Anda di halaman 1dari 15

MAKALAHww

Dosen Pengampuh

Asep Eka Nugraha.S.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Siti Hasanah

Semester : 1

Nim : A862220076 Kelas : C

Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Melawi

Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul "

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang filsafat pendidikan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asep Eka Nugraha Sp,d dosen pengampu mata kuliah
filsafat pendidikan yang telah memberi tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan pada bidang
pendidikan filsafat. Ucapan terima kasih juga sampaikan kepada semua pihak yang telah membatu
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Say menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun saya diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pinoh,. Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1

1.1 Latar belakang................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan masalah............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................... 3

2.1 pengertian filsafat............................................................................................................. 3

2.2 Konsep Pancasila sebagai sistem filsafat......................................................................... 4

2.3 Alasan diperlukannya kajian Pancasila sebagai sistem filsafat........................................ 5-8

2.4 Sumber Historis, Sosiologi, Politik tentang Pancasila sebagai sistem filsafat.................. 9

BAB III PENUTUP............................................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 10

3.2 Saran............................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pancasila merupakan karunia terbesar dari ALLAH SWT dan merupakan cahaya bagi segenap
bangsa Indonesia Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan dan juga sebagai alat pemersatuan dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai pandangan
hidup untuk kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945,
ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama dengan UUD 1945. Bunyi Pancasila berdasarkan inpres
Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tiga, persatuan Indonesia. Empat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarata/ perwakilan. Lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah telah mencatat bahwasanya tokoh perumus Pancasila ialah Mr, Mohammad Yamin, prof. Mr.
Seopomo, dan Ir. Seokarno. Alasan dikatakannya Pancasila sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di Negara ini ialah, karena secara instrinsik di dalam Pancasila mengandung
toleransi, dan jika terdapat seseorang atau sekelompok yang menentang Pancasila berarti mereka
menentang toleransi.

Setiap negara atau bangsa di dunia mempunyai sistem nilai ( filsafat ) tertentu yang menjadi
pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan pemerintahannya. Filsafat
negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini kebenarannya dan diaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat yang mendiami suatu negara. Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai
yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa.
Nilai adalah suatu konsepsi baik secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang
atau masyarakat. Nilai merupakan suatu ukuran atau standar yang memiliki kelestarian yang secara
umum digunakan untuk mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat. Sistem ini ( filsafat )
yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat
merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan
Negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam
menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika
dan tata karma pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakihat hubugan manusia dengan manusia
lainnya. Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-bangsa lainnya.
Filsafat tersebut ialah Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa
Indonesia.

Pancasila sebagai filsafat Negara Indonesia harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia
agar dapat dihormati, dihargai, dijaga dan dapat menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para
pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan Negara Indonesia

iv
ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
tanpa adanya keraguan hal ini bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia.

1.2 rumusan masalah

1. Apa pengertian filsafat ?


2. Bagaimana konsep Pancasila sebagai sistem filsafat.
3. Apa alasan diperlukannya kajian Pancasila sebagai sistem filsafat.
4. Apa sumber Pancasila sebagai sistem filsafat?
1.3 Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian filsafat.
2. Mengetahui konsep Pancasila sebagai sistem.
3. Mengetahui alasan diperlukannya kajian Pancasila sebagai sistem filsafat.
4. Mengetahui sumber Pancasila sebagai sistem filsafat.

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pengertian filsafat

Menurut arti katanya, kata filsafat dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani "
philosophia " terdiri dari kata phile artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta
kebijaksanaan, di mana cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
sungguh. Sedangkan kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. maka
filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.

 Pengertian filsafat menurut tokoh-tokoh filsafat


1. Socrates (469-339 s.M. )
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan
terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia berdasarkan pemikiran tersebut
dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika
mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga muncul
koreksi terhadap diri secara objektif
2. Plato ( 472-347 s.M )
Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap
pandangan tentang keseluruhan kebenaran.
 Cakupan dari pengertian filsafat
1. Filsafat sebagai produk mencakup
- filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep-konsep, pemikiran-pemikiran (
rasionalisme, metaralisme, pragmatisme )
- filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil
dari aktivitas berfilsafat manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari
suatu persoalan yang bersumber pada akal manusia.
2. Filsafat sebagai suatu proses, mencakup
- filsafat sebagai suatu proses dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu
aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.

vi
2.2 konsep Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi
substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi
kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh Pancasila dikatakan
sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
Ruslan Abdul Gani yang dituangkan dalam suatu sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila ( Notonagoro )
 Pancasila sebagai sistem filsafa
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud
dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan saling bekerja
sama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu sesuatu utuh. Sila-sila
Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis.
Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran manusia
yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat
bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan demikian Pancasila sebagai
sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya seperti
materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
 Ciri sistem filsafat Pancasila
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain,
apabila tidak bulat dan tidak utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu
bukan Pancasila
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat digambarkan sebagai
berikut.
 Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2 3 4 dan 5
 Sila 2, diliputi, didasari dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3,4 dan 5
 Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2 dan mendasari dan menjiwai sila 4,5
 Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3 dan mendasari dan menjiwai sila 5
 Sila 5 diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4
C. Inti sila-sila Pancasila
 Tuhan, yaitu sebagai kuasa prima
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
 Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, arus bekerja sama dan gotong royong
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya
Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang
bukan hanya ditunjukkan pada bangsa Indonesia tetapi juga bagi manusia pada umumnya.
Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencangkup kemestaan

vii
2.3 alasan diperlukannya kajian Pancasila sebagai sistem filsafat
1. Filsafat Pancasila sebagai genetivus objectivus dan genetivus subjektif Pancasila sebagai
genetivus-objectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan
filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di barat.
Misalnya, notonagoro menganalisis nilai-nilai Pancasila berdasarkan pendekatan substansialistik
filsafat Aristoteles sebagaimana yang terdapat dalam karyanya yang berjudul Pancasila ilmiah
populer.. adapun dwijar kara menyoroti nilai-nilai Pancasila dari pendekatan eksistensialisme
religius sebagaimana yang diungkapkannya dalam tulisan yang berjudul Pancasila dan religi.

Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk


mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi pembuatan peraturan
perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus mampu menjadi orientasi
pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi pembangunan nasional. Misalnya, sastraprateja (2001:
2) mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan
bernegara, dan bermasyarakat. Adapun seorjanto (1991:57-58) mengatakan bahwa fungsi
Pancasila untuk memberikan orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu
menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapinya

2. Landasan ontologis filsafat Pancasila

Istilah " ontologis " menurut Aristoteles merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan disiplin ilmu-ilmu yang
membahas sesuatu secara khusus. Ontologi membahas tentang hakikat yang paling dalam dari
sesuatu yang ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak disebut juga dengan istilah
substansi. Inti persoalan ontologi adalah menganalisis tentang substansi ( Taylor, 1955: 42 ).
Substansi menurut kamus latin- Indonesia, berasal dari bahasa latin " substansi" artinya serentak
ada, bertahan, ada dalam kenyataan. Substantialitas artinya sesuatu yang berdiri sendiri, hal
berada, wujud, hal wujud ( Verhoeven dan Carvallo, 1969: 1969 ). Ontologi merupakan
pandangan baker adalah ilmu yang paling universal karena objeknya meliputi segala-galanya
menurut segala bagiannya ( ekstensif) dan menurut segala aspeknya (intensif) ( Bakker, 1992:
16 )

3. Landasan epistemologis filsafat Pancasila

Istilah "epistemologis" berkait dengan sarana dan sumber pengetahuan (knowledge),


epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar
pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan ( Bahm, 1995: 5).
Epistemologi terkait dengan pengetahuan yang bersifat suigeneris, berhubungan dengan sesuatu
yang paling sederhana dan paling mendasar (Hardono Hadi, 1994: 23). Littlejohn yang
mempelajari pengetahuan atau bagaimana orang-orang dapat mengetahui tentang sesuatu atau

viii
apa-apa yang mereka ketahui. Mereka mengemukakan beberapa persoalan paling umum dalam
epistemologi sebagai berikut:

1) pada tingkatan apa pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman?

2) pada tingkat apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti?

Problem pertama tentang cara mengetahui itu ada dua pendapat yang berkembang dan saling
berseberangan dalam wacana epistemologi, yaitu rasionalisme dan empirisme. Kaum
rasionalisme berpandangan bahwa akal merupakan satu-satunya sarana dan sumber dalam
memperoleh pengetahuan sehingga pengetahuan bersifat apriori. Empirisme berpandangan
bahwa pengalaman indewari (empiris) merupakan sarana dan sumber pengetahuan sehingga
pengetahuan bersifat apostetiori. Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila
digali dengan pengalaman (empiris) bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah
pandangan yang komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Penjabaran sila-sila Pancasila secara epistemologis dapat diuraikan sebagai berikut. Sila,
ketuhanan yang maha esa digali dari pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia sejak
dahulu sampai sekarang. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab digali dari pengalaman atas
kesadaran masyarakat yang ditindas oleh penjajahan selama berabad-abad. Oleh karena itu,
dalam alinea pertama pembukaan undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945
menyatakan bahwa penjajahan itu tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Sila
persatuan Indonesia digali dari pengalaman atas kesadaran bahwa terpecah belahan yang
dilakukan penjajah kolonialisme Belanda melalui politik devide at impera menimbulkan konflik
antar masyarakat Indonesia. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan digali dari budaya bangsa Indonesia yang sudah mengenal secara
turun-temurun pengambilan keputusan berdasarkan semangat musyawarah untuk mufakat.
Misalnya, Masha masyarakat Minangkabau mengenal peribahasa yang berbunyi "Bulek aile dek
pambuluh, Bulek kato dek mufakat", bulat air di dalam bambu, bulat kata dalam permufakatan.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia digali dari prinsip-prinsip yang berkembang
dalam masyarakat Indonesia yang tercermin dalam sifat gotong royong.

4. Landasan aksiologis Pancasila

Istilah " aksiologis" terkait dengan masalah nilai ( value ). Frondizi (2001:7) menegaskan bahwa
nilai itu merupakan kualitas yang tidak riil karena nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, ia
membutuhkan pengembangan untuk berada. Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau
kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis,
spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri,
kebebasan dan tanggung jawab. Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan
sila ke-4 mengandung nilai demokrasi musyawarah mufakat dan berjiwa besar. Sila keadilan
mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

ix
2.4 Sumber Historis, Sosiologi, Politik tentang Pancasila sebagai sistem filsafat

1. Sumber historis Pancasila sebagai sistem filsafat


Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam bidang BPUPKI pertama Dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Muhammad
Yamin, Seopomo dan Seokarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir Soekarno berpidato secara lisan mengenai
calon perumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberi nama " Pancasila" yang
artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli bahasa yang tidak disebut namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya kemudian
keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkan undang-undang dasar 1945 termasuk
pembukaan UUD 1945 di mana di dalamnya termuat isi rumusan 5 prinsip atau 5 prinsip sebagai
satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah "Pancasila " , namun yang
dimaksud dasar Negara reypublik Indonesian adalah disebut dengan istilah "pancasila". Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembukaan calon rumusan dasar
negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
2. Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
yaitu;
a) kelompok pertama
Memahami sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dalam pandangan hidup atau
kearifan lokal yang memperlibatkan unsur-unsur filosofis Pancasila itu dalam bentuk
pedoman hidup yang bersifat praktis dalam berbagai aspek kehidupan.

b) kelompok kedua

Yaitu masyarakat ilmiah akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan
teori-teori yang bersifat akademis3.

x
2. Sumber politik Pancasila sebagai sistem filsafat
Pada awalnya, Pancasila merupakan konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi
sistem filsafat. Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok yaitu:
a) kelompok pertama
Meliputi wacana politik tentang Pancasila sebagai sistem filsafat pada sidang BPUPKI, sidang
PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958 dan 1959, tentang pembahasan sila-sila
pancasila sebagai filosofis.
b) kelompok kedua
Mencangkup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat Yang
disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011. Sumber politis
Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas kesepakatan penggunaan simbol dalam
kehidupan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi politik
1. Nilai ketuhanan ( Realigiusitas )
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sumbe
yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dn mulia. Memahami ketuhanan
sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang berketuhanan, yakni
membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk
mencapai ridho Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukan.
2. Nilai kemanusiaan ( moralitas )
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan sebagai asas kehidupan setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi
manusia sempurna yaitu manusia yang beradab.
3. Nilai Pancasila ( kebangsaan ) Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan
bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk
mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Merauke.
4. Nilai permusyawaratan dan perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain,
dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain
atas dasar tujuan dan kepentingan bersama, prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita
utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia mengerahkan potensi mereka dalam
dunia modern.
5. Nilai keadilan sosial
Nilai keadilan adalah nilai menjunjung norma berdasarkan ketidakberpihakan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, di mana mempunyai
kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar.

xi
6. Perkembangan Pancasila sebagai ideologi politik sampai sekarang
Memang dalam kondisi kehidupan politik kita sekarang ini banyak diantara kita, antara
lain di kalangan mereka yang memegang kekuasaan, yang tidak berkenan untuk
mengakui kesenjangan antara nilai-nilai dasar ideologi kita dengan praktek kehidupan
berpolitikan sehari-hari. Secara empiris di lapangan praktik kehidupan perpolitikan
masih jauh dari, dan kadang-kadang mungkin ada yang bertentangan dengan nilai-nilai
dasar yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Keinginan agar kehidupan politik
kita lebih terbuka dan lebih demokratis merupakan salah satu ukuran yang dapat kita
pakai buat mengetahui kehadiran kesenjangan tersebut. Soalnya sekarang ialah apakah
kita sempurna, termasuk yang berkuasa memiliki kemampuan politik yang kuat untuk
memperbaiki kesenjangan itu.
7. Contoh Pancasila sebagai ideologi terbuka dalam bidang politik
Dalam bidang politik kita harus mewujudkan perilaku antara lain:
a. Menghindari sikap dan perilaku yang memaksa pendapat dan ingin menang sendiri
b. Penyelenggaraan negara dan warga negara mewujudkan nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kebangsaan, serta kerakyatan dan keadilan dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Menghindari sikap menghalang-halangi orang yang akan berpartisipasi dalam
kehidupan demokrasi meyakini bahwa nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai nilai
yang terbaik dan sesuai untuk bangsa Indonesia serta tidak melecehnya
melecehkannya.

xii
BAB III

Penutup

3.1 kesimpulan

Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan sebuah urgensi yang harus diamalkan dalam
kehidupa

n sehari-hari. Pancasila sebagai sistem filsafat, yang berani refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya berbangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila sebagai
filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi
pembentukan ideologi Pancasila. Oleh karena itu Pancasila sebagai sistem filsafat sangat perlu
diperhatikan dan diamalkan. Tidak hanya menjadi sebuah sistem namun bisa menjadi pandangan
dan pemikiran bagi setiap segi kehidupan berbangsa dan bernegara.

3.2 Saran

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai bangsa Indonesia harus memahami dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila, terutama sebagai sistem filsafat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
demi keberlangsungan hidup bangsa di masa depan serta sehingga Pancasila akan selalu hidup
dan melekat sebagai jati diri bangsa Indonesia di masa sekarang maupun nanti di masa.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Safira,R.2020.Konsep Pancasila Sebagai Filsafat,Retiefred from OSF Preprints

Web site.https://osf.io/pcqfz/

Kecot,B.11 September 2019,MENGGALI SUMBER HISTORIS SOSIOLOGIS POLITIS TENTANG


PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT,retrifed from

Id.scribd.com web site,https://id.scribd.com/document/425386852/sumber-historis-sosiologi-


politik-tentang-pancasila-sebagai-sistem-filsafat

Leman,8 april 2018 Menggai Sumber Historis,Sosiologi Politik Tentang Pancasila Sebagai Ideologi
Pancasila,Retrifed From leman 2311,worrdpress.com

web site https://leman 2311 .wordpress.com/2018/04/08/menggali-sumber-histori-sosiologis-


politik-tentang-pancasila-sebagai-ideologi-pancasila/

Nurwadani,p,dkk.2016,Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi ,Jakarta:Direktorat Jendral


Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia,Retrifed from 123dok.com

Web site:https://123dok.com/document/y6eglegz-materi-kuliah-umum-repositori-universitas-
andalas-html

xiv
xv

Anda mungkin juga menyukai