Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Klarifikasi Dan Hirarki Ilmu

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Rina Amelia Putri 2205140560

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH

I
2023

KATA PENGANTAR

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Studi Al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang berjudul ” Klarifikasi dan Hirarki Ilmu”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak . selaku dosen mata kuliah Filsafat yang
telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah ini, sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami .

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik serta saran sebagai pertimbangan perbaikan makalah ini.

Jombang, November 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................1

BABII PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Klarifikasi Ilmu.…………………....…..…………….…………….................................
B Hirarki Ilmu ………………………………………………………………………………
C Manajemen Dakwah Dalam Social………………………………………………………
D Manajemen Dakwah Dalam Islamic Studies…………………………………………..

BAB III PENUTUP....................................................................................................................


A. Kesimpulan......................................................................................................................

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah landasan seseorang untuk berpikir secara ilmiah, Menurut filsafat ilmu,
ilmu bersandar pada tiga (3) pilar penyangga, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Tidak
tergolong sebagai ilmu pengetahuan jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut.

Ontologi merupakan asas penetapan objek dan wilayah kajian dan karenanya menjawab
pertanyaan apa yang dikaji, termasuk apa realitas yang dikaji merupakan sesuatu wujud yang
nyata dan tidak nyata atau simbolik.

Epistemologi merupakan asas penetapan bagaimana cara mempelajari atau


memperolehnya, dan karenanya menjawab pertanyaan bagaimana mengkajinya. Di sini
peranan metode penelitian amat penting, karena selain untuk menemukan hal-hal baru, proses
atau untuk sampai kepada hasil tersebut perlu dilakukan melalui penelitian. Jadi metodologi
penelitian merupakan epistemologinya pengetahuan.

Aksiologi merupakan asas penetapan tujuan dan manfaat pengetahuan, dan karenanya
menjawab pertanyaan apa tujuan dan manfaat pengetahuan yang akan dikaji tersebut.
Secara ontologik, ilmu terbatas pada sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman
dan pengamatan manusia. Pikiran tentang Tuhan, alam akhirat, surga, neraka dan sejenisnya,
kendati telah lama hidup dalam perbendaharaan jiwa manusia dan secara kuat mempengaruhi
perilaku menusia sehari-hari bukan merupakan hasil potret pengalaman empirik manusia
karena tidak muncul dalam dunia observasi dan pengalaman empirik manusia. Karena itu,
pengetahuan tersebut tidak termasuk kawasan ilmu pengetahuan ilmiah. Penggagas
Rasionalisme Kritis Popper (1972).

Keilmuan tidak mungkin datang begitu saja tanpa melalui proses. Ilmu yang mana
merupakan produk manusia baik itu hasil pecarian maupun ilham tentu membutuhkan proses
sehingga menjadi ilmu. Proses demikian merupakan salah satu penelitian atau perenungan dari
pada setiap pencetus ilmu.

IV
Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry),
usaha menemukan (attempt to find), atau pencarian (search). Oleh karena itu, pencarian
biasanya dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan
istilah research (penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan
pengetahuan baru. Dari aktivitas ilmiah dengan metode ilmiah yang dilakukan para ilmuwan
dapatlah dihimpun sekumpulan pengetahuan yang baru atau disempurnakan pengetahuan
yang telah ada, sehingga di kalangan ilmuwan maupun para filsuf pada umumnya terdapat
kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan pengetahuan yang sistematis.

1.2 Rumusan Masalah

1.2 Tujuan

V
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 A. Klarifikasi Ilmu

Ilmu berasal dari mufradat dari illm dalam bahasa arab dan bahasa inggris nya disebut
dengan science, Para ahli luar negeri meskipun dalam negeri mendenefisikan ilmu tidak ada yang
menyerupai dikarenakan luasnya kajian tentang ilmu . ilmu menekankan hakikat atau objek
kajian sebagaimana adanya dan terbuka untuk pengujian secara terus menerus. Pengujian secara
terus menerus dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Sebab, ilmu pengetahuan yang dibangun
atas dasar pengamatan manusia sejatinya tidak lain hanya merupakan dugaan atau asumsi. Ilmu
pengetahuan tidak pernah benar secara mutlak. Ilmu hanya dapat berkembang apabila terus
menerus dikaji. Lewat kajian tersebut akan ditemukan data dan fakta baru yang membuktikan
kebenaran dan kesalahannya. Karena itu, ilmu berangkat dari fakta dan berakhir dengan fakta
pula.
Secara epistemologik, ilmu menyusun dan menambah pondasi dalam pengetahuan
melalui metode tertentu, yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah adalah Upaya dan tata
kerja untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah secara sistemik dan sistematik. Sistemik artinya
ada saling keterkaitan antar-unsur dan sistematik artinya ada urutan logik antar-langkah.
Secara aksiologik, tujuan dan pemanfaatan pengetahuan keilmuan harus dimaksudkan demi
kemaslahatan manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat meningkatkan taraf

VI
hidup manusia tanpa harus mengorbankan kodrat dan martabatnya, serta kelestarian dan
keseimbangan alam. Karena itu, ilmu merupakan harta bersama umat manusia. Setiap orang
berhak menggali dan memanfaatkan ilmu sesuai kebutuhannya

B. Hirarki Ilmu
Pemikiran tentang ide klarifikasi ilmu kurang mendapatkan respom dari kalangan Ilmuwan muslim
pada masa milenial sekarang ,dan kurangnya gagasan dari umat islam terhadap ilmu metodhologi ,
Pemikiran Ariotetles mengkalrifikasikan ilmu yang sistematik dari para pemikir filsafat Yunani klasik
dan Ariotetels dikenal sebagai filsof pertama yang mendenifikasikan klarisfikasi ilmu dan pengaruhnya
sangat memengaruhi masa masa setelahnya .
Aristoeteles membagi ilmu kepada dua bagian pokok, yang kemudian melahirkan sejumlah cabang
lainnya: Pertama, ilmu teoritis. Jenis ilmu ini semata pengetahuan, yang terbagi pada tiga bagian: 1) ilmu
metafisika/ filsafat/ ketuhanan (teologi) yaitu jenis ilmu yang membahas adalah ukuran dan jumlah; 3)
ilmu fisika, yakni pembahasan tentang wujud dari perspektif yang dapai diindera dan beergerak. Kedua,
ilmu praktis. Tujuannya adalah pengetahuan untuk mengatur perbuatan manusia yang terbagi kepada
empat bagian: 1) ilmu akhlak; 2) ilmu pengaturan rumah; 3) ilmu politik; dan 4) ilmu seni dan puisi.
Adapun logika tidak termasuk dalam pembagian ini karena objeknya adalah pemikiran. Ia adalah
intstrumen atau pedoman untuk semua ilmu.
Pemikiran Aristeteles sangat berpengaruh pada perkembangan klasifikasi ilmu di dunia Islam.
Model klasifikasi ilmu Aristoteteles ini kemudian banyak diadopsi dan dikembangkan oleh para ilmuwan
muslim seperti al-Farabi dan Ibnu Sina dengan tambahan beberapamodifikasi tertentu. Dalam tradisi
ilmiah Islam, klasifikasi ilmu termasuk yang menjadi perhatian serius di kalangan intelektual Islam.Al
Farabi dipandang sebagai figur awal yang secara sistematik melakukan klasifikasi ilmu ini secara
mendalam dalam bukunya ihsha al ‘ulum.
Al Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan al Shafa dan al Razi juga membuat klasifikasiilmu, namun secara
substanstif tidak berbeda jauh dengan yang dikemukakan oleh al Farabi. Al Khawarizmi dalam kitabnya
mafatih al ‘ulum mengklasifikasi ilmu menjadi dua bagian utama, yakni: kelompok pertama, ilmu fikih,
ilmu kalam, ilmu gramatika, ilmu alkitabah, ilmu syair , dan ilmu sejarah. Kelompok kedua, yaitu
membahas mengenai ilmu filsafat, ilmu logika, kedokteran, aritmatika, geometri, astronomi, musik,
dinamika, dan kimia. Ikhwan al Shafa dalam kitabnya Rasail Ikhwan al Shafa menulis satu pasal khusus
tentang jenis-jenis ilmu. Mereka menulis tentang ilmu-ilmu apa saja yang perlu dipelajari,

VII
ilmu yang lebih dahulu dan penting untuk diketahui dan dipahami serta bagaimana hubungan antara satu
ilmu dengan ilmu-ilmu yang lain.

P barat Kitab – Kitab As sunan yang populer yaitu :

a. "Sunan Abi Dawud", karya Sulaiman bin Asy'ats As-Sijistani (wafat 275H)

b. "Sunan An-Nasa'i" yang dinamakan dengan "Al-Mujtaba", karya Abdurrahman Ahmad bin
Syu'aib An-Nasa'i (wafat 303 H).

c. "Sunan lbnu Majah" karya Muhammad bin Yazid bin Majah Al Qazwini (wafat 275 H)

d. "Sunan As-Syafi'i" karya Imam Muhammad bin Idris As-Syafi'i (wafat 204 H)

e. "Sunan Ad-Darimi" karya Abdullah bin Abdurrahman Ad-Darimi (wafat 255 H)

B . Al-Muwaththa'

Menurut sudut pandang dari seorang ahli hadits Al-Muwaththa' a adalah sebuah kitab yang
tersusun berdasarkan urutan bab-bab fikih dan mencakup hadits hadits marfu', mauquf, dan
maqthu' ( Malik, B. I. 2020 : 17 )

Karya-karya muwaththa' yang terkenal:

a. Al-Muwaththa' karya Imam Malik bin Anas Al-Madani (wafat 179 H),

b. Al-Muwaththa' karya lbnu Abi Dzi'b Muhamad bin Abdurrahman Al-Madani (wafat 158 H)

c. Al-Muwaththa' karya Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Marwazi (293 H)

Masa Seleksi Hadits Kutubus Shittah

Kutubuh shittah kitab hadis mu’tabarah yang dijadikan umat Islam sebagai pegangan dalam
menerima hadis-hadis yang berasal dari Rasulullah SAW. Kitab-kitab ini menjadi pegangangan bagi
sebagiab ulama Hadis, baik ulama tempo dulu maupun ulama kontemporer . Dan Khutubuh Sittah
( kitab hadits enam ) yaitu Shahih Bukhari , Shahih Muslim , Sunan Abu Dawud , Sunan at Tarmidzi dan
Sunan Ibnu Majah dan dibedahkan menjadi dua jenis yaitu kitab shahih

Pada abad ketiga hijriyah sebagai masa pemurnian dan penyempurnaan seleksi kitab-kitab
Hadis. Periode ini berlangsung sejak masa pemerintahan Khalifah al-Makmun (198-218 H) sampai
kepada awal pemerintahan Khalifah al-Muqtadir (295-320 H) dari Dinasti Abbasiyah. Pada periode ini
para Ulama Hadis memfokuskan pada pemeliharaan keberadaan dan kemurnian Hadis-hadis Nabi
s.a.w. hal tersebut mereka lakukan, selain sebagai pemeliharaan terhadap Hadis Nabi, juga
memberantasi pemalsuan Hadis yang semakin sering terjadi pada masanya. ( Abu Bakar Adanan,2020 )

A) Shahih Bukhari

Nama asli dari imam Bukahri adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Mughiroh bin
Bardizbah Al ju’fi neliau dilahirkan pada tanggal 13 Syawal 194 H DI Bukhoro dan merupakan salah satu
wilayah dinegara Uzbekistan ,wilayah Uni soviet dan meninggal pada tahun 30 Ramadhan 256 pada usia
62 tahun ,ayah nya merupakan seorang ulama hadits dan berguru kepada Malik bin Annas ,Imam

VIII
Bukhari dikaruniai pemikiran yang cerdas dan hafalanya kuat ,kecerdasanya sejak beliau pada masa
kanak kanak . ( Syahbah, 1969 ) Menurut Ibnu Salah kitab ini bersikan 7.725 hadits dikarenakan
terjadinya banyak pengulanagan jika terjadinya tidak banyak pengulangan maka terdapat 4000 buah
hadits yang disusun beliau dan menyimpulkan dan hasl dari satu juta hadits yang diriwayatkan dari
80,000 perawi. Hadits yang shahih apabila sanad nya bersambung dan perawinya adil , menurut imam
Bukhari apabila sanad bertemu antara perawi guru dan muridnya ,dari seorang rawi harus adil , jujur
dan menuntut ilmu pada jangka waktu yang lama. ( Muhammad Misbah , 2011 )

B . Imam Muslim

Imam Muslim yang bernama Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn Kauszaj
al-Qushayri al-Naisaburi. Dia lahir di Naisabur pada tahun 204 H, yang kini termasuk dalam
wilayah Rusia. Dalam sejarah Islam, Naisabur juga dikenal dengan sebutan Ma Wara' al-Nahr,
yang merujuk kepada daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia
Tengah.
Imam Muslim mempunyai keunggulan dari kecerdasaan dan ketajaman sejak di usia 10
tahun Imam Muslim dan berguru Muhammad ibn yahya al dakhifi , setahun kemudian Ketika
umur 11 tahun Imam muslim mampu mengahfal hadits dan mengoreksi Ketika gurunya salah
dalam menjelaskan periwayatan hadits. Dan shahih muslim merupakan hadits yang sudah
terseleksi sejumlah 300 000 hadits dan Imam Muslim mengumpulkan hadis-hadis dalam
kitabnya, tetapi pengelompokan menjadi bab disusun oleh ulama setelahnya, seperti Imam An-
Nawawi dan memeberikan syarah atas hadits yang telah dirangkum di dalam kitab as shahih
muslim ( Suryadilaga ,2009 ,66 )

A. Sunan At Tarmidzi

al-Tirmidzi memiliki nama lengkap Abu Isa Muhammadbin Isa bin Musabin al-Dahhak al-Sulami al-
Ahmad Mumahmmad Syakir menambahkan Ad Dhahir dikarenakan Al Tarmidzi mengalami
kebutaan pada masanya .

Ketika masih muda, al-Tirmidzi belajar dengan berbagai guru di kampung kelahirannya. Di
Khurasan, ia mengambil pelajaran dari Ishaq bin Rahawayh, sedangkan di Naysabur, ia belajar dari
Muhammad Ibn Amru al Sawaq. Kemudian, al-Tirmidzi pergi ke Iraq untuk memperdalam
pengetahuan haditsnya bersama para ulama dan para Hafidz hadits. Dia juga pergi ke Hijaz untuk
terus belajar dari para ulama di sana. Al-Tirmidzi menjadi murid dari beberapa tokoh besar dalam
dunia hadits, termasuk Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud al-Sajaistani, Qutaibah bin Said,
Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gaylan, Muhammad bin Basyar, Ahmad bin Muni'

kitab al Jami’ al Shahih, teridiri dari 5 juz, 2376 bab dan 3956 hadits.2! Judul lengkap kitab al
Jami’ al Shahih, adalah al Jami’ al Mukhtasar min al Sunan ‘an Rasulallah, namun demikian kitab ini
lebih populer dengansebutan sunan al Tirmidzi atau al Jami’ al Tirmidzi. Kitab ini termasuk pada
jajaran al kutub al sittah , dalam periwayatan haditsnya, al Tirmidzi menggunakan metode yang
berbeda dengan para ulama lain. Berikut metodemetode yang dilakukan oleh al Tirmidzi Pertama
Mentakhrij hadits yang menjadi amalan para fuqaha. Kedua, Memberikan penjelasan tentang
kualitas dan keadaan hadits ( Shalahudin Al Ayyubi , 2001 )

D ) Sunan An Nasa’i

IX
Nama lengkap imam An nasai adalah Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr bin Dinar
dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa’ termasuk daerah Khurassan . kitab dikarang oleh imam AN
nasai yang bernama Al-Mujtaba' yang merupakan hasil seleksi dari kitab Sunan Al-Kubra, dan isinya
hanya terdiri dari hadis shahih . Kitab Al-Mujtaba' inilah yang akhirnya kita kenal sekarang dengan nama
Sunan An-Nasa'I , bahwasannya kitab hadis An-Nasa'i ini disusun berdasarkan metode sunan. Metode
sunan adalah berdasarkan klasifikasi hukum Islam (Abwab Al-Fiqhiyyah) dan hanya mencantumkan
hadis-hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW (hadis marfu'). Dan terdapat hadits yang
bersumber dari sahabat (mauquf) atau tabi'in (maqtu'). ( Al Fath ,2009 , hlm 19 )

E ) Sunan Abu Daud

Nama lengkap Abu Dawud adalah Sulaiman bin Al-Asy'as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar Al-
Azdi As-Sijistani. Dia merupakan seorang Imam dan tokoh terkemuka dalam ilmu hadis. Abu Dawud lahir
pada tahun 202 H di Sijistan. Karyanya dalam bidang hadis mencakup kitab jami', Musnad, dan lainnya.
Selain berisi hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum Islam, karya-karyanya juga memuat hadis-hadis
tentang amal-amal terpuji (fadhail a'mal), kisah-kisah, nasihat-nasihat (mawa'iz), adab, dan tafsir. Imam
Abu Dawud menyusun kitab hadisnya dengan fokus khusus pada hadis-hadis yang terkait dengan hukum
Islam dan sunnah , Hadis-hadis yang dicatat oleh Abu Daud dalam kitab sunannya tidak semuanya
shahih. ( Julaiha , 350 – 352 : 2023 )

F ) Sunan Ibnu Majjah

Nama lengkap Ibnu majjah adalah Abu Ubdaillah Muhammad ibnu yazid Ibnu Majah AL Rubaiy
Al QAZWINIY Al hafid ,dan hidup pada masa dinasti Abasiyah yang dipimpin oleh Khalifah Al
Ma’mum ,dan wafat pada usia 74 tahun bertepatan hari selasa 22 Ramadhan 273 H. Didalam kitab Ibnu
Majjah berisi tentang persoalan fiqih dan menggunkan metode fiqih dan ini lazim digunakan para ulama
untuk mempermudah para pencari ilmu dalam mendalami hukum islam untuk menemukan dalil dalil
yang bersumber dari hadits Rasullah tetapi perawi didalam kitab ibnu majjah tidak semuanya dapat
dipertanggung jawabkan.

C. Manajemen Dakwah Dalam Social Science


Kebutuhan manusia akan keteraturan dan ketertiban suatu hal yang tidak dapat dipungkiri.
Untuk kepentingan itulah manusia banyak menciptakan peraturan dan ketentuan yang harus dipatuhi,
mulai dari pengaturan, pengelolaan, dan manajemen. Karenanya dapat dikatakan bahwa manajemen
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dan membantu kesuksesan dalam suatu kegiatan yang
telah disepakati secara bersama. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris,
management, yang berarti ketalaksanaan, tata pimpinan, dan, pengelolaan. Artinya, manajemen adalah
suatu proses yang diterapkan dan diatur oleh pribadi ataupun kelompok dalam upaya-upaya koordinasi
untuk tercapainya suatu tujuan. Fokus manajemen adalah sekelompok manusia yang mengatur suatu
kegiatan yang saling berkaitan dengan menggunakan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan yang
ada di suatu organisasi. Manajemen cenderung dikatakan sebagai ilmu maksudnya seseorang yang

