Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Disusun oleh:

DIMAS RIZAL SETIAWAN


FAUZIYYAH LARAS WULANDARI
TSABIT AQDANI

DHARMA NEGARA BUSINESS SCHOOL

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sebagai dasar Negara Indonesia, Pancasila menjadi landasan fundamental
dalam kehidupan berbangsa. Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan
rakyat Indonesia. Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral pancasila
menjadi cita-cita dan merupakan inti semangat bersama dari berbagai moral yang
secara nyata terdapat di Indonesia. Ini berarti bahwa wawasan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila secara kultural diinginkan agar tertanam di kehidupan
masyarakat. Sehingga pancasila juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari. Dengan demikian bahwa pancasila sebagai falsafah hidup bangsa harus diketahui
oleh seluruh warga Negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh pendiri bangsa tanpa adanya keraguan
guna memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara Indonesia.

B.       Rumusan masalah
1.      Apa pengertian Falsafah Pancasila?
2.      Bagaimana relevansi Pancasila bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa?

C.      Tujuan masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian Falsafah Pancasila
2.  Untuk memahami relevansi pancasila bagi kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat
Sebelum dibahas pengertian filsafat secara material maka dipandang perlu
untuk membahas terlebih dahulu makna dan arti istilah “filsafat”. Secara
etimologi “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein” yang artinya “cinta” dan
“sophos” yang artinya “Hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom”(Nasution,
1973). Sehingga menurut asal katanya: filsafat (philo-shopia) berarti “mencintai
kebijaksanaan” atau “mencintai hikmah/pengetahuan.
Cinta dalam hal ini mempunyai arti yang seluas-luasnya yaitu ingin dan
berusaha untuk mencapai yang diinginkan. Sedangkan kebijaksanaan lebih lanjut
berarti “pandai”, tahu dengan mendalam dan seluas-luasnya, baik secara teoretis
sampai dengan keputusan untuk bertindak (hamersma,1981).
Beberapa ahli mengartikan filsafat sebagai berikut :
1. Menurut R.Beerling, filsafat adalah pemikiran-pemikiran bebas, diilhami
oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman-
pengalaman.
2. Menurut Corn. Verhoeven, filsafat meradikalkan keheranan kesegala jurusan.
3. Menurut, Arne Naess filsafat terdiri dari pandangan-pandangan yang
menyeluruh, yang diungkapkan dalam pengertian-pengertian.
4. Menurut I. Kant, berfilsafat yang sebenarnya adalah menguji secara kritis
akan kepastian sesuatu yang dianggap sudah semestinya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang bersifat menyeluruh.

Lingkup Pengertian Filsafat


Filsafat memiliki bidang bahasan yang sangat luas yaitu segala sesuau baik yang
bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Maka untuk mengetahui lingkup
pengertian filsafat terlebih dahulu perlu dipahami objek material dan formal ilmu
filsafat sebagai berikut :
1.      Objek Material Filsafat
Objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu baik yang bersifat
material konkret seperti manusia, alam, benda, binatang, dan sebagainya,
maupun sesuatu yang bersifat abstrak misalnya nilai, ide-ide, ideology, moral,
pandangan hidup, dan lain sebagainya.
2.      Objek formal filsafat
Cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut, suatu
objek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang
yang berbeda.
Berdasarkan objek material dan formal ilmu filsafat tersebut, maka lingkup
pengertian filsafat menjadi sangat luas.
Berikut ini dijelaskan berbagai bidang lingkup pengertian filsafat :
a. Filsafat sebagai suatu kebijaksanaan yang rasional dari segala sesuatu
manusia perlu menentukan suatu kebijaksanaan yang hakiki dan rasional.
Agar manusia dapat menyelesaikan secara arif bijaksana harus memiliki
dasar-dasar kebijaksanaan yang lazimnya bersumber pada agama dan
pandangan hidupnya.
b. Filsafat sebagai satu sifat dan pandangan hidup
Manusia dalam menghadapi dalam segala macam problema dalam hidupnya
harus diselesaikan berdasarkan sikap dan pandangan hidupnya. Artinya
manusia harus memiliki prinsip-prinsip sebagai suatu sikap dan pandangan
hidup agar di dalam hidupnya tidak terombang-ambing.
c. Filsafat sebagai suatu kelompok persoalan
Manusia dalam kehidupan sehari-hari senantiasa menghadapi persoalan-
persoalan yang memerlukan suatu jawaban. Namun tiidak semua persoalan
manusia tidak dikatakan filsafat. Persoalan manusia yang termasuk dalam
lingkup filsafat adalah bersifat fundamental, mendalam, hakiki, serta
memerlukan jawaban yang mendalam hakiki sampai pada tingkat hakikatnya.
d. Filsafat sebagai suatu kelompok teori dan sistem pemikiran
Dalam perkembangan filsafat muncul system-sistem pemikiran dan teori-
teori. Filsafat sendiri mengacu kepada suatu hasil atau teori yang di hasilkan
oleh para filsuf.sehingga terdapat berbagai macam wujud hasil pemikiran dan
dalam berbagai bidang.
e. Filsafat sebagai suatu proses kritis dan sistematis dari segala pengetahuan
manusia.
Filsafat berupaya untuk meninjau secara kritis segala pengetahuan manusia
terutama ilmu pengetahuan yang berkembang ini. Secara praktis dalam proses
penelitian ilmiah dalam metode, objek penelitian serta segala instrument
penelitian haruslah memiliki kesesuaian. Maka semua system pengaetahuan
dan ilmu pengetahuan manusia tersebut senantiasa ditinjau secara kritis oleh
filsaafat.
f. Filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang komprehensif.
Menurut para ahli filsafat spekulatif tujuan filsafat adalah berupaya menyatu
paduan hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang keagamaan, etika, serta
ilmu pengetahuan yang dilakukan secara menyeluruh. Upaya ini diharapkan
untuk mendapatkan kesimpulan pemahaman secara umum tentang manusia,
masyarakat, alam, dan hubungannya dengan manusia dan makhluk hidup
lainnya seta pandangan-pandangan yang menjangkau ke arah masa depan.
Para filsuf yang berupaya untuk mendapatkan pandangan yang bersifat
komprehensif antara lain, John Dewey, Hegel, A.N. Whitehead. Aristoteles,
Plato, Berson dan lain sebagainya.
B.     Filsafat Pancasila
Filsafat pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-
dalamnya dari bangsa Indonesia yang oleh bangsa Indonesia yang di anggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,nilai-nilai) yang
paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia.

Bentuk filsafat Pancasila digolongkan menjadi:

1. Falsafah Pancasila bersifat religius, ini berarti bahwa filsafat pancasila dalam
hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang
berasal dari tuhan yang maha esa dan sekaligus mengakui keterbatasan
kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikir.

2. Falsafah pancasila dalam arti praktis, ini berarti bahwa filsafat pancasila di
dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan
mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekadar untuk memenuhi hasrat
ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama
hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila tersebut digunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari, agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir
dan batin, baik dunia maupun akhirat.

Fungsi pokok filsafat Pancasila:        

1. Filsafat pancasila sebagai pandangan hidup

Filsafat pancasila sebagai pandangan hidup adalah filsafat yang digunakan


sebagai pegangan, pedoman atau petunjuk oleh bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian ini filsafat pancasila adalah idielogi
untuk di amalkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam segala bidang kehidupan
dan penghidupannya. Falsafah pancasila yang berasal dari kepribadian bangsa
Indonesia sama halnya dengan falsafah pancasila sebagai pandangan hidup,
karena merupakan cirri-ciri khas dari bangsa Indonesia. Falsafah pancasila
merupakan hakikat pencerminan budaya bangsa Indonesia, yaitu hakikat
pencerminan dari peradaban, keadaban kebudayaan, cermin keluhuran budi dan
kepribadian yang berasal dari sejarah sejarah pertumbuhan dan perkembangan
sendiri. Pencerminan kehidupan yang dialami bangsa Indonesia yang bersuku-
suku dan mempunyai tradisi yang berbeda-beda. Semua dari perbedaan itu
terdapat persamaan yaitu budi dan kepribadian.
2. Filsafat pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK (Badan Penyelidikan


Persiapan Kemerdekaan)  pada tanggal 1 Juni 1945 menjadikan dasar bagi Negara
Indonesia merdeka. Landasan atau dasar itu haruslah kuat dan kokoh agar
Indonesia tetap berdiri tegak sentosa selama-lamanya. Landasan itu harus pula
tahan uji terhadap serangan-serangan baik secara internal maupun eksternal.
Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan
dan cita-cita bangsa dan Negara Indonesia yang merdeka. Di atas dasar itulah
didirikan Negara Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik ini
yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Oleh Karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar Negara, maka
semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh
Negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah sejiwa dan sejalan dengan
Pancasila. Dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa
Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber hukum formal,
undang-undang, kebiasaan, traktat, yurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan
hukum)

3. Filsafat pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia

Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksud dengan kepribadian


Indonesia ialah: keseluruhan cirri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas
bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan
bangsa Indonesia sepanjang masa.

Garis petumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh


kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan
suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala
bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok,
Portugis, Spanyol, Belanda, dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia
tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah
tertentu  masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur
asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya
sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain.
Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan
jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.
C.   Relevansi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Berbangsa
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bangsa yang merupakan sumber dari
segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral, maupun norma
kenegaraan. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan
universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa Indonesia mempunyai lima sila


yang menjadi pedoman hidup. Sila-sila yang dicetuskan oleh pendiri bangsa atas
dasar tujuan yang sama. Terdapat butir-butir pancasila yang masih digunakan
sampai saat ini :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pancasila sebagai dasar filsafah Negara Indonesia, merupakan sumber


nilai bagi segala penyelenggaraan Negara baik yang bersifat kejasmanian
maupun kerohanian. Hal ini berarti bahwa dalam segala aspek
penyelenggaraan Negara baik yang materi maupun yang spiritual harus sesuai
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila pancasila secara bulat dan
utuh.

Dalam kaitannya dengan sila ketuhanan yang maha esa mempunyai makna
bahwa segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan nilai-nilai
yang berasal dari tuhan. Bilamana dirinci masalah-masalah yang menyangkut
penyelenggaraan Negara antara lain meliputi penyelenggaraan Negara yang
bersifat material maupun yang bersifat spiritual. Yang bersifat material
diantaranya berbentuk Negara, tujuan Negara, tertib hukum, system Negara;
adapun yang bersifat spiritual misalnya moral Negara, moral para
penyelenggara Negara, dan lain sebagainya.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna, bahwa Negara dengan
segala aspek pelaksanaannya harus sesuai dengan hakikat Tuhan dalam arti
kesesuaian Negara dengan nilai-nilai yang datang dari Tuhan sebagai kausa
prima. Negara memiliki hubungan yang langsung dengan manusia sebagai
pendukung pokoknya; adapun manusia mempunyai hubungan yang langsung
dengan Tuhan (sebagai kausa prima). Jadi dapat disimpulkan bahwa Negara
mempunyai hubungan sebab akibat yang tidak langsung dengan Tuhan lewat
manusia.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.


Perkataan “kemanusiaan” dalam sila kedua ini, berarti: sifat-sifat
manusia yang menunjukkan cirri-ciri khas atau identitasnya manusia itu
sendiri. Maka “kemanusiaan Indonesia”, seperti yang dimaksud sila kedua
secara keseluruhan mempunyai arti: bahwa sifat manusia adalah
memperlakukan manusia lain secara adil, tidak sewenang-wenang, perlakuan
hanya bisa dilaksanakan karena telah mencapai peradaban yang telah tinggi
nilainya. Itulah sebabnya mengapa sila kemanusiaan yang adil dan beradab
mewajibkan kepada manusia untuk senantiasa menjunjung tinggi norma-
norma hukum dan moral hingga memperlakukan sesama manusia, bahkan
makhluk-makhluk hewani secara adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

Pengertian persatuan Indonesia terutama dalam proses mencapai


Indonesia merdeka, sebagai faktor kunci, sumber semangat dan sumber
motivasi, sampai tercapainya Indonesia merdeka.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa sila ini tidak menghendaki


perpecahan baik sebagai bangsa, maupun sebagai Negara. Karena itu,
walaupun bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku dan keturunan
berdiam diatas suatu wilayah luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau, tetapi
karena sifat kesatuan ini maka tidak dapat dibagi-bagi, jadi utuh, satu dan
tidak terpecah-pecah untuk menyeluruh.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

Sila kerakyatan ini merupakan ciri penting daripada asa kekeluargaan,


karena pancasila sendiri tidaklah lahir dari sumber asing, tetapi digali dari
kepribadian Indonesia,  yaitu kekeluargaan yang harmonis, dimana terdapat
adanya keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan
keseluruhan atau masyarakat. Sila keempai ini menjadi asas atau prinsip
daripada demokrasi pancasila, yang digambarkan sebagai suatu paham
demokrasi yang bersumber atau berasal pandangan bangsa Indonesia yang
digali dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial beratri bahwa keadilan tersebut berlaku disegala bidang


kehidupan masyarakat, baik mareriil maupun spiritual. Maksudnya, bahwa
setiap orang Indonesia mendapat perlakuan adil, baik dibidang hukum,
politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan bidang-bidang lain. Adapun
perwujudan dan pelaksanaan keadilan sosial tidak bias dilepaskan dari tujuan
dan cara-cara mencapai tujuan tersebut. Salah satu jalan yang dipandang
paling ampuh dalam pelaksanaan sila kelima  ini ialah, jalan melalui  asas
kekeluargaan yang selaras (harmonis) sebab kekeluargaan merupakan suatu
asas yang digali dari sifat-sifat kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Maka
untuk mencapai keadilan sosial ini, kita harus menempuh cara-cara
kekeluargaan dibidang materiil (kebendaan) maupun di bidang sepirituil
(kerohanian).

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

Filsafat Pancasila merupakan hasil pemikiran dari bangsa Indonesia yang dianggap
sebagai norma dan nilai yang dijadikan sebagai pandangan hidup yang bijaksana, dan
baik bagi bangsa Indonesia. Penggunaan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan
pandangan hidup berbangsa dan bernegara.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

─ Hubungan manusia dengan tuhan bersifat langsung,

─ Sedangkan hubungan Negara dengan Tuhan bersifat tidak langsung.

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

─ Memanusiakan manusia

3. Persatuan Indonesia
─ Walaupun bangsa Indonesia berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak
terpecah-pecah untuk menyeluruh.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan

─ Rakyat dalam menjalankan kedaulatan atau kekuasaanya melalui system


perwakilan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia


 

─ Setiap orang Indonesia mendapat perlakuan adil, baik dibidang hukum,


politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan bidang-bidang lain.

Anda mungkin juga menyukai