Anda di halaman 1dari 17

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

DOSEN PEMBIMBING

Drs. H. Muhammad Akil, M.Pd

STAI DDI MANGKOSO

Anggota Kelompok 1:

1. Wahyudi

2. Khusnul khatikah

3. Muhammad Syafi’i Mughni

4. Nurul firkha tunna’jiah

5. Ardiyansyah

6. Mustabsyirah

7. Andi Hidayatullah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DDI MANGKOSO

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-

Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah tanpa ada halangan apapun sesusi

waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah

PANCASILA. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karna itu kritik dan saran dari pembaca makalah ini sangat berharga bagi

penulis/penyusun.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan

umumnya bagi para pembaca. Aamiin.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….I

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….1

B. Rumus Masalah……………………………………………………………………..2

C. Tujuan………………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Defini Filsafat…………………………………………………………………………3

B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem.…………………6

C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ………………………………………...8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………14

B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun

tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia.

Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah

mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk

Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam

kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan.

Kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan kebangsaan

dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman

internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul masalah internal, yaitu

maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh

dari kesejahteraan dan keadilan social Paradoks antara kekuasaan global dengan

kekuasaan nasional ditambahkomplik internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan

suatu tarik menarik kepentingan yang secara langsung mengancam jati diri bangsa.

Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara sujektif maupun objektif, serta terjadinya

pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya mengancam-prinsip-prinsip

hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh

peletak dasar (The founding fathers) Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan

menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara, itulah pancasila

1
Dengan pemahaman demikian, maka pancasila sebagai filsafat hidup bangsa

Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai nilai baru dari

luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi secara ilmiah harus disadari bahwa

suatu masyarakat suatu bangsa, senantiasa memiliki suatu pandangan hidup

atau filsafat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain didunia.

Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan/kreatifitas lokal) dan

sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian, bangsa

Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup

dengan bangsa lain.

Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara

Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu

pertanyaan yang fundamental “di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka

ini didirikan?” jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar

dan tolak ukur utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri

bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Oleh

karna itu, kami mengambil judul pancasila sebagai sistem filsafat agar dapat

mengkaji rumus sila sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat dalam indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat

dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa pengertian filsafat?

b. Bagaimana rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem?

c. Bagaimana pancasila sebagai sistem filsafat?

2
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:

a. Mengetahui pengertian pancasila

b. Mengetahui rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem

c. Mengetahui pancasila sebagai sestem filsafat

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat

Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni “philein” yang

artunya “cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah”, “kebijaksanaan” atau

“wisdom”. Jadi secara harfiah “filsafat” mengandung makna cinta

kebijaksanaan. Dan nampaknya hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu

pengetahuan yang sebelumnya dibawah naungan filsafat. Namun demikian

jika kita membahasa pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup

bahasannya maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang

manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dan lain sebagainya. Seiring

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka muncul pula filsafat yang

berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat politik,

social, hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agam dan bidang-bidang ilmu

lainnya.1

Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap

sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari

hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum

yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.

1
Harus Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Bulan Bintang, Jakarta, 1973. Hal 4.

4
Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 - 496

SM). Dia adalah seorang ahli piker dan pelopor matematika yang

menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan.

Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui

sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang

mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:

a. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran

merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk

menyelidiki.

b. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan

menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan

titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.

c. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari

bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan

alam sekelilingnya, Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan

bahwa di luar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat

dalam arti proses (perubahan berdasarkan mengalirnya waktu) dan

filsafat dalam arti produk (Filsafat sebagai suatu jenis problema ).

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat

sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti

Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan

pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan

seharihari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

5
B. Rumusan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan suatu

sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu

saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan

secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian.

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.

4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

5. Terjadi dalam suatu lingkungan yag kompleks.

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap

sila pada hakekatnya merupakan suatu azas sendiri, fungsi sendiri-sendiri

namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

a. Susunan sila-sila pancasila yang bersifat organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan

Dasar Filsafat negara berdasarkan lima sila yang masing-masing

merupakan suatu azas kehidupan. Kesatuan sila-sila Pancasila yang

bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filosofis bersumber pada

hakikat dasar antologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-

sila Pancasila yaitu hakikat manusia “monopluralis” yang memiliki unsur-

unsur, susunan kodrat jasmani dan rohani, “sifat kodrat” individu-

makhluk sosial, dan “kedudukan kodrat” sebagai pribadi berdiri sendiri-

makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

6
b. Dasar epistemologi sila-sila Pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga

merupakan suatu sistem pengetahuan. Sebagai suatu ideologi maka

Pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari

pendukungnya yaitu: 1) Logos yaitu rasionalitas atau penalaran, 2) Pathos

yaitu penghayatan, dan 3) Ethos yaitu kesusilaan. Dasar epitemologis

Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar

ontologisnya. Pancasila sebagai ideologi bersumber pada nilai-nilai

dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu dasar epistemologi tidak

dapat dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.

Kalau manusia merupakan basis ontologis dari Pancasila maka dengan

demikian mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologi , yaitu

bangunan epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat

manusia.

c. Dasar aksiologis sila-sila Pancasila

Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan

dasar aksiologisnya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai

macam teori tentang nilai. Hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan

sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian

nilai dan hirarkinya. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa

hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material, kalangan hedonis

berpandangan bahwa nilai tertinggi adalah nilai kenikmatan.

7
d. Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem.

Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat

Pancasila yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila

Pancasila, sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan negara

yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi

pengalaman Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit. Nilai-nilai yang

terkandung dalam sila satu sampai dengan lingkungan merupakan cita-

cita harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya.

C. Pancasila sebagai sistem filsafat

1. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia

Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan

konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai

ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi

Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana

dikelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi


Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup

bangsa Indonesia.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya

oleh para pendiri negara Republik Indonesia adalah :”di atas dasar

apakah Negara Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk

pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna

hidup bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan

peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan

nilai nilai yang dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya oleh


masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan

pertumbuhan bangsa sejak lahir.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-

gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap

baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan

sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak,

watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang

membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya.

Jadi nilai-nilai pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari

sumber nilai utama yaitu:

a. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari

Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran

agama dalam kitab suci.

b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari

nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat istiadat yang

baik) yang tersebar di seluruh nusantara.

2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan

suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-

bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu

tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan

yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Suatu kesatuan bagian-bagian

b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan

9
d. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan

sistem)

e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas

sendiri sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara

keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan

(bersama) yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Pancasila.

3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan

peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang

mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila

merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat

setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila

lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak saling

bertentangan. Kesatuan si;a-sila yang bersifat organis tersebut pada

hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis

manusia sebagai pendukungdari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu

hakikat manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan

kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan

kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang

Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang bersifat

organis harmonis.

10
4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida

Hirarkhis dan piramida mempunyai pengertian yang sangat matematis

yang digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila

dalam hal urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya.

Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan

luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya.

Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai

ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan

Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu,

sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila

sila Pancasila berikutnya.

5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi

Dan Saling Mengkualifikasi.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis

pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi.

Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila

lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa

dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-

sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai

berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang

adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilansosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

11
6. Pancasila Sebagai Ilmu

Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai

dari rasa ingin tahu, kepastian pancasila sebagai system filsafat.

Pancasila sebagai system filsafat adalah pengungkapan. Filsafat

sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup

hakikat pancasila sebagai suatu system pengetahuan. Pancasila

sebagai system filsafat pada syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah

pengetahuan hidup “atau filsafat Negara republic Indonesia yang

berdasarkan uud-45 dan pancasila.

Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara

substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari

peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat

keberadaan filsafat. Filsafat ilmu juga bagian dari filsafat pengetahuan

atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa

Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos

yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier

tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology

dan ontology.

7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia

Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan

konsep Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan

kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai

Merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila

meliputi:

12
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.

e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia.

f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa

Indonesia

g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia

h. Pancasila sebagai moral pembangunan

i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang

diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk

mewujudkannya menjadi negara yang sejahtera (Wellfare State).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat

adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila

sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain

untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan

yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang

mendasar.

B. SARAN

14

Anda mungkin juga menyukai