Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT, ILMU, DAN FILSAFAT ILMU

Makalah

Dipresentasikan Pada Seminar Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Pada Program Magister (S2)

Oleh:
NURWAHID
MUH. ADRI
Dosen Pemandu:

Prof. Dr. H. Sattu Alang, M.Ag.

Dr. Hamiruddin, M.Ag.

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatu.

Puji syukur kehadirat Allah swt. dengan rahmat-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu di waktu yang tepat. Shalawat serta salam

juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasululah saw. sang maestro

pembawa kebenaran sejati Islam yang pengarunya eksis sepanjang masa.

Dalam penyusunan makalah ini, tentu penyusun tidak lupa banyak

berterimahkasih kepada bapak/ustad yang telah membimbing kami diperkuliahan ini.

Tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Olehnya itu, penyusun

senantiasa mengharapkan kritik dan masukan yang sifatnya membangun. Semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita dan orang-orang yang membacanya. Amin yaa

robbal alamin.

Makassar, 28 september 2022.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
BAB II........................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Filsafat..............................................................................................................3
B. Ilmu...................................................................................................................6
C. Filsafat Ilmu......................................................................................................9
BAB III.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran-Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk hidup yang berfikir yang selalu

berusaha untuk mengetahui segala sesuatu, tidak menerima begitu saja apa sesuatu

itu, selalu ingin mengetahui apa yang sedang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang

dilihat dapat diamati dengan gejala yang terjadi di lingkungan. Filsafat akan

membentuk pola pikir manusia dengan pertanyaan-pertanyaan untuk dianalis dan

dideskripsikan. Dalam berfilsafat kerap kali timbul pertanyaan dan argumentasi yang

akan mendorong manusia untuk berfikir dengan tujuan mampu menyelesaikan topik

permasalahan yang timbul di lingkungan sosial, alam, dan agama.

Filsafat memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan peran utama

yaitu sebagai pendobrak,perangsang,dan pembimbing. Dalam pendidikan upaya

mengembangan potensi yang dipikirkan akan dijadikan menjadi nyata dan sifat dari

apa yang di sampaikan akan memiliki sifat yang berkelanjutan di lingkungan manusia

itu berada. Dalam sebuah kajian filsafat merupakan hal yang sangat menarik

sekaligus cukup membuat orang menjadi terpacu dalam mengembangkan apa yang

mereka pikirkan di sekililingnya yang membangun pengetahuan serta wawasan akan

lebih luas dan kaya dengan agrgumen-argumen yang akurat, sistematis dan logis.

Dengan demikian, memahami filsafat, ilmu, dan filsafat ilmu sangat penting

bagi kelangsungan hidup manusia. Hal ini disebabkan dalam berinteraksi maupun

1
memecahan suatu perkara diperlukan ketiga unsur tersebut untuk membangun

argumentasi dan praktik yang logis, runtut, dan sistematis. Filsafat mendorong

individu maupun sekelompok manusia untuk menciptakan prasasti sebagaimana para

filsuf terdahulu yang mengabdikan tenaga dan pikirannya untuk menjadikan manusia

menjadi manusia yang otentik.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini

tentang filsafat, ilmu, dan filsafat ilmu dibentuk menjadi sub masalah berikut:

1. Apa itu filsafat ?

2. Apa itu ilmu ?

3. Apa itu filsafat ilmu ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat

Filsafat secara etimologi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Falsafah

dan dalam bahasa Inggris dikenal isltilah Phylosophy serta dalam bahasa Yunani

dengan istilah Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti

cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom) sehingga secara

etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang

sedalam-dalamnya.

Secara terminologi filsafat adalah suatu prinsip atau asas keilmuan untuk

menelusuri suatu kebenaran objek dengan modal berpikir secara radikal. Objeknya

mengikuti realitas empiris dikaji secara filsafat untuk menelusuri hakikat

kebenarannya suatu entitas menggunakan metode yang disebut metode ilmiah

(kebenaran ilmiah).1 Filsafat sebagai prinsip merupakan cara untuk menelisik

kebenaran-kebenaran yang logis dengan akurat.

Filsafat merupakan usaha menjelaskan proses pengetahuan. Filsafat berupaya

mengungkap pola pikir dibalik terjadinya pengetahuan. 2 Hal ini sesuai dengan

terminologi yang mencari hakikat kebenaran suatu entitas.

1
Suedi, Pengantar Filsafat Ilmu, (Bogor: IPB Press Printing, 2016) h. 17.
2
Tazkiyah Basa’ad, Studi Dasar Filsafat, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h.9.

3
Sebagaimana kita ketahui begitu luasnya pembahasan filsafat sehingga sudah

sewajarnya kalau banyak diantara para ahli filsafat memberikan definisi yang berbeda

tekanannya. Berikut ini disampaikan beberapa definisi filsafat dari berbagai filsuf.

1. Plato (427-348 SM). Filsuf Yunani yang termashur, murid Socrates dan guru

Aristoteles ini mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai

kebenaran yang asli.

2. Aristoteles (382-322 SM). Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi

kebenaran mengenai ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik

dan estetika.

3. Al-Farabi (870-950). Filsuf terbesar sebelum Ibnu Sina mendefinisikan filsafat

adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bagaimana hakekat yang

sebenarnya.

4. Rene Descartes (1590-1650). Mendefinisikan filsafat adalah kumpulan segala

pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

5. Immanuel Kant (1724-1804). Seorang filsuf yang dikenal raksasa pikir Barat

mendefinisikan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang

mencakup didalamnya empat persoalan, yaitu:

a. Metafisika, menjawab apa yang dapat kita ketahui.

b. Etika, menjawab apa yang boleh kita kerjakan.

4
c. Agama, menjawab sampai dimana harapan kita.

d. Antropologi, menjawab apa yang dinamakan manusia.3

Beberapa definisi filsafat yang dikemukakan filsuf mengindikasikan filsafat

sebagai suatu ilmu pokok dalam mencari kebenaran. Filsafat menjadikan segala

sesuatu menjadi suatu pertanyaan untuk meninjau benar atau tidaknya sesuatu itu

dibuktikan dengan kebenaran yang logis.

Filsafat memiliki objek kajian yang menjadi sasaran untuk dibicarakan, diteliti

dan diperhatikan. Agar mudah mempelajarinya objek filsafat dapat dibagi menjadi

dua, yaitu objek material dan objek formal.

1. objek material adalah segala sesuatu yang bersifat kongkret, setidaknya ada tiga

hal pokok dalam pembahasan filsafat, yaitu tentang hakekat Tuhan, hakekat alam dan

hakekat manusia. Objek pembahasan filsafat sangatlah luas meliputi segala

pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui oleh manusia.

Misalnya pengetahuan tentang Tuhan, manusia, alam, atau tentang suatu nilai, ide,

moral, pandangan hidup dan lainnya.

2. objek formal merupakan metode untuk memahami objek material tersebut, atau

sebuah usaha untuk mencari keterangan maupun penjelasan secara mendalam tentang

objek material filsafat. Menurut Oemar Amin Hoesin, objek formal filsafat adalah

3
Waris, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: STAIN Po PRESS, 2014) h. 5-6.

5
sebuah usaha untuk mencari keterangan secara mendalam tentang objek material

filsafat (segala sesuatu yang mungkin ada dan tidak ada).4

Dalam filsafat terdapat dua pendekatan, yang pertama pendekatan ontologis

dan kedua pendekatan epistemologis.5 Filsafat mencakup keseluruhan objek yang

terlihat dan tidak terlihat. Hal ini menjadikan filsafat sebagai cakrawala ilmu

pengetahuan dalam mencari kebenaran untuk diyakini. Dengan berfilsafat, maka

manusia dapat mengetahui segala sesuatu yang eksistensial maupun esensial.

B. Ilmu

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, “alima, ya’lamu, ‘ilman dengan wazan

fa’ila, yaf’alu yang berarti mengerti, memahami benar-benar”.6 Sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang

disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk

menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

Dalam Islam, ilmu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia, yang

hakikatnya berasal dari Allah swt. dan diperoleh manusia melalui usahanya sendiri

berdasarkan kekuatan rekayasanya (Basyariyah), ataupun anugerah yang langsung

diberikan oleh Allah swt. (Mukasyafah).7 Hal ini menjelaskan bagaimana urgensi
4
Amin Khoirul Abidin, Sebuah Pengantar: Ilmu Filsafat, (Jakarta: Akademia.id, 2020) h. 15.
5
Miswari, Filsafat Terakhir: Evaluasi Filsafat Sepanjang Masa, (Aceh: Unimal Press, 2016),
h. 7.
6
Ahmad W. Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: PP Al-
Munawwir Krapyak, 1984), h. 1036.
7
M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali: Suatu Tinjauan Psikologik Pedagogik,
(Yogyakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2013), h. 85.

6
ilmu dalam Islam segalanya berasal dari Allah swt. untuk memperkaya kekuatan

moral, pikiran, dan spiritual.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya adalah:

1. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mendefinisikan ilmu adalah yang empiris,

rasional, umum dan sisitematik.

2. Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan

bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari

pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang

sedang dikaji.

3. Afanasyef, seorang pemikir marxis bangsa Rusia mendefinisikan ilmu sebagai

pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran.8

Dari beberapa definisi secara bahasa dan para tokoh dapat diketahui bahwa

ilmu adalah proses memahami dan mengetahui dengan metode pengamatan yang

rasional dan sistematis.

Adapun macam-macam jenis ilmu, yaitu:

1. Ilmu praktis, ia tidak hanya sampai kepada hukum umum atau abstraksi, tidak

hanya terhenti pada suatu teori, tetapi juga menuju kepada dunia kenyataan. Ia

mempelajari hubungan sebab akibat untuk diterapkan dalam alam kenyataan.

8
M. Abdul Fajar Sidiq. Dkk, Kajian Filsafat (Makalah: Universitas Indraprasti PGRI
2018/2019), h. 4.

7
2. Ilmu praktis normatif, ia memberi ukuran-ukuran (kriterium) dan norma-norma.

3. Ilmu praktis positif, ia memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus daripada

ilmu praktis normatif. Norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu atau

tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu.

4. Ilmu spekulatif ideografis, yang tujuannya mencari kebenaran objek dalam wujud

nyata dalam ruang dan waktu tertentu.

5. Ilmu spekulatif nomotetis, bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi

substantif.

6. Ilmu spekulatif teoretis, bertujuan memahami kausalitas. Tujuannya memperoleh

kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu.9

Manfaat dari ilmu sebenarnya sudah ditemukan petunjuk melalui kalimat

“Iqra’ bismi rabbika” dijelaskan titik tolok atau motivasi pencarian ilmu dan tujuan

akhirnya adalah haruslah karena Allah.10

Sederhananya ilmu adalah proses berpikir sebagaimana yang dimaksud

Descartes “cogito ergo sum” yang berarti saya berpikir, maka saya ada.11 Dalam

kehidupan sehari-hari, penerapan ilmu sangat lazim ditemukan dengan adanya

interaksi sosial, buku, internet dan laboratorium untuk menguji keabsahan suatu

9
Suedi, Pengantar Filsafat Ilmu, h. 21
10
Zaenudin Idris, Dikotomi Ilmu Dalam Perspektif Dan Sejarah Islam, (Depok: KARIMA,
2019), h. 15.
11
Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka
Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Penerbit LESFI, 2016), h. 8.

8
pengetahuan. Ilmu menjadikan manusia sebagai makhluk yang bereksistensi dan

otentik.

C. Filsafat Ilmu

Secara sederhana terdiri dari dua kata, yaitu filsafat dan ilmu. Filsafat dapat

diartikan sebagai berpikir bebas, radikal, dan berada pada tataran makna. Bebas

dalam artian tidak ada yang menghalangi kerja pikiran. Radikal, artinya berpikir

mendalam sampai akar masalah, bahkan melewati batas-batas fisik atau disebut

metafisis. Adapun berpikir dalam tahapan makna berarti menemukan makna terdalam

dari sesuatu yang terkandung didalamnya berupa kebenaran, keindahan maupun

kebaikan.12

Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan

seluas mungkin segala sesuatu mengenai ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari

epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu. Sedangkan ilmu merupakan

cabang yang memiliki ciri-ciri tertentu.

Menurut The Liang Gie Filsafat ilmu adalah adalah segenap pemikiran

reflektif terhadap persoalan-persoalan segala hal yang menyangkut landasan ilmu

maupun hubungan ilmu dengan segala segi dan kehidupan manusia. Filsafat ilmu

merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya

12
Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, (Jakarta Timur: Prenadamedia Group, 2018), h. 15.

9
bergantung pada hubungan timbal balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan

ilmu.13

Filsafat ilmu berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu dan

pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan

kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki yang sekiranya menjadi ciri khas dari ilmu

pengetahuan yang sebenarnya.14

Adapun ruang lingkup filsafat ilmu meliputi beberapa bidang, yaitu sebagai

berikut:

1. Peter Angels merumuskan filsafat ilmu terbagi kedalam empat bidang kajian, yaitu.

a. Telaah berbagai konsep, pra anggapan dan metode ilmu, analisis, perluasan,

dan penyusunan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajek dan cermat.

b. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu.

c. Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu.

d. Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan

dengan penerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas hubungan logika

dan matematika dengan realitas.

2. Cornelius Benyamin merumuskan filsafat ilmu ke dalam tiga bidang kajian, yaitu.
13
Ahmad Taufik Nasution, Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan, (Yogyakarta:
Deepublish, 2016), h. 8.

14
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016), h. 3.

10
a. Telaah mengenai metode ilmu, telaah ini banyak menyangkut logika dan teori

pengetahuan dan teori umum tentang tanda.

b. Penjelasan mengenai konsep dasar.

c. Pangkal pendirian ilmu. Berikut landasan-landasan empiris, rasional dan

pragmatis yang menjadi tumpuannya.

3. Edward Madden, merumuskan lingkup filsafat ilmu kedalam tiga bidang kajian,

yaitu.

a. Probabilitas

b. Induksi

c. Hipotesis

4. Ernest Nagel memberikan rumusan ruang lingkup filsafat ilmu ke dalam tiga

bidang kajian, yaitu.

a. Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu.

b. Pembentukan konsep ilmiah.

c. Pembuktian keabsahan kesimpulan sifat ilmiah.15

Dalam metode filsafat ilmu, secara prinsipil pemilihan metode tidaklah

penting asal metode yang dipilih dipertanggungjawabkan dan terbuka bagi kritik.

15
H.A. Rusdiana, Filsafat Ilmu, (Bandung: Tresna Bhakti Press, 2018), h. 10.

11
Pemutlakan satu metode merupakan kematian filsafat sebagai ilmu kritis karena akan

mentabukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak lewat sensor metode itu.16 Jadi, filsafat

ilmu tidak hanya bergantung kepada satu perspektif saja, melainkan seluruh ragam

perspektif dan pendekatan.

Demikian filsafat ilmu merupakan pengkajian hakikat ilmu yang merefleksi

persoalan-persoalan keilmuan dengan telaah menggunakan berbagai konsep dan

metode keilmuan. Filsafat ilmu mencakup ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

16
Franz Magnis-Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 2016), h.
20.

12
Filsafat secara etimologi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Falsafah

dan dalam bahasa Inggris dikenal isltilah Phylosophy serta dalam bahasa Yunani

dengan istilah Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti

cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom) sehingga secara

etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang

sedalam-dalamnya.

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, “alima, ya’lamu, ‘ilman dengan wazan

fa’ila, yaf’alu yang berarti mengerti, memahami benar-benar”. Dalam Islam, ilmu

adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia, yang hakikatnya berasal dari

Allah swt. dan diperoleh manusia melalui usahanya sendiri berdasarkan kekuatan

rekayasanya (Basyariyah), ataupun anugerah yang langsung diberikan oleh Allah swt.

(Mukasyafah).

Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan

seluas mungkin segala sesuatu mengenai ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari

epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.

B. Saran-Saran

13
1. Setiap individu maupun kelompok hendaknya selalu menanamkan nilai-nilai

filsafat sebagai objek kajian ilmu dan menjadikan filsafat sebagai tolok ukur dalam

betindak untuk meyakini segala sesuatu.

2. Kekurangan dalam penyusunan makalah ini semoga dapat menjadi acuan untuk

lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat menjadi parameter untuk penyusunan

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

14
Abidin, Amir Khairul. Sebuah Pengantar: Ilmu Filsafat, Jakarta: Akademia.id, 2020.

Basa’ad, Tazkiyah. Studi Dasar Filsafat, Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Burhanuddin, Nunu. Filsafat Ilmu, Jakarta Timur: Prenadamedia Group, 2018.

Ghazali, M. Bahri. Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali: Suatu Tinjauan Psikologik Pedagogik,
Yogyakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2013.

Idris, Zaenuddin. Dikotomi Ilmu Dalam Perspektif Dan Sejarah Islam, Depok: KARIMA,
2019.

Miswari. Filsafat Terakhir: Evaluasi Filsafat Sepanjang Masa, Aceh: Unimal Press, 2016.

Munawwir, Ahmad. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: PP Al-Munawwir


Krapyak, 1984.

Muslih, Mohammad. Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka
Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Penerbit LESFI, 2016.

Nasution, Ahmad Taufik. Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan, Yogyakarta:


Deepublish, 2016.

Rusdiana, H.A. Filsafat Ilmu, Bandung: Tresna Bhakti Press, 2018.

Sidiq. M. Abdul Fajar Dkk. Kajian Filsafat Makalah: Universitas Indraprasti PGRI
2018/2019.

Suedi. Pengantar Filsafat Ilmu, Bogor: IPB Press Printing, 2016.

Suseno, Franz Magnis. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: PT. Kanisius, 2016.

Wahana, Paulus. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016.

Waris. Pengantar Filsafat, Yogyakarta: STAIN Po PRESS, 2014.

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai