Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH

MAJALAH
"PANCASILA OF EDUCATION
PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT"

Disusun Oleh:
Febryan Dhika Rahayuningtyas (1860203232112)
Nur Istanah (1860203231008)
Mohammad Anwar Muzacky (1860203231036)

Dosen Pengampu:
Saiful Bahri, S. Ag. M.Pd.I.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI


RAHMATULLAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
TULUNGAGUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai
Suatu Sistem Filsafat”
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya
para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 31 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 5
1.3 Tujuan Masalah..................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Definisi Filsafat............................................................... 6
2.1.1 Pengertian Filsafat Secara Umum....................... 8
2.1.2 Ciri-ciri Berfikir Kefilsafatan.............................. 8
2.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Dan Kesatuan Sila-Sila Dalam
Pancasila…………………………………………………………….. 11
BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………14
3.2 Saran…………………………………………………..14
Daftar Pustaka…………………………………………….15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara


yang menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta
agar tidak terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini.
Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka
terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat
negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang
lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun
juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya.

Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki
dasar negara yang sering kita sebut Pancasila. Pancasila sebagai ideologi
menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan karakteristik
Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan
hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur.

Pancasila adalah sebuah konsep fundamental yang menjadi


landasan ideologi negara Indonesia. Sebagai suatu sistem filsafat,
Pancasila merangkum nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan pandangan hidup
yang menjadi dasar bagi pembentukan negara dan masyarakat Indonesia.
Dalam bahasa Sanskerta, "Pancasila" berarti "lima prinsip dasar," yang
mencerminkan inti dari filsafat ini.

Kelima prinsip dasar Pancasila adalah:

1.Ketuhanan Yang Maha Esa: Mencerminkan keyakinan akan keberadaan


Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. Meskipun Indonesia
mengakui keberagaman agama, prinsip ini mengajarkan pentingnya
hubungan manusia dengan Tuhan.

2.Kemanusiaan yang adil dan beradab: Menegaskan pentingnya


menghormati martabat manusia, melindungi hak asasi manusia, dan
menciptakan masyarakat yang adil dan beradab.
3.Persatuan Indonesia: Mendorong kesatuan dan persatuan bangsa
Indonesia, mengatasi perbedaan dan konflik, serta mempromosikan
semangat gotong royong dalam kehidupan sosial.

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hukum: Menekankan pentingnya


demokrasi, kedaulatan rakyat, serta penerapan hukum yang adil dan
berkeadilan dalam pemerintahan.

5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Mengupayakan distribusi


yang adil dari sumber daya ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan bagi
semua warga negara, sehingga menciptakan masyarakat yang lebih merata.

Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan arah dan landasan moral bagi
negara Indonesia, mempromosikan prinsip-prinsip universal seperti hak
asasi manusia, keadilan, dan persatuan, serta menjadi fondasi untuk
pembangunan sosial, politik, dan ekonomi yang berkelanjutan. Filsafat
Pancasila mengilhami tindakan dan kebijakan pemerintah Indonesia, dan
menjadi simbol identitas nasional yang kuat bagi negara ini.

1.2Rumusan Masalah

1.Apa yang pengertian dari filsafat?


2.Apa saja ciri-ciri berpikir secara kefilsafatan?
3.Ada berapa macam jenis aliran-aliran filsafat?
4.Bagaimana Pancasila sebagai suatu sistem dan kesatuan sila-sila dalam
Pancasila?

1.3 Tujuan

1.Untuk memahami pengertian dari filsafat.


2.Unruk mengetahui ciri-ciri berfikir secara kefilsafatan.
3.Untuk mengatahui macam jenis aliran-aliran filsafat.
4.Untuk memahami Pancasila sebagai suatu sistem dan kesatuan sila-sila dalam
Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Filsafat

1. Secara Umum
Secara umum filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia)
untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan
refleksi atas pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah. Filsafat
merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan
sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan
lainnya oleh karena memiliki obyek tersendiri yang sangat luas. Sebagai
contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan
manusia, namun dalam ilmu filsafat tidak terbatas pada salah satu bidang
kehidupan x saja, melainkan memberikan suatu pandangan hidup yang
menyeluruh yaitu tentang hakiki hidup yang sebenarnya. Pandangan hidup
tersebut merupakan hasil pemikiran yang disusun secara sistematis
menurut hukum-hukum logika.

Seorang yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa yang telah


ditangkap dalam pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah
kemudiaan memandangnya di bawah suatu horizon yang lebih luas, yakni
sebagai unsur kehidupan manusia yang menyeluruh.

2. Menurut Para Ahli


Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan
dalam mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi
filsafat dan keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat
muncul juga dikarenakan perkembangan filsafat itu sendiri sehingga
akhirnya menyebabkan beberapa ilmu pengetahuan memisahkan diri dari
ilmu filsafat. Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para
ahli yang memiliki pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan
pengertian menurut bahasa.

 Cicero ( (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai


ibu dari semua seni.
 Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban
untuk menyelidiki sebab dan asas segala benda.
 Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari
pengetahuan tentang segala yang ada
 Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan
tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang
sebenarnya.
 Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan
yang menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya,
dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari
ilmuilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat
membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang
didalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama dan
antropologi.
 Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar
akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
 Harold H. Titus (1979) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
tidak kritis.

Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa


Indonesia mengenai filsafat, yaitu :
 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya
dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut
hakekat. xii
 Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya
tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan
yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan.
 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran
untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan
berfikir radikal, sistematik dan universal.
 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan
itu.
 Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh ,
yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan
radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran ,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
2.1.2Ciri-ciri Berfikir Secara Kefilsafatan

Berpikir kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat


dibedakan dari bidang ilmu lain.Beberapa ciri berpikir kefilsafatan dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Radikal artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai
pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
2. Universal artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman
umum manusia.Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jaspers terletak
pada aspek keumumannya.
3. Konseptual artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi
pengalaman manusia. Misalnya : Apakah seni itu? Apakah keindahan itu?
4. Koheren dan konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan
kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung
kontradiksi.
5. Sistematik artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan
itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya
maksud atau tujuantertentu.
6. Komprehensif artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir
secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta
secara keseluruhan.
7. Bebas artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati
boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari
prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.
8. Bertanggungjawab artinya seseorang yang berfilsafat adalah
orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil
pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.

Kedelapan ciri berpikir kefilsafatan ini menjadikan filsafat


cenderung berbeda dengan ciri berpikir ilmu-ilmu lainnya, sekaligus
menempatkan kedudukan filsafat sebagai bidang keilmuan yang netral
terutama ciri ketujuh kedelapan ciri berfikir kefilsafatan ini menjadikan
filsafat cenderung berbedadengan ciri berfikir ilmu-ilmu lainnya, sekaligus
menempatkan kedudukan filsafat sebagai bidang yang netral terutama ciri
ketujuh.

2.1.3 Aliran-aliran Filsafat

1. Idealisme
Idealisme merupakan sebuah pemikiran filosofis yang telah
memberikan pengaruh besar terhadap dunia pendidikan selama
beberapa abad. Herman Horne mengatakan idealisme merupakan
pandangan yang menyimpulkan bahwa alam merupakan ekspresi dari
pikiran, juga mengatakan bahwa subtansi dari dunia ini adalah dari
alam pikiran serta berpandangan bahwa hal-hal yang bersifat materi
dapat dijelaskan melalui jiwa.
Selain itu, Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa dalam kajian
filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungannya pada jiwa
(mind) dan spirit (ruh). Istilah ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu
yang hadir dalam jiwa. George R. Knight menguiaikan bahwa
idealisme pada mulanya, adalah suatu penekanan pada realitas ide
gagasan, pemikiran, akal pikir daripada suatu penekanan pada objek-
objek dan daya-daya materi.

2. Realisme
Realisme merupakan suatu aliran dalam ilmu pengetahuan.
Realisme adalah pandangan bahwa objek objek indra adalah real dan
berada sendiri tanpa disandarkan kepada pengetahuan lain atau
kesadaran akal. Menurut aliaran ini ia mempersoalkan obyek
pengetahuan manusia. Aliran realisme memandang bahwa obyek
pengetahuan manusia terletak di luar diri manusia. Aliran realisme ini
dibagi menjadi dua golongan:

a) Golongan Realisme Rasional.


Golongan ini dibagi menjadi dua yaitu
1. Realisme Klasik disebut juga humanism rasional yang
berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri
rasional. Menurut pandangan Artitoles, manusia sempurna
adalah manusia moderat yang mengambil jalan tengah.
2. Realisme religious dalam pandangannya tampak dualistis,
terdapat dua order yang terdiri atas order natural dan order
supernatural. Kedua ini berpusat pada Tuhan

b) Golongan Aliran Realisme Alam atau Realisme Ilmiah


Aliran realisme alam ini bersifat skeptis dan eksperimentil.
Aliran ini berpandangan bahwa dunia di sekeliling kita nyata,
maka yang menjadi tugas ilmu pengetahuan adalah menyelidiki
semua isinya. Aliran realisme alam ini menolak adanya spiritual,
dan dia juga mengatakan bahwa dunia spiritual ini tidak dapat
dibuktikan, sehingga hal ini secara filosofi tidak penting.
Mereka hanya berfikir fungsi yang koplek dari susunan tubuh,
saraf dan lainnya kemauan bebas.

3. Materialisme
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa
hal yang dapat dikatakan benar benar ada adalah materi. Materialisme
berpandangan bahwa bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan
spiritual, atau super natural. Ciri utama aliran ini adalah menempati
ruang atau waktu, memiliki keluasan, dan bersifat objektif, sehingga
bisa diukur, dibining, dan di observasi.
Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena
adalah hasil intraksi material materi adalah satu-satunya subtansi. Para
materialism percaya baliwa tidak ada kekuatan apa pun yang bersifat
spiritual di balik gejala atau peristiwa material itu. Kalau ada gejala
yang masih belum diketahui, maka hal itu bukan berarti kekuatan
yang bersifat spiritual di belakang peristiwa tersebut, melainkan
karena pengetahuan dan akal kita saja yang belum dapat
memahaminya.

Ciri-ciri sifat materialisme


1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
2. Tidak meyakini adanya alam ghaib
3. Menjadikan panca indera sebagai satu-satunya alat mencapai
ilmu
4. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.

4. Utilitarianisme.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat
bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan
menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak
bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya
perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak.

5. Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang
berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam
masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia.
Diantara tokoh-tokoh Humanisme: Abraham Maslow,
AlbertEinstein, Bertrand Russell, Carl Rogers, Cicero, Edward Said,
Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry
Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
6. Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David
Hume, George Berkeley dan John Locke.
7. Rationalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang
menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui
pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada
melalui iman, dogma, atau ajaran agama.

8. Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang
benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari
pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis
dari pengetahuan kepada individu-individu.

9. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat
pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya
yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan
mana yang tidak benar.
10. Positivisme
Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan
berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa
hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu
alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan
aturan-aturan, demikian juga alam.

2.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Dan Kesatuan Sila-Sila Dalam Pancasila.
Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat
dipahami dalam tiga kategori yaitu :
1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandungunsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat
abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata
yang dibubuhi awalan dan akhiran ke dan an ( sila I,II,IV, dan V) sedangkan
yang satunya per dan an (sila ke III). Awalan dan akhiran ini memiliki
kesamaan dalam maksudnya yang pokok, ialah membuat abstrak daripada
kata dasarnya
2. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat
pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang ada
pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama, nilai-nilai
kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada bangsa indonesia sehingga
membedakan bangsa indonesia dengan bangsa yang lainnya.
3. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.
Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar
filsafat negara.
Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis, yaitu dalam wujud
pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa dan negara Indonesia
yang sesuai dengan kenyataan sehari hari, tempat, keadaan dan waktu.
Sehingga pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bersifat
dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan perkembangan waktu, keadaan, serta
perubahan zaman.
Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan
satu kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai
berikut:
A. Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52, 57) bahwa hakikat
adanya Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima. Oleh
karena itu segala sesuatu yang ada merupakan akibat sebagi adanya tuhan
(sila pertama). Adapun manusia sebagai subjek ciptaan manusia pendukung
pokok negara, karena negara adalah lambang kemanusiaan, negara adalah
sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila
kedua). Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang
bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan hidup yang
dinamakan rakyat. Rakyat merupakan totalitas individuindividu dalam negara
yang bersatu (sila keempat). Adapun keadilan yang pada hakikatnya
merupakan tujuan bersama atau keadilan sosial (sila kelima) pada hakikatnya
sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut negara.
B. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi silasila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula
dalam hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam kerangka
hubungan hirarkis piramidal seperti diatas. Dalam rumusan ini, tiap-tiap sila
mengandung empat sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-sila
Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi.
1. Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan
yang berKetuhanan Yang Maha Esa, yang berpesatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Sila ketiga; Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
4. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila kelima; Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah
keadilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
bearadab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan/ perwakilan (Notonagoro, 1975:43-44)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang seperti di terangkan di atas Pancasila dikatakan sebagai
filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian
dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki
hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima
sila-silanya tersebut.
Dan juga filsafat Pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam
dari bangsaIndonesia, yang dianggap, diyakini sebagai kenyataan
nilai dan norma yangpaling benar, dan adil untuk melakukan kegiatan
hidup berbangsa dan bernegaradi manapun mereka berada. Selain itu,
filsafat Pancasila memiliki beragam fungsi,diantaranya yaitu; sebagai
pandangan hidupa bangsa Indonesia, Pancasilasebagai dasar Negara
Indonesia, pancasila sebagai kepribadian bangsaIndonesia, Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan Pancasilasebagai sistem
ideologi

3.2 Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-
nilai sila dari pancasila dengan baik & benar, serta tidak melecehkan arti
penting pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi).
ERLANGGA : Jakarta.

Kaelan,M.S. 2016. Pendidikan Pancasila (Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-


nilai Pancasila, Rasa Kebangsaan dan Cita-cita Tanah Air Sesuai Dengan SK.
Dirjen DIKTI

NO.43/DIKTI/KEP/2006 Sesuai Dengan KKNI bdg PT 2013). PARADIGMA :

Yogyakarta.

I Wayan Windia, I Gede Sutrisna, Wayan Kesieg, Adi Wisnyana dan Wirya
Agung.2014.Modul Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa.
UDAYANA PRESS : Kampus Sudirman Denpasar

Chandrawinata, Andhyn. ______. Pengertian Pancasila Secara Etimologis,


Historis, & Terminologis. http://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.

Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat (Filosofi).

http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html. Diakses
pada tanggal 3 Maret 2017.

Dwi Tama, Rizco.2012. Pengertian Filsafat Pancasila, Objek, Cabang Filsafat dan
Kedudukan Dalam Ilmu-ilmu Lain.
http://icounipa.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-filsafatpancasila-objek.html.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai