Disusun oleh:
Yaya sufyan suri
Irfan
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Dengan judul “ilmu pengetahuan sains menurut islam” . Penulis
berharap semoga makalah ini dapat ermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi
untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf bila ada penulisan kata
atau tata bahasa yang masih salah dan kurang berkenan. Saran, tanggapan, dan kritik
anda yang membangun sangat penulis harapkan guna menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI
1. Kata pengantar........................................................................................
2. Daftar isi.................................................................................................
1.1 Latar belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan dan tujuan ................................................................................
3. Latar belakang masalah.......................................................................
4. Bab II pembahasan................................................................................
5. Bab III kesimpulan.................................................................................
2
6. Daftar pustaka.......................................................................................
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian ilmu pengetahuan sains ?
2.Kapan adanya sejarah sains?
3.. perbedaan pengetahuan dan sains ?
4. Keutamaan mempelajari ilmu menurut al-Quran dan hadits ?
5.Apa pandangan islam terhadap ilmu ?
6.Tujuan-tujuan belajar ilmu sains?
C.TUJUAN MASALAH
1.Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan sains
2.Untuk mengetahui sejarah rentang sains
3.Untuk mengetahui perbedaan antara pengetahuan dan sains
4.Untuk mengetahui keutamaan menuntut ilmu
5.Untuk mengetahui pandangan islam terhadap ilmu
6.Untuk mengetahui tujuan-tujuan ilmu sains
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dapat dikatakan kemajuan sebuah peradaban berawal dari kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan. Sejarah telah banyak mencatat, seperti kemajuan peradaban Islam masa
Dinasti Abbasiyah, ditopang oleh kehidupan bidang keilmuan yang begitu maju dan
progresif. Begitu juga yang terjadi di Barat, dimulai dari masa renaissance sampai
sekarang ini, sehingga tidak mengherankan jika pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan tampak sangat pesat.
Memasuki era modern persoalan mengenai ilmu masih menjadi perdebatan yang
cukup alot. Jika dilihat dari kacamata peradaban modern yang direpresentasikan oleh
Barat dan peradaban Islam yang sering kali sebagai representasi dari Timur, memiliki
konstruksi tersendiri sesuai dengan pandangan masing-masing. Sementara itu, dewasa
3
ini, peradaban Barat beberapa langkah lebih di depan dibanding peradaban Islam.Pada
dasarnya, ilmu memiliki peran penuh dan fungsi signifikan terhadap kehidupan. Namun,
ketika ilmu, dalam praktik yang dilakukan kalangan Barat dianggap bebas nilai, ilmu
tidak berperan dan berfungsi lagi, kecuali hanya untuk kepuasan realitas saintifik.
Sementara dari sudut pandang Islam, ilmu apapun, bagaimanapun dan dari manapun
asalnya harus memiliki nilai-nilai kebaikan dan positif bagi kehidupan masyarakat.
Tampak dari sini terdapat semacam friksi dan kontradiksi antara Barat dan Islam dalam
memandang ilmu, walau kondisi seperti ini tidak menjadi sebuah kemestian.
Untuk mengurai perdebatan dua pandangan tersebut, beberapa sarjana telah menelurkan
gagasannya masing-masing. Tokoh yang cukup terkenal di Indonesia yang fokus dalam
bidang ini adalah Naquib al-Attas, Kuntowijoyo, Nurcholish Madjid dan Amin Abdullah.
Berangkat dari uraian yang telah dikemukakan, tulisan ini berusaha untuk
mengungkapkan ilmu atau sains dari sudut pandang dunia modern (Barat) dan dunia
Islam (Timur) sejauh dengan tema-tema yang dianggap penting dan terkait langsung
dengan kedua peradaban tersebut, terutama dari perspektif filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN SAINS
Ilmu sains adalah cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk
ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang di sebut proses ilmiah.
Dan menurut para ahli mengatakan :
1. James conan
4
Sains adalah deretan konsep serta skema konseptual yang beerhubungan
satu sama lain tumbuh sebagai hasil dari eksperimen dan juga observasi
yang berguna untuk diamati lebih lanjut.
2. Trow bridge dan Bybee
Sains adalh sebagai usahamencari tahu suatu hal melalui proses tertentu
yangbertujuan untukmengembangkan pengetahuan.
