Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Pengertian Filsafat, dan Filsafat Pancasila serta Pancasila


sebagai Suatu Sistem yang Ontologis, Epitimologis dan Aksiologis

Dosen Pengampu

Rahmawati Alwi, M.Pd

Disusun Oleh :

Syahrul Ramadhan Dhiny Afkar Rista Wulandari


M. Ikbal Febrianti Miftahul Hasanah
Tafriza Imam Putri Khoirunnisa Surisma Andini
Andika Febrian Siti Rohmah Susilo Cahyadi
Dicky Kusnadi Siti Nurhalimah Roby Hidayat

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU

KEGURUAN INSTITUT UMMUL QURO

AL-ISLAMI BOGOR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,shalawat


dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Serta sahabat dan keluarganya,seribu langkah dan seiring bahu dalam
menegakan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah PENDIDIKAN


PANCASILA dengan judul Pengertian Filsafat, dan Filsafat Pancasila serta
Pancasila sebagai Suatu Sistem yang Ontologis, Epitimologis dan

Aksiologis. Dalam penulisan makalah ini,penulis menyadari bahwa ini masih


jauh dari kesempurnaan,baik cara penulisan,maupun isinya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran


yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 7 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan Masalah................................................................................................................ 2

BAB II.............................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN............................................................................................................... 3

A. Pengertian Filsafat..........................................................................................................3

B. Filsafat Pancasila............................................................................................................. 5

C. Hakikat Dasar Nilai Nilai Pancasila.........................................................................9

BAB III.......................................................................................................................... 12

PENUTUP..................................................................................................................... 12

D. Kesimpulan..................................................................................................................... 12

E. Saran.................................................................................................................................. 12

Daftar Pustaka........................................................................................................... 13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat)
tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan
kehidupan dan pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup
bangsa yang diyakini kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat yang mendiami negara tersebut.
Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap
bangsa. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai
adalah suatu konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau
ciri khas seseorang atau masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan
nilai merupakan suatu ukuran atau standar yang memiliki kelestarian yang
secara umum digunakan untuk mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu
masyarakat (Prayitno, 1989:1).
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat
masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan
negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandangan hidup
suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup,
hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan
dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia
lainnya (Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti
bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama
Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa
Indonesia.

1
Oleh karna itu penulis tertarik untuk membahas filsafat pancasila,karna
filsafat bukan hanya ada pada pemikiran politik saja tapi ada juga pada
kehidupan sehari hari.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian fisafat ?


2. Bagaimanakah filsafat pancasila ?
3. Apa yang dimaksud pancasila sebagai sistem
ontologis,epitimologis,dan aksiologis ?

C. Tujuan Masalah

1. Agar dapat memahami pengertian filsafat secara umum


2. Bisa mengetahui bagaimana filsafat pancasila
3. Dapat mengetahui pancasila sebagai sistem ontologis, epitimologis dan
aksiologis.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat

Kata Filsafat di Indonesia diserap dari bahasa Arab dan Inggris yaitu
Falsafah dan Filosofi, sementara akar katanya berasal dari bahasa Yunani yaitu
Philosophia, Kata ini terdiri dari kata ‘philos/philein’ yang berarti cinta (love)
dan ‘sophia/sophos’ yang berarti kebijaksanaan. Jadi Secara bahasa, filsafat itu
bisa dikatakan cinta kebijaksanaan dalam artian sedalam- dalamnya.

Menurut catatan sejarah, kata ini pertama kali digunakan oleh


Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada tahun 582-496 sebelum

masehi.

a. Pengertian Filsafat dari beberapa ahli.

1. Plato (427-348 SM). mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan yang


berminat mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (382-322 SM). Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran mengenai ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik dan estetika..
3. Menurut Al-Farabi (870-950). filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
alam yang maujud dan bagaimana hakikat yang sebenarnya.
4. Immanuel Kant (1724-1804), seorang filsuf Barat mendefinisikan filsafat
adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di
dalamnya empat persoalan, yaitu:
a. Metafisika, menjawab apa yang dapat kita ketahui.
b. Etika, menjawab apa yang boleh kita kerjakan.

3
c. Agama, menjawab sampai dimana harapan kita
d. Antropologi, menjawab apa yang dinamakan manusia

Jika diperhatikan dengan teliti pengertian-pengertian menurut para ahli


di atas menunjukkan bahwa filsafat adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan
akal sampai pada hakikatnya.

Sementara Filsafat menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI)


memiliki empat definisi atau arti:

1. pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala


yang ada, sebab, asal, dan hukumnya;
2. teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan;
3. ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi
4. falsafah

Jadi secara umum, filsafat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang


menyelidiki hakikat segala sesuatu sedalam-dalamnya untuk memperoleh
kebenaran.

Sebenarnya, masalah-masalah pokok filsafat adalah persoalan yang


pernah dipikirkan setiap orang,dalam hidup kita pasti pernah bertanya kepada
diri kita sendiri, memikirkan dan merenungkan kenapa ini harus begini, dan
tidak boleh begitu.

Sedangkan itu harus begitu, tidak seharusnya begini. Untuk apa saya
kuliah? Kenapa saya harus belajar di kelas tidak di luar? Kenapa di ruangan ini
panas? Semua ini telah menjadi objek pemikiran filosofis. Jadi, secara umum,
kita sudah ‘berfilsafat,’ yaitu mengajukan pertanyaan filosofis, terlibat dalam
perbincangan filosofis, dan memegangi sudut pandang filsafat tertentu.

4
B. Filsafat Pancasila

Pancasila terbentuk dan diciptakan oleh pendahulu kita yang


merumuskannya sebagai dasar negara indonesia, yang diambil dari adat istiadat
dan nilai-nilai budaya bangsa indonesia sendiri.
Pancasila merupakan landasan moral bagi bangsa indonesia. Dan bangsa
indonesia secara sadar mengakui keberadaan pancasila sebagai landasan dalam
berbagai macam kehidupan, karena pancasila adalah milik bangsa indonesia
sendiri.

Pancasila juga merupakan sebuah filsafat karena pancasila merupakan


acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam usaha-usaha
keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem .

b. Pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).


c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
d. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Iti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:
a. Ke-Tuhanan, yaitu sebagai kausa prima;
b. Kemanusiaan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;
c. Kesatuan, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri;

Menurut Abdulgani (dalam Ruyadi, 2003), Pancasila merupakan filsafat


negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang
kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat.

Sedangkan Notonagoro (dalam Ruyadi, 2003) menyatakan bahwa Filsafat


Pancasila memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang
hakikat dari Pancasila.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar


epitemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan
sistem filsafat lain. Berikut penulis akan membahasnya satu persatu yaitu

5
1. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Ontologis

Kata ontologis berasal dari kata yunani “ ONTO “ yang berarti sesuatu yang
sesungguhnya ada atau kenyataan yang sesungguhnya , dan kata “ LOGOS “ yang
berarti studi tentang atau teori yang membicarakan atau dapat juga berarti “
ILMU.
Objek formal dari ontologis adalah memberikan dasar- dasar yang paling
umum bagi semua masalah yang menyangkut manusia, dunia, dan tuhan, seperti
tentang keberadaan, kebersamaan, kebebasan, badan, jiwa, dan sebagainya.
(dalam Ganeswara, 2007) menyatakan bahwa hakikat dasar ontologis Pancasila
adalah manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila.
Selanjutnya, hakikat manusia itu kerakyatan, yaitu ufilsafat yang kredibel
secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.

Dari aspek ontologis, pancasila meliputi persoalan-persoalan berikut:

a. Tentang pembuktian keberadaan pancasila melalui asal-usul terjadinya,

b. Apa yang menjadi landasannya baik moral maupun yuridis.

Ontologis dari pancasila telah memenuhi empat sebab, sebagaimana yang


dikemukakan oleh Aristoteles sebagai berikut:

1. Causa material ( asal mula bahan )

Pancasila dirumuskan sebagai kehidupan bernegara, yang unsur-unsurnya


sudah ada sejak zaman dahulu dalam adat istiadat, dalam kebudayaan, dalam
agama-agama.

6
2. Causa formalis ( asal mula bentuk )

Hal ini berarti sebagaimana asal mula bentuk pancasila itu di rumuskan
oleh pembentuk negara dalam hal ini Ir.Soekarno dan moh, yamin bersama-sama
dengan anggota BPUPKI yang merumuskan pertama kalinya pancasila sebagai
dasar negara.

3. Causa effisien ( Asal mula karya )

Sejak dirumuskannya, di bahas dalam sidang BPUPKI pertama dan kedua


sampai dengan proses pengesahannya sebagai dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945 itu merupakan asal mula karya.
4. Causa finalis ( Asal mula tujuan )

Yaitu asal mula di rumuskannya pancasila sebagai dasar nrgara. Hal itu di
wujudkan oleh panitia sembilan dan menyusun piagam jakarta termasuk
pembukaan UUD 1945. Pancasila di susun untuk tujuan sebagai dasar negara
republik indonesia. ( margono,dkk.,2002:56 ).

Lebih jauh margono,dkk. Menjelaskan ada beberapa makna yang perlu di


jelaskan lebih lanjut yang berkaitan dengan aspek ontologis dari pancasila
dengan kaitannya dengan nilai kefilsafatan pancasila.

Bahwa pancasila mengakui adanya tuhan sebagai causa prima dari segala
sesuatu yang Esa dan yang maha sempurma dan merupakan zat yang mutlak.
Mengakui adanya sesuatu yang transendental dan yang mutlak, sebagai yang
menciptakan alam semesta ini.

Keberadaan tuhan diakui sebagai sesuatu yang mutlak dan adanya secara
mutlak sebagai sesuatu yang causa prima. Keberadaan manusia sebagai makhluk
yang memiliki susunan monopluralis, jiwa raga, jasmani rohani, individu sosial,
yang berkedudukan sebagai makhluk ciptaan tuhan.

7
Hal itu berarti bahwa manusia berada di dunia bukan sekedar memiliki diri
sendiri akan tetapi juga harus bisa menciptakan keseimbangan antara dirinya
dan juga dengan tuhan YME.

Manusia harus berusaha untuk menjaga hubungan yang harmonis dalam


hubungannya makrokosmos dan mikrokosmos.

Keyakinan ontologis tersebut memberikan kemampuan umtuk menentukan


sikap dan pandangannya kepada bangsa indonesia dalam usahanya untuk
menghadapi dan memahami realitas. Atas dasar itu pula, dapat disimpulkan
bahwa pancasila pada dasarnya

Merupakan “konsesnsus yang transendens” yang menjanjikan suatu


kesepakatan untuk bersatu dalam sikap dan pandangan dalam menuju hari yang
di cita-citakan.

2. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Epitimologis

Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar
dapat menarik loyalitas dan pendukungnya yaitu
1. Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya

2. Pathos yaitu penghayatannya

3. Ethos yaitu kesusilaannya (wibisono, 1996:3)

Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan


dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada
nilai – nilai dasarnya yaitu filsafat pancasilaa (Soeryanto, 1991:51). Terdapat tiga
persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu: pertama tentang sumber
pengethuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia,
ketiga tentang watak pengetahuan manusia (titus, 1984:20).

8
Adapun potensi atau daya untuk meresapkan pengetahuan atau dengan
lain perkataan transformasi pengetahuan terdapat tingkatan sebagai berikut:
demonstrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham
(Notonagoro, tanpa tahun:3).

3. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Aksiologis

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya.

Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu, axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami
sebegai teori nilai. Jujun S. Suriasumantri mengartikan Aksiologi sebagai teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik sosial dan agama.

Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu


pengetahuan itu sendiri. Jadi, Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan dan sebenarnya ilmu
pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula. Karena
akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu
dimanfaatkan dijalan yang tidak benar.

Pembahasan Aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu


tidak bebas nilai, artinya pada tahap-tahap tertentu kadang harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu budaya dan moral suatu masyarakat,
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam
usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya menimbulkan
bencana.

9
C. Hakikat Dasar Nilai Nilai Pancasila

Kata ‘hakikat’ dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari
segala sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan
sesuatu tersebut, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak.
Contohnya pada hakikat air yang tersusun atas dua unsur mutlak, yaitu hidrogen
dan oksigen.
Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat mutlak untuk membentuk air.
Artinya kedua unsur tersebut secara bersamasama menyusun air sehingga
terpisah dari benda yang lainnya, misalnya dengan batu,kayu, dan lain
sebagainya.

Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat


dipahami dalam tiga kategori yaitu :
1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum yang
mengandungunsur- unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat abstrak sila-
sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan, kemanusiaan,

Persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kata-kata tersebut merupakan kata-


kata yang dibubuhi awalan dan akhiran ke dan an ( sila I,II,IV, dan V) sedangkan
yang satunya per dan an (sila ke III). Awalan dan akhiran ini memiliki kesamaan
dalam maksudnya yang pokok, ialah membuat abstrak daripada kata dasarnya.
1. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat pribadi
Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang ada pada bangsa
Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama, nilai-nilai kebudayaan, sifat dan
karakter yang melekat pada bangsa indonesia sehingga membedakan bangsa
indonesia dengan bangsa yang lainnya.

10
2. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya. Hakikat
kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar filsafat negara.
Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis, yaitu dalam wujud
pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa dan negara Indonesia yang
sesuai dengan kenyataan sehari hari, tempat, keadaan dan waktu. Sehingga
pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bersifat dinamis, antisipatif, dan
sesuai dengan perkembangan waktu, keadaan, serta perubahan zaman.
Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan
satu kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai berikut:.
1. Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Sila kedua; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan yang
berKetuhanan Yang Maha Esa, yang berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila ketiga; Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
4. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam Permusyawaratan/
Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
Berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila kelima; Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah keadilan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan bearadab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/ perwakilan (Notonagoro, 1975:43- 44).

11
BAB III
PENUTUP
D. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Filsafat ialah alam


berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat berarti berpikir secara mendalam dan
berpikir sampai ke akar-akarnya dengan sungguh-sungguh tentang hakikat
sesuatu. Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar
negara yang terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-
masing dan satu tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan
kehidupan bernegara di Indonesia.
Susunan Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, yaitu Unsur-
unsur hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu system filsafat berperan sebagai
pedoman masyarakat dalam bertingkah laku.

E. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dari penulis yakni kepada para
pembaca makalah ini pada umumnya, dan khususnya terhadap para dosen dan
mahasiswa direkomendasikan agar memberikan saran dan kritik yang
membangun baik itu terhadap penulisan, isi, maupun pembahasan yang kurang
tepat atau kurang sesuai yang terdapat dalam makalah ini.
Saran dan kritik dari para pembaca akan sangat bermanfaat untuk
penyempurnaan makalah ini selanjutnya

12
Daftar Pustaka

Ahamad, Asmoro , Filsafat umum, PT Rajagrafindo persada. Jakarta. 2005.

Al marsudi, subandi, pancasila dad UUD 45 dalam paradigma Ferormasi, PT Raja


Grafindo persada, jakarta, 2006.

Beni Harmon , Kompas,15 juli 1999.

Budiardjo, Miriam,Dasar-Dasar ilmu polotik,Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta 1989.

Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 2 No. 2 2019 Kamus


Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Muliadi, M.Hum. 2020. FILSAFAT UMUM. Bandung. UIN Sunan Gunung Djati
Bandung

Prof. Dr. Cecep Sumarna. 2020. Filsafat Ilmu. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Prof. Dr. Nur A. Fadhil Lubis, MA. 2015. Pengantar Filsafat Umum. Medan.
PERDANA PUBLISHING Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana.

Waris. 2014. Pengantar Filsafat. Ponorogo. Stain Press Ponorogo.

13
14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai