Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG ILMU PENGETAHUAN SAINS

Disusun oleh:
Yaya sufyan suri
Irfan

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas makalah ini. Dengan judul “ilmu pengetahuan sains menurut islam” . Penulis
berharap semoga makalah ini dapat ermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi

untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf bila ada penulisan kata
atau tata bahasa yang masih salah dan kurang berkenan. Saran, tanggapan, dan kritik
anda yang membangun sangat penulis harapkan guna menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR ISI

1. Kata pengantar........................................................................................
2. Daftar isi.................................................................................................
1.1 Latar belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan dan tujuan ................................................................................
3. Latar belakang masalah.......................................................................
4. Bab II pembahasan................................................................................
5. Bab III kesimpulan.................................................................................
2
6. Daftar pustaka.......................................................................................

B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian ilmu pengetahuan sains ?
2.Kapan adanya sejarah sains?
3.. perbedaan pengetahuan dan sains ?
4. Keutamaan mempelajari ilmu menurut al-Quran dan hadits ?
5.Apa pandangan islam terhadap ilmu ?
6.Tujuan-tujuan belajar ilmu sains?
C.TUJUAN MASALAH
1.Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan sains
2.Untuk mengetahui sejarah rentang sains
3.Untuk mengetahui perbedaan antara pengetahuan dan sains
4.Untuk mengetahui keutamaan menuntut ilmu
5.Untuk mengetahui pandangan islam terhadap ilmu
6.Untuk mengetahui tujuan-tujuan ilmu sains
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dapat dikatakan kemajuan sebuah peradaban berawal dari kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan. Sejarah telah banyak mencatat, seperti kemajuan peradaban Islam masa
Dinasti Abbasiyah, ditopang oleh kehidupan bidang keilmuan yang begitu maju dan
progresif. Begitu juga yang terjadi di Barat, dimulai dari masa renaissance sampai
sekarang ini, sehingga tidak mengherankan jika pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan tampak sangat pesat.
Memasuki era modern persoalan mengenai ilmu masih menjadi perdebatan yang
cukup alot. Jika dilihat dari kacamata peradaban modern yang direpresentasikan oleh
Barat dan peradaban Islam yang sering kali sebagai representasi dari Timur, memiliki
konstruksi tersendiri sesuai dengan pandangan masing-masing. Sementara itu, dewasa
3
ini, peradaban Barat beberapa langkah lebih di depan dibanding peradaban Islam.Pada
dasarnya, ilmu memiliki peran penuh dan fungsi signifikan terhadap kehidupan. Namun,
ketika ilmu, dalam praktik yang dilakukan kalangan Barat dianggap bebas nilai, ilmu
tidak berperan dan berfungsi lagi, kecuali hanya untuk kepuasan realitas saintifik.
Sementara dari sudut pandang Islam, ilmu apapun, bagaimanapun dan dari manapun
asalnya harus memiliki nilai-nilai kebaikan dan positif bagi kehidupan masyarakat.
Tampak dari sini terdapat semacam friksi dan kontradiksi antara Barat dan Islam dalam
memandang ilmu, walau kondisi seperti ini tidak menjadi sebuah kemestian.
Untuk mengurai perdebatan dua pandangan tersebut, beberapa sarjana telah menelurkan
gagasannya masing-masing. Tokoh yang cukup terkenal di Indonesia yang fokus dalam
bidang ini adalah Naquib al-Attas, Kuntowijoyo, Nurcholish Madjid dan Amin Abdullah.
Berangkat dari uraian yang telah dikemukakan, tulisan ini berusaha untuk
mengungkapkan ilmu atau sains dari sudut pandang dunia modern (Barat) dan dunia
Islam (Timur) sejauh dengan tema-tema yang dianggap penting dan terkait langsung
dengan kedua peradaban tersebut, terutama dari perspektif filsafat ilmu.

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN SAINS
Ilmu sains adalah cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk
ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang di sebut proses ilmiah.
Dan menurut para ahli mengatakan :
1. James conan

4
Sains adalah deretan konsep serta skema konseptual yang beerhubungan
satu sama lain tumbuh sebagai hasil dari eksperimen dan juga observasi
yang berguna untuk diamati lebih lanjut.
2. Trow bridge dan Bybee
Sains adalh sebagai usahamencari tahu suatu hal melalui proses tertentu
yangbertujuan untukmengembangkan pengetahuan.
3. Albert Einstein
Sains adalah upaya / aktifitas yang dikombinasikan berbagai jenis-jenis
indrawi yang dimiliki oleh manusia sehingga membentuk pola pikir yang
mempunyai keberagaman secaralogis.
4. Romanoharre
Sains adalah kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya yang menjelaskan
tentang pola, keteraturan ataupun ketidakteraturannya dari gejala yang diamati oleh
seksama.

2.Sejarah ilmu sains

Pertama kali sains berkembang di Yunani merupakan ilmu pengetahuan yang


berkembang bermula dari spekulasi filsafat. Dahulu seorang filsuf merupakan seorang
yang memiliki kemampuan di berbagai bidang ilmu sekaligus atau yang disebut
sebagai polymath, sehingga dahulu tidak terdapat seorang fisikawan, biolog,
matematikawan. Namun, filsuf mengintegrasikan berbagai bidang untuk mencari
jawaban apa yang berada di alam semesta. Seperti halnya mencari asal-usul dasar dari
alam semesta itu apa, hingga filsuf Yunani salah seorang yang bernama Democritus
mengembangkan konsep dasar alam semesta yaitu berasal dari suatu hal yang sangat
kecil dan tidak dapat dibagi lagi, yaitu “atom” yang kelak menjadi cikal bakal ilmu fisika
dan kimia.
Sejarah cikal bakal sains kelak terlahir dari nalar orang-orang Yunani tersebut, seperti
halnya salah seorang filsuf yang bernama Plato dalam sekolahnya ia mengajarkan bahwa
seluruh benda yang terdapat di Bumi sebenarnya berasal dari dunia ide dalam pikiran kita
yang sama sekali tidak berubah. Sebagai contoh, Plato mengatakan bahwa ide konsep
tentang apel (seperti warna merah, rasanya yang manis, bentuknya yang bulat) didahului

5
oleh pengalaman seseorang untuk merasakan seperti manisnya rasa apel, dan pengalaman
dalam melihat bahwa buah apel memiliki warna merah dan berbentuk bulat (Will &
Durant, 1965) .

Namun, pemahaman tersebut bertolak belakang dengan salah seorang murid Plato yang
bernama Aristoteles, ia menjelaskan bahwa pengalaman mendahului konsep ide tentang
suatu benda yang bertolak belakang dengan ide yang digagas oleh Plato. Sebagaimana
contoh menurut Aristoteles seseorang tidak akan mengetahui buah apel (seperti warna
merah, rasanya yang manis, dan bentuknya yang bulat) sebelum pernah melihat dan
merasakan rasa buah apel. Metode ini dinamakan sebagai metode empiris (empiria =
pengalaman) yang pada nantinya menjadi cikal bakal metode ilmiah yang digunakan
untuk melakukan pendekatan dalam sains.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada peradaban bangsa Yunani sangatlah luas. Bermula
dari keingintahuan tersebut hingga dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
matematika geometri Euclid yang digunakan dalam melakukan pembangunan sebuah
kuil di Athena dan harmoni pada tangga nada dalam alat musik yang merupakan hasil
dari matematika Pitagoras. Ada pula ilmu pengobatan yang dikembangkan oleh
Hippocrates, taksonomi dalam biologi, serta mekanika yang awal mulanya
dikembangkan oleh Aristoteles.

Bahkan kelak pada saat Yunani dijajah oleh bangsa Romawi kuno, Archimedes seorang
filsuf dan ilmuwan di Pulau Crete memanfaatkan ilmu fisika dan matematika pada saat
itu sehingga sangat sulit bagi pasukan Romawi untuk menaklukan pulau tersebut, karena
pulau tersebut pada dinding lautnya memiliki sebuah katrol yang mampu mengangkat
dan melumpuhkan kapal-kapal pasukan Romawi yang sangat besar.

Tak lama kemudian banyak perang saudara yang terjadi pada bangsa Yunani
mengakibatkan situasi sosial-politik-ekonomi yang tidak mendukung bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Terlebih dengan takluknya mereka pada invasi bangsa Romawi, kelak
bangsa Romawi tidak lagi begitu memperdulikan perkembangan sains dasar, sehingga
sains hanya berkembang pada lingkup aplikasi dalam kehidupan sehari-hari saja. Selain

6
itu kekaisaran Romawi hanya fokus dalam melakukan pengembangan peralatan militer
yang berguna dalam membantu menginvasi dan memperluas wilayah Romawi.

Setelah situasi Yunani yang tidak lagi mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
terutama pada perkembangan sains, maka para ilmuwan pada saat itu banyak melakukan
perjalanan untuk bertukar pikiran dengan ilmuwan yang mungkin terdapat di benua lain,
serta mencoba untuk mendapatkan pengalaman yang baru. Salah satunya saat itu negeri
yang kaya akan pengembangan ilmu pengetahuan adalah bangsa Mesir.

Mesir
Pertama kali sains berkembang di Yunani merupakan ilmu pengetahuan yang
berkembang bermula dari spekulasi filsafat. Dahulu seorang filsuf merupakan seorang
yang memiliki kemampuan di berbagai bidang ilmu sekaligus atau yang disebut
sebagai polymath, sehingga dahulu tidak terdapat seorang fisikawan, biolog,
matematikawan. Namun, filsuf mengintegrasikan berbagai bidang untuk mencari
jawaban apa yang berada di alam semesta. Seperti halnya mencari asal-usul dasar dari
alam semesta itu apa, hingga filsuf Yunani salah seorang yang bernama Democritus
mengembangkan konsep dasar alam semesta yaitu berasal dari suatu hal yang sangat
kecil dan tidak dapat dibagi lagi, yaitu “atom” yang kelak menjadi cikal bakal ilmu fisika
dan kimia.
Sejarah cikal bakal sains kelak terlahir dari nalar orang-orang Yunani tersebut, seperti
halnya salah seorang filsuf yang bernama Plato dalam sekolahnya ia mengajarkan bahwa
seluruh benda yang terdapat di Bumi sebenarnya berasal dari dunia ide dalam pikiran kita
yang sama sekali tidak berubah. Sebagai contoh, Plato mengatakan bahwa ide konsep
tentang apel (seperti warna merah, rasanya yang manis, bentuknya yang bulat) didahului
oleh pengalaman seseorang untuk merasakan seperti manisnya rasa apel, dan pengalaman
dalam melihat bahwa buah apel memiliki warna merah dan berbentuk bulat (Will &
Durant, 1965) .

Namun, pemahaman tersebut bertolak belakang dengan salah seorang murid Plato yang
bernama Aristoteles, ia menjelaskan bahwa pengalaman mendahului konsep ide tentang
suatu benda yang bertolak belakang dengan ide yang digagas oleh Plato. Sebagaimana
7
contoh menurut Aristoteles seseorang tidak akan mengetahui buah apel (seperti warna
merah, rasanya yang manis, dan bentuknya yang bulat) sebelum pernah melihat dan
merasakan rasa buah apel. Metode ini dinamakan sebagai metode empiris (empiria =
pengalaman) yang pada nantinya menjadi cikal bakal metode ilmiah yang digunakan
untuk melakukan pendekatan dalam sains.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada peradaban bangsa Yunani sangatlah luas. Bermula
dari keingintahuan tersebut hingga dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
matematika geometri Euclid yang digunakan dalam melakukan pembangunan sebuah
kuil di Athena dan harmoni pada tangga nada dalam alat musik yang merupakan hasil
dari matematika Pitagoras. Ada pula ilmu pengobatan yang dikembangkan oleh
Hippocrates, taksonomi dalam biologi, serta mekanika yang awal mulanya
dikembangkan oleh Aristoteles.

Bahkan kelak pada saat Yunani dijajah oleh bangsa Romawi kuno, Archimedes seorang
filsuf dan ilmuwan di Pulau Crete memanfaatkan ilmu fisika dan matematika pada saat
itu sehingga sangat sulit bagi pasukan Romawi untuk menaklukan pulau tersebut, karena
pulau tersebut pada dinding lautnya memiliki sebuah katrol yang mampu mengangkat
dan melumpuhkan kapal-kapal pasukan Romawi yang sangat besar.