3. Albert Einstein
Sains adalah upaya / aktifitas yang dikombinasikan berbagai jenis-jenis
indrawi yang dimiliki oleh manusia sehingga membentuk pola pikir yang
mempunyai keberagaman secaralogis.
4. Romanoharre
Sains adalah kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya yang menjelaskan
tentang pola, keteraturan ataupun ketidakteraturannya dari gejala yang diamati oleh
seksama.
5
oleh pengalaman seseorang untuk merasakan seperti manisnya rasa apel, dan pengalaman
dalam melihat bahwa buah apel memiliki warna merah dan berbentuk bulat (Will &
Durant, 1965) .
Namun, pemahaman tersebut bertolak belakang dengan salah seorang murid Plato yang
bernama Aristoteles, ia menjelaskan bahwa pengalaman mendahului konsep ide tentang
suatu benda yang bertolak belakang dengan ide yang digagas oleh Plato. Sebagaimana
contoh menurut Aristoteles seseorang tidak akan mengetahui buah apel (seperti warna
merah, rasanya yang manis, dan bentuknya yang bulat) sebelum pernah melihat dan
merasakan rasa buah apel. Metode ini dinamakan sebagai metode empiris (empiria =
pengalaman) yang pada nantinya menjadi cikal bakal metode ilmiah yang digunakan
untuk melakukan pendekatan dalam sains.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada peradaban bangsa Yunani sangatlah luas. Bermula
dari keingintahuan tersebut hingga dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
matematika geometri Euclid yang digunakan dalam melakukan pembangunan sebuah
kuil di Athena dan harmoni pada tangga nada dalam alat musik yang merupakan hasil
dari matematika Pitagoras. Ada pula ilmu pengobatan yang dikembangkan oleh
Hippocrates, taksonomi dalam biologi, serta mekanika yang awal mulanya
dikembangkan oleh Aristoteles.
Bahkan kelak pada saat Yunani dijajah oleh bangsa Romawi kuno, Archimedes seorang
filsuf dan ilmuwan di Pulau Crete memanfaatkan ilmu fisika dan matematika pada saat
itu sehingga sangat sulit bagi pasukan Romawi untuk menaklukan pulau tersebut, karena
pulau tersebut pada dinding lautnya memiliki sebuah katrol yang mampu mengangkat
dan melumpuhkan kapal-kapal pasukan Romawi yang sangat besar.
Tak lama kemudian banyak perang saudara yang terjadi pada bangsa Yunani
mengakibatkan situasi sosial-politik-ekonomi yang tidak mendukung bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Terlebih dengan takluknya mereka pada invasi bangsa Romawi, kelak
bangsa Romawi tidak lagi begitu memperdulikan perkembangan sains dasar, sehingga
sains hanya berkembang pada lingkup aplikasi dalam kehidupan sehari-hari saja. Selain
6
itu kekaisaran Romawi hanya fokus dalam melakukan pengembangan peralatan militer
yang berguna dalam membantu menginvasi dan memperluas wilayah Romawi.
Setelah situasi Yunani yang tidak lagi mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
terutama pada perkembangan sains, maka para ilmuwan pada saat itu banyak melakukan
perjalanan untuk bertukar pikiran dengan ilmuwan yang mungkin terdapat di benua lain,
serta mencoba untuk mendapatkan pengalaman yang baru. Salah satunya saat itu negeri
yang kaya akan pengembangan ilmu pengetahuan adalah bangsa Mesir.
Mesir
Pertama kali sains berkembang di Yunani merupakan ilmu pengetahuan yang
berkembang bermula dari spekulasi filsafat. Dahulu seorang filsuf merupakan seorang
yang memiliki kemampuan di berbagai bidang ilmu sekaligus atau yang disebut
sebagai polymath, sehingga dahulu tidak terdapat seorang fisikawan, biolog,
matematikawan. Namun, filsuf mengintegrasikan berbagai bidang untuk mencari
jawaban apa yang berada di alam semesta. Seperti halnya mencari asal-usul dasar dari
alam semesta itu apa, hingga filsuf Yunani salah seorang yang bernama Democritus
mengembangkan konsep dasar alam semesta yaitu berasal dari suatu hal yang sangat
kecil dan tidak dapat dibagi lagi, yaitu “atom” yang kelak menjadi cikal bakal ilmu fisika
dan kimia.
