguan para Sophist
meperumpamakan keberadaan alam semesta yang bersifat tetap dan bentuk –
bentuknya yang tak terlihat, atau ide – ide, yang melaluinya ilmu pasti dan tetap.
Sementara jika mengandalkan indera-persepsi akan menghasilkan pendapat –
pendapat yang inkonsisten dan mubham (meragukan atau tidak dapat
dipertanggugjawabkan)
Aristoteles mengikuti Plato mengenai ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih
ahli atas ilmu – ilmu yang lainnya, namun tidak setuju dengan metode dalam
mencapainya. Aristoteles berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari
pengalaman. Mahzab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan
Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indera-persepsi. Akan tetapi
kedua mahzab itu menentang keduanya gagasan Aristoteles dan Plato yag
berpandangan bahwa filsafat harus dinlai sebagai sebuah bimbingan praktis

3
untuk menjalani hidup. Mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah
akhir dari kehidupan.
Aquinas seorang filsuf dan teologitali pada abad ke-13 mengungkapkan
bahwa sudah berupaya mensintesiskan keyakinan Nasrani dengan ilmu
pengetahuan dalam cakupan yang lebih luas. Dia memanfaatkan sumber –
sumber beragam seperti karya – karya filsuf Aristoteles, cendekiawan Muslim
dan Yahudi untuk menyusun dasar – dasar keilmuan. Pemikiran Aquinas pada
masa – masa awal itu sangat memengaruhi perkembangan teologi Nasrani dan
kosmos filsafat barat. Para pemikir barat, sering bercampuraduk antara ilmu dan
agama. Seiring perkembangan pemikiran, teolog sering bersinggungan dengan
filsafat.
France Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19
dapat dikatakan sebagai peletak dasar fisafat ilmu khazanah bidang filsafat
secara umum. Namun, sebenarnya filsafat ilmu meluas pada abad ke-20.
Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran
dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini, ada
semacam kekhawatiran yang muncul pada kalangan ilmuwan dan filsuf,
termasuk juga kalangan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam
eksistensi umat manusia, bahkan alam beserta isinya.
Para filsuf mulai muncul lantaran melihat perkembangan iptek berjalan
terlepas dari asumsi – asumsi dasar filsufnya seperti landasan ontologi,
epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri – sendiri. Untuk
memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran
filsafat ilmu sebagai pada awal pertumbuhannya sebagai upaya meletakkan
kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan
diri dan menaruh perhatian khusus terhadap kebahagiaan umat manusia.
Setelah kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik, filsuf skolatik,
Aquinas dan beberapa filsuf abad pertengahan berusaha membantu utuk
mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman, mencampur metode
– metode rasional dengan iman dalam sebuah sistem keyakinan integral.
Filsafat ilmu semakin kompleks. Struktur ilmu pun juga berubah seiring
dengan perkembangan masyarakat. Suatu perspektif tertentu dipakai tidak hanya
satu disiplin ilmu, artinya bisa jadi beberapa disiplin ilmu memakai objek formal

4
yang sama. Maka bisa dipahami, pernyataan Qomaruddin Hidayat, bahwa ilmu –
ilmu yang pada awalnya merupakan anak cabang dari filsafat, dewasa ini ilmu –
ilmu yang sudah menjadi dewasa, bahkan beranak-cucu ini cenderung
mengadakan “reuni”, dalam hal ini disebut reunifikasi. Karena itu dengan filsafat
ilmu, beberapa disiplin ilmu ternyata bisa “pulang-kembali” (dikelompokkan) pada
pola pikir (epistemologi) yang sama.
Struktur fundamental juga bisa dipahami sebagai „kerangka‟ paradigma
keilmuan (asumsi filsuf. Sebagaian besar penelitian keilmuan merupakan usaha
terus – menerus untuk menafsirkan dan memahami seluk-beluk alam lewat
kerangka kerja teoritik yang disusun terlebih dulu oleh ilmuwan/ peneliti. Teori –
teori yang fundamentalah yang lebih memerankan peran yang sangat berarti di
dalam menentukan arti data yang sedang diteliti. Arti penting data – data yang
terkumpulkan dari lapangan akan segera berubah maknanya ketika revousi ilmu
pengetahuan terjadi. Tema – tema yang paling penting dalam filsafat ilmu baru
adalah penekannanya pada penelitian yang berkesinambungan dan bukannya
hasil – hasil yang diterima sebagai inti pokok kegiatan ilmu pengetahuan. Tahap
berpikir yang dilandasi teori, keraguan, logika, dan rasionalitas itulah gema
filsafat ilmu.

B. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Secara


periodisasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan,
zaman modern dan masa kini. Periodisasi filsafat ilmu Cina adalah zaman kuno,
zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern dan dikenal
dengan sebutan periode weda, biracarita, sutra – sutra dan skolastik. Yang
terpenting dalam filsafat ilmu India adalah bagaimana manusia berteman dengan
dunia bukan untuk menguasai dunia. Sedangkan filsafat ilmu Islam dikenal
dengan periode mutakalimin dan filsafat ilmu Islam.
Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan
berkembang berdampingan dengan agama. Sejarah perkembangan ilmu terbagi
secara periode, yakni :

5
1) Zaman Pra Yunani Kuna (zaman batu), pada abad VI SM muncul lahirnya
filsafat sehingga orang mencari jawaban rasional tentang problem alam
semesta.
2) Zaman Yunani Kuno, pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide.
3) Masa Helinistis Romawi. Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu :
a. Stoisisme, segala kejadian menurut ketetapan yang tidak
dapat dihindari.
b. Epikurisme, segalanya terdiri dari atom – atom.
c. Skepisisme, bidang teoretis manusia tidak mampu mencapai
kebenaran.
d. Eklektisme, pengambilan unsur filsafat dari aliran – aliran lain
tanpa berhasil mencapi suatu pemikiran yang sungguh-
sungguh.
e. Neoplatoisme, paham yang ingin menghidupkan kembali
filsafat Plato.
4) Zaman Abad Pertengahan, mengalami 2 periode yakni:
a. Periode Patrikis mengalami tahap: permulaan agama Kristen
dan filsafat Agustinus.
b. Periode Skolastik menjadi 3 tahap yakni; periode awal, periode
puncak, dan periode akhir.
5) Zaman Renaissance, zaman peralihan menjadi kebudayaan modern.
6) Zaman Modern, ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah.
7) Zaman kontemporer (abad XX dan seterusnya).

Perkembangan filsafat ilmu, antara ontologi, epistemologi, aksiologi


seiring tidak seimbang. Ilmu pengetahuan terbentuk dengan beberapa tahap dan
periode – periode perkembangan sebagai berikut :
1) Abad ke-4 SM, peninggalan – peninggalan menggambarkan ilmu
pengetahuan mulai ditemukan. Pada abad ini terjadi pergeseran dari
persepsi mitos ke persepsi logos atau rasional. Aristoteles adalah tokos
yang terkenal pada periode ini. Pandangan Aristoteles yang dapat
dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal –
hal sebagai berikut:

