Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
reformasi sekarang.Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 66 tahun yang lalu
disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi
bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila. Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila
ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah
SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa
selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga
sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan
hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah
diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia,


terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais.Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan
pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945.Bunyi dan ucapan Pancasila
yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang
Maha Esa.Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia.
Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam
Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia

1
menentang toleransi. Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang
dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham
lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari
nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila,
misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh
bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama. Diktatorisme juga ditolak, karena
bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme
juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang
keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila,
yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta
agamanya.

Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara


Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan
oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk
kemerdekaan negara Indonesia ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apasaja pengertian dari filsafat, tujuan filsafat, kegunaan filsafat dan cabang-
cabang filsafat ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila ?
3. Bagaimana ilmu filsafat Pancasila itu ?
4. Apa pengertian filsafat menurut beberapa presiden Indonesia ?
5. Bagaimana sistematika dari filsafat Pancasila ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FILSAFAT, TUJUAN FILSAFAT, DAN KEGUNAAN


FILSAFAT dan CABANG-CABANG FILSAFAT

Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein” yang
artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau
“wisdom” (Nasution 1973). Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna
cinta kebijaksanaan. Dalam berkehidupan manusia pasti memilih apa pandangan
dalam hidup yang dianggap paling benar, paling baik, dan membawa kesejahteraan
dalam kehidupannya, itulah yang disebut dengan filsafat.
Dalam wacana ilmu pengetahuan sebenarnya pengertian filsafat adalah sangat
sederhana dan mudah dipahami. Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada
dan menyertai kehidupan manusia. Dengan lain perkataan selama manusia hidup,
maka sebenarnya ia tidak dapat mengelak dari filsafat.

Keseluruhan arti filsafat dapat dikelompokkan menjadi dua macam:


Pertama : Filsafat sebagai produk mencakup pengertian
a. Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu
konsep dari para filsuf pada zaman dahulu, teori, system atau pandangan tertentu,
yang merupakan hasil dari proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari
aktivitas berfilsafat. Filsafat dalam pengertian jenis ini mempunyai cirri-ciri khas
tertentu sebagai suatu hasil kegiatan berfilsafat dan pada umumnya proses pemecahan
persoalan filsafat ini diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat(dalam pengertian
filsafat sebagai proses yang dinamis).

3
Kedua : filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian
Filsafat yang diartikan sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses
pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu
yang sesuai dengan objek permasalahannya. Dalam pengertan ini filsafat merupakan
suatu system pengetahuan yang bersifat dinamis . filsafat dalam pengertian ini tidak
lagi hanya merupakan sekumpulam dogma yang hanya diyakini ditekuni dan
dipahami sebagai suatu sistem nilai tertentu, tetapi lebih merupakan suatu aktivitas
berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode
sendiri.

Tujuan Filsafat
1. Tujuan teoritis, dalam hal ini filsafat berusaha untuk mencapai kenyataan, atau
untuk mencapai hal yang nyata.
2. Tujuan praktis, dalam hal ini mempergunakan hasil daripada filsafat yang teoritis
tersebut untuk memperoleh pedoman-pedoman hidup. Tujuan praktis inilah yang
umumnya dianut oleh dunia Timur, termasuk Indonesia.
Kegunaan Filsafat
Secara singkat kegunaan filsafat ialah untuk memberikan dinamika dan
ketekunan dalam mencari kebenaram, arti, dan makna hidup.
Cabang-cabang Filsafat
 Metafisika : yang berkaitan dengan persoalan tentang hakikat yang
ada(segala sesuatu yang ada).
 Epistemologi : yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
 Metodologi : yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode ilmiah.
 Logika : yang berkaitan dengan persoalan penyimpulan.
 Etika : yang berkaitan dengan persoalan moralitas.
 Estetika : yang berkaitan dengan persoalan keindahan.

4
2.2 PENGERTIAN PANCASILA
Menurut pembicaraan dalam Badan Penyelidik usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia pada 1 Juni 1945 menjelang Proklamasi Kemerdekaan dan sebagaimana
dibicarakan di dalam ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan, maka pancasila
dimaksudkan mempunyai kedudukan sebagai berikut:

a. Sebagai dasar kekal abadi daripada Negara Indonesia Merdeka yang abadi.
b. Bersifat sebagai suatu filsafat dan pandangan hidup, Weltanschauung, filsafat dan
pandangan hidup bangsa Indonesia.
c. Pemberi pedoman-pedoman kenegaraan dan hidup kepribagian bangsa Indonesia.
d. Pengatur, pengisi serta pengarah hubungan orang dan bangsa Indonesia terhadap
pribadi sendiri, terhadap sesama manusia dan bangsa, terhadap Tuhan, terhadap
kepemilikan material(benda) dan terhadap alam semesta.
e. Penggerak realisasi diri dalam mewujudkan hidup kenegaraan dan kepribadian
bangsa Indonesia, yang mengandung penjelmaan kemanusiaan, perdamaian dan
kekeluargaan dunia, kebangsaan, musyawarah untuk mufakat, keadilan sosial, dan
Ketuhanan.

2.3 ILMU FILSAFAT PANCASILA


Filsafat pancasila juga harus memenuhi syarat-syarat mutlaknya guna dapat
disebut sebagai ilmu. Syarat tersebut ada empat macam, yaitu :
a. Objek, yang jelas batas-batasnya.
b. Metode, yang merupakan jalan ilmiah untuk memahami objek.
c. Sistematik, yang memuat pengaturan baik urutan langkah-langkah maupun materi
dalam pengetahuan tersebut.

