Dibuat Oleh:
Kelompok 1
1.1 Pendahuluan
Filsafat sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dapat memberikan arah
terhadap ilmu pengetahuan dalam merumuskan suatu konsep dan teori untuk membangun
konsep ilmiah. Filsafat itu sendiri berguna bagi kepentingan manusia dalam memecahkan
segala permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari. Apabila seseorang
memahami filsafat sesuai dengan cita – cita dan tujuan masing – masing individu, maka
hal itu dapat membantu kematangan dan kebijaksanaan seseorang. Sebagai rakyat
Indonesia, salah satu filsafat yang tepat untuk dipahami adalah Filsafat Pancasila.
Hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari – hari (pandangan hidup, filsafah hidup, dan sebagainya) agar
hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Nilai – nilai yang terkandung dalam
filsafat Pancasila ada dan berada dalam diri setiap manusia Indonesia, sehingga nilai
Pancasila itupun adalah perwujudan dari diri sendiri sebagai manusia. Oleh karena itu,
Pancasila hakikatnya melekat pada setiap diri manusia dan menjadi bagian dari kehidupan
sehari – hari dalam segala perilaku dan tingkah laku.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat dapat diketahui dari nilai-nilai yang
dikandungnya. Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila adalah digali dan disusun dari
budaya bangsa sejak bangsa Indonesia ada. Dalam Kitab Sutasoma terdapat kata “Bhinneka
Tunggal Ika” yang memberikan makna bahwa Bangsa Indonesia memiliki nilai filosofis
sebagai wujud sistem filsafat bangsa. Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila
disublimasikan ke dalam nilai – nilai humanis dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia
yang berbentuk tuntunan dan pedoman hidup dalam sebuah nilai filosofis bangsa. Nilai –
nilai tersebut digali dari budaya Bangsa Indonesia sebagai kekayaan luhur yang telah ada
sejak dahulu.
Seiring dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan masyarakat,
memunculkan adanya berbagai macam prinsip, karakteristik, dan objek pada sistem
filsafat. Tujuannya adalah untuk membuktikan kebenarran dari nilai – nilai filosofi yang
ada kemudian dikaitkan dengan perkembangan zaman. Upaya pendekatan terhadap nilai –
nilai tersebut dapat dijadikan sebagai pandangan awal untuk memahami sistem filsafat yang
terkandung dalam Pancasila.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apakah yang dimaksud dengan filsafat Pancasila?
3. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai sistem filsafat?
4. Bagaimanakan hakikat sila – sila dalam Pancasila?
5. Bagaimanakah tantangan – tantangan terkait Pancasila sebagai sistem filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filsafat
2.1.1 Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari dua kata bahasa Yunani Kuno, yaitu “Philos” berarti
cinta atau kecintaan dan “Sophia” berarti kebijaksanaan atau pengetahuan. Dengan
demikian, secara etimologis Phillosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan
atau sahabat kebijaksanaan. Secara umum, filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup
untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas
pengalaman hidup maupun ilmiah. Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan karena
memiliki logika, metode, dan sistem.
Ilmu filsafat memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh yakni
tentang hakiki hidup sebenarnya yang merupakan hasil pemikiran yang disusun secara
sistematis menurut hukum – hukum logika. Terdapat perbedaan pengertian filsafat
menurut para ahli, hal ini disebabkan karena perbedaan konotasi filsafat dan keyakinan
hidup yang dianut, serta perkembangan filsafat itu sendiri. Adapun beberapa pengertian
filsafat yang disampaikan menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Socrates (469 – 399 SM) Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat
reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan
bahagia (principles of the just and happy life). Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika
mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga
muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
2. Plato (427 – 347 SM) Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa
para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam
konsep Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan
sebagai filsafat spekulatif.
3. Aristoteles (384 - 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki
sebab dan asas segala benda.
4. Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan
perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa
adalah suatu perubahan.
5. Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan
yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (teori pengetahuan) yang
menjawab persoalan apa yang dapat diketahui.
Selain tokoh – tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh – tokoh bangsa Indonesia
mengenai filsafat, antara lain:
1. Sidi Gazalba, mengatakan bahwa berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran
untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal. Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan
yang dikaji, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan
bersifat mendalam hingga ke akar – akarnya.
2. Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu
sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
3. Prof. Mr. Muhammad Yamin, menyatakan bahwa filsafat ialah pemusatan pikiran,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya di dalam kepribadiannya itu
dialaminya kesungguhan.
4. Prof. Dr. Ismaun, M.Pd., menyatakan bahwa filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yaitu secara
kritis sistematis, fundamental, universal, integral, dan radikal untuk mencapai dan
menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan dan kearifan atau kebenaran yang
sejati).
⮚ Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki tiga landasan filosofis, yaitu sebagai
berikut:
1. Landasan Ontologis Pancasila
Ontologis adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu yang paling mendasar.
Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila – sila Pancasila dan dapat dikaitkan dengan
kehidupan sehari – hari.
2. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu pengetahuan atau science of
science. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem
pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-
cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur
rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
3. Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologi adalah teori mengenai hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan
metafisika suatu nilai. Aksiologis Pancasila adalah penelitian tentang nilai – nilai
dari Pancasila. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-
nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan,
berkemanusiaan, berkesatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Pancasila adalah lima prinsip yang membentuk dasar filsafat dan ideologi
negara Indonesia. Sila – sila dalam Pancasila adalah prinsip – prinsip dasar yang
menjadi pondasi dari sistem filsafat Pancasila. Sila – sila dalam Pancasila pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan dan keutuhan, artinya setiap sila merupakan
unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Berikut adalah hakikat dari lima sila dalam
Pancasila:
1. Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Sila pertama ini menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berpegang pada
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini mencerminkan prinsip
keberagaman agama di Indonesia harus diakui dan dihormati. Prinsip ini
menegaskan pentingnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
2. Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
Sila kedua menekankan pentingnya perlindungan hak asasi manusia, keadilan
sosial, dan kesetaraan di antara semua warga negara. Sila kedua mencerminkan
tekad untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beradab.
3. Sila ketiga (Persatuan Indonesia)
Sila ketiga menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam
keragaman etnis, budaya, dan bahasa. Ini menekankan pentingnya menciptakan
solidaritas nasional, harmoni antar kelompok, dan kesetaraan di bawah hukum.
4. Sila Keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan)
Sila keempat mencerminkan prinsip demokrasi di mana pengambilan keputusan
didasarkan pada musyawarah dan perwakilan rakyat. Ini menggambarkan
pentingnya partisipasi aktif warga negara dalam proses politik dan pemerintahan,
serta penggunaan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
5. Sila Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Sila kelima menekankan pentingnya keadilan sosial dan pembagian sumber daya
yang merata kepada seluruh rakyat, dan perhatian khusus terhadap kesejahteraan
sosial rakyat Indonesia. Ini mencakup upaya mengatasi kemiskinan, penghapusan
kesenjangan sosial, dan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih lemah.
3.1 Kesimpulan
Filsafat sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dapat membantu
manusia mengenali lebih dalam mengenai teori dan konsep serta membuat manusia
memiliki perspektif lebih luas terhadap sesuatu yang dinilainya. Sebagai rakyat
Indonesia, salah satu filsafat yang tepat untuk dipahami adalah Filsafat Pancasila.
Filsafat Pancasila digunakan sebagai pedoman hidup sehari – hari (pandangan hidup,
filsafah hidup, dan sebagainya) agar kehidupan seseorang dapat mencapai
kebahagiaan lahir dan batin. Nilai – nilai yang terkandung dalam filsafat Pancasila ada
dan berada dalam diri setiap manusia Indonesia, sehingga nilai Pancasila adalah
perwujudan dari setiap manusia. Oleh karena itu, Pancasila hakikatnya melekat pada
setiap diri manusia dan menjadi bagian dari kehidupan sehari – hari dalam segala
perilaku dan tingkah laku.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, A. 2023. Pengertian Filsafat Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan. Tersedia
di: https://fkip.umsu.ac.id/2023/08/30/pengertian-filsafat-pancasila-dan-
penerapannya-dalam-kehidupan/. Diakses pada 6 November 2023
Hardoko, A. Pendidikan Moral dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Jawa Timur:
Elang Mas, 2015
Kaelan, H. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma, 2016.
Safitri, R. 2022. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Makalah. Dikutip dari:
https://osf.io/pcqfz/download