X
mempelajari manajemen tidak pasti akan menjadi seorang manajer yang baik. Adapun pengertian
manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:

Robert Kritiner mendefinisikan bahwa, manajemen adalah sebagai suatu proses kerja yang
melalui orang lain untuk mencapai tujuan suatu organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini
berpusat pada penggunaan yang efektif dan efisien terhadap penggunaan sumber daya manusia.

Dakwah juga merupakan suatu ajakan untuk berpikir, berdebat dan beragumen, dan untuk
menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah tidak dapat disikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang
bodoh atau berhati dengki. Hak berpikir merupakan sifat dan milik semua manusia, tak ada orang yang
dapat mengingkarinnya. Secara istilah, para ahli memiliki tafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan
sudut pandang mereka masing-masing di dalam memberikan pengertian dakwah. Berikut ini dikutip ada
beberapa pendapat, di antaranya:

1. M. Abu al-Fath al-Bayanuni, dakwah adalah cara untuk menyampaikan dan mengajarkan islam
kepada manusia serta menerapkannya dalam kehidupan manusia.

2. Taufik Al-Wa’I, dakwah adalah mengajak kepada pengesaan Allah dengan menyatakan dua
kalimat syahadat dan mengikuti manhaj Allah di muka bumi baik perkataan maupun perbuatan,
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Assunnah, agar memperoleh agama yang diridha’inya
dan manusia memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.

3. Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mendorong (memotivasi) manusia untuk melaksanakan
kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan
munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu kegiatan yang mengajak dan mendorong
seseorang untuk beriman dan taat kepada Allah. Dari pengertian diatas manajemen dakwah adalah
suatu proses untuk mengelola kegiatan dakwah dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen pada
pelaksanaan dakwah.

D. Manajemen Dakwah Dalam Islamic Studies

Hakekatnya setiap organisasi atau Lembaga Islam adalah lembaga dakwah Islam , hanya saja pendekatan
masing-masing mungkin berbeda. Ada yang pada pendidikan, pelatihan, ekonomi, sosial, ataupun
politik; namun ada juga yang berda’wah secara langsung. Sedang aktivitas mereka dapat berupa dakwah
dengan pikiran (bilfikr) dengan tindakan langsung (bilhal), dengan ucapan (billisan), dengan harta (bilmal),
dengan tulisan (bilqalam) maupun dengan jiwa (binnafs).

XI
Aktivitas dakwah perlu dilakukan dengan cara yang baik, sehingga dapat menumbuhkan sikap simpatik
obyek dakwah, bukan antipati. Sehingga dakwah menjadi menarik, dan insya Allah dapat membawa
kesuksesan. “Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan bantahlah
mereka dengan cara sebaik-baiknya”. (QS 16:125, An Nahl).

Aktivitas dakwah juga perlu didukung para aktivis yang konsisten dalam perjuangan, yaitu mereka yang
tetap memiliki komitmen dakwah yang tinggi dalam suka dan duka. Konsistensi dakwah, biasanya dimiliki
oleh orang-orang yang memiliki keterpaduan antara iman, ilmu dan amal shalih serta ‘amar ma’ruf nahi
munkar-nya. Merekalah orang-orang yang layak mendapat predikat “umat terbaik” (khairu ummah), seperti
yang telah dicapai oleh Rasulullah saw dan para shahabatnya. “Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan percaya
kepada Allah”. (QS 3:110, Ali ‘Imran)

Sebagaimana telah diketahui, bahwa setiap muslim harus memiliki komitmen dalam mendakwahkan
Islam. Keterlibatan dalam dakwah dapat dilakukan baik dalam lingkup fardiyyah, halaqah, harakah, daulah,
khilafah maupun ‘alamiah. Hanya saja lingkup dakwah tersebut sangat penting oleh kemampuan umat Islam
dalam menerapkan sistem Islam dalam kehidupan mereka, baik secara individu maupun kolektif.

Sampai saat ini dapat dikatakan, sebagian besar perjuangan dakwah Islam, termasuk di Indonesia, sedang
memasuki era dakwah harakah (pergerakan terorganisir). Tidak mengherankan bila muncul lembaga Islam di
mana-mana, baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional.

keberadaan Lembaga Islam diharapkan mampu menyahuti kebutuhan dakwah yang semakin
beragam. Umat Islam menuntut pelayanan dakwah yang mampu menyahuti kebutuhan dan keinginan
mereka. Tidak semua segmen dapat dipenuhi oleh satu lembaga saja, sehingga diperlukan berbagai macam
Lembaga Islam dengan berbagai aktivitasnya. Masing-masing dibentuk bukan untuk saling menyaingi, tetapi
dalam rangka ber-fastabiqul khairat untuk memastikan kalimat Allah.

Sebagaimana organisasi pada umumnya, Lembaga Islam perlu memperhatikan tata cara berorganisasi
yang baik, di antaranya:

1. Memiliki tujuan yang jelas dan terdefinisikan,

2. Kepemimpinan yang berjenjang.

3. Sistim organisasi yang terstruktur.

4. Strategi dan taktik yang realistis.

5. Pemahaman ilmu pengetahuan yang luas.

6. dukungan kemampuan teknis para aktivis.

Dari segi pengelolaan mereka juga perlu memperhatikan beberapa hal penting yang menjadi fokus
dalam manajemen, yaitu:

1. Perencanaan yang tertata rapi.

2. Aktivitas yang terorganisir.

3. Implementasi program dalam tindakan.

XII
4. Pengawasan dan Pengawasan yang dilakukan.

5. Perbaikan yang berkelanjutan.

Perjuangan dakwah melalui Lembaga Islam harus memanfaatkan faktor manajemen, baik materi,
uang, metode, mesin, pasar maupun moral. Juga dibarengi dengan penataan ideologi, strategi, taktik dan teknik
yang canggih dan detail di mana:

1. Ideologi dinyatakan dalam tujuan puncak (tujuan akhir) organisasi yang dirumuskan dari asas dan
realisasi dengan visi, misi maupun nilai-nilai luhur pergerakan.

2. Strategi dinyatakan dalam bentuk konstitusi dan kebijakan organisasi, berupa: Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Pedoman-pedoman Dasar Organisasi dan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi atau
Kebijakan Dasar Organisasi.

3. Taktik dinyatakan dalam bentuk program kerja, baik jangka panjang, jangka menengah maupun
jangka pendek. Program tersebut terderivasi dari tingkat kepengurusan tertinggi hingga kepengurusan paling
bawah. Setelah itu dilakukan penjabaran sesuai dengan periode, partisi dan segmentasinya.

4. Teknik dinyatakan dalam bentuk aktivitas nyata di lapangan, baik dalam bentuk kepengurusan,
kepanitiaan, pelatihan maupun aktivitas lainnya. Aktivitas tersebut meningkatkan keberhasilannya, sehingga
dapat dilakukan perbaikan.

XIII
BAB III
Penutup

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Tambak, S. (2011). Pemikiran Pendidikan al-Ghazali. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu
Pengetahuan, 8(1), 73-87.

Östbring, B. (2010). Richard Rortys pragmatism. Filosofisk tidskrift, 51.

Bakhtiar, Amsal. 2012. Fillsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

XIV
Gie, The Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.

XV

Anda mungkin juga menyukai