Anda di halaman 1dari 15

Ringkasan Materi Kuliah (RMK)

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Dosen Pengampu Mata Kuliah Pancasila:


Dr. Drs. I Wayan Surpa, SH, M.Si.

Dibuat Oleh:
Kelompok 1

Ni Komang Sintya Lestari (2307521001)


Ni Komang Ayu Cindy Damayanti (2307521002)
Ni Komang Trisna Artarini (2307521003)
I Putu Bayu Oka Saputra (2307521004)
Nadia Nur Anisa (2307521005)

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Filsafat sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dapat memberikan arah
terhadap ilmu pengetahuan dalam merumuskan suatu konsep dan teori untuk membangun
konsep ilmiah. Filsafat itu sendiri berguna bagi kepentingan manusia dalam memecahkan
segala permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari. Apabila seseorang
memahami filsafat sesuai dengan cita – cita dan tujuan masing – masing individu, maka
hal itu dapat membantu kematangan dan kebijaksanaan seseorang. Sebagai rakyat
Indonesia, salah satu filsafat yang tepat untuk dipahami adalah Filsafat Pancasila.
Hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari – hari (pandangan hidup, filsafah hidup, dan sebagainya) agar
hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Nilai – nilai yang terkandung dalam
filsafat Pancasila ada dan berada dalam diri setiap manusia Indonesia, sehingga nilai
Pancasila itupun adalah perwujudan dari diri sendiri sebagai manusia. Oleh karena itu,
Pancasila hakikatnya melekat pada setiap diri manusia dan menjadi bagian dari kehidupan
sehari – hari dalam segala perilaku dan tingkah laku.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat dapat diketahui dari nilai-nilai yang
dikandungnya. Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila adalah digali dan disusun dari
budaya bangsa sejak bangsa Indonesia ada. Dalam Kitab Sutasoma terdapat kata “Bhinneka
Tunggal Ika” yang memberikan makna bahwa Bangsa Indonesia memiliki nilai filosofis
sebagai wujud sistem filsafat bangsa. Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila
disublimasikan ke dalam nilai – nilai humanis dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia
yang berbentuk tuntunan dan pedoman hidup dalam sebuah nilai filosofis bangsa. Nilai –
nilai tersebut digali dari budaya Bangsa Indonesia sebagai kekayaan luhur yang telah ada
sejak dahulu.
Seiring dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan masyarakat,
memunculkan adanya berbagai macam prinsip, karakteristik, dan objek pada sistem
filsafat. Tujuannya adalah untuk membuktikan kebenarran dari nilai – nilai filosofi yang
ada kemudian dikaitkan dengan perkembangan zaman. Upaya pendekatan terhadap nilai –
nilai tersebut dapat dijadikan sebagai pandangan awal untuk memahami sistem filsafat yang
terkandung dalam Pancasila.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apakah yang dimaksud dengan filsafat Pancasila?
3. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai sistem filsafat?
4. Bagaimanakan hakikat sila – sila dalam Pancasila?
5. Bagaimanakah tantangan – tantangan terkait Pancasila sebagai sistem filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat
2.1.1 Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari dua kata bahasa Yunani Kuno, yaitu “Philos” berarti
cinta atau kecintaan dan “Sophia” berarti kebijaksanaan atau pengetahuan. Dengan
demikian, secara etimologis Phillosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan
atau sahabat kebijaksanaan. Secara umum, filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup
untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas
pengalaman hidup maupun ilmiah. Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan karena
memiliki logika, metode, dan sistem.
Ilmu filsafat memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh yakni
tentang hakiki hidup sebenarnya yang merupakan hasil pemikiran yang disusun secara
sistematis menurut hukum – hukum logika. Terdapat perbedaan pengertian filsafat
menurut para ahli, hal ini disebabkan karena perbedaan konotasi filsafat dan keyakinan
hidup yang dianut, serta perkembangan filsafat itu sendiri. Adapun beberapa pengertian
filsafat yang disampaikan menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Socrates (469 – 399 SM) Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat
reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan
bahagia (principles of the just and happy life). Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika
mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga
muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
2. Plato (427 – 347 SM) Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa
para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam
konsep Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan
sebagai filsafat spekulatif.
3. Aristoteles (384 - 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki
sebab dan asas segala benda.
4. Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan
perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa
adalah suatu perubahan.
5. Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan
yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (teori pengetahuan) yang
menjawab persoalan apa yang dapat diketahui.

Selain tokoh – tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh – tokoh bangsa Indonesia
mengenai filsafat, antara lain:
1. Sidi Gazalba, mengatakan bahwa berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran
untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal. Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan
yang dikaji, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan
bersifat mendalam hingga ke akar – akarnya.
2. Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu
sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
3. Prof. Mr. Muhammad Yamin, menyatakan bahwa filsafat ialah pemusatan pikiran,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya di dalam kepribadiannya itu
dialaminya kesungguhan.
4. Prof. Dr. Ismaun, M.Pd., menyatakan bahwa filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yaitu secara
kritis sistematis, fundamental, universal, integral, dan radikal untuk mencapai dan
menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan dan kearifan atau kebenaran yang
sejati).

⮚ Terdapat dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:


1. Filsafat sebagai produk
a) Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-konsep, pemikiran- pemikiran
(rasionalisme, materialisme, pragmatisme)
b) Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil
dari aktivitas berfilsafat. Manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari
suatu persoalan yang bersumber pada akal manusia.
2. Filsafat sebagai suatu Proses mencakup:
a) Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu
aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu permasa- lahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Berdasarkan penjelasan beberapa tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah
disiplin ilmu yang mempertanyakan, menganalisis, dan merenungkan berbagai aspek
kehidupan dengan realitas yang ada dan perspektif yang luas. Filsafat melibatkan
eksplorasi ide, pertanyaan filosofis, dan argumen rasional tentang isu – isu mendasar
seperti pengetahuan, etika, kebenaran, moralitas, dan kehidupan sehari – hari.

2.1.2 Fungsi Filsafat


Fungsi filsafat adalah sebagai landasan manusia dalam kehidupan sehari – hari
agar dapat berpikir rasional, objektif, serta bijaksana dalam menilai sesuatu yang terjadi
di lingkungannya. Dimana hal ini akan membantu manusia untuk menghadapi segala
permasalahan dalam kehidupan sehari – hari dan dapat mengambil keputusan yang
tepat.

2.1.3 Tujuan dan Manfaat Filsafat


Adapun tujuan dan manfaat mempelajari Filsafat, antara lain:
1. Filsafat membantu mengembangkan kemampuan berpikir manusia menjadi lebih
kritis dan filosofis sehingga dapat memecahkan masalah kehidupan sehari – hari
2. Filsafat memungkinkan untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang eksistensi,
pengetahuan, etika, dan makna kehidupan
3. Filsafat membantu mendalami pemahaman mengenai konsep – konsep abstrak dan
isu – isu yang kompleks ataupun bervariasi
4. Filsafat menjadi suatu landasan bagi pengetahuan dan etika yang berguna dalam
menghadapi masalah moral dam mengambil keputusan mpral yang tepat
5. Filsafat membantu dalam memahami keanekaragaman budaya dan pemikiran di
seluruh dunia
6. Filsafat membantu manusia memiliki perspektif yang luas dan objektif dalam
menilai berbagai macam hal disekitarnya
7. Filsafat membuat manusia memiliki sifat yang lebih bijaksana dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.4 Ciri – ciri Filsafat


Terdapat beberapa ciri – ciri filsafat, yaitu:
1. Universal (menyeluruh), yaitu sebuah pemikiran yang bersifat luas dan bukan pada
aspek tertentu
2. Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang mendalam dan berakar sampai kepada
hasil yang fundamental dan esensial
3. Sistematis, yaitu mengikuti pola berpikir dan metode yang runtut dan logis
meskipun spekulatif
4. Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terinci tentang sesuatu dan menjelaskan
mengapa sesuatu berbuat seperti itu
5. Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu dan tidak menerima begitu saja apa
yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan yang dilakukan Masyarakat
6. Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu,
termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan
kehidupan manusia
7. Evaluatif atau normatif, yaitu upaya sungguh-sungguh sebagai hasil berfikir yang
mendasar

2.2 Filsafat Pancasila


2.2.1. Pemahaman Filsafat Pancasila
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok –
pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh, yang berarti filsafat Pancasila
memiliki fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku
dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam tatanan hidup berbangsa,
bermasyarakat dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia memiliki susunan
yang terdiri dari lima sila yang merupakan satu kesatuan yang mutlak atau absolut.
Pancasila tergolong filsafat praktis karena dalam melakukan pemikiran mendalam,
filsafat Pancasila tidak hanya mencari kebenaran dan kebujaksanaan, namun juga
digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari – hari. Filsafat Pancasila
mengukur adanya kebenaran yang bermacam – macam, yaitu:
1. Kebenaran indra menjelaskan bahwa Pancasila memiliki nilai – nilai yang ada dan
hidup di tengah kehidupan bangsa Indonesia sebagai budaya dan adat istiadat dalam
masyarakat yang heterogen
2. Kebenaran ilmiah memberikan penegasan bahwa manusia mampu
mempertanggungjawabkan apa yang diucapkan dan dilakukan dalam kehidupan
sehari – hari berdasarkan nilai – nilai Pancasila
3. Kebenaran filosofis adalah kebenaran yang bertumpu kepada esensi dari hidup yang
lebih mengutamakan harkat dan martabat manusia yang berorientasi kepada nama
baik sebagai bangsa Indonesia di tengah kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat, baik bersifat kelompok maupun perseorangan
4. Kebenaran Religius menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mengakui adanya
kebenaran mutlak atau kebenaran absolut yang berupa dogma dalam ajaran setiap
agama

2.2.2. Karakteristik Filsafat Pancasila


Karakteristik yang membedakan filsafat Pancasila dengan filsafat lainnya adalah:
1. Karakteristik filsafat Pancasila yaitu bahwa sila-sila dalam Pancasila merupakan
satu kesatuan system yang utuh dan bulat (integral sebagai suatu totalitas). Dengan
kata lain, Pancasila dalam sistematikanya bersifat integral saling menjiwai dan
dijiwai satu sama lain.
2. Karakteriatik Pancasila bersifat horizontal dan vertikal (sila 1 adalah relasi vertical
antara manusia dengan Tuhannya, sila 2,3,4,5 merupakan relasi antara manusia
yang satu dengan yang lainnya dalam tata pergaulan hidup
3. Pancasila sebagai suatu substansi merupakan yang berasal dari diri sendiri yang
berada dalam diri setiap manusia, teristimewa bagi manusia Indonesia
4. Pancasila sebagai suatu filsafat merupakan sebuah realita. Artinya, sebagai satu
kenyataan kehidupan bangsa Indonesia yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam
kehidupan sehari-hari.

2.2.3. Prinsip – prinsip Filsafat Pancasila


Prinsip-prinsip dalam filsafat Pancasila dapat dijelakan sebagai berikut:
1. Kausa Material, yaitu sebab yang berhubungan dengan materi atau bahan. Dalam
hal ini materi Pancasila digali dari sosial budaya bangsa yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri
2. Kausa Formalis, yaitu sebab yang berhubungan dengan asal mula sebuah bentuk.
Pancasila sebagai ideologi negara merujuk pada proses pembentukan pancasila
yang selanjutnya di rumus kan sampai menjadi pancasila yang dimuat dalam UUD
1945
3. Kausa Efisiensi, yaitu sebuah sebab (kausa) tentang asal mula dari sebuah karya.
Kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila sebagai
dasar Negara Indonesia
4. Kausa Finalis, yaitu sebuah sebab (kausa) yang terkait dengan asal mula dari sebuah
tujuan. Para anggota BPUPKI dan panitia sembilan yang menentukan tujuan
perumusan pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa yang merdeka

2.3 Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Sistem merupakan kesatuan dari bagian – bagian yang saling berhubungan dan
bekerjasama untuk suatu sasaran atau tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan satu kesatuan yang utuh. Sistem memiliki ciri – ciri, diantaranya:
1. Suatu kesatuan bagian – bagian/unsur/elemen/komponen
2. Setiap bagian memiliki fungsinya masing – masing
3. Saling berhubungan saling keterkaitan dan saling ketergantungan
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore & Voich, 1974)

⮚ Pancasila sebagai suatu Sistem, yaitu:


1. Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila).
2. Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan.
4. Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis (majemuk
tunggal).

⮚ Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki tiga landasan filosofis, yaitu sebagai
berikut:
1. Landasan Ontologis Pancasila
Ontologis adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu yang paling mendasar.
Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila – sila Pancasila dan dapat dikaitkan dengan
kehidupan sehari – hari.
2. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu pengetahuan atau science of
science. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem
pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-
cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur
rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
3. Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologi adalah teori mengenai hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan
metafisika suatu nilai. Aksiologis Pancasila adalah penelitian tentang nilai – nilai
dari Pancasila. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-
nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan,
berkemanusiaan, berkesatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

Terbentuknya sistem kefilsafatan dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial dan


spiritual suatu bangsa. Pancasila merupakan pencerminan pandangan Bangsa Indonesia
dalam menghadapi realitas. Secara tegas dalam Pancasila tercermin pandangan Bangsa
Indonesia mengenai "Tuhan", "manusia", "satu", "rakyat" dan "adil". Berikut adalah
lima sila Pancasila sebagai sistem filsafat:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Prinsip ini menggaris bawahi pentingnya keyakinan
kepada Tuhan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Meskipun Indonesia adalah
negara dengan beragam agama, Pancasila menekankan penghormatan terhadap
Tuhan dan agama sebagai bagian dari kehidupan masyarakat.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Pancasila menegaskan pentingnya
menghormati martabat manusia dan mendorong keadilan sosial. Ini mencakup
perlindungan hak asasi manusia, mengatasi kemiskinan, dan memastikan
kesejahteraan sosial bagi seluruh warga negara.
3. Persatuan Indonesia: Prinsip ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia di tengah keragaman etnis, agama, dan budaya. Ini adalah
landasan yang mendorong integrasi nasional dan harmoni sosial.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan: Pancasila mempromosikan sistem demokrasi di mana kebijaksanaan
dalam pengambilan keputusan didasarkan pada musyawarah dan perwakilan rakyat.
Prinsip ini menciptakan dasar bagi sistem pemerintahan Indonesia.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Pancasila mendorong keadilan
sosial yang mencakup distribusi sumber daya yang lebih merata, penghapusan
kemiskinan, dan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih lemah.

2.4 Hakikat Sila – sila Pancasila


Kata “hakikat” dapat diartikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala
sesuatu yang terdiri dari sejumlah usur tertentu dan yang mewujudkan sesuatu itu,
sehingga terpisah dengan sesuatu lainya dan bersifat mutlak. Pengertian kata hakikat
dapat dipahami dalam tiga kategori yaitu:
1. Hakikat abstrak yang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah.
2. Hakikat pribadi sebagai hakikat memiliki sifat khusus, artinya terkait kepada
barang sesuatu.
3. Hakikat konkret yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataanya hakikat
konkret pancasila terletak pada fungsi pancasila sebagai dasar filsafat Negara.

Pancasila adalah lima prinsip yang membentuk dasar filsafat dan ideologi
negara Indonesia. Sila – sila dalam Pancasila adalah prinsip – prinsip dasar yang
menjadi pondasi dari sistem filsafat Pancasila. Sila – sila dalam Pancasila pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan dan keutuhan, artinya setiap sila merupakan
unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Berikut adalah hakikat dari lima sila dalam
Pancasila:
1. Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Sila pertama ini menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berpegang pada
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini mencerminkan prinsip
keberagaman agama di Indonesia harus diakui dan dihormati. Prinsip ini
menegaskan pentingnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
2. Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
Sila kedua menekankan pentingnya perlindungan hak asasi manusia, keadilan
sosial, dan kesetaraan di antara semua warga negara. Sila kedua mencerminkan
tekad untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beradab.
3. Sila ketiga (Persatuan Indonesia)
Sila ketiga menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam
keragaman etnis, budaya, dan bahasa. Ini menekankan pentingnya menciptakan
solidaritas nasional, harmoni antar kelompok, dan kesetaraan di bawah hukum.
4. Sila Keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan)
Sila keempat mencerminkan prinsip demokrasi di mana pengambilan keputusan
didasarkan pada musyawarah dan perwakilan rakyat. Ini menggambarkan
pentingnya partisipasi aktif warga negara dalam proses politik dan pemerintahan,
serta penggunaan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
5. Sila Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Sila kelima menekankan pentingnya keadilan sosial dan pembagian sumber daya
yang merata kepada seluruh rakyat, dan perhatian khusus terhadap kesejahteraan
sosial rakyat Indonesia. Ini mencakup upaya mengatasi kemiskinan, penghapusan
kesenjangan sosial, dan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih lemah.

Hakikat sila-sila Pancasila adalah untuk menciptakan negara yang berdasarkan


pada prinsip – prinsip dasar negara Indonesia. Hal ini mencakup menghormati
keberagaman, menciptakan masyarakat yang adil, menjaga persatuan, menerapkan
demokrasi, dan memastikan keadilan serta kesejahteraan sosial bagi seluruh warga
negara. Pancasila sebagai sistem filsafat negara bertujuan untuk menciptakan
masyarakat Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan, berdasarkan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam kelima sila Pancasila.

2.5 Tantangan – tantangan Terkait Pancasila sebagai Sitem Filsafat


Pancasila sebagai sistem filsafat sangat tepat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari
– hari. Akan tetapi, terdapat beberapa ancaman yang dapat menghambat dan
mempengaruhi Pancasila sebagai sistem filsafat, seperti:
1. Kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik
modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar
– besarnya dan berupaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk
tantangan kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah meletakkan
kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain sebagainya.
2. Komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan
kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan aliran
yang meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran
rakyat secara merata. Salah satu bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila
sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat
menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dapat membantu
manusia mengenali lebih dalam mengenai teori dan konsep serta membuat manusia
memiliki perspektif lebih luas terhadap sesuatu yang dinilainya. Sebagai rakyat
Indonesia, salah satu filsafat yang tepat untuk dipahami adalah Filsafat Pancasila.
Filsafat Pancasila digunakan sebagai pedoman hidup sehari – hari (pandangan hidup,
filsafah hidup, dan sebagainya) agar kehidupan seseorang dapat mencapai
kebahagiaan lahir dan batin. Nilai – nilai yang terkandung dalam filsafat Pancasila ada
dan berada dalam diri setiap manusia Indonesia, sehingga nilai Pancasila adalah
perwujudan dari setiap manusia. Oleh karena itu, Pancasila hakikatnya melekat pada
setiap diri manusia dan menjadi bagian dari kehidupan sehari – hari dalam segala
perilaku dan tingkah laku.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, A. 2023. Pengertian Filsafat Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan. Tersedia
di: https://fkip.umsu.ac.id/2023/08/30/pengertian-filsafat-pancasila-dan-
penerapannya-dalam-kehidupan/. Diakses pada 6 November 2023
Hardoko, A. Pendidikan Moral dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Jawa Timur:
Elang Mas, 2015
Kaelan, H. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma, 2016.
Safitri, R. 2022. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Makalah. Dikutip dari:
https://osf.io/pcqfz/download

Anda mungkin juga menyukai