6
a. Pengenalan, terbagi menjadi 2 (dua) macam yakni: pengenalan
indrawi yaitu pengetahuan tentang hal – hal konkret dari suatu benda,
dan pengenalan rasional.
b. Metode. Metode untuk mengembangkan ilmu pengetahuan ada 2
(dua) yakni : induksi intuitif yaitu penyusunan hukum yang berasl dari
fakta, dan dedukasi (silogisme) yaitu pengetahuan universal menuju
fakta – fakta.
2) Abad 17 sesudah Masehi, pada periode yang kedua ini terjadi revolusi
ilmu pengetahuan karena adanya perombakan total dalam cara berpikir.
Apabila Aristoteles cara berpikirnya bersifat ontologis rasional, sedangkan
Gallileo Gallilei (tokoh pada abad 17 sesudah masehi) cara berpikirnya
bersifat analisis. Abad 17 meninggalkan cara berpikir matafisi ( apa yang
berada di balik yang Nampak atau apa yang ada di balik fenomena) dan
beralih ke elemen – elemen yang terdapat pada suatu benda, jadi tidak
mempersoalkan hakikat.
Sejak abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip – prinsip
yang kuat yaitu jelas dan terpilah – pilah serta di satu pihak berpikir pada
kesadaran, dan pihak lain berpihak pada materi, dilihat dari pandangan
Rene Descartes (1596-1650) dengan ungkapan Cogito Ergo Sum yang
artinya karena aku berpikir maka aku ada. Untuk mencapai sesuatu yang
pasti menurut Descartes kita harus ragukan apa yang kita amati, karena
melalui keraguan akan menimbulkan kesadaran. Prinsip ilmu
pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain berpijak
pada materi juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-
1808), bahwa ilmu pengethuan itu bukan merupakan pengalaman
terhadap fakta, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio dan
berpendapat bahwa pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada
objek.
Menurut Syadali (1997) rasionalisme sangat bertentangan dengan
empirisme. Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasarkan
rasio, ide – ide yang masuk akal. Pengalaman nyata, itu hanyalah
fotokopi dari sebuah ide. Namun, realitas keilmuan tidak selalu demikian.
Oleh sebab itu, dalam mencari kebenaran, filsafat ilmu tidak
mempermasalahkan paham tersebut, yang terpenting adalah ada

7
kontinuitas, tidak saling bertentangan antar paham. Filsafat ilmu sebagai
induk keilmuan tidak akan kehilangan jejak ketika menempatkan ilmu
pengetahuan. Filsafat ilmu menjadi fondasi berpikir tentang ilmu
pengetahuan.

C. Induk Pertumbuhan Filsafat Ilmu

Induk pertumbuhan filsafat ilmu jelas bersal dari ilmuwan besar yaitu
Plato, filsuf pertama yang mengemukakan epistemologi dalam filsafat ilmu. Filsuf
Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles.
Pemikiran Plato dan Aristoteles memang sering ada perbedaan. Pembahasan
tentang epistemologi Plato dan Aristoteles dibandingkan pada table dibawah ini.

Tabel komparasi epistemologi Plato dan Aristoteles

Topik Pemikiran Plato Aristoteles


Pandangan tentang Ada 2 dunia : dunia ide & Hanya 1 dunia : Dunia
dunia dunia sekarang (semu). nyata yang sedang
dijalani.
Kenyaaan yang sejati Ide – ide yang berasal Segala sesuatu yang di
dari dunia ide. alam yang dapat
ditangkap indra.
Pandangan tentang Terdiri dari badan dan Badan dan jiwa sebagai
manusia jiwa abadi ; badan fana satu kesatuan tak
(tidak abadi). terpisahkan.
Asal pengetahuan Dunia ide. Namun Kehidupan sehari – hari
tertanam dalam jiwa dan alam dunia nyata.
yang ada dalam diri
manusia.
Cara mendapakan Mengeluarkan dari dalam Observasi dan abstraksi,
pengetahuan diri (Anamnesis) dengan diolah dengan logika.
metode bidan.