5
d. Argumentasi/bukti, yaitu alasan atau landasan penarikan kesimpulan mengenai
objek yang dipelajari/ditelitinya.
Jadi Filsafat Pancasila adalah ilmu filsafat yang objeknya ialah Pancasila.
Dasar filsafat, Asas kerohanian, Ideologi Negara Republik Indonesia. Dilihat dari sisi
yang satunya lagi, karena Pancasila sebagai filsafat itu pada dasarnya adalah subjek,
maka Filsafat Pancasila adalah ilmu filsafat yang subjeknya ialah Pancasila, Dasar
Filsafat, Asas Kerohanian, Ideologi Negara Republik Indonesia.
Mengenai metodenya, untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian
mengenai inti mutlak, dhat, atau hakikat daripada Pancasila dapat ditempuh setingkat
demi setingkat penyederhanaan keadaan menurut cara atau proses berpikir
kefilsafatan sendiri.

2.4 FILSAFAT MENURUT BEBERAPA PRESIDEN INDONESIA


1. FILSAFAT PANCASILA VERSI SOEKARNO

Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai


berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa
Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi
Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab
(Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan
Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau
mempropagandakan “Persatuan”

2. FILSAFAT PANCASILA VERSI SOEHARTO

Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf


yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti
interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly
Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila
dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja

6
dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia antara lain
Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin
Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono,
Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara


umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling
sesuai bagi bangsa Indonesia.

Kalau dibedakan anatara filsafat yang religius dan non religius, maka filsafat
Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam
hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal
dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan
kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.

Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis,
filsafast Pancasila digolongkandalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila
di dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan
mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar untukmemenuhi hasrat ingin
tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil pemikiran
yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup
sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup, way of the life, Weltanschaung dan
sebgainya); agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia
maupun di akhirat.

Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran yang bermacam-macam


dan bertingkat-tingkat sebgai berikut:

1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);

7
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi).
Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat, sebaiknya
kita kutip ceramah Mr.Moh Yamin pada Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun 1959
yang berjudul “Tinjauan Pancasila Terhadap Revolusi Fungsional”, yang isinya
anatara lain sebagai berikut:

Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem


filsafat. Marilah kita peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita
tinjau menurut ahli filsafat ulung, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari
filsafat Evolusi Kebendaan seperti diajarkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan
menurut tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin Haeckel, serta juga bersangkut
paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel Kant (1724-1804).

Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese pikiran yang lahir dari
antitese pikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah paduan pendapat yang harmonis.
Dan ini adalah tepat. Begitu pula denga ajaran Pancasila suatu sintese negara yang
lahir dari antitese.

Saya tidak mau menyulap. Ingatlah kalimat pertama dan Mukadimah UUD
Republik Indonesia 1945 yang disadurkan tadi dengan bunyi: Bahwa sesungguhanya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu penjajahan harus
dihapusakan karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Kalimat pertama ini adalah sintese yaitu antara penjajahan dan


perikemanusiaan dan perikeadilan. Pada saat sintese sudah hilang, maka lahirlah
kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu kita susun menurut ajaran falsafah Pancasila
yang disebutkan dengan terang dalam Mukadimah Konstitusi R.I. 1950 itu yang
berbunyi: Maka dengan ini kami menyusun kemerdekaan kami itu, dalam suatu
Piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan berdasarkan ajaran Pancasila. Di

8
sini disebut sila yang lima untukmewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan
perdamaian dunia dan kemerdekaan. Kalimat ini jelas kalimat antitese. Sintese
kemerdekaan dengan ajaran Pancasila dan tujuan kejayaan bangsa yang bernama
kebahagiaan dan kesejajteraan rakyat. Tidakah ini dengan jelas dan nyata suatu
sintese pikiran atas dasar antitese pendapat?

Jadi sejajar denga tujuan pikiran Hegel beralasanlah pendapat bahwa ajaran
Pancasila itu adalah suatu sistem filosofi, sesuai dengan dialektis Neo-Hegelian.

Semua sila itu adalah susunan dalam suatu perumahan pikiran filsafat yang harmonis.
Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno adalah sesuai pula dengan
pemandangan tinjauan hidup.

2.5 SISTEMATIKA FILSAFAT PANCASILA


a. Filsafat, Pancasila, dan Filsafat Pancasila
Tiga persoalan itu sudah dibicarakan diatas. Untuk menegaskannya, Filsafat
menyelidiki objeknya secara sedalam-dalamnya sampai pada hakikat. Filsafat
Pancasila menyelidiki Pancasila sedalam-dalamnya sampai pada hakikat, agar dapat
betul-betul digali hakikat Pancasila sedalam-dalamnya, hakikat itu perlu dipelajari
secara bertingkat, yaitu hakikat konkrit, hakikat pribadi, dan nantinya baru hakikat
yang sedalam-dalamnya, yaitu hakikat abstrak Pancasila. Kata hakikat, apabila tidak
diberikan predikatnya yang konkret atau pribadi maka yang dimaksudkan ialah
hakikat abstrak.
Pancasila adalah Dasar Filsafat, Asas Kerohanian, Ideologi Negara Republik
Indonesia. Penegasan kedudukan Pancasila di dalam Negara Republik Indonesia
ksudah dikemukakan di atas. Pancasila sebagai objek pemikiran kefilsafatan adalah
untuk mengetahui Pancasila sedalam-dalamnya, sampai pada hakikat. Pancasila
sebagai subjek adalah peran Pancasila sebagai suatu system filsafat guna
mengarahkan/menuntun kehidupan pribadi manusia perorangan, masyarakat, bangsa,

9
dan Negara, dan kemanusiaan pada umumnya. Bagi manusia, masyarakat, bangsa,
dan Negara Republik Indonesia, hidup yang baik, yang indah,dan yang benar adalah
hidup yang dapat dipertanggung jawabkan kepada pancasila.

b. Manfaat dan Penggunaan Filsafat dan Filsafat Pancasila.


