Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka pembukaan UUD 1945, Pancasila dinyatakan sebagai dasar
filsafat Negara Republik Indonesisa yang secara resmi ditetapkan oleh PPKKI
pada tahun 18 Agustus 1945, yang diundnagkan dalam Berita Republik
Indonesia tahun II No 7 tanggal 15 Februari 1946.
Pancasila selesai sebagai asar negara, juga merupakan filsafat hidup
bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi
oleh bangsa Indonesia. Pancasila juga sebagai sistem etika, yang dlam
kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, kemandirian, sikap toleransi,
rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan, serta martabat diri sebagai
warga negara sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila,
yang kita gunakan sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan aktifitas
dalam segala bidang
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai pancasila
adalah falsafat hidup atau pandangan yang berkembang dalam sosial budaya
Indonesia. Nilai pancasila dianggap nilai dasar dan puncak atau sari dari
budaya bangsa. Oleh karena itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian
bangsa. Dengan mendasarnya nilai dalam menjiwai dan memberikan identitas,
maka pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai filsafat adalah wajar. Agar
kita bisa memahami lebih dalam makna pancasila sebagai filsafat negara
Indonesia, maka kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat
secara menyeluruh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian filsafat?
2. Apa saja objek dan cabang filsafat?
3. Apa yang dimaksud pancasila sebagai suatu sistem filsafat?
4. Bagaimana kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui pengertian filsafat
3. Untuk mengetahui apa saja objek dan cabang filsafat
4. Untuk mengetahui maksud pancasila sebagai suatu sistem filsafat
5. Untuk mengetahui kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat

1.4 Manfaat Penulisan


1. Sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap mahasiswa dalam memahami
filsafat pancasila
2. Sebagai sarana yang bermanfaat untuk melatih keterampilan dalam
melakukan penulisan serta menambah pengetahuan tentang filsafat
pancasila
3. Menambah pengetahui mengenai filsafat pancasila yang merupakan salah
satu materi dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

1.5 Sistem Penulisan


Sistem penulisan dalam makalah ini berisi uraian singkat tentang isi masing-
masing bab. Diantaranya adalah :
1. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan dan uraian tentang isi masing-masing
bab dalam makalah ini.
2. BAB II Pembahasan
Pembahasan berisi uraian mengenai pegertian, objek dan cabang filsafat,
tujuan filsafat, pancasila sebagai sistem filsafat bangsa Indonesia, rumusan
sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat dan sifat keseimbangan
pancasila
3. BAB III Penutup
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertiann Filsafat


Istilah “filsafat” secara etimologis merupakan padanan kata
falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu philosophia. Kata philosophia merupakan kata majemuk yang
tersusun dari kata philos atau philein yang berarti “kekasih”, “sahabat”,
“mencintai”, dan kata sophia yang berarti “kebijakasanaan”, “hikmat”,
“kearifan”, “pengetahuan” (Harun Nasution, 1973). Dengan demikian
philosophia secara harfiah berarti “mencintai kebijaksanaan, mencintai
hikmat, atau mencintai pengetahuan”. Cinta memiliki makna keinginan
yang sungguh-sungguh terhadap sesuatu, sementara kebijaksanaan dapat
diartikan dengan kebenaran yamg sejati. Jadi, Filsafat dapat diartikan
dengan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang
sejati (Heri Herdiawanto dan Jumanta, 2010 : 8).
Sementara itu, secara praktis, filsafat adalah “alam berfikir” atau
“alam pikiran”. Berfilsafat berarti berfikir secara mendalam dan berfikir
sampai ke akar-akaranya dengan sungguh-sungguh tentang hakikat sesuatu
(Fachri Adnan, 2003 : 29)
Filsafat juga mempunyai arti sebagai ilmu, yaitu ilmu yang mengkaji
“segala sesuatu” dari sudut “hakikat”. Kata segalal sesuatu menunjujjn
bahwa objek kajian filsadat sangat luas dan tidak terbatas sejauh yang
dapat dijangkau oleh pikiran manusia/akal. “Hakikat” menunjukkan objek
formal atau sudut pandangan ilmu filsafat, yaitu hakikat atau unsur
terdalam yang menyebabkan sesuatu itu ada.
Filsafat dikatakan sebagai peneratas ilmu pengetahuan atau yang
melahirkan ilmu penegetahuan (Yuyun Suriasumantri, 2007). Artinya,
ilmu pengetahuan yang ada sekarang dilahirkan oleh filsafat. Dengan
demikian, filsafat dapat dikonfigurasikan dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar dan bercabang dengan

3
subur. Selanjutnya, masing-masing cabang melepaskan diri dari batas
filsafatnya. Berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri. Filsafat sebagai induk ilmu penegetahuan
tersebut tidak akan mencampuri urusan perkembangan dari ilmu
pengetahuan yang telah diciptakannya. Filsafat akan pergi dan
menciptakan ilmu pengetahuan lainnya.
Bidang garapan filsafat terutama diarahkan kepada komponen-
komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi adalah ilmu yang
meneyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi
dan disamakan artinya dengan metafisika. Secara umum ontologi adalah
“apa yang dikaji” atau apa objek kajian dari ilmu itu. Epistemologi
merupakan cabang filsafat yanng menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Sementara aksiologi merupakan
teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang
yang diselidiki adalah semua yang berkaitan dnegan nilai.

2.2 Ciri Berpikir Filsafat


Filsafat tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Filsafat adalah
satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia
(Kaelan dan Acmad Zubaidi, 2007 : 7). Selama manusia hidup, maka
manusia tidak dapat menghindar dari filsafat. Dengan kata lain, manusia
selalu dan akan selalu berfilsafat. Selama manusia masih berfikir, maka
dia akan senantiasa berfilsafat. Akan tetapi, tidak semua proses berfikir
manusia itu adalah berfikir filsafat. Unuk itu ada ciri berfikir kefilsafatan
yaitu :
a. Radikal
Radikal artinya berfikir sampai keakar-akarnya. Radikal berasal dari
bahasa Yunani, yaitu radix yang berarti akar. Maksud dari berfikir
sampai keakar adalah berfikir sampai pada hakikat, esensi, atau sampai
papda substansi yang dipikirkan. Manusia yang befilsafat dengan
akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu

4
pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi. Contoh :
jika berfikir tentang ayam, maka kita perlu mempertanyakan hal-hal
sampai ke substansi yang paling dalam yang melibatkan seluruh
indrawi manusia, seperti : ayam temasuk hewan apa? Seperti apa ciri-
ciri ayam? Berapa kaki ayam? Bagaimana bentuk kuku ayam? Apa
fungsi kuku-kuku ayam? Mengapa kuku ayam berbeda dengan dengan
kuku hewan yang lain? Dan lain sebagainya.
b. Universal atau umum
Universal yang dimaksud disini adalah berfikir secara umum atau
berpikir tentang hal-hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan
yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari
hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan. Contohnya :
jika kita memikirkan tentang alam semesta dalam lingkup Galaksi
bimasakti, maka yang dipikirkan adalah semua planet yang ada dalam
galaksi Bimasakti tersebut, melingkupi Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
c. Konseptual
Konseptual yang dimaksud disini merupakan hasil generalisasi dan
abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses
individual. Berpikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan
pemikiran terhadap perbuatan-perbuatan bebas yang dilakukan oleh
orang-orang tertentu sebagaimna yang biasa dipelajari oleh psikolog,
melainkan bersangkutan dengan pemikiran “apakah kebebasan itu?”
d. Koheren dan konsisten
Koheren dan konsistensi artinya sesuai dengan kaidah-kaidahan
berpikir dan tidak memngandung kontradiksi atau dapat pula diartikan
dengan berpikir secara beruntut. Runtut artinya berpikir filsafat harus
berpikir dari awal sampai akhir. Seperti membuat makalah/karya
ilmiah, kita tidak bisa membuat pembahasan terlebih dahulu tanpa
adanya pendahuluan. Tidak mengndung kontrakdisi atau tidak
mengandung pertentangan antara dua hal yang dipikirkan, karena dua
hal tersebut tidak sama-sama benar pada waktu yang sama dan dalam

5
pengertian yang sama. Misalnya, kita memikirkan bumi. Si A
mengatakan bumi itu bulat, sedangkan si B mengatakan Bumi itu
datar. Entah siapa dari mereka yang benar, yang jelas kalau ternyata A
benar, berarti B salalh. Sebaliknya, kalau A salah maka B benar.
Hanya ada dua kemungkinan dan tidak mungkin keduanya sama-sama
benar, sehingga kemudian tidak akan dipertentangkan.
e. Sistematik
Sistematik yaitu berhubungan antara unsur-unsur yang menyusun
suatu bagan konseptual. Dalam mengemukakan jawaban terhadap
suatu masalah, para filsuf memakai pendapat-pendapat sebagi wujud
dari proses berfilsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling
berhubungan secara teratur dan terkansung maksud tujuan tertentu.
Selain itu, sisitematik juga berarti bahwa kita harus berpikir secara
berjenjang, mulai dari uamh paling atas terlebih dahulu baru ke bagian
bawah. Seperti berpikir tentang peraturan perundang-undangan di
Indonesia, maka kita harus memikirkan UUD 1945 terlebih dahulu
baru kemudian membahas aturan yang ada dibawahnya.
f. Komprehensif
Komprehensif, yaitu menyeluruh. Berfikir secara komprehensif
merupakan berpikir filsafat yang berusaha untuk menjelaskan alam
semesta/segala sesuatu secara keseluruhan. Contoh : jika memikirkan
tentang Bumi, maka yang dipikirkan adalah apa yang ada dalam planet
bumi ini, termasuk pengunungan, laut, hutan, hingga manusia sebagai
salah satu pengguni bumi.
g. Bebas
Makna bebas disini bahwa filsafat merupakan pemikiran yang bebas
daru prasangka-prasangka sosial, historus, kultural, atau religius.
Berpikir dengan bebas itu bukan berarti smebarangan, sesuka hati, atau
anarki, sebaliknya bahwa berpikir bebas adalah berpikir secara terikat,
akan tetapi ikatan itu beasal dari dalam, dari kaidah-kaidah, sari
disiplin pikiran itu sendiri. Dengan demikian pikiran dari luar sangat
bebas, namun dari dalam sangatlah terikat.

6
2.3Fungsi Filsafat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa filsafat akan
senantiasa ada dan menyertai manusia. Dengan demikian, filsafat aitu
sendiri memiliki fungsi bagi manusia. Adapun fungsi filsat adalah sebagai
berikkut (Djamal, 1986 dalam Fachri Adnan, 2003 : 34)
a. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental atau
mendasar dalm kehidupan bernegara
b. Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide
negara atau pun tujuan bernegara.
c. Berusaha menempatkan dan menjadi keerangka dari berbagai ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan bernegara.

Secara umum, keseluruhan arti fulsafat dapat dikelompokkan menjadi dua


kategori, yaitu filsafat dalam arti produk dan filsafat dalam arti proses
(Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007 :8). Penjelasan secara ringkas adalah
sebagai berikut :

a. Filsafat dalam arti produk : sebagai produk dan hasil dari aktivitas
berfilsafat yang menghasilkan ilmu pengetahuan, teori, konsep, hingga
pandangan-pandangan tertentu.
b. Filsafat dalm arti proses : proses dalam melahirkan produk filsafat
dengan menggunkan cara, metode tertentu yang sesuai dengan objek
permasalahannya.

2.4 Cabang dan Aliran Filsafat


Sebagai suatu kajian ilmiah, filsafat memiliki cabang dan aliran yang
secara tidak langsung membangun kajian mengenai filsafat itu endiri.
Cabang dan aliran filsafat tersebut anatara lain :
a. Metafisika
Metafisika yaitu studi tentang sifat yang terdalam dari
kenyataan/keberadaan. Jika dilihat dari arti ketannya, meta berarti

7
“setelah atau dibalik” dan phusika berarti “hal-hal dialalm”. Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa metafisika memiliki pengertian “suatu
cabnag filsafat yang mempelajari penjelasan asak atau hakikat objek
(fisik) di dunia”. Jadi, metafisika merupakan studi keberadaan atau
realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :
Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Bagaimanakah
rupa Tuhan? Apa tempat manusia didalam semesta? Kemana manusia
setelah mengalami kematian? Dan lain sebagainya. Ahli metafisika juga
berupaya memperjelad pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia,
termasuk keberadaan, sifat,, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan
kemungkinan (mungkin ini yang menyebabkan jawaban atas pertanyaan
metafisika lebih bersifat spekulatif). Penggunaan istilah “metafisika”
telah berkembang untuk merunjuk pada “hal-hal yang diluar dunia
fisik”
Metafisika sering disebut sebagai disiplin filsafat yang terumit dan
memerlukan daya abstraksi sangat tinggi (ibarat seorang ilmuwan untuk
mempelajarinya menghabiskan waktu hinggu puluhan tahun). Ber-
metafisika
b. Epistemologi
Epistemologi berarti ilmu tentang pengetahuan, mempelajari asal
muasal/sumber, struktur, metode, dan validitas pengetahuan, yang
kesemuanya bisa dikembalikan untuk menjawab pertanyaan: “apa yang
dapat saya ketahui”
c. Logika, yang berarti ilmu, kecakapan,a atau alat untuk berpikir secara
lurus
d. Etika (filsafat moral), diman aobjek material etika adalah perbuatan
atau perilaku manusia secara sadar dan bebas.
e. Estetika (filsafat keindahan), yang merupakan kajian filsafat tentang
keindahan.

2.5 Hakikat Pancasila

8
Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila yang telah dirumuskan oleh para
founding fathers (para pendiri bangsa Indonesia, antara lain Soekarno, Hatta,
M.Yamin). Secara etimologi, Pancasila berasal dari Bahasa sanskerta, yaitu
“Panca berarti Lima” dan “Syila berarti dasar, batu, sendi,alas” serta “syiila
berarti aturan, tingkah laku yang baik”. Jadi, Pancasila adalah 5 (lima) dasar
tentang kesusilaan/5 (lima) ajaran tentang tingkah laku. Pancasila merupakan
salah satu istilah yang terdapat dalam buku Sutasoma karangan Empu
Tantular dari Kerajaan Majapahit (Heri Herdiawanto dan Jumanta, 2010: 18).
Perkataan Pancasila mula-mula digunakan di dalam masyarakat India
yang beragama Budha, yang mengartikan lima aturan yang haris ditaati oleh
penganutnya. Sisa pengaruh pengertian Pancasila menurut ajaran Budha itu
masih dikenal di masyarakat jawa, dan dikenal dengan larangan terhadap 5
M, yaitu : dilarang Mateni (membunuh), Maling (mencuri), Madon (berzina),
Mabuk (minum-minuman keras), dan Main (judi).
Lahirnya Pancasila berawal dari dibutuhkannya penetapan dasar Negara
Indonesia dengan segera untuk menyongsong proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Pada tanggal 25 Mei 1945, untuk pertama kalinya Muhammad
Yamin mengajukan dasar negara untuk Indonesia, yang meliputi :
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan, dan
e. Kesejahteraan Rakyat
Disisi lain, Soekarno mengajukan dasar negara pada tanggal 1 juni 1945 yang
meliputi :
a. Kebangsaan
b. Internasionalisme
c. Mufakat, Dasar Perwakilan< dasar Permusyawaratan
d. Kesejahteraan, dan
e. Ketuhanan

9
Selanjutnya, pada tanggal 22 uni 1945, Sembilan (9) tokoh nasional
mengadakan pertemuan dan melahirkan Piagam Jakarta yang memuat
rumusan Pancasila sebagai berikut :
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, diadakan Sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dan dalam rapat tersebut Moh.Hatta
menyatakan : rumusan Pancasila ke-1 yang menyatakan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dicoret dengan alasan bahwa
Indonesia bukan hanya terdiri dari masyarakat yang beragama Islam, akan
tetapi juga terdapat masyarakat yang menganut agama lain, sehingga perlu
diubah yang disesuaikan dengan keragaman yang dimiliki oleh Indonesia.
Hasilnya, Sila ke-1 menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sementara sila ke
2-5 tetap sama tanpa perubahan. Setelah disepakati, maka Pancasila resmi
dijadikan sebagai dasar negara Indonesia.
Isi pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila
“Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Pancasila memberi
keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup
akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan, baik
dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dan
masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan dengan
bangsa-bangsa lain, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun
dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Pengamalan
Pancasila akan ditentukan oleh kemauan dan keampuhan seseorang dalam
mengendalikan diri dan kepentingannya agar dapat melaksanakan
kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat”.

2.6 Pancasila Sebagai Suatu Sistem

10
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem. Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007: 9).
Suatu sistem harus memenuhi lima persyaratan berikut :

a. Merupakan satu kesatuan


b. Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung pertentangan
c. Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain
d. Ada keseimbangan dalam kerjasama
e. Semuanya mengabdi pada tujuan yang satu, yaitu tujuan Bersama.
Pancasila dikatakan sebagai suatu sistem, karena Pancasila yang
terdiri atas bagian-bagian (sila-sila) yang memiliki fungsi sendiri-sendiri, itu
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (saling berhubungan)
demi mencapai tujuan Bersama, yaitu suatu masyarakat Indonesia yang adil
dan Makmur berdasarkan Pancasila (Pembukaan UUD 1945 alenia IV).
Selain itu, sila-sila Pancasila ini saling berkaitan, dan merupakan satu
kesatuan atau “Majemuk Tunggal”, yang artinya sila-sila Pancasila tidak
dapat berdiri sendiri-sendiri.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa Pancasila telah
memenuhi persyaratan untuk dapat dikatakan sebagai sistem, diantaranya
adalah :
a. Adanya kesatuan dari kelima unsur sila-silanya, yang satu sama lainnya tidak
dapat dipisahkan.
b. Adanya keteraturan dari sila-silanya, yaitu bereksistensi secara hierarkis
konsisten, dimana masing-masing sila berada dalam suatu urutan tingkat yang
runtut. Sila yang nilainya lebih esensial didahulukan, artinya yang lebih luas
cangkupannya didahulukan.
c. Adanya keterkaitan antara sila yang satu dengan sila yang lain, sehingga
merupakan satu kesatuan yang utuh, merupakan suatu totalitas (gestalt),saling
berhubungan dan saling ketergantungan antara sila yang satu dengan sila
yang lainnya.

11
d. Adanya kerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain. Hal ini mutlak
sebab dasar filsafat negara harus merealisasikan tujuan-tujuan negara.
e. Adanya tujuan bersama, dimana untuk mewujudkannya diperlukan
pemerintahan yang stabil dalam satu wadah negara yang mempunyai dasar
filsafat tersebut.
Pancasila sebagai sistem dikatakan saling berhubungan dan dapat
digambarkan dalam tiga hal berikut, yaitu :
a. Bersifat Organis, artinya antara sila-sila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkansaling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang
berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesame, dengan
masyarakat, dan dengan bangsa. Pemikiran ini bersumber dari nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
b. Bersifat Hierarkis, dimana nilai urutan kelima sila menunjukan suatu
rangkaian tingkat dalam luas (kuantitas), isinya, maupun sifatnya (kualitas)
yang saling mengikat dan mengisi.
c. Bersifat Piramidal (terbalik), dimana urutan sila-sila Pancasila disusun
berdasarkan urutan yang paling utama. Urutan dasar, yaitu sila 1 yang
menjadi dasar bagi sila -sila lainnya dan memiliki cangkupan paling luas.

Gambar 1 Hubungan Sila-sila Pancasila yang bersifat Piramida (terbalik)


Kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem yang bersifat organis,
hierarkis, dan berbentuk piramida (terbalik) adalah : Bahwa hakikat adanya

12
Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri. Tuhan sebagai causa prima. Oleh
karena itu, segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan
Tuhan atau manusia ada sebab akibat adanya Tuhan (sila 1). Adapun manusia
adalah sebagai subjek pendukung pokok adanya negara, karena negara adalah
Lembaga kemanusiaan. Dengan kata lain, negara adalah sebagai persekutuan
hidup Bersama yang anggotanya adalah manusia (sila 2). Negara sebagai
akibat adanya manusia yang Bersatu (sila 3), sehingga terbentuklah
persekutuan hidup Bersama yang disebut rakyat. Rakyat pada hakikatnya
merupakan unsur negara di samping wilayah dan pemerintah. Rakyat
merupakan totalitas individu-individu yang beragam sehingga sering pula
terjadi pertentangan. Pertentangan harus diselesaikan dengan musyawarah
dan mufakat (sila 4). Jika musyawarah telah mencapai kata mufakat, maka
akan tercipta suatu keadilan (sila 5). Jadi jelas bahwa sila ke 1 sampai sila ke
5 yang terkandung dalam Pancasila saling mengisi, bekerja sama, saling
mengkualifikasi, dan saling berhubungan.

2.7 Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara


Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah
ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide, atau cita-cita. Cita-cita yang
dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga
cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, maupun paham. Ideologi yang
semula berarti gagasan, ide cita-cita itu berkembang menjadi suatu paham
mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompok
orang menjadi suatu pandangan hidup.

Beberapa pengertian ideologi menurut para ahli, antara lain :

1. A.S Hornby mengatakan, bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan


yang membentuk gagasan landasan teori ekonomi dan politik atau yang
dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
2. Soerjono Soekanto menyatakan, bahwa secara umum ideologi sebagai
kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan

13
sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan
agama.
3. Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi
tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita
hidup.
4. Frans Magnis Suseno mengatakan, bahwa ideologi sebagai suatu sistem
pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi
terbuka. Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup,
bersifat totaliter dan akan menyangkut segala segi kehidupan. Ciri-cirinya
yaitu :
a. merupakan cita-cita sekelompok orang untuk mengubah dan
memperbarui masyarakat
b. atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang
dibebankan kepada masyarakat
isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri
atas tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang
diajukan dengan mutlak dan ideologi terbuka merupakan sistem
pemikiran terbuka yang digali dari harta kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakat itu sendiri. Ciri-cirinya seperti :
a. bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar,
melainkan harus digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat
itu sendiri.
b. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan
musyawarah dari consensus masyarakat tersebut.
c. Nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak
langsung operasional. Disinilah letak ideologis Pancasila, dimana
nilai-nilai yang dikandung oleh Pancasila digali dari harta
kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat Indonesia itu
sendiri. Tatanan nilai mempunyai tiga tingkatan fleksibilitas
ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai sebagai berikut :
d. Nilai Dasar
e. Nilai Imstrumental

14
f. Nilai Praktis

Jadi dapat dikatakan bahwa ideologi adalah seperangkat (kumpulan)


gagasan, ide, yang secara komprehensif membentuk landasan dalam
berbagai bidang (politik, sosial, kebudayaan dan agama) pada
seseorang atau sekelompok orang.

Sementara itu, fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut


Ramlan Subakti (1999) ada dua, yaitu : Sebagai tujuan atau cita-cita
yang hendak dicapai secara Bersama oleh suatu masyarakat. Dan
sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur
penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.

Sebagai ideologi negara, Pancasila memiliki tiga fungsi dalam


kehidupan bernegara, yaitu:

1. Mempersatukan, memelihara dan mengukuhkan persatuan


bangsa. Fungsi ini sangatlah penting bagi bangsa Indonesia
karena sebagai masyarakat majemuk sering kali terancam
perpecahan.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
Pancasila memberi gambaran cita-cita bangsa Indonesia
sekaligus menjadi sumber motivasi dan tekad perjuangan
mencapai cita-cita, menggerakkan bangsa melaksanakan
pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila.
3. Sebagai identitas bangsa Indonesia. Memberikan tekad untuk
memelihara dan mengembangkan identitas bangsa. Pancasila
memberi gambaran identitas identitas bangsa Indonesia,
sekaligus memberi dorongan bagi nation and character
building berdasarkan Pancasila.

Pancasila sebagai falsafah negara (philosohische gronslag) dari


ideoligi negara dan staatside. Dan secara umum ideologi Pancasila
memiliki tiga fungsi pokok, yaitu:

1. Pandangan hidup masyarakat dan bangsa

15
Pandangan hidup masyarakat dengan pandangan hidup bangsa
memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Jadi, ada proses
yang mengiringi dari pandangan hidup masyarakat menjadi
pandangan hidup bangsa, karena msyarakat telah ada sebelum
lahirnya bangsa dan negara. Masyarakatlah yang kemudian
menciptakan bangsa, selanjutnya bangsa Bersatu membentuk
negara.
Berkaitan dengan nilai, nilai telah ada sebelum lahirnya negara
Indonesia. Nilai itu dianut oleh masyarakat Indonesia, seperti
nilai religious, nilai moral, nilai toleransi, dan lain-lain. Nilai-
nilai inilah yang digali oleh “the founding fathers” kita menjadi
sila-sila Pancasila yang kemudian dijadikan dasar negara dan
ideologi negara.
2. Dasar negara
Pancasila dikatakan sebagai dasar negara dimana Pancasila
merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara. Sebagai dasar negara Pancasila memiliki
fungsi yang meliputi :
a. Sumber dari sumber segala hukum. Hal ini dasar yuridis
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, ketetapan MPRS
No.XX/MPRS/1966, ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan
ketetapan No.IX/MPR/1978.
b. Meliputi suasana kebathinan dari UUD 1945
c. Memelihara budi pekerti yang luhur
d. Sumber semangat bagi UUD 1945, penyelenggara negara,
dan pemerintahan.

Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara


tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu “…
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu undang-undang dasar negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang

16
maha esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Dasar negara itu sendiri merupakan salah satu
syarat yang harus dimiliki oleh sebuah negara merdeka.

3. Ideologi negara/nasional
Ideologi merupakan serangkaian gagasan, ide-ide, keyakinan-
keyakina, kepercayaan-kepercayaan,yang menyeluruh dan
sistematis yang menyangkut dan mengatur tingkah laku
sekelompok manusia tertentu dalam segala bidang kehidupan
yang menyangkut bidang politik (pertahanan dan keamanan),
bidang sosial kultural, bidang hukum, serta bidang keagamaan.
Kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang
dimiliki oleh ideologi itu, yaitu simensi realita, idealisme, dan
fleksibilitas (Oetoyo Oesman dan Alfian, 1991:1992).
Pancasila sebagai ideologi memiliki tiga dimensi tersebut :
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada
ideologi itu mencerminkan realita atau kenyataan yang
hidup dalam masyarakat.
2. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang
terkandung dalam nilai dasar itu mampu memberikan
harapan kepada berbagai kelompok atau golongan
masyarakat tentang masa depan yang lebih baik.
3. Dimensi fleksibilitas, yaitu kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya.
Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa
 Bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi
Pancasila itu menjadi cita-cita normative bagi
penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau
arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

17
bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan
yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-
Persatuan, yang ber_kerakyatan, dan yang ber-
Keadilan.
 Selain berfungsi sebagai cita-cita normative
penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati
Bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana
pemersatu masyarakat yang dapat mempersatukan
berbagai golongan masyarakat di Indonesia.
2.8 Pancasila sebagai filsafat
Ajaran dan nilai filsafat sangat mempengaruhi pikiran, budaya, dan
peradaban umat manusia. Semua system kenegaraan ditegakkan
berdasarkan ajaran atau system filsafat yang mereka anut (sebagai dasar
negara hingga ideologi negara). Berbagai negara dewasa ini menunjukkan
keunggulan masing-masing, dan terus memperjuangkan supremasi dan
dominasi system kenegaraannya, meliputi : liberalism-kapitalisme,
marxisme-komunisme, zionisme,theokratisme, sosialisme, naziisme,
fascism, dan fundamentalisme. Termasuk Indonesia menerapkan system
ideologi Pancaslia, sebagai aktualisasi filsafat hidup (weltsanchauung)
seluruh bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan, bahwa Pancasila sebagai
filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi
substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai “refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagaidasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar
dan menyeluruh”.
Pancasila dapat dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan
hasil perenungan jiwa yang mendalam dilakukan oleh the founding fathers
kita, yang dituangkan dalam suatu system dan didasarkan pada nilai-nilai

18
adat istiadat, nilai religious, nilai kebudayaan, dan nilai-nilai lainnya yang
hidup, tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat memiliki fungsi yang amat penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu :
a. Memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan
bernegara (bentuk negara, perekonomian negara, dan lain-lain).
b. Memberikan kebenaran dan mencari kebenaran yang substantive
tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara (dinyatakan
secara eksplisit dalam pembukaan UUD 1945)

Filsafat Pancasila jugadapat dikaji melalui ketiga aspek ini, yaitu sebagai
berikut :
A. Landasan ontologis Pancasila
Ontologis menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelediki hakikat
sesuatu atau
Tentang anda , keberadaan atau ekseistensi dan disamkan artinya dengan
metafisika secara umum ,ontologis adalah “apa yang dikaji “ atau apa
objek kalian dari ilmu itu”. Misalnya apakah hakikat sesuatu itu ? apakah
realitas yang tampak ini adalah suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu
benda? Apakah ada suatu rahasia dibalik realitas itu , sebagaimana yang
tampak pada mahluk hidup?dan seterusnya . artinya , bidang ontology
menyelidiki tentang makna yang ada (eksitensi dan
keberadaan)manusia,benda,alam semesta (kosmologi) , serta metafisika.
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai fisalfat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila sila
Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila , setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri ,melainkan memliki satu
kesatuan dasar ontologis.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang
memliki hakikat mutlak yaitu monopluralis atau monodualis ,karena itu
juga disebut sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung pokok dari
sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa
yang berketuhanan Yang Maha Esa , yang berkemanusiaan yang adil dan

19
beradab , yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaraan/perwakilan ,serta yang
berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.
Sementara itu , manusia sebagai pendukung pokok sila sila
Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak , yaitu terdiri
atas susunan kodrat , raga dan jiwa , jasmani dan rohani. Sifat kodrat
manusia adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial serta sebagai
mahluk pribadi dan mahluk Tuhan Yang Maha Esa . maka secara
hierarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya.
(notonagoro,1975: 53)

B. Landasan epistemologis Pancasila


Epistemologi adalah cabang fisalfat yang menyelidiki
asal,syarat,susunan,metode dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi
meneliti sumber pengetahuan , proses dan syarat terjadinya pengetahuan,
serta batas dan validitas ilmu pengetahuan. epistemologi adalah ilmu
tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science. Menurut
titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi
, yaitu: 1) tentang sumber pengetahuan manusia ; 2) tentang teori
kebenaran pengetahuan manusia ; 3) tentang watak pengetahuan manusia
Secara epistemologis , kajian Pancasila sebagai fisalfat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu system
pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu
belief system , sistem cita-cita , dan menjadi suatu ideologi .oleh karena
itu, Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epitemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya. Oleh karena itu , dasar epistemologis
Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat
manusia.

20
Pancasila sebagai suatu objek pengeahuan pada hakikatnya meliputi
masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila tentang
sumber pengetahuan pancsila, sebagaimana telah dipahami Bersama
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai
tersebut merupakan kausa materialis Pancasila. Tentang susunan
Pancasila sebagai suatu sistem pegetahuan, maka Pancasila memiliki
susunan yang bersifat formal loogis,baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan
sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk pyramidal
(terbalik).
Sifat hierarkis dan bentuk pyramidal (terbalik) itu tampak dalam
susunan Pancasila , di mana sila pertama Pancasila mendasari dan
menjiwai keempat sila lainnya. Sila kedua didasari sila pertama dan
mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima. Sila keempat
didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga, serta mendasari dan
menjiwai sila kelima. Terakhir sila kelima didasari dan dijiwai sila
pertama,kedua, ketiga da keempat. Dengan demikian susunan Pancasila
memiliki sistem logis baik yang mmenyangkut kualitas maupun
kuantitasnya.
Sebagai suatu paham epistemology, maka Pancasila mendasarkan
pada pandangan nya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak
bebas nilai karena harus diletakan pada kerangka moralitas kodrat
manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tigkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia .
C. Landasan aksiologis Pancasila
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem fisalfat memiliki satu
kesatuan dasar aksiologis, yaitu
niali-niali yang terkandung dalam Pancasila pada hakikat nya juga
merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa
kita membahs tentang fisalfat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani, yaitu axios yang artinya
nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi

21
adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik.
Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan
metafisika suatu wilayah. Nilai (value dalam inggris ) berasal dari kata
latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian fisalfat, nilai
merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai
“keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu
yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang
diinginkan. Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Nilai itu suatu sifat atau kualitas
yang melekat pada suatu objek.
Terdapat berbagai pandangan tentang nilai dan pandangan ini
tergantung pada sudut pandang masing masing dalam menentukan tentang
pengertian dan hierarki nilai,seperti :
1. Kaum materialistis memandang nilai tertinggi adalah nilai material
2. Kaum hedonisme memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai
kenikmatan
3. Kaum liberialisme memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai
kebebasan
4. Kaum sekularisme memandang bahwa nilai teringgi dalam suatu
negara adalah bila urusan negara terpisah dengan urusan agama.
Max scheler (dalam driyarkara,1978) mengmukakan
bahwa nilai ada tingkatannya dan dapat dikelompokan menjadi 4
tingkatan yaitu:
1. Nilai-nilai kenikmatan : dalam tingkat ini terdapat nilai yang
mengenakan dan nilai yang tidak mengenakan , yang
menyebabkan orang senang atau menderita (kaum hedonisme)
2. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang
penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan keadilan hingga
kesegaran.
3. Nilai-nilai kejiwaan dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
(geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan
jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya,

22
keindahan,kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam
fisalfat
4. Nilai-nilai kerohanian :dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai
yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari
nilai-nilai pribadi.

Sementara itu dalam filsafat Pancasila sendiri disebutkan ada


tiga tingkatan nilai , yaitu nilai dasar, nilai instrumental , dan nilai
praktis.
1. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
bersifat mutlak , sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
ketuhanan , nilai kemanusiaan, nilai persatuan , nilai kerakyataan ,
dan nilai keadilan.
2. Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam
peraturan dan mekanisme Lembaga-lembaga negara.
3. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksana kan
dalam kenyataan . nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam
masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila , termasuk nilai etik atau nilai moral
merupakan nilai dasar yang mendasai nilai instrumental dan selanjutnya
mendasari semua aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Secara aksiologis , bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-
nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang
berketuhanan , yang berkemanusiaan , yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan
penghargaan atas nilai nilai Pancasila itu tampak dalam sikap, tingkah
laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas
sebagai manusia Indonesia.

23
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup bernegara. Dalam prinsipnya pancasila sebagai
filsafat merupakan perluasan manfaat dari yang bermula sebagai dasar dan
ideologi. Filsafat pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman
dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai filsafat juga berarti bahwa pancasila
mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi
dan pembentukkan ideologi pancasila.
3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi para

pembaca serta mengajak pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui

24
sejauh ,ana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat pancasila, dan pancasila

sebagai filsafat.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/293602980/filsafat-pancasila
https://prezi.com/vrsdl2vc-iwy/pancasila-sebagai-ideologi-bangsa-dan-negara
https://www.negeripesona.com/2015/04/fungsi-pancasila-sebagai-ideologi.html?
m=1
sunoto,1987. Mengenal Filsafat Pancasila Pendekatan melalui : Sejarah dan
Pelaksanaannya. Yogyakarta : PT.Hanindita

25

Anda mungkin juga menyukai