8
Antara abad 17 hingga akhir abad ke-19, masalah utama yang muncul
dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kuu rasionalis vis-à-vis
kubu empiris (indrawi-persepsi). Descartes orang yang pertama kali
memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan
disebut juga sebaga Bapak Filsafat Modern. Dia menggunakan metode sangsi
dalam menyikapi berbagai fenomena atau untuk menyerap ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan seperti dapat diramal, disipakan teorinya dahulu, diuat
hipotesis, dan akhirnya dijawab sendiri dengan asumsi – asumsi kritis.
Empirisme pertama kali dprkenalkan oleh filsuf dan negarawan Inggris
Francis Bacon pada awal – awal abad ke-17, akan tetapi gagasan itu
dikembangkan oleh John Locke yang memandang seseorang pada waktu
lahirnya ibarat tabula rasa, kosog tanpa isi, lingkungan dan pengalamanlah yang
menjadikannya berisi. Gagasan ini, jelas mengikuti paham empiris, bahwa
pengalaman hidup yang membentuk keimuan seseorang. Penglaman indrawi
menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu
saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia.
Dengan demikian perkembangan filsafat ilmu memang telah meletakkan
dasar – dasar keilmuan. Apapun wujudnya, filsafat ilmu telah diyakini oleh
ilmuwan untuk menjawab keraguan dunia secara proporsional. Dari pembahasan
tersebut aada dua pilihan, yaitu ilmu idealism dan ilmu empirisme. Paham
idealism, selalu menyatakan bahwa realitas empiris hanya copy paste dari ide.
Sebaliknya kaum empiris, menganggap realitas, pengalaman yang paling
berharga. Dari pernyataan tersebut, tugas filsafat ilmu adalah menjaga agar ada
konsistensi dalam menerapkan berbagai aliran.

D. Aliran Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu telah melahirkan sekian banyak aliran pemikiran. Seiring


dengan para ahli yang ngin meletakkan sebuah pemikiran. Tugas ilmuwan
sebenarnya addalah mengikuti aliran itu secara konsisten, hingga tidak tumpang
tindih dalam mencari kebenaran. Beberapa aliran yang sudah cukup baku dalam
filsafat ilmu adalah sebagai berikut:
1) Rasionalisme. Rasionalisme adalah mahzab filsafat ilmu yang
berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari segala pengetahuan.

9
Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme mengeksplorasi
gagasan dengan kemampuan intelektual manusia. Tokoh – tokoh
rasionalisme diantaranya adalah Descrates, Leibniz, dan Spinoza. Para
pemikir rasionalisme berpandangan bahwa tugas dari para filsuf
diantaranya adalah membuang pikiran irasional dengan rasional. Paham
ini sering mendewakan akal, sebagai tonggak penemuan kebenaran.
Aliran ini jelas buta terhadap kejadian yang sesungguhnya. Hasil – hasil
teknologi era industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil
rasionalisme untuk mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia.
2) Empirisme. Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan
dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern da metode ilmiah.
Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat
terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Aliran empirisme memiliki
sifat kritis terhadap abtraksi dan spekulasi dalam membangun dan
memperoleh ilmu. Selain itu, tadisi empirisme adalah fundamen yang
mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam
konteks perdebatan apakah ilmu pengetahuan sosial itu berbeda dengan
ilmu alam.
3) Realisme. Realisme berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas
pada pengalaman indrawi ataupun gagasan yang terbangun dari dalam.
Dengan demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan
terhadap gagasan ekstrim idealisme dan empirisme. Gagasan utama dari
realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa
pengetahuan didapatkan dari dua hal yaitu observasi dan pengembangan
pemikiran baru dari observasi yang dilakukan. Kontribusi lain dari tradisi
realisme adalah sumbangannya terhadap filsafat kontemporer ilmu
pengetahuan, terutama melalui karya Roy Bashkar, dalam memberikan
argumen – argumen terhadap status ilmu pengetahuan spekulatif yang
diklaim oleh tradisi empirisme.
4) Idealisme. Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang erpandangan
bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara
terpisah dari kesadaran manusia. Salah satu sumbangan dari tradisi
filsafat idealisme adalah pengaruh idealisme platonic dalam agama