Sejarah cikal bakal sains kelak terlahir dari nalar orang-orang Yunani tersebut, seperti
halnya salah seorang filsuf yang bernama Plato dalam sekolahnya ia mengajarkan bahwa
seluruh benda yang terdapat di Bumi sebenarnya berasal dari dunia ide dalam pikiran kita
yang sama sekali tidak berubah. Sebagai contoh, Plato mengatakan bahwa ide konsep
tentang apel (seperti warna merah, rasanya yang manis, bentuknya yang bulat) didahului
oleh pengalaman seseorang untuk merasakan seperti manisnya rasa apel, dan pengalaman
dalam melihat bahwa buah apel memiliki warna merah dan berbentuk bulat (Will &
Durant, 1965) .
Namun, pemahaman tersebut bertolak belakang dengan salah seorang murid Plato yang
bernama Aristoteles, ia menjelaskan bahwa pengalaman mendahului konsep ide tentang
suatu benda yang bertolak belakang dengan ide yang digagas oleh Plato. Sebagaimana
7
contoh menurut Aristoteles seseorang tidak akan mengetahui buah apel (seperti warna
merah, rasanya yang manis, dan bentuknya yang bulat) sebelum pernah melihat dan
merasakan rasa buah apel. Metode ini dinamakan sebagai metode empiris (empiria =
pengalaman) yang pada nantinya menjadi cikal bakal metode ilmiah yang digunakan
untuk melakukan pendekatan dalam sains.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada peradaban bangsa Yunani sangatlah luas. Bermula
dari keingintahuan tersebut hingga dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
matematika geometri Euclid yang digunakan dalam melakukan pembangunan sebuah
kuil di Athena dan harmoni pada tangga nada dalam alat musik yang merupakan hasil
dari matematika Pitagoras. Ada pula ilmu pengobatan yang dikembangkan oleh
Hippocrates, taksonomi dalam biologi, serta mekanika yang awal mulanya
dikembangkan oleh Aristoteles.
Bahkan kelak pada saat Yunani dijajah oleh bangsa Romawi kuno, Archimedes seorang
filsuf dan ilmuwan di Pulau Crete memanfaatkan ilmu fisika dan matematika pada saat
itu sehingga sangat sulit bagi pasukan Romawi untuk menaklukan pulau tersebut, karena
pulau tersebut pada dinding lautnya memiliki sebuah katrol yang mampu mengangkat
dan melumpuhkan kapal-kapal pasukan Romawi yang sangat besar.
Tak lama kemudian banyak perang saudara yang terjadi pada bangsa Yunani
mengakibatkan situasi sosial-politik-ekonomi yang tidak mendukung bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Terlebih dengan takluknya mereka pada invasi bangsa Romawi, kelak
bangsa Romawi tidak lagi begitu memperdulikan perkembangan sains dasar, sehingga
sains hanya berkembang pada lingkup aplikasi dalam kehidupan sehari-hari saja. Selain
itu kekaisaran Romawi hanya fokus dalam melakukan pengembangan peralatan militer
yang berguna dalam membantu menginvasi dan memperluas wilayah Romawi.
Setelah situasi Yunani yang tidak lagi mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
terutama pada perkembangan sains, maka para ilmuwan pada saat itu banyak melakukan
perjalanan untuk bertukar pikiran dengan ilmuwan yang mungkin terdapat di benua lain,
serta mencoba untuk mendapatkan pengalaman yang baru. Salah satunya saat itu negeri
yang kaya akan pengembangan ilmu pengetahuan adalah bangsa Mesir.
8
Ahli-ahli sains dalam islam
Mulai sosok Jabir Ibnu Hayyan (perintis teori molekul), Al-Khawarizmi (peletak dasar
alogaritma), Al-Farghani (perintis astronomi modern), Al-Jazari (bapak ilmu teknik
modern), Ibnu Sina (dokter terhebat dalam sejarah Islam), hingga Al-Dinawari (bapak
botani Islam).
1. Pengertian
a. Pengetahuan biasa(knowledge)
Jika dilihat dari segi bahasa, ilmu dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa
arab, yaitu ‘ilmu yang berarti pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala hal yang dapat kita tangkap melalui panca indera
kita, kemudian kita serap guna memahami berbagai fenomena yang terjadi di sekitar
kita. Jadi pengetahuan merupakan hasil dari aktivitas indera kita, dan dari aktivitas
inilah diperoleh pemahaman-pemahaman terhadap segala yang ada di sekitar kita.
kata science berasal dari bahasa latin (scientia) yang berarti pengetahuan.
Dalam bahasa Indonesia sepadan dengan istilah sains.
3. Persamaan
Persamaannya ialah keduanya, Pengetahuan Biasa (Knowledge), Dan
Pengetahuan Ilmiah/Ilmu Pengetahuan (Science) sama-sama mencari kebenaran,
10
timbul dari keinginan manusia untuk mengejar kebenaran untuk mengerti akan
dirinya sendiri.
Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Bahkan ayat pertama
yang turun kepada Rasulullah SAW saat menjadi nabi adalah salam surat Al-‘Alaq
yang memiliki arti ‘Bacalah.’ (QS Al’alaq: 1).
Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam.
Rasulullah SAW bersabda,
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224). Dalam
islam keutamaan menuntut ilmu juga disampaikan seperti berikut,
Ini adalah keutamaan menuntut ilmu yang pertama, dalam Alquran Allah SWT
berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).
11
Jika ditelaah lebih lanjut, ada tafsiran atau arti dari ayat ini. Seperti salah satunya
menurut Imam Syaukani berkata : “Dan makna ayat ini bahwasanya Allah
mengangkat beberapa derajat orang-orang beriman dari orang-orang yang tidak
beriman, dan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang berilmu (dan
beriman) dari orang-orang yang hanya beriman. Maka barang siapa yang
memadukan antara iman dan ilmu maka Allah mengangkatnya beberapa derajat
karena imannya lalu Allah mengangkat derajatnya karena ilmunya”.
Kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia. Ia yang berilmu pasti diberi kebaikan
dan kemudahan dalam menjalankan kehidupannya di dunia maupun di akhirat.
12
4. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga
Surga adalah idaman setiap muslim. Bahkan, ia menjadi janji dari Allah SWT bagi
banyak amalan shalih yang dilakukan oleh umat Islam. Oleh karena itu, menuntut
ilmu bisa menjadi salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk menuju surga. Hal
ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW beliau bersabda :
َسَّهَل ُهللا َلُه ِبِه َطِريًقا ِإَلى اْلَج َّنِة،َوَم ْن َس َلَك َطِريًقا َيْلَتِمُس ِفيِه ِع ْلًم ا
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
Siapa yang tidak ingin terus mendapatkan pahala meski telah meninggal. Ilmu
akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal. Hal ini
akan didapati bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab,
ilmu tersebut bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain.
ِإَذ ا َم اَت اِإْل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع َم ُلُه ِإاَّل ِم ْن َثاَل َثٍة ِم ْن َص َد َقٍة َج اِرَيٍة َو ِع ْلٍم ُيْنَتَفُع ِبِه َوَو َلٍد َص اِلٍح َيْدُعو َلُه
13
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak
yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
5 Seyyed Hossain Nasr, Sains dan Peradaban di Dalam Islam, Terj. J. Mahyudin
(Bandung: Penerbit Pustaka, 1997), h. 11.
6 Hasbi Indra, “Pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan Refleksinya
terhadap Aktivitas Pendidikan Sains di Dunia Muslim”. Miqot, Vol. XXXIII, No. 2
(JuliDesember, 2009), h. 245-260.
7 Al-Ghazali membagi ilmu menjadi dua bagian, yaitu ilmu fardlu ‘ain dan ilmu
fardlu kifâyah. Kelompok ilmu yang pertama adalah ilmu yang wajib dipelajari setiap
muslim terkait dengan tatacara melakukan perbuatan wajib, seperti salat, berpuasa, bersuci,
dan sejenisnya. Smentara kelompok ilmu yang kedua adalah ilmu yang harus dikuasai demi
tegaknya urusan dunia, seperti ilmu kedokteran, astronomi, pertanian, dan sejenisnya. Terkait
ilmu yang kedua ini, al-Ghazali berpendapat tidak setiap muslim dituntut menguasainya.
Yang penting setiap kawasan ada yang mewakili, maka kewajiban bagi yang lain menjadi
gugur. Abū Hamid Muhammad al- Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Juz I (Beirut: Badawi
Thaba‟ah, t.th), h. 14-15.
15
ilmu-ilmu pengetahuan umum didatangkan dari Barat yang notabene adalah non-
Muslim.8
Jika dalam pandangan Barat aspek aksiologis ilmu bersifat netral atau bebas
nilai, maka dalam pandangan Islam ilmu harus tidak keluar dari doktrin-doktrin
keagamaan. Hal ini bisa diambil dari teks-teks al-Quran dan hadis, selaku sumber
utama dalam ajaran Islam. Kejayaan di bidang ilmu pengetahuan dalam peradaban
Islam pun tidak terlepas dari teks-teks suci, sehingga pada akhirnya muncul dikotomi
yang menyatakan bahwa ilmu yang lebih diutamakan untuk dipelajari adalah ilmu
agama, sedangkan ilmu umum hanya dipelajari sesuai kebutuhan dalam kehidupan.
Dari sini kemudian kemunduran perdaban Islam di bidang keilmuan dimulai sampai
akhirnya muncul gagasan-gagasan untuk menjembatani persoalan ketertinggalan dari
Barat dan persoalan dikotomi ilmu.
6.Tujuan Sains
8 Terkait hal ini, Irfan Hielmy menegaskan bahwa ilmu atau science adalah bagian
dari aspek kehidupan manusia yang diperoleh lewat akal, sehingga tak boleh dipandang dari
mana sumber keilmuan itu, baik dari seorang Muslim, non-Muslim bahkan ateis sekalipun.
Irfan Hielmy, Sentuhan Wahyu Penyadar Kalbu: Bahan Renungan Pribadi Sufi (Bandung:
Yrama Widya, 2003), h. 35.
16
2.Mengembangkan pengetahuan sebab dan akibat dari tindakan manusia
Sains bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan terkait sebab dan akibat dari
tindakan manusia. Sains adalah sebuah ilmu yang dilakukan berdasarkan observasi,
penelitian dan analisis yang cermat diikuti oleh bukti. Melalui sains seseorang akan
mengetahui dampak seperti apa yang akan disebabkan oleh tindakan manusia.
Sebagai contoh sederhana, jika seseorang menggoreskan pisau ke kulitnya maka orang
tersebut akan mengeluarkan darah, atau penjelasan mengenai mengapa ketika kulit kita
dicubit maka akan terasa sakit. Hal-hal seperti itu dapat dijawab dan dijelaskan melalui
sains.
Sains juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan observasi dan analisis yang
dimiliki seseorang. Dengan sains seseorang akan terbiasa untuk menjawab mengenai
kenapa dan bagaimana sesuatu dapat terjadi. Sains bertujuan untuk dapat
mengembangkan pengukuran yang teliti dalam diri seseorang terkait segala hal yang
diobservasi dan dianalisisnya, hal ini juga bertujuan untuk mendapatkan jawaban atau
hasil yang benar dan memuaskan.
17
hidup menjadi lebih tinggi. Manusia hidup berdampingan dengan alam, berbagai faktor
dapat terjadi dan mempengaruhi manusia. Sains digunakan sebagai alat untuk mencari
solusi dan penjelasan atas permasalahan tersebut seperti hadirnya cabang ilmu berupa
fisika, biologi dan kimia.
KESIMPULAN
Ilmu sains adalah cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk
ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang di sebut proses ilmiah.
Pandangan islam terhadap sains adalah positif artinya islam mewajibkan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan alasannya karena belajar dalam islam
bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal
untuk diakherat.Dan islam sangat memuliakan ilmu pengetahuan dengan selalu
mengembangkan dan mengajarkan pada sesama seperti yang di ajarkan al-Quran
dan hadits.
Daftar pustaka
Azra, Azyumardi.Essei-essei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos, 1995. Hodgson, Marshall G.S.The Venture of Islam:
Conscience and History in a World Civilization. Chicago: University Press,
18
1974. Indra, Hasbi. Pendidikan Islam Melawan Globalisasi. Jakarta:
Ridamulia, 2005. Indra, Hasbi. Pesantren dan Transformasi Sosial. Jakarta:
Penamadani, 2005. Maksum.Madrasah-Sejarah dan Perkembangannya.
Jakarta: Logos, 1999. Nasution, Harun. Islam Rasional. Bandung: Mizan,
1998. Shihab, Quraish. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1998. Al-
Suyutî, Jalâl al-Dîn. Al-Jamiah al-Shagir fî A hadits al-Basyîr al-Nazîr.
Kairo: Dâr al Maktabah al-Arâbî, 1967. Wilkes, Keith. Agama dan Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Sinar Harapan, 1977
19