Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MANFAAT FILSAFAT ILMU DAN CABANG-CABANGNYA

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

MIFTAHUL MADANIA BAHTIAR

RINALDA

RASLIA

KELAS A

JURUSAN BIMBINGAN & PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatu

Puji syukur kehadirat Allah subhanah wata’ala yanga telah memberikan saya nikmat

kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyusun makalah ini dan bisa selesain tepat pada

waktunya.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, saya tahu bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga saya

berharap pembaca bisa memberi kritik serta saran yang bersifat membangun sehingga bisa tercipta

makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Gowa, 28 September 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu ................................................................................ 4

B. Cabang-Cabang Filsafat Ilmu ......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 20

B. Saran ............................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang

kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam

dan bebas (tidak terikat dengan tradisi, dogma agama) untuk memperoleh kebenaran. Kata

ini berasal dari Yunani, Philos yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan

(wisdom). Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, demikian pula seni dan agama. Jadi dalam

pengetahuan tercakup didalamnya ilmu, seni dan agama. Filsafat sebagaimana

pengertiannya semula bisa dikelompokkan ke dalam bagian pengetahuan tersebut, sebab

pada permulaannya (baca: zaman Yunani Kuno) filsafat identik dengan pengetahuan (baik

teoretik maupun praktik). Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan

kekhasannya sendiri untuk kemudian memisahkan diri dari filsafat.

Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar

gejala alamiah tersebut tak lagi merupakan misteri. Pengetahuan pada hakikatnya

merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya

adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui

oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Sebab

secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup

pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah jelajah yang bersifat

transendental yang berada di luar pengalaman manusia itu (Jujun, 1990:104-105).

Sedangkan sisi lain dari pengetahuan mencoba mendeskripsikan sebuah gejala dengan

sepenuh-penuh maknanya, sementara ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang

1
sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa

variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional. Ilmu mencoba

mencarikan penjelasan mengenai alam yang bersifat umum dan impersonal, sementara seni

tetap bersifat individual dan personal, dengan memusatkan perhatiannya pada

“pengalaman hidup perorangan” (Jujun, 1990: 106-107). Karena pengetahuan ilmiah

merupakan a higher level of knowledge dalam perangkat-perangkat kita sehari-hari, maka

filsafat ilmu tidak dapat dipishkan dari filsafat pengetahuan.

Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah

dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut (Beerling, et al., 1988:1-4).

Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang secara

umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga

mengenai logika dan metodologi. Untuk menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat

ilmu tersebut, sangat bermanfaat menyimak empat titik pandang dalam filsafat ilmu,

yaitu:

1. Bahwa filsafat ilmu adalah perumusan world-view yang konsisten dengan teori-teori

ilmiah yang penting. Menurut pandangan ini, adalah merupakan tugas filosuf ilmu

untuk mengelaborasi implikasi yang lebih luas dari ilmu;

2. Bahwa filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dari presupposition dan pre-

disposition dari para ilmuwan.

3. Bahwa filsafat ilmu adalah suatu disiplin ilmu yang didalamnya terdapat konsep-

konsep dan teori-teori tentang ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan;

4. Bahwa filsaft ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua. Filsafat ilmu menuntut

jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

2
5. Karakteristik-karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dari tipe

penyelidikan lain?

6. Kondisi yang bagaimana yang patut dituruti oleh para ilmuwan dalam penyelidikan

alam?

7. Kondisi yang bagaimana yang harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah agar

menjadi benar?

8. Status kognitif yang bagaimana dari prinsip-prinsip dan hukum-hukum ilmiah?

(Cony, at.at., 1988 : 44).

B. Rumusan Masalah

1. Apa manfaat mempelajari filsafat ilmu?

2. Apa cabang-cabang ilmu filsafat?

C. Tujuan

Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk mengetahui apasaja

maanfaat mempelajari filsafat ilmu dan cabang-cabangnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu

Dengan mempelajari filsafat, paling tidak ada tiga hal yang dapat diambil pelajaran.

Pertama, filsafat telah mengajarkan kita untuk lebih mengenal diri sendiri secara totalitas,

sehingga dengan pemahaman tersebut dapat dicapai hakikat manusia itu sendiri dan bagaiman

sikap manusia itu seharusnya. Filsafat mengajarkan kita agar berlatih serius, berfikir secara

radikal, mengkaji sesuatu sampai keakar-akarnya.

Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan

menggunakan pemikiran secara serius. Kemapuan berpikir serius diperlukan oleh orang biasa,

terlebih lagi bagi orang-orang yang memegang posisi penting dalam membangun dunia,

memimpin masyarakat, menjadi penguasa dalam pemerintahan. Itulah mengapa Plato

menghendaki kepala negara seharusnya filosuf. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk

latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar

persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir satu penampakkan.

Kedua, filsafat mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Pada dasarnya berfikir

filsafat ialah berusaha untuk menyusun suatu system pemerintahan yang rasional dalam

rangka memahami segala sesuatu, termasuk diri manusia itu sendiri.

Ketiga, filsafat mengajarkan tentang hakikat Tuhan. Studi tentang filsafat

seyogyianya dapat membantu manusia untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar

yang matang secara intelektual. Dengan pemahaman yang mendalam dan dengan daya nalar

yang tajam, maka akan sampailah kepada kekuasana yang mutlak, yaitu Tuhan. Maka dengan

filsafat, nash atau ajaran ajaran agama dapat dijadikan sebagai bukti untuk membenarkan akal.

4
Atau sebaliknya, dengan filsafat dapat dijadikan alat untuk membenarkan nash atau ketentuan

agama.

Menurut Asmoro Achmadi (2005:15) mempelajari filsafat adalah sangat penting,

dimana dengan ilmu tersebut manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang didalamnya

memuat nilai-nilai kehidupan yang sangan diperlukan oleh umat manusia.

Bagi para pemula, dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat menambah ilmu

pengetahuaan, karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah cakrawala

pemikiran, cakrawala pandang yang semakin luas. Hal ini mengandung implikasi, bahwa

dengan memahami filsafat ini dapat membantu penyelesaian masalah yang selalu kita hadapi

dengan cara yang lebih bijaksana.

Selain itu, dengan mempelajari filsafat, kita akan dihadapkan kepada pemikiran

para tokoh atau filosof yang mengkaji tentang segala hal yang fisik dan metafisik. Dari para

tokoh dan filosof inilah kita akan memperoleh ide-ide yang fundamental. Dengan ide-ide

itulah akan membawa manusia kearah sutu kemampuan untuk memperbiki kesadarannya

dalam segala tindakannya, sehingga manusia akan lebih hidup, lebih tanggap terhadap diri dan

lingkungannya., lebih sadar terhadap hak dan kewajibannya, lebih bijaksana dalam segala

tindakannya.

Manfaat mengkaji filsafat menurut Franz Magnis Suseno (1991) adalah bahwa

filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi,

dan filsafat Indonesia serta untung mengaktualisasikannya. Filsafatlah yang paling sanggup

untuk mendekati warisan rohani, tidak hanya secara verbalistik, melainkan juga secara

evaluative, kritis, dan reflekfif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam

pembentukan identitas modern bangsa Indonesia secara terus menerus.

5
B. Cabang-Cabang Filsafat Ilmu

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, sehingga ilmu-ilmu yang

lain merupakan anak dari filsafat itu sendiri. Filsafat merupakan bidang studi yang memiliki

cakupan yang sangat luas, sehingga diperlukan pembagian yang lebih kecil lagi.

Meskipun demikian, dalam hal pembagian lapangan-lapangan atau cabang-cabang

filsaat ini masing-masing tokoh memiliki metode yang berbeda dalam melakukan

penghimpunan terhadap lapangan-lapangan pembicaraan kefilsafatan. Plato misalnya,

membagi lapangan filsafat kedalam tiga macam bidang, yaitu dialektika, fisika, dan etika.

Dialektika adalah cabang filsafat yang membicarakan persoalan ide-ide atau pengertian umum.

Adapun fisika merupakan cabang filsafat yang didalmny mengandung atau membicarakan

persoalan materi. Sedangkan etika adalah cabang filsafat yang didalamnya mengandung atau

membicarakan persoalan baik dan buruk.

Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung

didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Aristoteles

mengklasifikasikan filsafat menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Logika

Logika adalah ilmu pendahuluan bagi filsafat, ilmu yang mendasari dalam

memahami filsafat. Biji ajaran Aristoteles tentang logika berdasarkan ajaran tentang jalan

pikiran dan bukti. Jalan pikiran itu baginya berupa syllogismus, yaitu putusan dua yang

tersusun demikian rupa sehingga melahirkan putusan yang ketiga.

2. Filsafat Teoritis

Filsafat teoritis (filsafat nazariah) yang terdiri dari 3 macam ilmu yaitu (1) ilmu

fisika yang mempersoalkan dunia materi dalam alam nyata; (2) ilmu matematika yang

6
mempersoalkan benda-benda alam kuantitasnya (mempersoalkan jumlah); (3) ilmu

metafisika yang mempersoalkan tentang hakikat segala sesuatu. Aristoteles meyakini

bahwa ilmu metafisika inilah yang paling utama dalam filsafat atau intinya dilsafat.

3. Filsafat Praktis

Filsafat praktis (falsafah amaliah) yang terdiri dari 3 macam ilmu yaitu (1) ilmu

etika yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorangan; (2) ilmu

ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam keluarga (rumah tangga); (3)

ilmu politik yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam negara.

4. Filsafat Poetika

Filsafat poetika (filsafat kesenian) yaitu filsafat yang membicarakan tentang

keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam seni, dan teori

penciptaan dalam seni.

Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Louis O. Kattsoff (1997:73) menggolongkan

cabang-cabang filsafat ini secara lebih terperinci, sehingga pembagian cabang filsafat ini

dapat dikategorikan kedalam urutan-urutan yang umum menjadi semakin menurun kepada

yang lebih khusus. Penggolongan lapangan-lapangan filsafat menurut Kattsoff ini menjadi

cabang-cabang filsafat sebagai berikut.

1. Logika

Logika adalah ilmu yang membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh

kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Atau dalam kata lain logika adalah

cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika membahas

tentang prinsip-prinsip inferensia (kesimpulan) yang absah (valid) dan topik-topik yang

saling berhubungan. Logika dibagi menjadi dua, yaitu:

7
a. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk

menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu

atau lebih. Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling mudah

ialah bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi dan akan lebih sulit bila yang

diperhatikan ialah isi proposisi-proposisi tersebut. Logika yang membicarakan

susunan-susunan proposisi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan

atas susunannya, dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal.

b. Logika induktif mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-

proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika

induktif mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati secara

khusus menuju ke pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang

bercorak demikian, atau dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab

atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut.

2. Metodologi

Metodologi ialah ilmu pengetahuan tentang metode dan khususnya metode ilmiah.

Tampaknya semua metode yang berharga dalam menemukan pengetahuan mempunyai

garis-garis besar umum yang sama. Metodologi membicarakan hal-hal seperti sifat

observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen dan sebagainya

3. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat mengenai yang ada. Aristoteles mendefinisikan

metafisika sebagai ilmu mengenai yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan dengan

yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada sebagai yang dijumlahkan. Istilah

metafisika sejak lama digunakan di Yunani untuk menunjukkan karya-karya tertentu

8
Aristoteles. Maka, istilah metafisikapun berasal dari bahasa Yunani: meta ta

physika yang berarti hal-hal yang terdapat sesudah fisika. Kita dapat mendefinisikan

metafisika sebagai bagian pengetahuan manusia yang berkaitan dengan pertanyaan

mengenai hakikat yang ada yang terdalam. Pada umumnya orang mengajukan dua

pertanyaan yang bercorak metafisika, misalnya : (1) Apakah saya ini tidak berbeda

dengan batu karang? Apakah roh saya hanya merupakan gejala materi? (2) Apakah yang

merupakan asal mula jagad raya? Apakah yang menjadikan pusat jagad raya dan

bukannya suatu keadaan yang bercampur aduk? Apakah hakikat ruang dan waktu itu?

Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini menyangkut

persoalan kenyataan sebagai kenyataan, dan berasal dari perbedaan yang cepat disadari

oleh banyak orang, yakni perbedaan antara yang nampak (apperence) dengan yang

nyata (reality).

4. Ontologi dan Kosmologi

Ontologi membicarakan tentang azas-azas rasional yang ada, sedangkan kosmologi

membicarakan azas-azas rasional dari yang ada yang teratur. Ontologi berusaha

mengetahui esensi yang terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk

mengetahui ketertiban serta susunannya.

5. Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-

metode dan sahnya pengetahuan. Terdapat dua macam pertanyaan berkaitan dengan

epistemology. Pertama, perangkat yang mengacu kepada sumber pengetahuan kita

pertanyaan yang mendasar ialah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal

mula pengetahuan kita? Bagaimanakah cara kita membedakan antara pengetahuan

9
dengan pendapat? Apakah yang merupakan bentuk pengetahuan itu? Corak-corak

pengetahuan apakah yang ada? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan?

Apakah kebenaran dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu?

pertanyaan-pertanyaan ini dapat dinamakan pertanyaan pertanyaan epistemology

kefilsafatan, dan erat kaitannya dengan ilmu jiwa. Kedua, pertanyaan-pertanyaan yang

lain merupakan masalah-masalah semantik yakni menyangkut hubungan antara

pengetahuan kita dengan objek pengetahuan tersebut. Secara singkat epistemology

dapat diartikan dengan bagaiman cara kita untuk mengetahui sesuatu.

6. Biologi Kefilsafatan

Biologi kefilsafatan membicarakan persoalan-persoalan mengenai biologi,

menganalisa pengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan

mengenai pengertian hidup, adaptasi, teleologi, evolusi dan penurunan sifat-sifat.

Biologi kefilsafatan juga membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka segala

sesuatu, dan arti pentingnya hidup bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat kita

hidup.

Biologi kefilsafatan membantu untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap istilah-

istilah biologi, melainkan juga terhadap metode-metode serta teori-teorinya. Gambaran

yang kita buat mengenai tidak boleh bertentangan dengan fakta-fakta biologi yang

sudah ditetapkan dengan baik.

7. Psikologi Kefilsafatan

Memberikan pertanyaan-pertanyaan psikologi yang meliputi apakah yang

dimaksud dengan jiwa, nyawa, ego, akal, perasaan, dan kehendak. Pertanyaan tersebut

10
dapat dijelaskan oleh psikologi sebagai ilmu, namun psikologi kefilsafatan membantu

tingkat kehakikian dari penjelasan tersebut.

8. Antropologi Kefilsafatan

Antropologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang manusia.

Dimulai sejak abad kelima sebelum Masehi, setelah melalui penyelidikan yang lama,

Socrates tampil ke depat dengan semboyannya: "Kenalilah dirimu sendiri!". Artinya,

filsafat tidak cukup hanya membicarakan tentang alam saja, tetapi yang tak-kalah

penting adalah bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia itu

sendiri. Apakah hakikat terdalam manusia itu ? Ada pilihan penafsiran apa sajakah

mengenai hakikat manusia? Yang manakah yang lebih mendekati kebenaran?

Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang makna sejarah manusia dan

arah kecenderungan sejarah. Sejarah juga dikaji dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu

alam, atau dengan nafsu-nafsu atau dogma keagamaan, atau perjuangan untuk

kelangsungan hidup. Telah banyak penjelasan yang diberikan mengenai hal ini.

9. Sosiologi Kefilsafatan

Sosiologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat

masyarakat serta hakikat negara. Kita ingin mengerahui lembaga-lembaga yang

terdapat di dalam masyarakat, dan kita ingin menyelidiki hubungan antara manusia

dengan negaranya. Apakah makna serta bagaimanakah cara penggunaan istilah-istilah

seperti proletariat, kebebasan massa, individu, dan sebagainya. Pada saat ini

pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendesak,

11
karena keputusan kita serta hari depan kita menanti pilihan kita mengenai ideologi

politik serta ideologi sosial.

Perenungan filsafati mengadakan pertanyaan-pertanyaan: Bagaimanakah

praanggapan kedua ilmu tersebut mengenai metode-metode yang digunakan? Apa

makna hakiki dari istilah-istilah yang digunakan? Masalah-masalah ideologi juga

dipertanyakan. Misalnya, ideologi manakah yang lebih dapat diterima di masa depan

dan ideologi manakah yang dapat menimbulkan malapetaka?

10. Etika

Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang baik dan buruk. Cabang

filsafat yang menyajikan dan memperbincangkan tentang istilah-istilah seperti baik,

buruk, kebajikan, kejahatan, dan sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat-

predikat kesusilaan (etik), dan merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan

tanggapan-tanggapan mengenai tingkah laku yang betul yang mempergunakan

sebutan-sebutan tsb. Di dalam etika kita berusaha untuk menemukan fakta-fakta

mengenai situasu kesusilaan agar dapat menerapkan norma-norma terhadap fakta-fakta

tsb. Tetapi yang paling benar ialah tujuan kita yang pokok di dalam etika agaknya

ialah menemukan norma-norma untuk hidup dengan baik. Kita juga berusahan

menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti Apakah cara kita melakuka pilihan di antara

hal-hal yang baik? Itu tadi merupakan beberapa saja di antara banyak masalah yanhlg

dihadapi dalam etika.

Tujuan pokok etika adalah menemukan norma-norma untuk hidup dengan baik.

Berkaitan dengan itu muncul pertanyaan-pertanyaan: Apakah yang menyebabkan

12
suatu perbuatan yang baik itu adalah baik secara etik? Bagaimanakah cara kita

melakukan pilihan di antara hal-hal yang baik? Itulah beberapa contoh pertanyaan di

dalam penyelidikan etika.

11. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan, dan peranan

keindahan, khususnya di dalam seni. Dua istilah pokok telah digunakan di dalam

kajian filsafat, yakni “kebenaran” dan “kebaikan”. Kebenaran merupakan tujuan yang

hendak dicapai dalam pembicaraan kita tentang epistemologi dan metodologi.

Kebaikan merupakan masalah yang diselidiki dalam etika. Pada hal-hal ini kita

tambahkan unsur ketiga dari ketritunggalan besar yang mendasari semua peradaban,

yakni “keindahan”. Cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan peranan

keindahan, khususnya di dalam seni, dinamakan estetika.

Estetika menggali jawaban dari pertanyaan-pertanyaan: Apakah keindahan itu?

Apakah hubungan antara yang indah dengan yang benar dan yang baik? Apakah ada

ukuran yang dapat dipakai untuk menanggapi suatu karya seni dalam arti objektif?

Apakah fumgsi keindahan dalam hidup kita? Apa seni itu sendiri? Apakah seni itu

hanya sekasar reproduksi alam kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaan

seseorang, ataukah suatu penglohatan ke dalam kenyataan yang terdalam?

12. Filsafat agama

Filsafat agama adalah cabang yang membicarakan jenis-jenis pertanyaan berbeda

mengenai agama. Jika kita ingin mengetahui sesuatu di dalam kepercayaan agama

tertentu, maka tanyalah kepada para ahli agama atau ulama-ulamanya. Bagi seorang

13
filsuf, ia akan membicarakan jenis-jenis pertanyaan yang berbeda mengenai agama.