10
Kristen. Selain Kristen, pemikiran yang turut memberikan saham bag
tradisi idealis adlaah mistisisme Yahudi, mistisisme Kristen dan
pengembangan pemikiran matematika oleh bangsa – bangsa Arab.
Dengan demikian, pemikiran filsafat idealisme dibangun terutama oleh
gagasan – gagasan Hegel dan Kant. Namun demikian, bangunan filsafat
politik modern yang berpaham bahwa manusia dapat mengatur dunia
melalui ilmu pengetahuan telah membuktikan vitalitas aliran idealisme
Kantian.
5) Positivisme. Positivism adalah doktrin filosofi dan ilmu pegetahuan sosial
yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai
basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Salah satu bagian dari tradisi
positivisme adalah sebuah konsep yang disebut dengan positivisme logis.
Kerangka pengembangan ilmu menurut tradisi positivisme telah
memunculkan perdebatan tentang apakah ilmu pengetahuan sosial
memang harus “di-ilmiahkan”. Kritik atas positivisme berkaitan dengan
penggunaan fakta – fakta yang kaku dalam penelitian sosial. Menjawab
kritik ini, kaum positivis mengatakan bahwa metode kualitatif yang
digunakan dalam penelitia sosial tidak menemukan keepatan karena
sulitnya untuk diverifikasi secara empiris. Positivisme menganut
pendekatan etik, karenanya bersebrangan dengan empirisme.
6) Pragmatisme. Pragmatsime adalah mahzab pemikiran filsafat ilmu yang
dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert
Mead, F.C.S. Schiller dan Richard Rorty. Pragmatisme berargumentasi
bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan
transendental dan menggantinya dengan aktivitas manusia sebagai
sumber pengetahuan. Sumbangan dari pragmatisme adalah dalam
praktik demokrasi. Dalam area ini pragmatisme memfokuskan pada
kekuatan individu untuk meraih solusi kreatif terhadap masalah yang
dihadapi.

Namun demikian, walaupun masing – masing aliran ada kelebihan dan


kelemahannya, setiap filsafat ilmu saling berkontribusi dengan saling meyapa
secra kritis. Dari pokok bahasan di atas, semua filsafat ilmu memebrikan
kontribusi yang signifikan bagi terbentuknya pemikiran ilmu pengetahuan

11
modern. Sedangkan kajian yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi
hakikat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem – problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu,
epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu.
Dari berbagai aliran filsafat ilmu diatas, sampai sekarang banyak
mewarnai perkembangan ilmu di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian.
Implikasi dari berbagai aliran itu memiliki sudut pandang metodologis yang
berbeda. Bahkan masing – masing aliran akan melahirkan aneka ragam metode
penelitian. Namun dalam wawasan filsafat ilmu, aliran tetap menjadi akar dari
perkembangan ilmu pengetahuan. Aliran akan menentukan metode dan seluruh
teori yang digunakan dalam penelitian apapun.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Yunani adalah tonggak kelahiran filsafat ilmu dan juga kiblat dari segala
ilmu. Yang paling penting dalam filsafat ilmu baru adalah penekannanya pada
penelitian yang berkesinambungan dan bukannya hasil – hasil yang diterima
sebagai inti pokok kegiatan ilmu pengetahuan. Tahap berpikir yang dilandasi
teori, keraguan, logika, dan rasionalitas itulah gema filsafat ilmu.
Sejarah perkembangan ilmu terbagi secara periode, yakni; Zman Pra
Yunani Kuno, Zaman Yunani kuno, Masa Helintis Romawi, Zaman Abad
pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, Zaman Kontemporer ( Abad
XX dan Seterusnya).
Adapun aliran – aliran filsafat ilmu terbagi menjadi beberapa aliran yaitu
sebagai berikut : rasonalisme, empirisme, realisme, idealisme, positivisme, dan
pragmatisme. Dari berbagai aliran filsafat ilmu, sampai sekarang banyak
mewarnai perkembangan ilmu di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian.
Implikasi dari berbagai aliran itu memiliki sudut pandang metodologis yang
berbeda. Bahkan masing – masing aliran akan melahirkan aneka ragam metode
penelitian. Namun dalam wawasan filsafat ilmu, aliran tetap menjadi akar dari
perkembangan ilmu pengetahuan. Aliran akan menentukan metode dan seluruh
teori yang digunakan dalam penelitian apapun.

13
DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. Dr.,M.Hum., 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: CAPS.

14

Anda mungkin juga menyukai