Apakah yang menjadi objek material filsafat? Objek material filsafat ialah
segala apa saja yang ada. Segala apa yang ada, merupakan objek material filsafat ini
diselami dengan akal budi manusia untuk diketemukan hakikatnya. Cabang filsafat
yang membahas ini dinamakan Metafisika Umum atau Ontologia. Disamping itu ada
metafisika khusus yaitu Antropologia Metafisika, yang mempelajari manusia
sedalam-dalamnya sampai pada hakikat lainnya lagi ialah Cosmologia, yang
mempelajari cosmos sedalam-dalamnya sampai pada hakikat.
Filsafat umum dan filsafat khusus berbeda dalam objek materianya, tetapi
sama dalam hal objek formanya, yaitu sudut pandangnya yang bersifat radikal,
artinya meninjau dan mempelajari objeknya sedalam-dalamnya sampai pada hakikat.
Untuk dapat berbuat begitu maka filsafat baik yang umum maupun yang khsusus,
harus menghadapi objeknya secara komprehensif, artinya menyeluruh. Pandangan
yang segmental atau berat sebelah bukanlah pandangan filosofis namanya, atau
pandangan filosofis yang buruk atau cacat.
Dengan objek material dan objek formanya yang demikian itu, Filsafat Umum
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan(ilmu-ilmu special atau ilmu-ilmu vak) dengan
1) menjadi asal mula semua ilmu pengetahuan.
2) memberi objek kepada semua ilmu pengetahuan (maksudnya ialah axiomata:
prinsipium identitas, prinsipium kontradiksionis, dan prinsipium ekslusi tertii).
4) memberi sifat ilmu kepada semua ilmu pengetahuan.
5) memberi metode umum kepada semua ilmu pengetahuan.
6) memberi tempat kedudukan kepada semua ilmu pengetahuan dalam sistem ilmu
pengetahuan.

10
7) memberi tujuan bersifat kebaikan dan kebahagiaan kepada semua ilmu
pengetahuan.
8) memberi tempat di dalam pengakuannya kepada semua ilmu pengetahuan untuk
menyelesaikan masalah yang paling mendasar/terakhir, yang kemudian
mengakibatkan terciptanya filsafat-filsafat khusus, seperti filsafat hukum, filsafat
Negara, filsafat sejarah, filsafat kebudayaan, filsafat pendidikan, filsafat social,
filsafat politik, filsafat ilmu, dan lain-lainnya.
Lalu bagaimanakah manfaat dan penggunaan Filsafat Pancasila?
Bagi setiap bidang kehidupan Negara, bagi setiap alat perlengkapan Negara,
bagi setiap pejabat Negara, baik sebagai alat perlengkapan Negara maupun sebagai
perseorangan, Filsafat Pancasila bermanfaat dan perlu digunakan untuk
memperdalamm, memperlengkapkan, dan menyempurnakan pengetahuan dan
pengertian tentang Pancasila Dasar Filsafat, Pandangan Hidup, serta Ideologi Bangsa
dan Negara Republik Indonesia, sehingga mempermudah, dan memperkuat
pelaksanaan dan penjelmaannya di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Filsafat Pancasila bermanfaat dan perlu digunakan untuk menentukan sikap
terhadap sistem-sistem dan aliran-aliran filsafat lain. Filsafat Pancasila bermanfaat
dan perlu digunakan untuk membangun Sistem Filsafat Indonesia, yang materinya
perlu digali dari adat-istiadat, kebudayaan dalam arti luas, dan agama-agama, serta
hidup ketatanegaraan Bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila bermanfaat dan perlu digunakan bagi pendidikan
keserjanaan dan bagi hidup pada umumnya karena :
1) dengan berpikir abstrak akan diperoleh pengertian yang terdalam tentang
Pancasila, tentang kepribadian nasional Pancasila, tentang jiwa Pancasila, moral
Pancasila, dan mentalitas Pancasila.
2) memungkinkan secara lebih baik dalam menyusun pendidikan, menyusun ilmu
pengetahuan, dan melakukan penelitian yang berjiwa Pancasila.

11
3) memungkinkan untuk lebih sempurna dalam membentuk manusia yang memiliki
kesadaran bermasyarakat, berbangsa, bernegara, membina semangat demokrasi
Pancasila, menghargai hak-hak asasi sesame warga Negara sesuai dengan konstitusi
Negara.
4) memungkinkan untuk lebih sempurna dalam membentuk manusia susila
berdasarkan Pancasila.
5) memungkinkan untuk lebih sempurna dalam menimbulkan semangat nasional
Pancasila sebagai unsur utama bagi ketahanan nasional bangsa Indonesia.
Filsafat dan filsafat Pancasila bersama-sama bermanfaat dan perlu digunakan
untuk pelajaran pendidikan mental agar lebih sempurna dalam :
1) menimbulkan keseimbangan kepribadian, antara unsurnya yang kerohanian,
Ketuhanan dan kemanusiaan, dengan unsurnya yang keahlian intelek dan kejuruan
yang penyelenggaraanya dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan kejuruan.
2) membentuk manusia susila berjiwa pancasila, taat dan taklim kepada Tuhan,
berjiwa ksatria, menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan, yang berkeinsyafan dan
bertanggung jawab atas kesejahteraan dan kebahagiaan Indonesia khususnya dan
dunia pada umumnya.
3) menghidupkan kecerdasan berpikir, mengunggah keserasian dalam kalbu antara
ilmu pengetahuan dan kedudukan/fungsinya dalam hidup kemanusiaan.
4) menghidupkan kesadaran untuk mengabdikan diri kepada kebenaran dan
kenyataan, kepada atribut perguruan tinggi dengan kebebasan akademis dan
kebebasan mimbarnya, dalam melakukan penelitian ilmiah dan usaha budaya demi
keselamatan dan kebahagiaan hidup bangsa Indonesia dan kemanusiaan.
5) memperdalam keinsyafan perlunya persatuan dan kesatuan seluruh rakyat
Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan yang ber-Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.

12
c. Pancasila sebagai Objek dan sebagai Subjek dalam Filsafat Pancasila
Orang tidak akan mampu memfungsikan Pancasila sebagai subjek secara
benar apabila tidak terlebih dahulu menempatkan Pancasila sebagai objek cara
berpikir kefilsafatan. Dengan kata lain, orang tidak akan dapat menghayati dan
mengamalkan Pancasila dengan benar apabila ia tidak mengerti apakah Pancasila itu
sebenarnya.

Ada orang yang berkata: “Dengan keluarnya P-4 itu saya malah menjadi
semakin bingung dan menjadi semakin tidak tahu tentang Pancasila”. Pernyataan ini
berawal dari keinginan untuk menhayati dan mengamalkan Pancasila tetapi ia tidak
tahu sama sekali apakah Pancasila itu sebenarnya. Apakah Pancasila itu pada
hakikatnya. Padahal untuk mengetahui hakikat Pancasila diperlukan Filsafat
Pancasila dalam pengertian Pancasila sebagai objek.

Seluruh penyelenggara negara dan seluruh rakyat indonesia bertekad untuk


memfungsikan Pancasila Dasar Filsafat, Pandangan Hidup, dan Ideologi Negara
Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya, secara murni dan konsekuen. Ini berarti
menempatkan Pancasila sebagai subjek. Untuk mewujudkan tekad tersebut, Pancasila
harus ditempatkan sebagai objek dalam Filsafat Pancasila. Artinya Pancasila harus
difahami, dipelajari, diteliti sedalam-dalamnya, sampai padahakikatnya. Harus
dipelajari jawabnya: Apakah hakikat kongkrit Pancasila, apakah hakikat pribadi
Pancasila, apakah hakikat abstrsk Pancasila, apakah hakikat sila-sila Pancasila.
Disambung dengan mempelajari bagaimanakah rumus rangkaian kesatuan sila-sila
Pancasila, baik rumus yang hirarkhis piramidal maupun rumus yang saling
mengkualifikasi, yang sudah dibicarakan dalam Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan.

Dengan demikian sudah kita insyafi bersama bahwa Filsafat Pancasila yang
menempatkan Pancasila sebagai objek merupakan prasyarat bagi Filsafat Pancasila
yang menempatkan Pancasila sebagai subjek. Tetapi Filsafat Pancasila itu sendiri
hanyalah satu. Maka dari itu dapat kita rumuskan sekarang pengertian Filsafay

13
Pancasila itu. Filsafat Pancasila ialah ilmu filsafat yang baik objek maupun
subjeknya adalah Pancasila Dasar Filsafat, Asas Kerohanian,dan Ideologi Negara
Republik Indonesia.

d. Hakikat Koongkrit, Hakikat Pribadi, dan Hakikat Abstrak

Hakikat kongkrit adalah unsur-unsur yang secara keseluruhan dan bersama-


sama membentuk kesatuan dan menjadikan dirinya sendiri, terpisah dan berbeda
dari suatu hal lainnya.

Hakikat pribadi adalah unsur-unsur yang secara keseluruhan dan bersama-


sama merupakan kesatuan dan menjadikan sejumlah orang.

Hakikat abstrak adalah unsur-unsur inti yang mutlak harus ada bagi adanya
manusia. Dikatan mutlak harus ada karena apabila unsur-unsur ini tidak dipenuhi,
maka tidak adalah manusia yanng dimaksudkan itu.

e. Hakikat Kongkrit Pancasila dan Hakikat Pribadi Pancasila

Diterapkan pada Pancasila, hakikat kongkrit pancasila ialah unsur-unsur yang


secara keseluruhan dan bersama-sama merupakan kesatuan dan menjadi pancasila
dirinya sendiri, terpisah dan berbeda dengan sesuatu hal lainnya; terpisah dan dengan
komunisme, terpisah dan berbeda dengan liberalisme, terpisah dan berbeda dengan
kapitalisme. Hakikat kongkrit pancasila ialah Dasar Filsafat, Asas Kerohanian,
Ideologi Bangsa danNegara Republik Indonesia.

Hakikat pribadi ialah unsur-unsur yang secara keseluruhan dan bersama-sama


merupakan kesatuan dan menjadikan sejumlah orang atau barang atau hal lainnya
kelompoknya yang sejenis, sehingga terpisah dan berbeda dengan jenis lainnya.
Diterapkan pada Pancasila, maka hakikat pribadi pancasila ialah unsur-unsur yang
secara keseluruhan dan bersama-sama merupakan kesatuan dan menjadi sejumlah hal
atau barang sesuatu termasuk Dasar Filsafat, Asas kerohanian, dan Ideologi Bangsa

14
dan Negara (tanpa kata Republik Indonesia): sehingga terpisah dan berbeda dengan
sejumlah hal atau barang lainnya,seperti misalnya jenis dongeng-dongeng, jenis
reklame dll. Hakikat pribadi pancasila ialah Dasar Filsafat Negara, Asas
Kerohanian, Ideologi Bangsa dan Negara.

f. Hakikat Abstrak Pancasila

Hakikat abstrak ialah unsur-unsur inti mutlak yang harus ada bagi adanya
halnya. Hakikat abstrak pancasila ialah asas hidup yang berpangkal pada tiga
hubungan kodrat kemanusiaan selengkapnya, yaitu hubungan manusia dengan tuhan,
hubungan manusia dengan manusia termasuk diri sendiri, dan hubungan manusia
dengan benda(meliputi benda-benda organis, vegetatif, animal).

g. Hakikat Sila-sila Pancasila

1). Ketuhanan Yang Maha Esa.

2). Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3). Persatuan Indonesia

4).Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaa dalam permusyawaratan

5). Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.

Apakah yang dimaksud dengan hakikat Tuhan, hakikat manusia, hakikat satu,
hakikat rakyat, dan hakikat adil? Tujuan penyelesaian ini ialah agar dengan jelas dan
mudah orang dapat mengikuti kelima prinsip tersebut.

Hakikat Tuhan yang dimaksud Tuhan menurut pemahaman akal budi manusia
sebagai pertanggungjawaban terhadap kemanusiaan berdasarkan kemampuan akal
budi/filsafat bahwa oleh karenanya manusia perlu hormat dan takzim kepada tuhan
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Berdasarkan pemahaman akal
budi manusia tersebut, hakikat Tuhan ialah:

15
1). Causa Prima, sebab yang pertama dari segala sesuatu.

2). Pengatur tata tertib alam.

3). Asal-mula segala sesuatu.

4). Yang selama-lamanya ada, tidak pernah tidak ada, dan adanya ialah harus (tidak
bisa tidak ada).

5). Maha Kuasa,Maha Sempurna, dan Maha Baik, dan oleh karena itu

6). Wajib dihormati dan ditaati.

Prinsip sila pertama, yang berisi keharusan/tuntutan untuk bersesuaian dengan


hakikat Tuhan ialah prinsip untuk menghormati dan menaati Tuhan. Wujud
realisasinya bisa memuliakan Tuhan, memandang Yang Teragung, melakukan yanng
dikehendaki Tuhan, dan sebagainya. Karena pancasila itu bukan agama, maka secara
pelaksanaan menyembah Tuhan, beribadah kepada Tuhan, terutama yang berkenaan
dengan hal-hal yang sifatnya ritual dan sakral diserahkan kepada agama dan
kepercayaan masing-masing.

Hakikat Manusia ialah monopluralisme (kesarwatunggalan) dari keseluruhan


unsu-unsur hakikinya yang berpasang-pasangan monodualis Raga-Jiwa, monodualis
Individual-Sosial, kedudukan monodualis Makhluk Tuhan-Pribadi Mandiri, yang
kesemua unsur tersebut bersatu secara organis, harmonis, dan dimanis

Raga memiliki tiga anasir, yaitu: benda anorganis, benda vegetatif, dan benda
animal. Sedangkan jiwa memiliki tridaya jiwa, yaitu: pikir, menguasai, nafsu ingin
memiliki, nafsu ingin menang sendiri.

Hakikat satu ialah utuh, tak dapat dibagi, mempunyai bangun-bentuk


tersendiri, berdiri sendiri, terpisah dari sesuatu hal yang lain, tidak menjadi bagian
dari sesuatu yang lain. Hakikat sila ketiga, yang berisi keharusan/tuntutan untuk

16
bersesuaian dengan hakikat satu adalah suatu prinsip untuk tetap utuh,
pantang/menolak untuk dipecah-belah, sebagai bangsa mempunyai kepribadian
sendiri, sebagai negara senantiasa merupakan negara kesatuan yang utuh, benar-benar
mandiri baik sebagai bangsa maupun negara.

Wujud realisasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara cukup jelas,


sedangkan dalam kehidupan pribadi manusia perseorangan, seseorang harus
memahami baik-baik apa yang dimaksud dengan manusia pancasila.

Hakikat rakyat ialah jumlah keseluruhan warga dalam lingkungan daerah atau
negara tertentu, dalam hal ini ialah Negara Republik Indonesia.Dalam segala
sesuatunya meliputi seluruh atau semua orang menjadi warga kebersamaan tersebut.
Jadi kesesuaian dengan hakikat rakyat ialah kesesuaian dengan jumlah keseluruhan
warga tersebut dalam hal sikap, pendapat dan kepeentingannya. Diwujudkan dalam
hidup ketatanegaraan kita, maka “negara kita bukan negara satu orang, bukan negara
satu golongan, walaupun golongan kaya, tetapi negara semua buat semua, satu buat
semua atau semua buat satu”. Negara didasarkan atas golongan, tidak didasarkan atas
golongan, tidak didasarkan atas perseorangan. Negara sungguh didukung oleh
seluruh rakyat, berdasarkan kekuasaan yang ada pada tangan rakyat(kedaulatan
rakyat). Berdasar atas permusyawaratan dan gotong royong, kepentingan serta
kebahagiaan seluruh rakyat dijamin.

Hakikat sila keempat, yang berisi keharusan/tuntutan untuk bersesuaian


dengan hakikat rakyat adalah suatu prinsip untuk berdemokrasi, baik demokrasi
politik maupun demokrasi ekonomi, yang denga melalui
permusyawaratan/perwakilan yang bijaksana dan penuh hikmat, berusaha menjamin
kepentingan dan kebahagiaan seluruh rakyat.

Hakikat adil ialah telah dipenuhinya hak yang ada di dalam hubungan hidup,
dengan pengertian bahwa wajib harus didahulukan dari pada hak. Di dalam setiap
hubungan hidup itu selalu dan pasti terdapat yang namanya hak dan wajib. Oleh

17
karena itu dinamakan tiga hubungan kodrat kemanusiaan selengkapnya. Pada sila
kelima pancasila ini tekanannya ialah keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia .
jadi tekanannya pada hubungan anatara masing-masing warga negara dengan
Pemerintah Negara dan sebaliknya, hubungan antara sesama warga negara secara
timbal-balik.

Jadi hakikat sila kelima yang berisi prinsip keharusan/tuntutan untuk


bersesuaian dengan hakikat adil ialah suatu prinsip untuk memenuhi hak orang atau
pihak lain yang mempunyai hubngan hidup dengan aku/kamu/kita, dengan pengertian
wajib setepatnya didahulukan daripada hak.

Wujud realisasi dari prinsip sila kelima Pancasila ini misalnya:

1). Dalam rangka memenuhi hak rakyat atas kepentingan lalu-lintas jalan
raya, pemerintah negara membangun jalan tol, membuat jembatan, memperbanyak
alat transportasi berupa bus, truk, mobil sedan, dan lain-lain.

2). Dalam rangka memenuhi hak hukuman pemerintah negara, pemilik


kendaraan bermotor membayar pajak, memiliki surat ijin mengemudi (SIM),
memenuhi peraturan lalu-lintas jalan raya, dan lain sebagainya.

3). Dalam rangka memenuhi hak petani akan produksi pertanian baik, para
petani bersama-sama atau sendiri-sendiri., bekerja keras membudiyakan lahan
pertanian, sehingga lahan tersebut mampu memenuhi hak petani akan produksi
pertanian yang baik.

4). Dalam rangka memenuhi hak rakyat akan barang-barang hasil industri
yang berbagai macam, pemerintah negara melalui kerja sama dengan berbagai pihak
mendirikan kawasan industri.

Jadi kalau kita pegang teguh prinsip bahwa setepatnya kewajiban


didahulukan terhadap hak maka perbuatan kita terhadap alam, tanaman, hewan

18
piaran, sesama manusia, diri-sendiri, apalagi terhadap tuhan, itu selalu merupakan
perbuatan yang positif, artinya bukan merusak alam.

h. Hakikat Sila-sila Pancasila dan P-4

Butir-butir sila pertama dalam P-4 yang sebanyak empat butir(sekarang tujuh
butir) itu dapat diterangkan maksudnya berdasarkan keharusan/tuntutan untuk
bersesuaian dengan hakikat Tuhan, yaitu hormat dan taat Tuhan Yang Maha Esa.

Butir-butir sila kedua dalam P-4 yang sebanyak delapan butir(sekarang


sepuluh butir) itu dapat diterangkan maksudnya berdasarkan keharusan/tuntunan
untuk bersesuaian dengan hakikat manusia, yaitu menyesuaikan diri dengan
kenyataan bahwa dirinya berhakikat manusia (bukan berhakikat serigala ataupun
hewan lainnya), yang oleh karenanya harus adil dan beradap.

Butir-butir sila ketiga dalam P-4 yang sebanyak ilmu butir (sekarang tujuh
butir) itu dapat diterangkan maksudnya berdasarkan keharusan/tuntutan untuk
bersesuaian dengan hakikat satu, yaitu tetap utuh, pantang/menolak untuk dipecah-
belah, sebagai bangsa mempunyai kepribadian sendiri, sebagai negara senantiasa
merupakan negara kesatuan yang utuh, benar-benar mandiri baik sebagai bangsa
maupun negara.

Butir-butir sila keempat dalam P-4 yang sebanyak tujuh butir (sekarang
sepuluh butir) itu dapat diterangkan maksudnya berdasarkan keharusan/tuntutan
untuk bersesuaian dengan hakikat rakyat, yaitu berdemokrasi, baik demokrasi politik
maupun demokrasi ekonomi, yang dengan melalui permusyawaratan/perwakilan
yang bijaksana dan penuh hikmat, berusaha menjamin kepentingan dan kebahagiaan
seluruh rakyat.

Butir-butir sila kelima dalam P-4 yang sebanyak dua belas butir (sekarang
sebelas butir) itu dapat diterangkan maksudnya berdasarkan keharusan/tuntutan untuk
bersesuaian dengan hakikat adil, yaitu memenuhi hak orang atau pihak lain yang

19
mempunyai hubungan hidup dengan aku/kami/kita, dengan pengertian bahwa wajib
setepatnya didahulukan daripada hak.

i. Menganalisis Masalah-masalah Kemasyarakatan Berdasarkan Sudut Pandang


Pancasila

a). Arti dan Maksud Analisis

Di dalam kehidupan nyata sehari-hari, sering terjadi orang memahami


berbagai masalah dengan mempergunakan alat yang salah. Misalnya, memahami
masalah dengan mempergunakan prasangka (prejudice). Prasangka itu ada
bermacam-macam. Ada prasangka rasial, ada prasangka agama, prasangka suku, ada
prasangka yang timbul dari pamrih/kepentingannya sendiri, ada prasangka karena
terlalu benci, ada prasangka karena terlalu cinta. Ada prasangka karena pengalama
pribadi yang getir di masa lampau. Apabila pemahaman terhadap sesuatu masalah
sudah tidak benar, maka dapat dipastikan bahwa penyelesaiannya puntidak akan
benar pula. Tetapi terhadap penyelesaian yang tidak benar tersebut, orang yang
berprasangka biasanya ngotot sambil menuntut agar dirinya dianggap benar, bila
sudah demikian maka biasanya perselisihandengan berbagai pihak tidak dapat
dihindarkan .

Itulah sebabnya maka analisis berdasarkan sudut pandang pancasila terhadap sesuatu
masalah sangat penting artinya bagi penyelesaian masalah tersebut.

b). Bermacam-macam Masalah Kemasyarakatan

Kalau diklasifkasi lalu diinvertansasi dapat diketahuinbetapa banyaknya masalah


kemasyarakatan itu. Misalnya dengan klasifikasi bersadarkan tempat, bisa diperoleh
berbagai masalah kemasyarakatan yang terjadi di kota, yang terjadi disekolah, yang
terjadi di pasar, dan lain sebagainya.

20
Masalah kemasyarakatan ysang berupa” berjubelnya orang-orang muda
berijazah yang mendaftarkan diri mencari pekerjaan”. Apakah yang menjadi
masalah? Masalahnya bahwa mereka itu berjubel, berebut kesempatan, susah-payah,
mencara pekerjaan. Mengapa mereka merebut kesempatan, mengapa dengan susah-
payah mencari pekerjaan? Karena kesempatan utnuk memperoleh pekerjaan
(lowongan pekerjaan) jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan jumlah pencari
kerja.

c). Cara Memahami Masalah

Kita harus mendekati masalah tersebut sila-sila pancasila. Pertama-tama kita


perhatikan sila mana dari pancasila itu yang paling dekat dengan masalah tersebut.
Yang paling dekat dengan masalah “ kesempatan memperoleh pekerjaan” ialah sila
kelima pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila kelima butir ke-
12(versi 36 butir) menyebutkan bahwa kita wajib bersama-sama berusaha
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Salah satu teori ekonomi, dikemukakan oleh Malthus, mengatakan bahwa


bertanbahnya jumlah penduduk itu seperti deret ukur, sedangkan bertambahnya bahan
pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu seperti deret hitung.

d). Bagaimana Cara Mengatasinya

e). Analisis

j. Menerapkan Nilai-nilai Pancasila pada Kasus-kasus Kehidupan

a. Kasus-kasus Kehidupan

Yang dimaksud dengan kasus-kasus kehidupan ialah kejadian-


kejadian/peristiwa-peristiwa kongkrit pada keadaan, waktu, dan tempat tertentu, yang
subjek pelakunya manusia.

21
b. Jiwa/watak Feodalisme yang dipupuk terus

Tetapi dalam perkembangan selanjutnya ada keliruan dalam penerapannya,


yaitu bahwa perbuatan itu sering hanya dipakai sebagai “alat” untuk mencapai
sesuatu tujuan dengan melalui jalan pintas. Suatu watak yang menganggap semua
orang lain sebagai bawahan, yang harus hormat kepadanya dan mempersembahkan
berbagai macam kekayaan kepadanya; dan dia boleh bersikap angkuh dan sombong
terhadap siapa yang disekelilingnya; ia merasa sebagai tokoh yang amat berkuasa.
Pancasila dengan silanya yang keempat menghendaki sifat dan jiwa kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanakan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
bersila ke-5, bersila ke-1, bersila ke-2, bersila ke-3. Kita semua perlu menyadari
benar-benar bahwa tak seorang pun dari rakyat indonesia diperbolehkan untuk
menggusur kedudukan Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia. Ini berarti
bahwa setiap manusia indonesia berkewajiban menegakkan Pancasila, baik sebagai
dasar filsafat negara, sebagai ideologi bangsa dan negara, maupun sebagai pandangan
hidup bangsa indonesia.

c. Menerapkan Nilai-nilai Pancasila

Menyatakan rasa terima kasih kepada orang/pihak yang telah atau berjasa
kepada diri kita adalah sesuai dengan sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab,
dengan meliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai sila ketiga, meliputi
dan menjiwai sila keempat, meliputi dan menjiwai sila kelima pancasila.

Itu berarti bahwa kita menyatakan rasa terima kasih kepada orang yang telah/akan
berjasa kepada kita, karena kita berniat mengembangkan sikap tenggang rasa dan
tepa-selira (butir ke-4 versi 45 butir), mengakui persamaan derajat, persamaan hak
dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya
(butir ke-2 versi 45 butir), dengan diliputi dan dijiwai oleh sikap percaya dan takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-

22
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap (butir sila ke-2 pertama
versi 45 butir), meliputi dan menjiwai semangat memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa (butir ke-7 sila ktiga versi 45 butir), meliputi dan
menjiwai keputusan sikap yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjujung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama ( butir ke-9 sila keempat versi 45 butir ), meliputi dan menjiwai sikap adil
terhadap sesama ( butir ke-2 sila kelima versi 45 butir ), dan sikap menghargai hasil
karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama ( butir
ke-10 sila kelima versi 45 butir).

k. Filsafat Pancasila Dan Aliran-Aliran Filsafat


Aliran-aliran filsafat berdasarkan pandangan ontologisnya. Jadi hal yang
dipandang sebagai sungguh-sungguh ada dan yang merupakan realitas yang tertinggi
itu berbeda-beda antara aliran yang satu dengan aliran yang lain. Kita sebut dibawah
ini beberapa aliran yaitu: 1) idealisme, 2) materialisme, 3) realisme, 4) naturalisme.
Idealisme adalah suatu aliran metafisik (metafisika generalis dan ontologia itu sama)
yang berpendapat baha realitas yang tertinggi (ralitas dasar) itu terdiri dari ide,
pikiran atau jiwa atau spirit.
Materialisme adalah suatu aliran metafisik yang berpendapat bahwa realitas
yang tertinggi (ralitas dasar) itu adalah materi. Materi itu nyata, sedangkan jiwa
hanya merupakan gejala yang timbul sebagai akibat dari materi.
Realisme sebenarnya lebih merupakan aliran dalam epistemologi, yang berpendapat
bahwa yang nyata itu adalah fakta. Yang nyata itu bukanlah yang hanya ada di dalam
pikiran (seperti pendapat kaum idealis) tetapi harus betul-betul ada dan nampak.
Naturalisme mengatakan bahwa yang merupakan realitas itu adalah alam atau natura.
Yang dimaksud dengan alam disini ialah seluruh alam semesta. Menurut
naturalisme, alam kodrat itulah kenyataan. Jadi tidak diakuinya segala sesuatu yang

23
asalnya dari alam lain yang bukan alam kodrat. (dalam hal ini naturalisme dapat
menjadi materialisme)
Pembandingan ini adalah pembandingan ontologis atau metafisi generalis.
Kita mulai dari pembandingan dengan Idealisme, kita teruskan ke Materialisme, lalu
Realisme, dan diakhiri dengan Naturalisme.

Pancasila dengan Idealisme


Idealisme berpendapat bahwa yang sungguh-sungguh ada itu ialah ide, pikiran
atau jiwa, atau spirit. Sedangkan pancasila berpendapat bahwa yang sungguh-
sungguh asa itu ialah Tuhan, manusia, dan benda. Idealisme berpendapat bahwa
manusia dan benda itu tidak sungguh-sungguh ada, dan hanya merupakan bayang-
bayang saja daripada ide, pikiran atau jiwa, atau spirit. Pancasila berpendapat bahwa
pancasila ada karena adanya tiga hal tersebut sebagai realitas, yaitu: Tuhan, manusia,
dan benda. Apabila benda atau manusia tidak ada, maka tida ada pancasila. Idealisme
Plato berpendapat bahwa ide tertinggi ialah ide kebaikan. Tuhan adalah ide tertinggi
itu. Pancasila berpendapat bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, manusia dan benda
adalah ciptaan Tuhan.
Pancasila dengan Materialisme
Materialisme berpendapat bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah
materi, sedangkan yang bukan materi(ide, pikiran atau jiwa, atau spirit) dengan segala
manifestainya yang terdapat pada manusia, termasuk manusia sendiri, itu tidaklah
sungguh-sungguh ada. Semuanya itu hanyalah akibat saja dari adanya materi. Oleh
karena itu memahami manusia setepatnya ialah dengan mempergunakan hukum-
hukum ilmu kimia dan imu alam (fisika). Psikologi Behaviorisme adalah aliran
psikologi yang landasannya filsafat materialisme. Pancasila berpendapat bahwa yang
sungguh-sungguh ada itu Tuhan, manusia, dan benda. Tiga hal itu jangan dianggap
ilusi atau fatamorgana. Pancasila berpangkal pada tiga hubungan kodrat kemanusiaan
selengkapnya, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan benda yang
meliputi benda-benda anorganis, vegetatif, dan animal.

24
Pancasila dengan Realisme
Realime berpendapat bahwa yang nyata adalah fakta. Segala sesuatu yang
tidak nampak, yang khayal, yang hanya ada dalam pikiran adalah tidak nyata.
Pancasila tidak berpendapat seperti itu. Manusia pancasila justru harus berjiwa
pancasila. Memang jiwa pancasila itu menjelmanya kedalam fakta kongkrit bisa
berbeda-beda, tetapi jiwa pancasila itu sendiri adalah nyata. Sama-sama jiwa
pancasila, menjelmanya kedalam perbuatan kongkrit bisa berbeda. Sebaliknya
perbuatan kongkrit yang sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, belum tentu
merupakan penjelmaan dari jiwa yang sama. Jadi perbuatan kongkrit itu sendiri
adalah real (nyata), sedangkan jiwa pancasila itu sendiri juga nyata. (Real is not
necessarily material baca definisi filsafat dari John Schott Everton pada permulaan
uraian mengenai filsafat pancasila ini)

Pancasila dengan Naturalisme


Naturalisme mengatakan bahwa alam atau natura itu sendirilah realitas.
Naturalisme mengakui bahwa alam kodrat itulah seluruh kenyataan. Jadi tidak
mengakui segala sesuatu dari alam lain. Mungkin Naturalisme mengakui juga adanya
roh, tetapi roh itu dipandangnya sebagai akibat saja dari materi atau roh itu
sebenarnya adalah materi. Kalau begitu maka pandangan Naturalisme sama dengan
Materialisme atau bahkan dalam hal ini Naturalisme sama dengan Materialisme.
Pancasila sama sekali tidak berpandangan demikian. Alam kodrat belum merupakan
seluruh kenyataan. Tuhan adalah kenyataan (ralitas), dan Tuhan adalah “ada” dan
nyata pula. Naturalisme tidak akan mungkin memandang manusia sebagai makhluk
Tuhan melainkan manusia adalah makhluk alam kodrat. Demikianlah ilmu filsafat
pancasila dalam garis besar.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Filsafat pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam dari bangsa indonesia
yang dianggap, diyakini sebagai kenyataan nilai dan norma yang paling benar, dan
adil untuk melakukan kegiatan hidup berbangsa dan bernegara dimanapun mereka
berada. Selain itu, filsafat pancasila memiliki beragam fungsi, diantaranya, yaitu
sebagai pandangan hidup bangsa indonesia, pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum, dan pancasila sebagai system ideologi nasional

3.2 SARAN
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal
di negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih
meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami dan
melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam
pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia.
Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://indnc.blogspot.com/2015/11/filsafat-pancasila-versi-soekarno.html
Wreksosuhardo, Sunarjo. 2005. Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan Dan Ilmy Filsafat
Pancasila . Yogyakarta : Andi Yogyakarta

27

Anda mungkin juga menyukai