Pertama-tama ia mungkin akan bertanya: Apakah agama itu? Apakah yang dimaksud

dengan istilah “Tuhan” itu? Apakah bukti-bukti tentang adanya Tuhan itu sehat

menurut logika? Bagaimanakah cara kita mengetahui Tuhan? Apakah makna

“eksistensi” bila istilah ini dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan?. Filsafat

agama tidak berkepentingan mengenai apa yang orang percayai, tetapi mau tidak mau

harus menaruh perhatian kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan, ketentuan di

antara kepercayaan-kepercayaan, bahan-bahan bukti kepercayaan, dan hubungan

antara kepercayaan agama dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain.

Pembagian filsafat secara sistematis yang didasarkan pada sistematika yang berlaku

didalam kurikulum akademik meliputi metafisika, epistemologi, logika, etika, dan estetika. Dalam

studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak kita dapat mempelajari lima bidang

pokok, yaitu metafisika, epistemology, logika, etika, dan estetika.

Pertama, metafisika. Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan

tentang hal-hal yang sangat mendasar (elementer) yang berada diluar pengalaman manusia

(immediate experience). Cabang ini membicarakan segala sesuatu secara komprehensif seperti

hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan, wujud Tuhan,

tentang kehidupan, kematian, dan lain-lain.

Filsafat metafisika ini adalah filsafat yang mengkaji tentang hal ada. Istilah

metafisika itu sendiri berasal dari akar kata ‘meta’ dan’fisika’. Meta berarti sesudah, selain, atau

sebaliknya. Fisika berarti nyata, atau alam. Metafisika berarti sesudah, dibalik yang nyata.

14
Ditinjau dari segi filsafat yang menyeluruh, metafisika adalah ilmu yang

memikirkan hakikat dibalik alam nyata. Metafisika membicarakan hakikat dari segala sesuatu

yang dapat diserap oleh pancaindera.

Kedua, epistemologi. Epistemologi umumnya membicarakan sumber-sumber,

karakteristik, dan kebenaran dari suatu pengetahuan. Epistemologi yang juga disebut sebagai teori

pengetahuan berkaitan erat dengan metafisika. Bedanya, persoalan epistomologi berpusat pada

apakah yang ada, yang didalamnya memuat masalah pengetahan. Masalah pengetahuan dikaji

secara mendalam mulai dari sumber pengetahuan, darimana ilmu pengetahuan yang benar, dan

bagaimana kita dapat mengetahui, apa yang menjadi karakteristik pengetahuan, dan lain-lain.

Jadi, epitemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya

pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan

kesahihan pengetahuan. Dengan mempelajari epistemologi diharapkan dapat membedakan antara

pengetahuan dan ilmu serta mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya.

Ketiga, logika. Bidang filsafat yang mempelajari segenap asas, aturan , dan tatacara

yang betul (correct reasoning) disebut sebagai logika. Awal dari logika

adalah pengetahuan rasional yang disebut sebagai episteme. Logika, oleh Aristoteles disebut

sebagai analitika, yang kemudian berkembang di Abad Pertengahan yang kemudian dikenal

sebagai logika tradisional. Logika tradisional itulah yang kemudian dikembangkan oleh George

Boole sebagai logika modern.

Saat ini logika bukan lagi sekedar suatu vabang filsafat. Logika telah berkembang

sebagai bagian dari kajian teknik dan ilmiah, yang dibedakan menjadi: logika perlambang, logika

kewajiban, logika ganda-nilai, logika instituisionik, dan lain-lain.

15
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan

kecakapan untuk berfikir lurus (tepat). Logika juga merupakan ilmu pengtahuan yang merupakan

suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Lapangan ilmu pengetahuan ini ialah asas-asas yang menentukan pemikiran yang

lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berfikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, meneruskan

hukum-hukum yang harus ditepati.

Dengan menetapkan hukum-hukum pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat, kita

dimasukkan dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwa logika

bukanlah teori belaka. Logika juga merupakan suatu keteampilan untuk menerapkan hukum-

hukum pemikiran dalam praktik. Inilah sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis.

