Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT”

Disusun oleh :
JUMRIATI 2021010076

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN(STIKES)YAHYA BIMA TAHUN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya
yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang informasi
mengenai pancasila sebagai system filsafat.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Bima, 04 juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………..……………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………….………………………………………………...2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..2
1.4 Manfaat………………………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…...…………………………...….3
1. Pengertian Filsafat…………………………………………………………….3
2. Pegertian Sistem Filsafat……………………………………………………...6
3. Filsafat Pancasila…………………………………………….………………..8
4. Hakikat Nilai-nilai Pancasila……………………………..………………..…15
BAB III PENUTUP `…………………….………...………………24
3.1 Simpulan……… ……………………………………… ………………...…24
3.2 Saran………………………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA…………………...…………………………25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai ajaran falsafah, yaitu mencerminkan nilai-nilai dan
pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan
sumber kesemestaan, Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesi,
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setia
warga Negara Indonesia wajib untuk mempelajari, menghayati, mendalami, dan
menerapkan nilai-nilai pancasila dalam setiap bidang kehidupan.
Pancasila merupakan suatu pedoman dana acuan bagi setiap manusia
untuk berprilaku dan beraktivitas dalam segala bidang.. Pancasila juga sebagai
sistemetika, yang dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran,
amanah,keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi,
rasa malu,tanggung jawab, menjaga kehormatan, serta martabat diri sebagai warga
bangsa sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila. Tetapi
terkadang nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan penjelmaan
dari seluruh bangsa Indonesia dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari,tetapi
diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nilai luhur tersebut dengan sendirinya
akan hilang.
menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-
nilai luhur yang terkandung didalamnya Pada akhirnya diharapkan nilai-nilai
tersebut meresap didalam segenap jiwa Bangsa Indonesia sebagai suatu yang
penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih jauh kita akan
mempunyai kepercayaan diri dan keyakinan untuk memantapkan eeksistensi
denagn jati diri Pancasila sebagai idiologi nasional ditengah-tengah percaturan
idiologi-idiologi internasional.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat ?
2. Bagaimana filsafat pancasila ?
3. Bagaimana hakikat pada sila-sila pancasila ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat.
2. Untuk mengetahui filsafat pancasila.
3. Untuk mengetahui hakikat sila-sila pancasila.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian filsafat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui filsafat pancasila.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat sila-sila pancasila.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ (bahasa Yunani),  yang artinya
‘mencintai kebijaksanaan’. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata filsafat disebut
dengan istilah ‘philosophy’, dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah
‘falsafah’, yang biasa diterjemahkan dengan ‘cinta kearifan’.(Rasidhasan, 2005:1)
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya
bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.(Rifka, 2013)

2. Pegertian Sistem Filsafat


Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia disebut Filsafat Pancasila.
Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan
diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan
wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan
“permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu
kewaktu. (Notonagoro, 1980)
Berikut pengertian dari Filsafat Pncasila:
1. Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsepadaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato
Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni
Universitas di Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi
kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme,

6
universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer,
dan nasionalisme
2. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955
sampai berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu
menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang
diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dana kulturasi budaya India
(Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno
“Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “KeadilanSoasial”
terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung
atau mempropagandakan “Persatuan”.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila
secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari
bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu
(kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Kalau dibedakan antara filsafat yang religious dan non religius, maka
filsafat Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat
Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya
kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang MahaEsa

Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-


macamdanbertingkat-tingkatsebgaiberikut:
1. Kebenaran indra (pengetahuanbiasa);
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmupengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi).

3. Filsafat Pancasila
Dalam mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu kita
pelajari yaitu Pancasila dan Filsafat memeplajari Pancasila melalui pendekatan

7
sejarah supaya akan dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dari waktu
ke waktu di tanah air kita Indonesia peristiwa – peristiwa yang saya maksudkan
adalah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila. Melalui pendekatan kami
berharap untuk mendapatkan data obyektif dapat menghasilkan kesimpulan yang
obyektif pula oleh karena manusia tidak mungkin menghilangkan sikap obyektif
sebagai salah satu bawaan kodrat, maka kami bersyukur bila mendapatkan
kesimpulan yang obyektif mungkin inter obyektif.
Sampai pada gilirannya filsafat dijadikan sebagai ilmu. Filsafat sebagai
ilmu telah lama dikembangkan oleh para pemikir di berbagai belahan dunia dalam
rangka memahami dan memaknai kehidupan. Problem-problem kehidupan dan
kemanusiaan yang datang terus-menerus membutuhkan jawaban. Problem itu
yang memacu perkembangan ilmu filsafat, terlebih ketika memasuki era global
dengan mudahnya komunikasi dan perpindahan ide, gagasan, dan budaya dari satu
wilayah ke wilayah lain. Pertemuan budaya, ideologi, dan agama tidak lagi bisa
dihindarkan. Para filsuf telah menyumbangkan pengabdiannya untuk memberikan
jalan pemecahan demi kemajuan umat manusia, terbukti banyak tokoh
internasional yang dengan basis filsafat telah memberikan pengaruh besar
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan, dan
karya seni.
Filsafat sangat berarti bagi kehidupan pribadi dan banyak orang. Dengan
memahami filsafat, terutama sesuai dengan tujuan dan cita-cita masing-masing
individu, maka akan membantu kematangan dan kebijaksanaan jiwa, apalagi
mahasiswa. Setiap mahasiswa baik dari jurusan apapun hendaknya memahami
dan melakukan latihan berfilsafat secara terus menerus sehingga ketika di masa
depan jadi pemimpin, akan mampu memberikan solusi-solusi yang menentramkan
dan me-lebih baikkan umat manusia.

1. Filsafat Pancasila
Diantara banyak jenis filsafat, terdapat juga filsafat Pancasila. Sebagian ahli
mengatakan filsafat ini merupakan bagian dari Filsafat Timur yang berketuhanan
dan beragama (theisme-religius). Apakah ada ketuhanan yang tidak beragama?

8
Tentu saja ada. Sebagian orang di Barat percaya pada Tuhan tapi tidak menganut
agama tertentu. Nah, filsafat Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia dalam
menyelenggarakan kehidupan perorangan, berbangsa dan bernegara. Filsafat
Pancasila adalah jati diri luhur yang membedakan bangsa dan negara Indonesia
dengan yang lain (Antoni, 2012:3).
2. Sistem Filsafat Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan system filsafat.
Yang dengan sistem ialah suatu kesatuan bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
sila pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya n suatu kesatuan
organis. Antara sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan
saling mengkualifikasi. Dengan bahasa yang lebih sederhana bisa dijelaskan
bahwa, lima sila pancasila saling berhubungan sekaligus saling membuat sing sila
menjadi lebih mulia maknanya. Jadi dengan demikian maka pancasila pada
hakikatnya merupakan sistem filsafat, dalam pengertian bahwa silanya saling
bertalian erat sehingga membentuk suatu struktrur tersebutlah yang mengandung
nilai kebijaksaaan dan cinta (Sutrisno, 2006: 32)
Secara filsafati, Pancasila merupakan sistem nilai-nilai ideologis yang
berderajat. Artinya di dalamnya terkandung nilai luhur, nilai dasar, nilai
instrumental, nilai praksis, dan nilai teknis. Agar ia dapat menjadi ideologi bangsa
dan negara Indonesia yang lestari tetapi juga dinamis berkembang, nilai luhur dan
nilai dasarnya harus dapat bersifat tetap, sementara nilai instrumentalnya harus
semakin dapat direformasi dengan perkembangan tuntutan zaman.
Pancasila merupakan sebuah pandangan dunia atau world view yang juga
dapat ditanamkan nilai-nilai filsafat. Pancasila adalah filsafat bangsa yang
sesungguhnya berhimpit dengan jiwa bangsa. Di sini yang muncul adalah
kapasitas pengetahuan bangsa, misalnya yang berkaitan dengan hakikat kenyataan
dan kebenaran. Hakikat kenyataan dan kebenaran serta nilai-nilai filsafat tersebut
sebenarnya adalah bagian dari aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi yang
harus dieksplorasi oleh filsafat ilmu dalam upaya mengembangkan Pancasila.

9
Pengetahuan mengenai Pancasila sebagai dasar filsafat dan asas
kerohanian (ideologi) negara Republik Indonesia, sebagaimana halnya
pengetahuan yang lain, adalah bertingkat-tingkat. Pengetahuan dapat dibedakan
menjadi dua macam. Pertama, pengetahuan biasa, pengetahuan yang dicapai
dengan akal sehat oleh orang pada umumnya atau disebut common sense. Kedua,
pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang diperoleh dengan cara ilmu pengetahuan
atau analisis.

a. Secara Ontologi
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya menegaskan secara
ontologi, bahwa manusia hidup di dunia harus selalu bertaqwa dan beriman
kepada Tuhan. Sila pertama memiliki makna secara ontologi sebagai sebuah
ilmu pengetahuan yang seharusnya dapat dipahami oleh masyarakat dan
bangsa Indonesia agar di dalam kehidupan tidak melakukan perbuatan yang
tercela dan merugikan orang lain.
Selanjutnya, Pancasila sebagai dasar filsafat negara Rcpublik Indonesia
memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan,
serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat kodrat
monodualis, sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial.
Di samping itu, kcduduknnnya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri,
sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Konsekuensinya, segala aspek dalam
penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan
suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat
kodrat manusia yang monodualis tersebut. Kemudian, seluruh nilai-nilai
Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal
ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus
dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila, seperti bentuk
negara, sifat negara, tujuan negara, tugas/kewajiban negara dan warga negara,
sistem hukum negara, moral negara, serta segala aspek penyelenggaraan
negara lainnya.
b. Secara Epistemologi

10
Kedua, secara epistemologis, Pancasila pada mulanya adalah harmonisasi dari
paham Barat modern sekuler, paham kebangsaan, Islam dan pelbagai jenis
pengetahuan lainnya yang melalui proses perdebatan panjang hingga
mencapai titik temu. Kebenaran yang dikandung Pancasila adalah kebenaran
konsensus. Watak konsensus berkonsekuensi pada fleksibilitas peninjauan
atas konsensus, meskipun jika berubah dalam bentuk yuridis akan memiliki
kekuatan mengikat.
Pancasila yang mengandung kebenaran konsensus adalah sistem
terbuka yang dapat ditafsir dalam pelbagai arti, dinilai kelemahan dan
kelebihannya dan dikontekstualisasikan dengan semangat perubahan.
Pengetahuan yang bersifat kefilsafatan mengenai Pancasila memiliki
kesesuaian dengan proses tercapainya kesiapan pribadi. Dengan adanya
pengetahuan yang bersifat kefilsafatan mengenai hakikat Pancasila, itu berarti
adanya dasar yang kuat dan kekal untuk terbentuknya way of life negara,
bangsa dan warga negara (Edwin dkk., 2006:165).
Nilai-nilai Pancasila yang terdiri dari lima sila itu memiliki banyak
sumber pengetahuan yang sudah seharusnya mampu diimplementasikan
dalam kehidupan manusia, dan dijadikan petunjuk dalam berperilaku.
Pengetahuan yang terkandung di dalam Pancasila sesungguhnya sudah cukup
untuk mengatasi persoalan kebangsaan dan membawa kemajuan jika ia
diterapkan secara genuine di dalam menjalankan semua aktivitas, tugas
negara maupun tugas akademik.
Selanjutnya, susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan
maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari dari sila-sila Pancasila itu.
Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk
piramidal, yaitu:
1. Sila pertama Pancasila mendasari dan mcnjiwai keempat sila lainnya.
2. Sila kcdua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila
ketiga, keempat, dan kclima;

11
3. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari
dan menjiwai sila keempat dan kelima.
4. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga serta
mendasari dan menjiwai sila kelima; serta
5. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga,dan
keempat.
Demikianlah, susunan Pancasila memiliki sistem logis, baik yang
menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis
Pancasila juga menyangkut kualitas ataupun kuantitasnya. Selain itu,
dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila
Pancasila tersebut.
c. Secara Aksiologi
Ketiga, secara aksiologi, Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam silasilanya, yakni nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan serta keadilan sosial.
Nilai-nilai luhur tersebut sudah seharusnya mampu diserap oleh masyarakat
Indonesia.
Berpijak dari ketiga aspek dalam filsafat ilmu tersebut, sistem
filsafat di dalam nilai-nilai Pancasila mengandung ajaran tentang potensi
dan martabat manusia yang merupakan anugerah dari Tuhan. Karena itu,
ketika seseorang mampu menghayati dan menjiwai nilai-nilai budi pekerti
dari Pancasila, besar kemungkinan masyarakat Indonesia akan lebih baik
dalam berperilaku sehingga apa yang dicita-citakannya akan tercapai serta
menjadikan jati diri bangsa Indonesia lebih bermartabat.

3. Hakikat Nilai-nilai Pancasila


Menurut Notonegoro, (1985:82-84) Beberapa hal Mengenai Filsafat
Pancasila. Yogyakarta

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA

12
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, mengandung arti bahwa pencipta
segaaa yang ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal,
tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya,
artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu,
bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai
oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan
keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya.
Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau
kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran,
melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang
dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.

Sebagai sila pertama Pancasila ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber
pokok kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai mendasari serta membimbing
perwujudan kemanusiaan yang adil dan berada, penggalangan persatuan Indonesia
yang telah membentuk Negara republic Indonesia yang berdailat penuh, bersipat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan guna mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hakekat pengertian itu sesuai dengan:

a. Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi antara lain ”atas berkat rahmatya
yang maha kuasa”
b. Pasal 29 UUD 1945:
 Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa
 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memelu
agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya.

Maka dapatlah disimpulkan bahwa Negara adalah sebagai akibat dari


manusia, karena Negara adalah lembaga masyarakat dan masyarakat adalah terdiri
atas manusia-manusia, adapun keberadaan nilai-nilai yang berasal dari tuhan. Jadi
hubungan Negara dengan tuhan memiliki hubungan kesesuaian dalam arti sebab

13
akibat yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai akibat langsung dari manusia
dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka sudah menjadi suatu keharusan
bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan.

Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila pertama, yaitu ini sila
ketuhanan yang maha esa adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak
langsung. Hal ini sesuai dengan asal mula bahan pancasila yaitu berupa nilai-nilai
agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala yang konsekuensinya harus direalisasikan dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang


mempunyai potensi , rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia
menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya manusia menjadi
berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan norma-
norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan
atas norma-norma yang obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-wenang.

Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti
bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya,

terutama norma sosial dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata


kesopanan kesusilaan atau moral. Jadi: kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya
baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan. Di
dalam sila kedua kemanusiaan yang adil yang beradab telah tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab memenuhi seluruh hakekat
mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai sila satu hal ini berarti bahwa
kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaa-Nya.

14
Hakekat pengertian diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alenia yang
pertama dan pasal-pasal 27,28,29,30 UUD 1945.

Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia.
Maka konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain
hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral Negara
dan para penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat
dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah lembaga
masyarakat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk
memanusia dan mempunyai suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka
segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat
manusia Indonesia yang monopluralis , terutama dalam pengertian yang lebih
sentral pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis
yaitu manusia sebagai individu dan makhluk social.

Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus sesuai
dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk
social. Maka bentuk dan sifat Negara Indonesia bukanlah Negara individualis
yang hanya menekankan sifat makhluk individu, namaun juga bukan Negara klass
yang hanya menekankan sifat mahluk social , yang berarti manusia hanya berarti
bila ia dalam masyarakat secara keseluruhan .

3. PERSATUAN INDONESIA

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah
persatuan berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan. Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis dan makna
bangsa dalam arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu
karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara
yang merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis
dalam kehidupan bangsa Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum

15
dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang
abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia


yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham
golongan, suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan
sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun. Hakekat
pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan pasal-
pasal 1,32,35,dan 36 UUD 1945

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN


DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia


dalam suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa
“kekuasaan yang tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti
penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan
persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan
sadar, jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas
kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal
berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan
kebulatan pendapat atau mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata
cara (prosedura) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan.

Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya


melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan
musawarah dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada
Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Hakekat
pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD alenia empat dan pasal-pasal
1,2,3,28 dan 37 UUD 1945.

16
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala


bidabg kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti
setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam di wilayah
kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di
luar negeri. Jadi sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi dan
kebudayaan. Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang
mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang
perwujudannya ialah tata masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila.
Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan
pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD 1945.

Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan
keadaan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak
dan wajib pada kodrat manusia hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup
manusia , yaitu hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam
hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia
dengan dirinya sendiri (notonegoro).

Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara kongkrit keadilan


social ini mengandung cita-cita kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat
manusia monodualis , yaitu sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk
social. Hal ini menyangkut realisasi keadilan dalam kaitannya dengan Negara
Indonesia sendiri (dalam lingkup nasional) maupun dalam hubungan Negara
Indonesia dengan Negara lain (lingkup internasional) Dalam lingkup nasional
realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan segitiga) yaitu:

1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan


warganya. Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu
wajib membagi-bagikan terhadap warganya apa yang telah menjadi
haknya.

17
2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara
terhadap Negara. Jadi dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang
wajib memenuhi keadilan terhadap negaranya.
3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga
4. Negara yang satu dengan yang lainnya, atau dengan perkataan lain
hubungan keadilan antara warga Negara.

Pancasila mengandung nilai subjektif maupun objektif. Nilai-nilai


subjektif artinya nilai-nilai tersebut merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia
sendiri sepanjang sejarahnya. Nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sebagai hasil penilaian


dan hasil pemikiran bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup, pegangan
hidup,pedoman hidup, petunjuk hidup bangsa Indonesia.
3. Nilai-nilai Pancasila mengandung tujuh nilai kerohanian, yaitu kebenaran,
keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan religius yang
perwujudannya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Di samping itu, Pancasila juga mengandung nilai objektif, yakni nilai yang
diakui kebenaran dan keadilannya oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai-nilai
objektif yang terkandung dalam Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat universal


2. Nilai-nilai Pancaila terkait dengan hidup kemanusiaan yang mutlak (manusia
dengan Tuhan,antara manusia dengan sesamanya,dan antara manusia dengan
lingkungannya)
3. Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu hukum memenuhi
hukum syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, tidak dapat
diberikan oleh setiap orang atau badan. Dengan demikian nilai-nilai pancasila
akan tetap ada sepanjang masa.

18
4. Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila) secara hukum tidak
dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil Pemilu. Mengubah
Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan Negara Indonesia. Dengan
demikian Pancasila tetap ada.
5. Pembukaan UUD 1945 yang mengandung makna tidak dapat diubah (tetap)
karena kemerdekaan (yang didalamnya mengandung Pancasila) merupakan
karunia Tuhan.(Kokon,2007:23)

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Filsafat diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2. filsafat Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia dalam
menyelenggarakan kehidupan perorangan, berbangsa dan bernegara.
Filsafat Pancasila adalah jati diri luhur yang membedakan bangsa dan
negara Indonesia dengan yang lain
3. Kedudukan pancasila sebagai sumber nilai pada hakikatnya menegaskan
bahwa pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dengan
kata lain, seluruh tatanan kehidupanan masyarakat Indonesia
menggunakan pancasila sebagai dasar moral, atau tolak ukur benar dan
salahnya tingkah laku masyarakat.

3.2 Saran
1. Sebagai warga Negara Indonesia yang hidup dan tinggal di Indonesia
harus lebih menyakini, menghormati, menjaga, memahami dan
melaksanakan segala pemahaman tentang filsafah pancasila sehingga
dapat lebih dapat mempersatukan bangsa Indonesia.
2. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah
di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Antoni, Condra.2012. Filsafat Pancasila Sebagai Basis Pergerakan Mahasiswa,


kehidupan Sosial, dan spirit Kewirausahaan. Politeknik Negeri Batam
Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia
Edwin, Ferry, dkk, 2006, Prof. Notonagoro & Pancasila: Analisis Tekstual &
Kontekstual, UGM Press, Yogyakarta.
Komalasari, Kokom. 2007. Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung :
CV Armico.
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, diakses tanggal 20 Mei 2017
https://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/. Diakses pada tanggal 29
Maret 2013.
http://sahrirpetta.blogspot.co.id/2011/08/filsafat-pancasila.html, diakses tanggal
20 Mei 2017

21

Anda mungkin juga menyukai