Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”

Disusun Oleh :

Kelas: F1. 103

1. RAHMADANI (2337076)

2. AHMAD DAVIT WIYONO (2337074)

3. DANDI AHMAD ABDUL HOLIQ (2337013)

4. BERKAT SETIAWAN LAMBOE (2337030)

5. DUWI PRANSISKA (2337100)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
T.A 2023 – 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Pendidikan Pancasila ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Pendidikan Pancasila” itu sangat berarti
untuk anak bangsa. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini kenapa Pendidikan Pancasila
itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Pendidikan Pancasila
untuk kemajuan bangsa. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Dosen.
Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Kumu, 27 September 2023


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun tidak
langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang
besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam,
bahkan mengasai eksistensi Negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang
langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan
karena adanya perbenturan kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme.
Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan
rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul
masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif mengalami suatu
kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial. Paradoks antara kekuasaan
global dengan kekuasaan nasional ditambah komplik internal seperti gambaran di atas,
mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan yang secara langsung mengancam jati
diri bangsa.
Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara subjektif maupun objektif, serta terjadinya
pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya mengancam- prinsip-prinsip
hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak
dasar (The founding fathers) Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi
suatu prinsip dasar filsafat bernegara, itulah pancasila. Dengan pemahaman demikian,
maka pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman
dengan munculnya nilai nilai baru dari nuar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi secara
ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu bangsa, senantiasan memeliki suatu
pandangan hidup atau filsaat hidup masing- masing, yang berbeda dengan bangsa lain
didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan/kreatifitas lokal) dan
sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa.
Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan
hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain. Ketika para pendiri Negara Indonesia
menyiapkan berdirinya Negara Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk
menjawab suatu pertanyaan yang fundamental “di atas dasar apakah Negara Indonesia
merdeka ini didirikan?” jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar
dan tolak ukur utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu
bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas
lima sila pada hakikatnya merupakan sistim filsafat. Pemahaman demikian memerlukan
pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontology, epistemology, dan aksiologi dari
kelima sila pancasila.

1.2 Tujuan
Adapun Tujuan Umum dan Khusus dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai dari tugas Dosen mata kuliah
2. Mengetahui aspek dari isi pencasila sebagai filsafat.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Guna menambah wawasan para mahasiswa mengenai materi yang dibahas dalam
makalah ini
2. Mengembangkan agar kami bisa mengetahui tujuan khusus Pancasila
3. Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam membuat makalah dengan benar
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Secara etimologi


filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia.
Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai arti cinta/
pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat
kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau
kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam- dalamnya (merenung)
terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari
hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang
mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan. Kata filsafat untuk
pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 – 496 SM). Dia adalah seorang ahli pikir
dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini
adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang
diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal
dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan
menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik
pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa
dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam
sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang
terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan
filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan
filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis
dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti
produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti
Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap,
tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka
berada. Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam UUD 1945,
dundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama dengan
UUD 1945.

Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan filosofis
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-
nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk Filsafat Pancasila sendiri
digolongkan sebagai berikut :

1. Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal
adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran
religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia.
2. Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses pemahamannya tidak sekedar
mencari kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu, tapi hasil
pemikiran yang berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari (way of life / weltanschaung) agar mencapai
kebahagiaan lahir dan bathin (Pancasilais).

2.1.1 Obyek Filsafat


Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat
langsung dengan suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam
memahami segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari
kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan
hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar
(fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filsuf) merupakan
suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun
sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara.
Filsafat demikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu tata nilai yang
melembaga sebagai suatu paham (isme) seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan
sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern. Filsafat
sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidak terbatas yang
ditinjau dari dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi :
1. Obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup
segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam,
benda, binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual
seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain
sebagainya.
2. Obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap objek
material tersebut. Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut
pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-
cabang filsafat yang pokok adalah:
a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik
fisis yang meliputi bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar
dan ragam (kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum
mengenai proses kenyataan, dan antropologi.
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau
kebenaran.
c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara / jalan untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat
mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia tentang baik-buruk.
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat
keindahan kejelekan.

2.1.2 Aliran-Aliran Filsafat


Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah
sebagai berikut :
1. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas
kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas
itu ditentukanoleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada
hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat
objektif.
2. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit
manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia
sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran
rohani manusia yang tidak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya
apalagi realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah
akal budi (ide dan spirit).
3. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah
bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya,
realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-
mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia
mereka hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah
realitas demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah
panduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa,
dan rohaniah). Khusus pada manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan
budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-
rohaniah, materi dan nonmateri.

2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


2.2.1 Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya,
misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh
kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun
bilamana dikelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila
yaitu sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila
pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-
nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-
unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila
yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam
Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari.
Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa
Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di
sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam
mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin
dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Satu pertanyaan yang sangat
fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik Indonesia adalah
diatas dasar apakah Negara Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk
pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi
bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia
sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki,
diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah
perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar
bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata
nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa
yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. kenyataan yang demikian
itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jati diri bangsa Indonesia.
Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama
yaitu:
1. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan
Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran - ajaran agama
dalam kitab suci
2. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-
nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat yang baik) yang
tersebar di seluruh nusantara.

2.2.2 Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem
filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri,
fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang
sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.

2.2.3 Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis


Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban,
dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila.
Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan
akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila- sila lainnya. Di
samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan si;a-
sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filisofis bersumber pada
hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila
Pancasila yaitu hakikat manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan
kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat
sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu
merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis harmonis.

2.2.4 Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida


Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang
digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut- urutan
luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila
menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya
atau diatasnya. Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan
yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya.
Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan,
yaitu: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus
selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka,
sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan; sila
kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat
dan keadaan negara harus satu; sila keempat adalah sifat dan keadaan negara harus
sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus
sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan
berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.2.5 Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan
Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis pyramidal juga
memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa
setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila
Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan
kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai
berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

2.2.6 Pancasila Sebagai Ilmu


Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin
tahu, kepastian pancasila sebagai system filsafat. Pancasila sebagai system filsafat
adalah pengungkapan. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai
pandangan hidup hakikat pancasila sebagai suatu system pengetahuan. Pancasila
sebagai system filsafat pada syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan
hidup “atau filsafat Negara republic Indonesia yang berdasarkan UUD45 dan
pancasila. Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani
menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya
lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan.
Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak
kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan
bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum- hukum
alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam
semesta maupun pada manusia sendiri. Filsafat mengambil peran penting karena
dalam filsafat kita bias menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja
(kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran
serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual
(Bagir, 2005). Menurut kamus Webster New World Dictionary, kata science berasal
dari kata latin, scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan
atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang
dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini mengalami
perkembangan dan perubahan makna sehingga berarti pengetahuan yang sistematis
yang berasal dari 11 observasi, kajian, dan percobaan-percobaan yang dilakukan
untuk menetukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji.
Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata alima yang artinya
mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang
berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan
science (sains). Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga
disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang
berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali
dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni
epistemology dan ontology, ontology.

2.2.7 Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika,
Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari
Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila
meliputi:
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
4. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
5. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
6. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
8. Pancasila sebagai moral pembangunan
9. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah


kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya
menjadi negara yang sejahtera (Wellfare State).

2.3 Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu
filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat berguna
untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya
bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi
kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat
Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan
pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala
sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki
dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila akan mengungkapkan
konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
bagi manusia pada umumnya.
1. Aspek Ontologis
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau
eksistensi. Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki
hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang
filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada,
jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan
atau kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek
pendukungnya adalah manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan,
yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah
manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia, Pancasila
adalah filsafat negara dan pendukung pokok negaraadalah rakyat (manusia).

2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil
pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui
bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi penyelidikan
epistemologi. Dengan kata lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan
nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu,
termasuk semantik, logika, matematika dan teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar
bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,
bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila
dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-
keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma menjadi ideologi mengandung
tiga unsur yaitu :
a. logos (rasionalitas atau penalaran)
b. pathos (penghayatan), dan
c. ethos (kesusilaan).