Tak lama kemudian banyak perang saudara yang terjadi pada bangsa Yunani
mengakibatkan situasi sosial-politik-ekonomi yang tidak mendukung bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Terlebih dengan takluknya mereka pada invasi bangsa Romawi, kelak
bangsa Romawi tidak lagi begitu memperdulikan perkembangan sains dasar, sehingga
sains hanya berkembang pada lingkup aplikasi dalam kehidupan sehari-hari saja. Selain
itu kekaisaran Romawi hanya fokus dalam melakukan pengembangan peralatan militer
yang berguna dalam membantu menginvasi dan memperluas wilayah Romawi.

Setelah situasi Yunani yang tidak lagi mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
terutama pada perkembangan sains, maka para ilmuwan pada saat itu banyak melakukan
perjalanan untuk bertukar pikiran dengan ilmuwan yang mungkin terdapat di benua lain,
serta mencoba untuk mendapatkan pengalaman yang baru. Salah satunya saat itu negeri
yang kaya akan pengembangan ilmu pengetahuan adalah bangsa Mesir.
8
Ahli-ahli sains dalam islam

Mulai sosok Jabir Ibnu Hayyan (perintis teori molekul), Al-Khawarizmi (peletak dasar
alogaritma), Al-Farghani (perintis astronomi modern), Al-Jazari (bapak ilmu teknik
modern), Ibnu Sina (dokter terhebat dalam sejarah Islam), hingga Al-Dinawari (bapak
botani Islam).

4.Perbedaan dan persamaan pengetahuan dan sains

1. Pengertian
a. Pengetahuan biasa(knowledge)
Jika dilihat dari segi bahasa, ilmu dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa
arab, yaitu ‘ilmu yang berarti pengetahuan.

Pengetahuan adalah segala hal yang dapat kita tangkap melalui panca indera
kita, kemudian kita serap guna memahami berbagai fenomena yang terjadi di sekitar
kita. Jadi pengetahuan merupakan hasil dari aktivitas indera kita, dan dari aktivitas
inilah diperoleh pemahaman-pemahaman terhadap segala yang ada di sekitar kita.

Dari hal ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah


merupakan hasil pengalaman individu melalui indera mereka dalam rangka
memperoleh pemahaman terhadap segala fenomena yang terjadi. Namun
pengetahuan ini belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan diuji

b. Pengetahuan Ilmiah/Ilmu Pengetahuan (Science)

kata science berasal dari bahasa latin (scientia) yang berarti pengetahuan.
Dalam bahasa Indonesia sepadan dengan istilah sains.

Pada awalnya pengertian science secara etimologi berarti pengetahuan.


Namun kemudian berlanjut secara luas dengan menunjuk segenap pengetahuan
sistematik, segenap pengetahuan yang teratur. Sehingga dari sini dapat kita katakana
9
bahwa sains merupakan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis dan
teratur, serta berlaku umum. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses
berfikir. produk dari proses aktvitas ilmiah yang dibangun di atas metode-metode
yang terstruktur sehingga menghasilkan pengetahuan yang sistematis yang sesuai
dengan syarat-syarat ilmiah.

2. Perbedaan Pengetahuan Biasa(Knowledge), Dan Pengetahuan Ilmiah/Ilmu


Pengetahuan(Science)
a. Dalam buku “pengantar filsafat “ tulisan Burhanudin Salam disebutkan bahwa
perbedaan Pengetahuan Biasa (Knowledge), Dan Pengetahuan Ilmiah/Ilmu
Pengetahuan (Science) adalah:
- Pengetahuan Biasa (Knowledge), tidak memandang betul-betul sebab-sebabnya,
tidak mencari rumusan yang seobjektif-objektifnya, tidak menyelidiki objeknya
sampai habis-habisan, tidak ada sintesis, tidak bermode dan tidak bersistem.
- Pengetahuan Ilmiah/Ilmu Pengetahuan (Science) adalah sebaliknya yaitu
mementingkan sebab-sebabnya. Mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelidiki
objeknya selengkap-lengkapnya sampai habis-habisan, hendak memberikan
sisntesys yaitu satu pandangan yang bergandengan, bermetode dan sistematis

b Pengetahuan (Knowledge) merupakan pengetahuan yang belum tersusun secara


sistematis, sedangakan Ilmu Pengetahuan (Science) merupakan pengetahuan yang
telah tersusun secara sistematis dan memenuhi syarat-syarat ilmiah. Bila diibaratkan,
pengetahuan seperti kertas-kertas yang masih berserakan, sedangkan ilmu
pengetahuan telah tersusun menjadi satu buku yang disusun secara baik

c. Pengetahuan (Knowledge) bersifat subjektif. Sedangkan Ilmu


Pengetahuan(Science) bersifat objektif.

3. Persamaan
Persamaannya ialah keduanya, Pengetahuan Biasa (Knowledge), Dan
Pengetahuan Ilmiah/Ilmu Pengetahuan (Science) sama-sama mencari kebenaran,

10
timbul dari keinginan manusia untuk mengejar kebenaran untuk mengerti akan
dirinya sendiri.

Keduanya memiliki hubungan yang sangat jelas. Yaitu ilmu pengetahuan


dibangun pada awalnya dari pengetahuan-pengetahuan yang dihasilkan baik secara
empiris maupun rasionalis. Dari pengetahuan-pengetahuan ini kemudian disusun
secara sistematik, dibangun di atas metode-metode ilmiah untuk kemudian menjadi
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan syarat-syarat ilmiah.

C.Keutamaan mempelajari ilmu menurut al-Quran dan sunnah

5 Keutamaan Menuntut Ilmu Menurut Pandangan Islam

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Bahkan ayat pertama
yang turun kepada Rasulullah SAW saat menjadi nabi adalah salam surat Al-‘Alaq
yang memiliki arti ‘Bacalah.’ (QS Al’alaq: 1).

Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam.
Rasulullah SAW bersabda,

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224). Dalam
islam keutamaan menuntut ilmu juga disampaikan seperti berikut,

1. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya

Ini adalah keutamaan menuntut ilmu yang pertama, dalam Alquran Allah SWT
berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).
11
Jika ditelaah lebih lanjut, ada tafsiran atau arti dari ayat ini. Seperti salah satunya
menurut Imam Syaukani berkata : “Dan makna ayat ini bahwasanya Allah
mengangkat beberapa derajat orang-orang beriman dari orang-orang yang tidak
beriman, dan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang berilmu (dan
beriman) dari orang-orang yang hanya beriman. Maka barang siapa yang
memadukan antara iman dan ilmu maka Allah mengangkatnya beberapa derajat
karena imannya lalu Allah mengangkat derajatnya karena ilmunya”.

2. Ilmu adalah Warisan Para Nabi

Rasulullah SAW bersabda: “Dan sesungguhnya para Nabi tidak pernah


mewariskan uang emas dan tidak pula uang perak, akan tetapi mereka telah
mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang siapa yang mengambil warisan tersebut
maka sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Ahmad).

3. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat

Kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia. Ia yang berilmu pasti diberi kebaikan
dan kemudahan dalam menjalankan kehidupannya di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barangsiapa yang menginginkan urusan


dunia, maka wajiblah baginya berilmu. Dan barangsiapa yang ingin urusan akhirat
(selamat di akhirat) maka wajiblah ia memiliki ilmu juga. Dan barangsiapa yang
menginginkan keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu tentangnya juga.” (HR
Bukhari dan Muslim)

12
4. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga

Surga adalah idaman setiap muslim. Bahkan, ia menjadi janji dari Allah SWT bagi
banyak amalan shalih yang dilakukan oleh umat Islam. Oleh karena itu, menuntut
ilmu bisa menjadi salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk menuju surga. Hal
ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW beliau bersabda :

‫ َسَّهَل ُهللا َلُه ِبِه َطِريًقا ِإَلى اْلَج َّنِة‬،‫َوَم ْن َس َلَك َطِريًقا َيْلَتِمُس ِفيِه ِع ْلًم ا‬

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim).

5. Orang Berilmu Memiliki Pahala yang Kekal

Siapa yang tidak ingin terus mendapatkan pahala meski telah meninggal. Ilmu
akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal. Hal ini
akan didapati bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab,
ilmu tersebut bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain.

Disebutkan dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata


kepada Rasulullah SAW :

‫ِإَذ ا َم اَت اِإْل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع َم ُلُه ِإاَّل ِم ْن َثاَل َثٍة ِم ْن َص َد َقٍة َج اِرَيٍة َو ِع ْلٍم ُيْنَتَفُع ِبِه َوَو َلٍد َص اِلٍح َيْدُعو َلُه‬

13
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak
yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).

5.ILMU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM


Islam memandang bahwa realitas dan kebenaran bukan semata-semata berkaitan
dengan alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya
saja. Akan tetapi, realitas dan kebenaran dimaknai juga berdasarkan kajian secara
metafisis terhadap dunia yang tampak maupun yang tidak tampak. Dengan demikian,
Islam memandang realitas sebagai sesuatu yang terlihat dan gaib. Dalam hal ini
dunia tidak dapat dilepaskan dengan akhirat dan akhirat juga tidak dapat
dikesampingkan untuk kepentingan duniawi.1
Dalam tinjauan historis, peradaban Islam pernah mengalami masa kejayaan
di bidang ilmu pengetahuan, terutama pada abad pertengahan (masa dinasti
Umawiyah dan Abbasiyah). Hal ini salah satunya diakui oleh kalangan Barat, yaitu
Marshall Hodgson. Bagi Hodgson, kejayaan peradaban Islam menjadi menarik
karena dilandasi oleh semangat kitab suci.2 Selain itu, banyak juga teks-teks yang
dianggap suci, seperti al-Quran dan hadis, yang menyatakan penghargaan tinggi
terhadap akal (rasio).3 Salah satu upaya dalam memajukan ilmu pengetahuan yang
dilakukan sepanjang sejarah Islam adalah mengambil, membaca dan menerjemahkan
karya-karya dari para filsuf-filsuf Yunani Kuno. 4 Dari sini kemudian dikembangkan
bidang-bidang keilmuan lainnya oleh para ulama.
Ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan suatu kesatupaduan (unitas)
antara nilai kewahyuan dan kreatifitas kemanusiaan dalam mengembangkan potensi

1 Basuki, Agama Ideal: Perspektif Perenial, h. 55-56.


2 Marshall G.S. Hodgson, The Venture of Islam: Conscience and History in A World
Civilization (Chicago: University Press, 1974), h. 71.
3 Dikutip dari Azyumardi Azra, banyak kata dalam al-Quran yang mengandung
makna berpikir dan perintah agar manusia menggunakan daya pikirnya, seperti dabbara,
fakiha, nazhara, tafakkara dan „aqala. Azyumardi Azra, Essei-essei Intelektual Muslim dan
Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1995), h. 37.
4 Keith Wilkes, Agama dan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Sinar Harapan, 1977), h.
16-17.
14
alam semesta. Islam memiliki doktrin-doktrin yang mengarahkan untuk mewujudkan
kemampuan masing-masing semaksimal mungkin dalam aspek-aspek kebudayaan.
Dengan kata lain, ilmu dalam peradaban Islam dari segi epistemologisnya, dapat
diperoleh lewat akal, indera dan intuisi. Seperti contohnya adalah seni Islam, baik itu
bentuk-bentuk arsitektur masjid, syair-syair, hingga bentuk dan model
pengembangan ilmu pengetahuan, semuanya bermuara sebagai bentuk pengabdian
pada nilai-nilai ilahiyah. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dalam Islam secara
keseluruhan merupakan bentuk manifestasi pemanfaatan fasilitas alam semesta, yang
berasal dari Tuhan.5
Kemunduran di bidang ilmu pengetahuan pada peradaban Islam, dapat
disederhanakan berawal dari kejumudan berpikir, ditambah para pemimpin umat,
baik khalifah maupun ulama, kerap abai terhadap perkembangan ilmu. Para
pemimpin umat lebih tersibukkan oleh isu-isu politik, baik di internal maupun
eksternal kekuasaan.6 Selain itu, adanya dikotomi keilmuan menjadikan sikap
mereka lebih menghargai ilmu pengetahuan agama dibandingkan dengan ilmu
pengetahuan umum.7
Padahal, jika ditelusuri sepanjang sejarah Islam masa kejayaan, tidak ada
batasan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Bahkan,
antara kedua bidang ilmu tersebut saling melengkapi dan menguatkan. Menurut Irfan
Hielmy, kemunculan dikotomi ilmu salah satu sebabnya adalah pemahaman bahwa

5 Seyyed Hossain Nasr, Sains dan Peradaban di Dalam Islam, Terj. J. Mahyudin
(Bandung: Penerbit Pustaka, 1997), h. 11.
6 Hasbi Indra, “Pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan Refleksinya
terhadap Aktivitas Pendidikan Sains di Dunia Muslim”. Miqot, Vol. XXXIII, No. 2
(JuliDesember, 2009), h. 245-260.
7 Al-Ghazali membagi ilmu menjadi dua bagian, yaitu ilmu fardlu ‘ain dan ilmu
fardlu kifâyah. Kelompok ilmu yang pertama adalah ilmu yang wajib dipelajari setiap
muslim terkait dengan tatacara melakukan perbuatan wajib, seperti salat, berpuasa, bersuci,
dan sejenisnya. Smentara kelompok ilmu yang kedua adalah ilmu yang harus dikuasai demi
tegaknya urusan dunia, seperti ilmu kedokteran, astronomi, pertanian, dan sejenisnya. Terkait
ilmu yang kedua ini, al-Ghazali berpendapat tidak setiap muslim dituntut menguasainya.
Yang penting setiap kawasan ada yang mewakili, maka kewajiban bagi yang lain menjadi
gugur. Abū Hamid Muhammad al- Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Juz I (Beirut: Badawi
Thaba‟ah, t.th), h. 14-15.
15
ilmu-ilmu pengetahuan umum didatangkan dari Barat yang notabene adalah non-
Muslim.8
Jika dalam pandangan Barat aspek aksiologis ilmu bersifat netral atau bebas
nilai, maka dalam pandangan Islam ilmu harus tidak keluar dari doktrin-doktrin
keagamaan. Hal ini bisa diambil dari teks-teks al-Quran dan hadis, selaku sumber
utama dalam ajaran Islam. Kejayaan di bidang ilmu pengetahuan dalam peradaban
Islam pun tidak terlepas dari teks-teks suci, sehingga pada akhirnya muncul dikotomi
yang menyatakan bahwa ilmu yang lebih diutamakan untuk dipelajari adalah ilmu
agama, sedangkan ilmu umum hanya dipelajari sesuai kebutuhan dalam kehidupan.
Dari sini kemudian kemunduran perdaban Islam di bidang keilmuan dimulai sampai
akhirnya muncul gagasan-gagasan untuk menjembatani persoalan ketertinggalan dari
Barat dan persoalan dikotomi ilmu.

6.Tujuan Sains

Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa sains berpengaruh besar dalam kehidupan


manusia. Berikut ini tujuan sains dalam kehidupan manusia:

1. Meningkatkan taraf pendidikan


Sains bertujuan untuk meningkatkan taraf pendidikan manusia, pendidikan adalah hal
yang penting karena akan berpengaruh pada kelangsungan hidup umat manusia.
Meningkatkan taraf pendidikan adalah hal yang penting dilakukan karena melalui
pendidikan itulah kita sebagai manusia dapat mengembangkan kesejahteraan hidup.

Pendidikan juga berfungsi untuk membangun sebuah pondasi berpikir mengenai


pemecahan suatu masalah, serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap
orang. Sains bertujuan untuk meningkatkan taraf pendidikan guna menemukan solusi atas
setiap permasalahan yang muncul.

8 Terkait hal ini, Irfan Hielmy menegaskan bahwa ilmu atau science adalah bagian
dari aspek kehidupan manusia yang diperoleh lewat akal, sehingga tak boleh dipandang dari
mana sumber keilmuan itu, baik dari seorang Muslim, non-Muslim bahkan ateis sekalipun.
Irfan Hielmy, Sentuhan Wahyu Penyadar Kalbu: Bahan Renungan Pribadi Sufi (Bandung:
Yrama Widya, 2003), h. 35.
16
2.Mengembangkan pengetahuan sebab dan akibat dari tindakan manusia
Sains bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan terkait sebab dan akibat dari
tindakan manusia. Sains adalah sebuah ilmu yang dilakukan berdasarkan observasi,
penelitian dan analisis yang cermat diikuti oleh bukti. Melalui sains seseorang akan
mengetahui dampak seperti apa yang akan disebabkan oleh tindakan manusia.

Sebagai contoh sederhana, jika seseorang menggoreskan pisau ke kulitnya maka orang
tersebut akan mengeluarkan darah, atau penjelasan mengenai mengapa ketika kulit kita
dicubit maka akan terasa sakit. Hal-hal seperti itu dapat dijawab dan dijelaskan melalui
sains.

3.Meningkatkan kemampuan observasi dan analisis

Sains juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan observasi dan analisis yang
dimiliki seseorang. Dengan sains seseorang akan terbiasa untuk menjawab mengenai
kenapa dan bagaimana sesuatu dapat terjadi. Sains bertujuan untuk dapat
mengembangkan pengukuran yang teliti dalam diri seseorang terkait segala hal yang
diobservasi dan dianalisisnya, hal ini juga bertujuan untuk mendapatkan jawaban atau
hasil yang benar dan memuaskan.

4.Mengembangkan aspek kehidupan manusia


Sains bertujuan untuk mengembangkan aspek kehidupan manusia, seperti yang
dijelaskan bahwa sains memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Sains atau ilmu
pengetahuan dapat meningkatkan segala aspek kehidupan manusia, karena mengajarkan
dan menemukan solusi atau jawaban atas masalah yang terjadi. Sebagai contoh dengan
sains, kita dapat mengetahui bagaimana cara membuat obat untuk menghilangkan sakit
flu, batuk, demam dan lain sebagainya.

5.Alat pengembangan taraf hidup manusia


Sains bertujuan sebagai alat pengembangan taraf hidup manusia, maksudnya adalah
dengan ilmu pengetahuan kita sebagai manusia tingkat pengetahuan untuk bertahan

17
hidup menjadi lebih tinggi. Manusia hidup berdampingan dengan alam, berbagai faktor
dapat terjadi dan mempengaruhi manusia. Sains digunakan sebagai alat untuk mencari
solusi dan penjelasan atas permasalahan tersebut seperti hadirnya cabang ilmu berupa
fisika, biologi dan kimia.

KESIMPULAN
Ilmu sains adalah cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk
ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang di sebut proses ilmiah.
Pandangan islam terhadap sains adalah positif artinya islam mewajibkan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan alasannya karena belajar dalam islam
bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal
untuk diakherat.Dan islam sangat memuliakan ilmu pengetahuan dengan selalu
mengembangkan dan mengajarkan pada sesama seperti yang di ajarkan al-Quran
dan hadits.

Daftar pustaka
Azra, Azyumardi.Essei-essei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos, 1995. Hodgson, Marshall G.S.The Venture of Islam:
Conscience and History in a World Civilization. Chicago: University Press,

18
1974. Indra, Hasbi. Pendidikan Islam Melawan Globalisasi. Jakarta:
Ridamulia, 2005. Indra, Hasbi. Pesantren dan Transformasi Sosial. Jakarta:
Penamadani, 2005. Maksum.Madrasah-Sejarah dan Perkembangannya.
Jakarta: Logos, 1999. Nasution, Harun. Islam Rasional. Bandung: Mizan,
1998. Shihab, Quraish. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1998. Al-
Suyutî, Jalâl al-Dîn. Al-Jamiah al-Shagir fî A hadits al-Basyîr al-Nazîr.
Kairo: Dâr al Maktabah al-Arâbî, 1967. Wilkes, Keith. Agama dan Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Sinar Harapan, 1977

19

Anda mungkin juga menyukai