Keempat, etika. Etika dalam bahasa Yunani: êthikos, secara harfiah berarti sesuatu

yang berkaitan dengan etos etos (adat, kebiasaan sosial). Cicero menggunakan terminologi moral

untuk menerjemahkan êthikos, yang secara harfiah berarti sesuatu yang berkaitan dengan adat

istiadat (karakter, cara, kebiasaan, dan kebiasaan). Oleh karena itu, secara etimologi etika dan

moral memiliki arti hal yang sama, mengacu pada peraturan sosial yang tertanam dalam tradisi

budaya dan sejarah yang mengatur karakter dan perilaku orang. Masyarakat yang berbeda

memiliki nilai-nilai moral sama, sementara masyarakat yang sama dapat memiliki nilai-nilai moral

yang berbeda. Tujuan utama dari semua etika atau moral adalah untuk melestarikan keharmonisan

sosial.

Etika atau moralitas merujuk pada suatu cabang filsafat yang mempelajari

peraturan-peraturan sosial , untuk menjawab pertanyaan " Bagaimana seharusnya seseorang hidup ?

16
" Atau " Bagaimana seharusnya orang bertindak ? " Dalam penggunaan ini , etika juga disebut

teori etika, dan moralitas disebut filsafat moral atau teori moral. Penelitian ini dapat dibagi lagi

menjadi meta-etika, yaitu studi tentang bahasa moral dan ketentuan moral yang tengah seperti hak,

tugas, kewajiban, kebajikan, nilai, dan kebebasan, etika normatif, pembentukan prinsip-prinsip

moral dan aturan yang harus diikuti; serta etika-terapan, yaitu penerapan aturan-aturan moral untuk

memecahkan masalah praktis yang timbul di berbagai bidang sosial .

Mulai dari pertengahan abad kedua puluh, telah ada kecenderungan untuk

membedakan etika dari moralitas. Moralitas (teori moral) hanya terbatas pada lingkup teori etika

modern seperti utilitarianisme dan deontologi, yang mencoba untuk tidak hanya untuk

memasukkan aturan yang beragam menjadi sistem yang koheren, tetapi juga untuk mengatur

kaidah universal tertentu berlaku untuk semua masyarakat. Hal ini terkait erat dengan penekanan

tugas atau kewajiban, permintaan yang ketat tanggung jawab, dan kepedulian yang berimbang

untuk barang non-instrumental lain.

Sebagai cabang filsafat yang membicarakan ‘tindakan manusia’, etika atau filsafat

perilaku selalu melihat perilaku manusia berdasarkan penekanan ‘baik’ dan ‘buruk’. Dalam

kajiannya, etika berkaitan dengan ‘tindakan atau perilaku’ dan penilaian ‘baik-buruk’. Jika kajian

dilakukan terhadap suatu permasalahan yang berkaitan dengan ‘tindakan atau perilaku’ maka etika

disebut sebagai filsafat praktis. Jika kajian dilakukan terhadap suatu permasalahan yang berkaitan

dengan penilaian ‘baik-buruk’ maka etika disebut filsafat normatif.

Dalam pemahaman etika sebagai pengetahuan mengenai norma baik-buruk dalam

tindakan mempunyai persoalan yang luas. Etika yang demikian ini mempersoalkan tindakan

17
manusia yang dianggap baik yang harus dijalankan, dibedakan dengan tindakan buruk atau jahat

yang dianggap tidak manusiawi.

Mempelajari etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai

penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Etika biasanya

disebut ilmupengetahuan normatif sebab etika mentapkan ukuran bagi perbuatan manusia dengan

penggunaan norma tentang baik dan buruk.

Kelima, estetika. Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang

keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dalam belajar estetika

diharapkan dapat membedakan antara berbagai teori keindahan, pengertian seni, penggolongan

seni, nilai seni, aliran dalam seni, dan teori penciptaan dalam seni.

Secara etimologi, estetika diambil dari bahasa Yunani, aisthetike yang berarti

segala sesuatu yang diserap oleh indera. Filsafat estetika membahas tentang refleks kritis yang

dirasakan oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or

ugly. Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan.

Filsafat estetika pertama kali dicetuskan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten

(1975) yang mengungkapkan bahwa estetika adalah cabang ilmu yang dimaknai oleh perasaan.

Filasafat estetika adalah cabang ilmu dari filsafat Aksiologi, yaitu filsafat nilai. Istilah Aksiologi

digunakan untuk menberikan batasan mengenai kebaikan, yang meliputi etika, moral, dan perilaku.

Adapun Estetika yaitu memberikan batasan mengenai hakikat keindahan atau nilai keindahan.

18
Pembahasan estetika akan berhubungan dengan nilai-nilai sensoris yang dikaitkan

dengan sentimen dan rasa. Sehingga estetika akan mempersoalkan pula teori-teori mengenai

seni. Dengan demikian, estetika merupakan sebuah teori yang meliputi:

 Penyelidikan mengenai sesuatu yang indah;

 Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni;

 Pengalaman yang bertalian dengan seni, masalah yang berkaitan dengan penciptaan seni,

penilaian terhadap seni dan perenungan atas seni.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manfaat mempelajari filsafat adalah Pertama, filsafat telah mengajarkan kita untuk

leih mengenal diri sendiri secara totalitas, sehingga dengan pemahaman tersebut dapat dicapai

hakikat manusia itu sendiri dan bagaiman sikap manusia itu seharusnya. Kedua, filsafat

mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Pada dasarnya berfikir filsafat ialah berusaha

untuk menyusun suatu system pemerintahan yang rasional dalam rangka memahami segala

sesuatu, termasuk diri manusia itu sendiri.Ketiga, filsafat mengajarkan tentang hakikat Tuhan.

Studi tentang filsafat seyogyianya dapat membantu manusia untuk membangun keyakinan

keagamaan atas dasr yang matang secara intelektual. Menurut Asmoro Achmadi (2005:15)

mempelajari filsafat adalah sangat penting, dimana dengan ilmu tersebut manusia akan

dibekali suatu kebijaksanaan yang didalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangan

diperlukan oleh umat manusia. Manfaat mengkaji filsafat menurut Franz Magnis Suseno

(1991) adalah bahwa filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan

kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untung mengaktualisasikannya.

Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung

didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Aristoteles

mengklasifikasikan filsafat menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Logika

2. Metodologi

3. Metafisika

4. Ontologi dan Kosmologi

20
5. Epistemologi

6. Biologi Kefilsafatan

7. Psikologi Kefilsafatan

8. Antropologi Kefilsafatan

9. Sosiologi Kefilsafatan

10. Etika

11. Estetika

12. Filsafat agama

Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak kita dapat

mempelajari lima bidang pokok, yaitu metafisika, epistemology, logika, etika, dan estetika.

Pertama, metafisika. Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal

yang sangat mendasar (elementer) yang berada diluar pengalaman manusia (immediate

experience). Kedua, epistemologi. Epistemologi umumnya membicarakan sumber-sumber,

karakteristik, dan kebenaran dari suatu pengetahuan. Ketiga, logika. Bidang filsafat yang

mempelajari segenap asas, aturan , dan tatacara yang betul (correct reasoning) disebut sebagai

logika. Keempat, etika. Etika dalam bahasa Yunani: êthikos, secara harfiah berarti sesuatu yang

berkaitan dengan etos etos (adat, kebiasaan sosial). Kelima, estetika. Estetika adalah cabang

filsafat yang membicarakan tentang keindahan.

21
C. Saran

Saya menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari

kesempurnaan. Saya akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak

sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran

mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.uin-malang.ac.id/r/131101/sekilas-tentang-filsafat-ilmu.html

Susanto,A. 2017. Filsafat Ilmu: suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologis, dan

Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara

https://bud1purn4m4.wordpress.com/2011/04/13/pemikiran-aristoteles-tentang-filsafat/

http://hamdimuhamad.blogspot.com/2016/02/pertemuan-v-cabang-cabang-filsafat.html

http://irwansahaja.blogspot.com/2018/09/cabang-cabang-filsafat.html

http://matem-atikah.blogspot.com/2016/11/cabang-cabang-filsafat-etika.html

23

Anda mungkin juga menyukai