Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT PANCASILA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Fajar Rohandy M.Hum

Disusun Oleh: Kelompok 2

Nur Hisyam Fadhilah : 1231030211

Irnawati : 1231030244

Zulva Zazila : 1231030243

PROGAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kelancaran dan
kemudahan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata ilmu tauhid dan pemikiran kalam
ini tepat waktu. Tidak lupa kami sampaikan shalawat beserta salam yang selalu tercurahkan
kepada Rasul kami Muhammad SAW, keluarganya, saudaranya, para sahabatnya, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini kami susun sebaik-baiknya dengan judul “filsafat Pancasila” yang
merupakan salah satu materi yang terdapat dalam mata kuliah kewarganegaraan. Besar harapan
kami agar makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca.

Kami sampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, kami sampaikan
banyak terima kasih kepada Bapak Fajar Rohandy, M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah
kewarganegaraan yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini sehingga makalah
ini dapat disusun dengan sedemikian rupa.

Tidak lupa kami sampaikan permohonan maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan
penulisan kata dan kalimat. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan sebaik-
baiknya manusia pasti berbuat kesalahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca terhadap
makalah ini sangat dibutuhkan agar kami tidak mengulangi kesalahan dalam menyusun makalah
dikemudian hari.

Bandung, 10 Maret 2024

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

PENGANTAR....................................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5

C. Tujuan..................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

A. Pengertian Filsafat..........................................................................................................6
B. Kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat...............................................6
a. Dasar Ontologis (Antropologis ) Sila-sila Pancasila…………………………..6
b. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila……………………………………….7
c. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila..................................................................7
C. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia.............................................9
D. Makna dari nilai-nilai setiap sila-sila Pancasila............................................................10
E. Fungi dari filsafat Pancasila...........................................................................................11

BAB III PENUTUP...........................................................................................................13

A. Kesimpulan…………………………………………………………………...………...13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara etimologis, Filsafat berasal dari Bahasa Yunani, yaitu philosophia.
Philo/philos/philein artinya cinta/pencinta/mencintai dan shopia berarti kebijakan
/kearifan/hikmah/hakekat kebenaran. Jadi filsafat artinya cinta terhadap kebijaksanaan
atau hakikat kebenaran. Berfilsafat berarti berfikir sedalam-dalam nya (merenung)
terhadap sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal untuk mencari
hakikat sesuatu.
Sedangkan Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila
telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila telah lahir
1 Juni 1945 dan diterapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD
1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan Pancasila ialah
Mohammad Yamin, Prof. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika Pancasila dilihat dari aspek
historis maka dapat dilihat bagaimana sejarah Pancasila yang menjiwai kehidupan dan
perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana Pancasila tersebut dirumuskan menjadi
dasar negara.
Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun
mereka berada.
Sebelum seseorang bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dahulu ia
berfikir tentang apa yang sebaiknya dilakukan. Hasil pemikirannya merupakan putusan
yang disebut nilai. Nilai adalah sifat, keadaan, atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Nilai-nilai sebagai hasil pemikiran
yang sedalam-dalam nya tentang kehidupan yang dianggap paling baik bagi bangsa
Indonesia adalah Pancasila.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian filsafat?
2. Bagaimana kesatuan sila-sila Pancasila sebagai system filsafat?
3. Mengapa Pancasila dijadikan sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia?
4. Apa makna dari nilai-nilai setiap sila-sila Pancasila?
5. Apa Fungi dari filsafat Pancasila?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk mengetahui bagaimana filsafat sebagai system dan kesatuan sila-sila
Pancasila sebagai suatu system filsafat
3. Untuk mengetahui mengapa Pancasila dijadikan sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia
4. Unuk mengetahui dan mengamalkan makna dari nilai-nilai setiap sila-sila
Pancasila.
5. Untuk mengetahui fungsi dari filsafat Pancasila

5
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Secara singkat, istilah filsafat berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno,
yaitu “philos” yang berarti cinta atau kecintaan dan “sophia” yang berarti kebijaksanaan
atau pengetahuan. Secara harfiah, filsafat dapat diterjemahkan sebagai “kecintaan
terhadap kebijaksanaan” atau “kecintaan terhadap pengetahuan” (Bertens, 2018).
Banyak ahli yang mendefinisikan apa itu filsafat. Poedjawijatna berpendapat
bahwa filsafat adalah sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab secara sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu yang berdasarkan pikiran belaka. Lalu menurut Hasbullah
Bakry, filsafat memiliki definisi berupa sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala
sesuatu secara mendalam, mulai dari ketuhanan, alam semesta, hingga manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia. Kemudian ada juga tokoh filsafat terkenal, Plato, yang
mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai pada
kebenaran asli.

Nah, berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah sebuah ilmu yang berusaha mencari sebab secara
mendalam berdasarkan pemikiran dan akal manusia. Filsafat ini juga dapat menjadi
pandangan hidup seseorang sekelompok orang mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Namun, filsafat ini dapat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan
dewasa ketika memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan melihat secara
menyeluruh dengan segala hubungan.

B. Kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu system filsafat


Kesatuan sila-sila Pancasila tidak hanya kesatuan yang bersifat logis saja, namun
sila-sila Pancasila memiliki suatu kesatuan meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologis, dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Secara filosofis Pancasila
sebagai suatu kesatuan system filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis, dan
dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan system filsafat lainnya, mislanya
materialisme, liberalism, pragmatisme komunisme, idealism, dll.
a. Dasar Ontologis (Antropologis ) Sila-sila Pancasila
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut

6
sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung sila-sila pamcasila adalah manusia,
hal ini dapat dilihat di dalam sila Pancasila bahwa yang diterangkan di sila-sila
Pancasila pada hakikatnya adalah manusia. Demikian juga Pancasila merupakan
dasar negara, adapun pendukung pokok negar adalah rakyat dan unsur rakyat
adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila
bahwa hakikat dasar antropologis sila-sila Pancasila adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki
hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga, jiwa jasmani dan
rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial,
serta kedudukan kodrat manusia sebagai mkhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai mahkluk tuhan inilah maka secara hierarkhis sila pertama Ketuhanan
Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila yang
lainnya. Hubungan kesesuaian antara negara dengan sila-sila Pancasila adalah
berupa hubungan sebab akibat yaitu negara sebagai pendukung hubungan dan
tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan
sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia,rakyat, satu, dan adil adalah sebagai
sebab adapun negara adalah sebagai akibat.
b. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari
dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-
nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Terdapat tiga persoalan yang mendasar
dalam epistemologi yaitu: Pertama tentang sumber pengetahuan manusia,
kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak
pengetahuan manusia. Persoalan epistemology dalam hubungannya dengan
Pancasila dapat dirinci sebagai berikut:
1) Sumber Pengetahuan Pancasila
Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan hakikatnya menyangkut 2 hal
yaitu sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Sumber
pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia
sendiri dan merupakan hasil perenungan serta pemikiran wakil-wakil
bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia menjadi kuasa materialis
Pancasila, maka eksistensi bangsa dengan segala nilai yang ada menjadi
sumber pengetahuan Pancasila.
2) Susunan Pengetahuan Pancasila
Susunan pengetahuan Pancasila sifatny adalah formal logis. Begitu pula
dengan susunan kesatuan sila-sila Pancasila yang hierarkis pyramidal.
Dasar rasional logis menyangkut isi makna sila-sila Pancasila yaitu:

7
 Sifat umum universal
Esensi Pancasila sebagai pangkal tolak derivasi, baik dalam pelaksanaan
bidang kenegaraan maupun realisasi praksis dalam S

 Sifat Umum Kolektif


Isi arti Pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia
terutama dalam tertib hukum.
 Sifat Khusu Kongkrit
Isi arti Pancasila dalam relisasi praksis dalam berbagai kehidupan,
sehingga memiliki sifat khusus kongkrit serta dinamis.

Kemudian pandangan Pancasila tentang pengetahuan manusia, hakikat manusia


sebagai makhluk monopluralis merupakan dasar pijak epistemologi Pancasila.
Menurut Pancasila bahwa hakikat manusia sebagai makhluk monopluralis adalah
hakikat manusia yang memiliki unsur-unsur pokok, yaitu susunan kodrat yang terdiri
atas raga (jasmani) dan jiwa (rohani). Selain itu manusia juga memiliki indra
sehingga dalam proses reseptif indra merupakan alat untuk mendapatkan kebenaran
pengetahuan yang bersifat empiris.
Maka Pancasila juga mengakui kebenaran empiris terutama dalam kaitannya
dengan pengetahuan manusia yang bersifat positif. Pancasila juga mengakui
kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada instuisi. Manusia yang pada
hakikatnya merupakan makhluk tuhan yang maha esa sesuai dengan sila pertama
Pancasila yang mengakui kebenaran Pancasila sebagai kebenaran yang tertinggi.
Sedangkan sila ketiga, keepat, dan kelima mengakui kebenaran bahwa pada
hakikatnya manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai suatu paham
epistemology maka Pancasila mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan
pada hakikatnya tidak bebas dari nilai karena harus diletakkan pada moralitas kodrat
manusia serta moralitas religious.
c. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Yang dimaksud dengan dasar aksiologis sila-sila Pancasila sebagai suatu system
filsafat yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan kesatuan. Dalam kehidupan, terdapat banyak sekali jenis nilai yang
disampaikan atau dikemukakan oleh para ahli. Notonagoro mengatakan bahwa
nila-nilai Pancasila tergolong nilai-nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian,
tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui adanya nilai material dan nilai vital.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila yang tergolong ke dalam nilai

8
kerohanian juga mengandung nilai-nilai lain yang lengkap dan harmonis, baik itu
nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetika, nilai
kebaikan atau moral, maupun nilai-nilai kesucian. Disini nilai pertama menjadi
basis, diikuti oleh sila-sila berikutnya hingga sila terakhir sebagai tujuan.

Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu system


Substansi Pancasila dengan kelima silanya terdapat pada ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Prinsip-prinsip tersebut telah
menjelma ke tertib sosial, masyarakat, bangsa Indonesia, yang dapat ditemukan
pada adat istiadat, kebudayaan serta kehidupan bangsa Indonesia. Nilai yang
terkandung dalam sila pertama hingga sila kelima merupakan cita-cita, harapan,
dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupan. Bangsa
Indonesia dalam hal ini merupakan pendukung dari nilai-nilai Pancasila. Sebagai
pendukung Pancasila, maka sudah seharusnyalah bangsa Indonesia menghargai,
mengakui, dan menerima, serta memandang Pancasila sebagai sesuatu yang
benar-benar bernilai dan berharga. Penghargaan, pengakuan, penerimaan, dan
pemandangan tersebut akan tampak jika telah mandarah daging ke dalam sikap,
tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau keempat hal diatas telah
mandarah daging ke dalam seluruh rakyat Indonesia maka akan terbentuklah
manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila.

C. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia


Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, pengertian kata “logi”
yang artinya pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang
gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran
tentang pengertian dasar. Istilah ideologi pertama kali dikemukakan oleh Destutt
de Tracy seorang perancis pada tahun 1796.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis
yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana
dikutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwa ideologi negara dalam arti cita-cita
negara atau cita-cita yang menjadi dasar atau yang menjadi suatu system
kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia,
namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan
serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk negara, dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi

9
(bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia
sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialistis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya
bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain.
Selain itu Pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari
seseorang saja, yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan
tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur
bangsa secara komprehensif. Oleh karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki
kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

D. Makna dari nilai-nilai setiap sila-sila Pancasila


I. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ketuhanan yang maha esa menjadi dasar dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dalam sila pertama ini, terkandung nilai bahwa negara yang didirikan harus
mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, setiap warga
Indonesia harus beragama dan bukanlah tidak punya agama dan juga tuhan
(atheis). Sila ini juga mempunyai makna bahwa warga Indonesia harus memiliki
sikap toleransi dan tidak berlaku diskriminatif antar umat beragama.
II. Kemanusiaan Yang adil dan Beradab
Sila kemanusiaan merupakan dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. Dalam sila kemanusiaan, negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
oleh karena itu, dalam peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan
tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak asasi
manusia.
III. Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa kesatuan, persatuan,
kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara adalah diatas kepentingan
pribadi atau golongan. Dalam hal ini, negara Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku, ras, kelompok, golongan maupun agama yang berbeda harus mengikatkan
diri pada bhineka tunggal ika agar perbedaan bukannya diruncingkan untuk
menjadi permusuhan tetapi diarahkan kepada persatuan untuk mencapai tujuan
negara.

10
IV. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Sila ini mengandung makna bahwa nilai-nilai demokrasi secara muktlak harus
dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. Mengingat suatu negara terdiri dari
rakyat dengan latar belakang yang berbeda, sehingga dalam pelaksanaan
pemerintahan maupun aktivitas lainnya diutamakan musyawarah untuk mencapai
mufakat. Pada akhirnya keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
V. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Di dalam sila ke lima terkandung nilai bahwa keadilan harus terwujud dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat suatu negara merupakan
sekumpulan dari masyarakat yang hidup Bersama. Kebersamaan tersebut
kemudian memunculkan suatu cita-cita dan tujuan Bersama, yakni keadilan.
Maka, demi terwujudnya keadilan tersebut diperlukan sikap kekeluargaan dan
gotong royong serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

E. Fungi dari filsafat Pancasila


1. Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Sebagai mana yang di tujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR 1979,
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia dan dasar negara kita.setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin di capainya sangat
memerlukan nilai luhur yang di junjung sebagai pandangan filsafat hidup.
Dalam pergaulan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang
di cita-cita kan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran pikiran yang
terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa adalah
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangs aitu sendiri, dan di yakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangs aitu untuk mewujudkan
menjadi negara yang sejahtera (Welfare State).
2. filsafat pancasila sebagai dasar negara republik indonesia.
Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai dasar filsafat atau
dasar falsafah negara (Philosofische rondslag) dari negara, ideologi negara
atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar
nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan kata
lain Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
negara. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Pancasila

11
merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional
mengatur negara republik indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu
rakyat, wilayah serta pemerintahan negara. Dalam ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1996 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari
segala sumber hukum yang antara lain sumber hukum formal, undang-
undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan
hukum.
3. Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia menurut dewan
Perancang nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian indonesia ialah
keseluruhan ciri-ciri khas bangsa indonesia, yang membedakan bangsa
indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan
bangsa Indonesia sepanjang masa. Keperibadian bangsa tetap berakar dari
keperibadian individual dalam masyarakat yang pancasila serta gagasan-
gagasan besar yang tumbuh dan sejalan dengan filsafat Pancasila. Bukti
yang menyatakan Falsafah Pancasila digunakan sebagai dasar falsafah
negara indonesia dapat kita temukan dalam dokumen-dokumen historis dan
perundang-undangan negara indonesia, antara lain:
1) naskah Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
2) Naskah Politik bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945
Piagam Jakarta
3) Naskah Pembukaan UUD Proklamasi alinea IV.
4) Mukadimah konstitusi republik Indonesia Serikat RIS 27
Desember 1945 alinea IV.
5) Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia tanggal 17
Agustus 1945.
6) Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI 5 Juli
1959.

12
BAB 111
PENUTUP

A. Kesimpulan
menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakekatsegala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Keseluruhan arti filsafat yang meliputi
berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan manusia dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu filsafat sebagai produk dan filsafat sebagai proses.
Pancasila yang terdiri atas lima sila hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sila-sila
pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuanorganik.
Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan
salingmengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya.
Dengan demikian pancasila pada hakikatnya merupakan satu sistem dalam pengertian
bahwa bagian-bagian sila-silanya saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu
struktur yang menyeluruh. Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Secara yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.
Nilai dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang
tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan jalan hukum apa pun tidak mungkin lagi
untuk diubah. Dalam pengertian seperti itulah maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila
merupakan dasar yang fundamental bagi negara Indonesia terutama dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraannegara. Ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-
keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang kehidupan
manusia.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau kelompok
orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain unsur-unsur yang
merupakan materi (bahan).
Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri,
sehingga bangsa ini merupakan kausa materialistis (asal bahan) Pancasila. Pancasila sebagai
dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya adalah sebagaiman anilai-nilainya yang
bersifat fundamental menjadi suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara
Indonesia, menjadi wadah yang fleksibel bagi faham-faham positif untuk berkembang dan
menjadi dasar ketentuan yang menolak faham-faham yang bertentangan seperti Atheisme dan
segala bentuk kekafiran tak beragama, kolonialisme, diktatorisme, kapitalis, dan lain&lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

Pasaribu, Payerli.2014.Pendidikan Kewarganegaraan.Medan: Unimed Press


Purba, Edward.2013.Filsafat Pendidikan.Medan: Unimed Press
https://www.academia.edu/13257077/FILSAFAT_PANCASILA
https://www.academia.edu/29450842/
C_Kesatuan_Sila_Sila_Pancasila_sebagai_Suatu_Sistem_Filsafat

14

Anda mungkin juga menyukai