3. Aspek Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut
Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.

Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak


nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati)
nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian,
aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis
nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang mengandung
nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat
nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur yaitu dengan
menggunakan indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat
ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa,
karsa serta keyakinan manusia.

3.4 Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan Antara Hak Dan
Kewajiban
Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah
kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat.
Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika ditumbuh-
kembangkan hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta hubungan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila
Pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan
antara hak dan kewajiban antar hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Hubungan Vertikal
Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai
penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungannya
dengan itu, manusia memiliki kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhkan/menghentikan larangan-Nya, sedangkan hak-hak yang
diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan dan
pembalasan amal perbuatan di akhirat nanti.
2. Hubungan Horisontal
Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai
warga masyarakat, warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itu melahirkan
hak dan kewajiban yang seimbang.
3. Hubungan Alamiah
Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan,tumbuh-
tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala
isinya adalah untuk kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban untuk
melestarikan karena alam mengalami penyusutan sedangkan manusia terus
bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestrian alam merupakan kewajiban
manusia, sedangkan hak yang diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga
banyaknya. Kesimpulan yang bisa diperoleh dari filsafat Pancasila adalah
Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-
masalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah membaca seluruh isi daripada makalah ini, maka kami mengambil beberapa
kesimpulan dari atas adalah filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung
usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan. Pancasila dapat digolongkan
sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam
arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman
dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia
dimanapun mereka berada.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas menurut saya Warganegara Indonesia merupakan
sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya
warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati,
menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh
para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai
dasar falsafat negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat
diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/01/contoh-makalah-filsafat-pancasila 3875.html
Diakses pada tanggal 02 juni 2013
http://bazrinakperblogku.blogspot.com/2012/12/makalah-pancasila-sebagai- Sistem-
filsafat.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013
http://kutukuliah.blogspot.com/2012/07/pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html Diakses pada
tanggal 02 juni 2013
http://cara2rico.wordpress.com/2013/03/10/makalah-kewarganegaraan-pancasila- sebagai-
sistem- filsafat/ Diakses pada tanggal 02 juni 2013
PERTANYAAN DARI MASING MASING KELOMPOK

1. Apa peran filsafat dalam pancasila sebagan dasar negara ? (HARI ALDI 2337056 )
Jawab : filsafat pancasila juga memiliki fungsi dan peran sebagai pedoman dan
pegangan sikap, tingkah laku serta perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk bangsa indonesia. Contoh filsafat
pancasila dikehidupan sehari-hari adalah dengan saling menjaga toleransi antar
individu dan kelompok, sling menjaga kerukunan umat beragama, taat dan patuh akan
peraturan yang telah ditetapkan serta mengakui persamaan derajat dan bersikap adil
tanpa pandang bulu.

2. Apa peran dan relasi Pancasila Sebagai Sistem Fisafat dalam menghadapi Tantangan
Global dan Perkembangan zaman? ( HENDRI GUNAWAN 2337058 )
Jawab : Peranan dan relasi Pancasila dalam menghadapi fenomena global serta
pengaruh dan perkembangan zaman Indonesia dapat diaktualisasikan dan dijabarkan
dari masing - masing kelima sila yaitu :
 “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang memiliki arti percaya terhadap Tuhan dan
menjalankan kewajibannya serta tidak memaksakannya terhadap orang lain.
Ketika masyarakat sudah percaya akan Tuhan dan tetap menjalankan
kewajibannya tidak akan cepat terpengaruh dan tetap bisa menjaga dari
pengaruh global, salah satu contoh Isis yang mulai mempengaruhi islam-islam
di seluruh dunia dengan pengaruh radikalisme yang sangat kuat. Ketika
masyarakat Indonesia sudah percaya terhadap Tuhan dan mengetahui bahwa
Islam di Indonesia tidak ada campur tangan dari negara manapun, fenomena
global dan pengaruh budaya dari luar tidak akan masuk ke Indonesia.
 “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” artinya mengakui persamaan derajat
sesama manusia dalam hal hak dan kewajiban. Tidak hanya mengakuinya di
dalam negara saja, tetapi antar negara lain juga saling menghormati.
 “Persatuan Indonesia” artinya patriotisme-persatuan, dimana mengutamakan
kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan individu. Dalam fenomena
modernisasi ketika budaya-budaya barat masuk ke Indonesia, ketika
masyarakat sudah cinta terhadap budaya sendiri maka budaya barat tidak akan
secara gampang diterima di Indonesia.
 “Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan” artinya demokrasi dan seluruh pengambilan
keputusan akan selalu berdasarkan hasil musyawarah dan kepentingannya
untuk bangsa dan negara. Jadi dapat dikatakan sila keempat akan
memfilterisasi budaya barat ketika hasil keputusan dari masyarakat Indonesia
terhadap masuknya budaya barat tidak disetujui.
 “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” artinya menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk memajukan kehidupan sosial.
Jadi keadilan sangat diutamakan di dalam sila kelima ini, ketika fenomena
global dan pengaruh modern barat tidak menjadi suatu keadilan bagi
masyarakat Indonesia maka tidak bisa dikatakan bahwa hal tersebut bisa
masuk ke Indonesia.

3. Jelaskan, Mengapa pancasila disebut sistem Filsafat, dan berikan contohnya ?


( SAHRUL GUNAWAN 2337022 )
Jawab : Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berkaitan,
bahkan saling berkualifikasi antara satu sila dengan sila lainnya sehingga membentuk
suatu struktur yang menyeluruh untuk tujuan tertentu. Pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila yaitu tentang hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan masyarakat
bangsa. Contohnya:
 Menjaga toleransi antar individu dan kelompok.
Sebagai manusia ,tidak bisa dipungkiri bahwa kita membutuhkan orang lain
dan berinteraksi dengan orang lain.Di sisi lain,setiap manusia memiliki
perbedaan terutama Indonesia yang memiliki banyak keberagaman.Maka
diperlukan saling toleransi.Hal ini merupakan contoh dari sila ke-tiga
persatuan indonesia.
 Menjaga kerukunan umat beragama
Sebagai warga negara Indonesia, kita wajib untuk menganut agama yang
dipercayai.di Indonesia, pemerintah memberi jaminan untuk warga negara
bebas menganut agama yang diyakininya.
 Menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku dalam kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari hukum dan nilai-nilai
yang berlaku di Indonesia. Maka, kita sebagai warga negara Indonesia
hendaknya mematuhi peraturan yang berlaku.
 Penegakan demokrasi.
Mencerminkan sila keempat pancasila,yang menggambarkan bahwa pancasila
sangat menjunjung tinggi kerakyatan,dimana ada keseimbangan antara
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat umum.

4. Apa ya di maksud Pancasila sebagai sistem Filsafat dapat di lakukan dengan cara
deduktik & Induktif ? ( ZIKRY ASSOVA LAWRAMA 2337003 )
Jawab : Cara deduktif berarti dengan mencari hakekat Pancasila serta menganalisis
dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan yang komprehensif. Dengan
cara induktif yaitu dengan cara mengamati gejala-gejala social budaya masyarakat
merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala- gejala itu.

5. Apakah perbedaan Antara Sistem Filsafat Pancasil dengan sistem materialisme dan
kommunisme ? ( IZZATUL ISLAM 2337037)
Jawab :

No Komunisme Pancasila Liberalisme


1. Atheis Monotheisme Sekuler
HAM Dilindungi Tanpa HAM Dijunjung Secara
2. HAM Diabaikan
Melupakan Kewajiban Asasi Mutlak
Nasionalisme Dijunjung
3. Nasionalisme Ditolak Nasionalisme Diabaikan
Tinggi
Keputusan Melalui
Keputusan Ditangan Keputusan Melalui Voting
4. Musyawarah Mufakat Dan
Pimpinan Partai (Pemungutan Suara)
Voting (Pemungutan Suara)

5. Dominasi Partai Tidak Ada Dominasi Dominsi Mayoritas


6. Tidak Ada Oposisi Ada Oposisi Dengan Alasan Ada Oposisi

Ada Perbedaan Pendapat-


7. Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Pendapat
Pendapat
Kepentingan Negara-
8. Kepentingan Seluruh Rakyat Kepentingan Mayoritas
Negara

Anda mungkin juga menyukai