MAJALAH
"PANCASILA OF EDUCATION
PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT"
Disusun Oleh:
Febryan Dhika Rahayuningtyas (1860203232112)
Nur Istanah (1860203231008)
Mohammad Anwar Muzacky (1860203231036)
Dosen Pengampu:
Saiful Bahri, S. Ag. M.Pd.I.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai
Suatu Sistem Filsafat”
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya
para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 5
1.3 Tujuan Masalah..................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Definisi Filsafat............................................................... 6
2.1.1 Pengertian Filsafat Secara Umum....................... 8
2.1.2 Ciri-ciri Berfikir Kefilsafatan.............................. 8
2.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Dan Kesatuan Sila-Sila Dalam
Pancasila…………………………………………………………….. 11
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………14
3.2 Saran…………………………………………………..14
Daftar Pustaka…………………………………………….15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki
dasar negara yang sering kita sebut Pancasila. Pancasila sebagai ideologi
menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan karakteristik
Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan
hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan arah dan landasan moral bagi
negara Indonesia, mempromosikan prinsip-prinsip universal seperti hak
asasi manusia, keadilan, dan persatuan, serta menjadi fondasi untuk
pembangunan sosial, politik, dan ekonomi yang berkelanjutan. Filsafat
Pancasila mengilhami tindakan dan kebijakan pemerintah Indonesia, dan
menjadi simbol identitas nasional yang kuat bagi negara ini.
1.2Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Secara Umum
Secara umum filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia)
untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan
refleksi atas pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah. Filsafat
merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan
sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan
lainnya oleh karena memiliki obyek tersendiri yang sangat luas. Sebagai
contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan
manusia, namun dalam ilmu filsafat tidak terbatas pada salah satu bidang
kehidupan x saja, melainkan memberikan suatu pandangan hidup yang
menyeluruh yaitu tentang hakiki hidup yang sebenarnya. Pandangan hidup
tersebut merupakan hasil pemikiran yang disusun secara sistematis
menurut hukum-hukum logika.
1. Idealisme
Idealisme merupakan sebuah pemikiran filosofis yang telah
memberikan pengaruh besar terhadap dunia pendidikan selama
beberapa abad. Herman Horne mengatakan idealisme merupakan
pandangan yang menyimpulkan bahwa alam merupakan ekspresi dari
pikiran, juga mengatakan bahwa subtansi dari dunia ini adalah dari
alam pikiran serta berpandangan bahwa hal-hal yang bersifat materi
dapat dijelaskan melalui jiwa.
Selain itu, Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa dalam kajian
filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungannya pada jiwa
(mind) dan spirit (ruh). Istilah ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu
yang hadir dalam jiwa. George R. Knight menguiaikan bahwa
idealisme pada mulanya, adalah suatu penekanan pada realitas ide
gagasan, pemikiran, akal pikir daripada suatu penekanan pada objek-
objek dan daya-daya materi.
2. Realisme
Realisme merupakan suatu aliran dalam ilmu pengetahuan.
Realisme adalah pandangan bahwa objek objek indra adalah real dan
berada sendiri tanpa disandarkan kepada pengetahuan lain atau
kesadaran akal. Menurut aliaran ini ia mempersoalkan obyek
pengetahuan manusia. Aliran realisme memandang bahwa obyek
pengetahuan manusia terletak di luar diri manusia. Aliran realisme ini
dibagi menjadi dua golongan:
3. Materialisme
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa
hal yang dapat dikatakan benar benar ada adalah materi. Materialisme
berpandangan bahwa bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan
spiritual, atau super natural. Ciri utama aliran ini adalah menempati
ruang atau waktu, memiliki keluasan, dan bersifat objektif, sehingga
bisa diukur, dibining, dan di observasi.
Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena
adalah hasil intraksi material materi adalah satu-satunya subtansi. Para
materialism percaya baliwa tidak ada kekuatan apa pun yang bersifat
spiritual di balik gejala atau peristiwa material itu. Kalau ada gejala
yang masih belum diketahui, maka hal itu bukan berarti kekuatan
yang bersifat spiritual di belakang peristiwa tersebut, melainkan
karena pengetahuan dan akal kita saja yang belum dapat
memahaminya.
4. Utilitarianisme.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat
bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan
menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak
bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya
perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak.
5. Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang
berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam
masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia.
Diantara tokoh-tokoh Humanisme: Abraham Maslow,
AlbertEinstein, Bertrand Russell, Carl Rogers, Cicero, Edward Said,
Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry
Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
6. Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David
Hume, George Berkeley dan John Locke.
7. Rationalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang
menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui
pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada
melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
8. Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang
benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari
pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis
dari pengetahuan kepada individu-individu.
9. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat
pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya
yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan
mana yang tidak benar.
10. Positivisme
Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan
berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa
hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu
alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan
aturan-aturan, demikian juga alam.
2.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Dan Kesatuan Sila-Sila Dalam Pancasila.
Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat
dipahami dalam tiga kategori yaitu :
1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandungunsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat
abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata
yang dibubuhi awalan dan akhiran ke dan an ( sila I,II,IV, dan V) sedangkan
yang satunya per dan an (sila ke III). Awalan dan akhiran ini memiliki
kesamaan dalam maksudnya yang pokok, ialah membuat abstrak daripada
kata dasarnya
2. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat
pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang ada
pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama, nilai-nilai
kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada bangsa indonesia sehingga
membedakan bangsa indonesia dengan bangsa yang lainnya.
3. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.
Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar
filsafat negara.
Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis, yaitu dalam wujud
pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa dan negara Indonesia
yang sesuai dengan kenyataan sehari hari, tempat, keadaan dan waktu.
Sehingga pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bersifat
dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan perkembangan waktu, keadaan, serta
perubahan zaman.
Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan
satu kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai
berikut:
A. Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52, 57) bahwa hakikat
adanya Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima. Oleh
karena itu segala sesuatu yang ada merupakan akibat sebagi adanya tuhan
(sila pertama). Adapun manusia sebagai subjek ciptaan manusia pendukung
pokok negara, karena negara adalah lambang kemanusiaan, negara adalah
sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila
kedua). Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang
bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan hidup yang
dinamakan rakyat. Rakyat merupakan totalitas individuindividu dalam negara
yang bersatu (sila keempat). Adapun keadilan yang pada hakikatnya
merupakan tujuan bersama atau keadilan sosial (sila kelima) pada hakikatnya
sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut negara.
B. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi silasila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula
dalam hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam kerangka
hubungan hirarkis piramidal seperti diatas. Dalam rumusan ini, tiap-tiap sila
mengandung empat sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-sila
Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi.
1. Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan
yang berKetuhanan Yang Maha Esa, yang berpesatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Sila ketiga; Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
4. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila kelima; Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah
keadilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
bearadab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan/ perwakilan (Notonagoro, 1975:43-44)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang seperti di terangkan di atas Pancasila dikatakan sebagai
filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian
dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki
hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima
sila-silanya tersebut.
Dan juga filsafat Pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam
dari bangsaIndonesia, yang dianggap, diyakini sebagai kenyataan
nilai dan norma yangpaling benar, dan adil untuk melakukan kegiatan
hidup berbangsa dan bernegaradi manapun mereka berada. Selain itu,
filsafat Pancasila memiliki beragam fungsi,diantaranya yaitu; sebagai
pandangan hidupa bangsa Indonesia, Pancasilasebagai dasar Negara
Indonesia, pancasila sebagai kepribadian bangsaIndonesia, Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan Pancasilasebagai sistem
ideologi
3.2 Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-
nilai sila dari pancasila dengan baik & benar, serta tidak melecehkan arti
penting pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi).
ERLANGGA : Jakarta.
Yogyakarta.
I Wayan Windia, I Gede Sutrisna, Wayan Kesieg, Adi Wisnyana dan Wirya
Agung.2014.Modul Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa.
UDAYANA PRESS : Kampus Sudirman Denpasar
http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html. Diakses
pada tanggal 3 Maret 2017.
Dwi Tama, Rizco.2012. Pengertian Filsafat Pancasila, Objek, Cabang Filsafat dan
Kedudukan Dalam Ilmu-ilmu Lain.
http://icounipa.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-filsafatpancasila-objek.html.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.