Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Muhammad Ivan Miftahul Aziz, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok Iv: Mely Amanda Sari ( NIM 020220012 )
Surtinah ( NIM 020220034 )
Juniwarman ( NIM 020220005 )

Mata Kuliah: PJKR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


( STKIP )
MUTIARA BANTEN
JL. Stadion Badak No. 02 Pandeglang Banten
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..................................................................................... I
DAFTAR
ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Defini Filsafat................................................................................. 3
B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem ...................... 7
C. Pancasila Sebagai Sestem Filsafat ................................................. 9
D. Inti Sila-Sila Pancasila. .................................................................. 15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung atau pun tidak langsung
mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang besar kekuatan
internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam, bahkan menguasai eksistensi
negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya
pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan.

Kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan kebangsaan dan


kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman internasional
yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan
rakyat, yang secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan
social Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambahkomplik
internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan yang secara
langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara sujektif maupun
objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya mengancam-
prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh
peletak dasar (The founding fathers) Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi
suatu prinsip dasar filsafat bernegara, itulah pancasila.

Dengan pemahaman demikian, maka pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini
mengalami ancaman dengan munculnya nilai nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang
terjadi secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu bangsa, senantiasa memiliki
suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain
didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus
sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian bangsa Indonesia tidak mungkin
memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain. Ketika para pendiri
Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya
untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental “di atas dasar apakah Negara Indonesia
merdeka ini didirikan?” jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak
ukur utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur pada
nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistim filsafat. Pemahaman demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut
aspek ontology,epistemology, dan aksiologi dari kelima sila pancasila.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian filsafat?
b. Bagaimana rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem?
c. Bagaimana pancasila sebagai sestem filsafat?
d. Bagaimana intisari sila-sila pancasila?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengertian pancasila
b. Mengetahui rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
c. Mengetahui pancasila sebagai sestem filsafat
d. Mengetahui intisari sila-sila pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni “philein” yang artunya “cinta”
dan “Sophos” yang artinya “hikmah”, “kebijaksanaan” atau “wisdom”. Jadi secara harfiah
“filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan. Dan nampaknya hal ini sesuai dengan sejarah
timbulnya ilmu pengetahuan yang sebelumnya dibawah naungan filsafat. Namun demikian jika
kita membahasa pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya maka
mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam, pengetahuan, etika, logika
dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka muncul pula filsafat
yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat politik, social, hukum,
bahasa, ilmu pengetahuan, agam dan bidang-bidang ilmu lainnya.

Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik,


sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat
adalah ilmu yang paling umum yang mengandung us aha mencari kebijaksanaan dan cinta akan
kebijakan.

Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 - 496 SM). Dia adalah
seorang ahli piker dan pelopor matematika yang menganggap bahwa inti sari dan hakikat dari
semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang
diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:
a. Keheranan, sebagian f ilsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari filsafat.
Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
b . Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun pada
kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak
disangsikan lagi.
c. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya
sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya, Kemudian
muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa di luar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak
terbatas.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam
arti produk. Selain itu ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai
pandangan hidup. Di samping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis.

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup,
dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari- hari dan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun
mereka berada.

1. Obyek Filsafat

Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung dengan suatu
obyek). yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk
mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian
manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan,
secara mendasar (fundamental dan hakiki).

Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filsuf) rnerupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau
bangsa dan negara. Filsafat dernikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu tata nilai yang
melernbaga sebagai suatu paham (isme) seperti kapitalisme, komunisrne, fasisrne dan sebagainya yang
cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modem.Filsafat sebagai kegiatan olah pikir
manusia menyelidik obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau substansinya dapat
dibedakan menjadi:

a. Obyek material filsafat: yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala sesuatu baik yang
bersifat material kongkrit seperti manusia, alarn, benda. Binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang
bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain
sebagainya.
b. Obyek formal filsafat: cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut. Suatu
obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu,
terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun
cabang-cabang filsafat yang pokok adalah:

a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis yang meliputi
bidang: ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi membicarakan
tentang teori umum mengenai proses kenyataan, dan antropologi.

b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau kebenaran.

c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh pengetahuan.

d. Logika, adalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil kesimpulan
yang benar.

e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia tentang baik-buruk.

f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahan-kejelekan.

2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai berikut:

a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk
mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda
ekonomi, makanan ) dan terika pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas)
yang bersifat objektif.

b. Aliran Idealisme/Spiritualisme. Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang
menentuka hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan
kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sarna
sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan
kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit).

c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran di atas adalah bertentangan,
tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama
kehidupan bukanlah benda (materi) sernata-mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh
tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati.
Pastilah realitas demikian lebih daripada sekadar m a teri. Oleh karenanya, realitas adalah panduan
benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah).Khusus pada
manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas
merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.

3. Manfaat Mempelajari Filsafat

a. Memperoleh kebenaran yang hakiki


b. Melatih kemampuan berfikir logis
c. Melatih berpikir dan bertindak bijaksan
d. Melatih berpikir rasional dan komprehensif
e. Menyeimbangkan antara pertimbangan dan tindakan sehingga diperoleh
keselarasan hidup
f. Menghasilkan tindakan yang bijaksana

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian
sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu saling berhubungan, saling bekerja sama untuk
suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh . Sistem
lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.Suatu kesatuan bagian-bagian.


2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yag kompleks.

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada hakekatnya
merupakan suatu azas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang sistematis.

1. Susunan sila-sila pancasila yang bersifat organis.

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan Dasar Filsafat negara
berdasarkan lima sila yang masing-masing merupakan suatu azas kehidupan. Kesatuan sila-sila
Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filosofis bersumber pada
hakikat dasar antologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu
hakikat manusia “monopluralis” yang memiliki unsur-unsur, susunan kodrat jasmani dan rohani,
“sifat kodrat” individu-makhluk sosial, dan “kedudukan kodrat” sebagai pribadi berdiri sendiri
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Dasar epistemologi sila-sila Pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem pengetahuan.
Sebagai suatu ideologi maka Pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari
pendukungnya yaitu: 1) Logos yaitu rasionalitas atau penalaran, 2) Pathos
yaitu penghayatan, dan 3) Ethos yaitu kesusilaan. Dasar epitemologis Pancasila pada hakikatnya
tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai ideologi bersumber pada
nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu dasar epistemologi tidak dapat
dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau manusia merupakan basis
ontologis dari Pancasila maka dengan demikian mempunyai implikasi terhadap bangunan
epistemologi , yaitu bangunan epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia.

3.Dasar aksiologis sila-sila Pancasila

Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya sehingga
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan
sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan hirarkinya.
Misalnya kalangan materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material,
kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun dari
berbagai macam pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan pada kedua macam sudut
pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek pemberian nilai yaitu
manusia. Hal ini bersifat subjektif namun juga terdapat pandangan bahwa pada hakikatnya
sesuatu.itu memang pada dirinya sendiri memang bernilai, ini merupakan
pandangan dari paham objektivisme.
4. Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem.

Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat Pancasila yang umum
universal yang merupakan substansi sila-sila Pancasila, sebagai pedoman pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi
pengalaman Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila
satu sampai dengan lingkungan merupakan cita-cita harapan dan dambakan bangssa Indonesia
yang akan diwujudkannya. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangssa
Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah rifah loh junawi, tentram karta
raharja. Dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap tingkah laku dan perbuatan
setiap manusia.

B. Pancasila sebagai sistem filsafat


1. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia,
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu
bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada
dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-
nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur
kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa
Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang
disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman
dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.Pandangan yang diyakini kebenarannya itu
menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta
perbuatannya.

Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai
tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa,
gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa
dan bernegara. Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri
negara Republik Indonesia adalah :”di atas dasar apakah Negara Indonesia didirikan” ketika
mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup
bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa.

Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai- nilai yang dimiliki,
diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejara perkembangan
dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia
tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata
kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri
masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya.
Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jatidiri bangsa
Indonesia. Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari
sumber nilai utama yaitu :

a. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa
yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran ajaran agama dalam kitab suci.

b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang luhur
budaya masyarkat (inti kesatuan adat- istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh nusantara.

2.Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian
sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk
satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.Suatu kesatuan bagian-bagian


b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendiri sendiri, fungsi sendiri-sendiri
namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan
(bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila
merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila
merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri
sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak
saling bertentangan. Kesatuan si;a-sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara
filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukungdari inti, isi dari sila-
sila Pancasila yaitu hakikat manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur
susunan kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai
pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan
yang bersifat organis harmonis.

4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida


Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan untuk
menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga
dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan
luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya.

Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap
silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh
karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila
berikutnya.

Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu : Tuhan,
Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat
dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan
negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai
dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; silakeempat adalah sifat
dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat dan keadaan
negara harus sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis
dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan
menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Saling
Mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis pyramidal juga memiliki sifat saling
mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai
keempat sila lainnya,dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh
keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling
mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

6. Pancasila Sebagai Ilmu


Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian
pancasila sebagai system filsafat. Pancasila sebagai system filsafat adalah pengungkapan. Filsafat
sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup hakikat pancasila sebagai suatu
system pengetahuan. Pancasila sebagai system filsafat pada syarat-syarat filsafat
sebagai ilmu adalah pengetahuan hidup “atau filsafat Negara republicIndonesia yang berdasarkan
uud-45 dan pancasila.

Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena
kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat
keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari
pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang
dominan.
Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan
segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa dikuasai.

Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.

Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita biasa menjumpai pandangan-
pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan
akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dan intelektual (Bagir, 2005). Menurut kamus Webster New World Dictionary, kata scienceberasal
dari kata latin, scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta
mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui
intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini mengalami perkembangan dan perubahan makna
sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari 11 observasi, kajian, dan
percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menetukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji.
Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata alima yang artinya mengetahui. Jadi
ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire. Namun ilmu
memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science (sains).

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi.
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan
logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang
membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology, ontology.

7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia

Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara Kesatuan Republik


indonesia ( NKRI ) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi
nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari
kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:

a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia


b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan
bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah kristalisasi dari nilai-nilai
yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa
itu untuk mewujudkannya menjadi negara yang sejahtera (Wellfare State).

D. Inti Sila-Sila Pancasila


Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila pancasila merupakan suatu sistem nilai. Oleh
karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam
setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, namun
kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Oleh karena itu meskipun
dalam uraian berikut ini menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila, namun
kesemuanya itu tidak dapat di lepaskan keterkaitannya dengan yang lainnya. Adapun nilai-nilai
yang terkandung di dalam setiap sila adalah sebagai berikut:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila yang lainnya.
Dalam sila Ketuhana Yang Maha Esa terkadung nilai bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai
pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh karena itu segala
halyang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaran Negara bahkan moral Negara, moral
penyelenggaraan Negara, politik Negara, pemerintahan Negara,hukum dan peraturan perundang-
undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara harus di jiwai nilai-nilai ketuhanan yang
maha esa.

2.Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis di dasari dan di jiwai oleh sila ketuhanan
yang maha esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusia sebagai
dasasr fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai
kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah
susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat
makhluk pribadi berdiri sediri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.

3. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia tidak dapat di pisahkan dengan keempat sila
yang lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila persatuan
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila ketuhan yang maha esa dan kemanusiaan yang adil dan
beradab serta mendasari dan di jiwai sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah sebagai penjelmaan sifat
kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social. Negara adalah
merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk Negara
yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama.

Oleh karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-
elemen yang membentuk Negara. Konsekuensinya Negara adalah beraneka ragam tetapi satu,
mengikatkan diri dalam suatu kesatuan yang di lukiskan dalam suatu sloka Bhinneka Tunggal Ika.
Perbedaan bukannya untuk diruncingan menjadi konflik dan permusuhan melainkan di arahkan
pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk
mewujudkan tujuan bersama.

Nilai persatuan Indonesia di dasari dan di jiwai oleh sila ketuhan yang maha esa dan kemanusiaan
yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme
religious. Yaitu nasionalisme yang bermodal ketuhanan yang maha esa, nasionalisme yang
humanistik yang menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk tuhan. Oleh
karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan Negara
termasuk dalam era reformasi dewasa ini. Proses reformasi tanpa mendasarkan pada moral
ketuhanan, kemanusiaan dan memegang teguh persatuan dan kesatuan, maka bukan tidak mungkin
akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia sepeti halnya telah terbukti pada bangsa lain
misalnya Yugoslavia, Srilanka dan lain sebagainya.

4.Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil
Dan Beradab serta Persatuan Indonsia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indoneisa.

Nilai filosopis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat Negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kudrot manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social. Hakikat rakyat
adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang bersatu dan
bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah Negara. Negara adalah
dari oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan Negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan tekandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan
dalam hidup Negara.

5.Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Nilai yang terkandung dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia di dasari dan di jiwai
oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat adalah berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu
kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama antara sila yang satu dengan
sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh
yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
DAFTAR PUSTAKA

Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Filsafat Negara. Jakarta: Cetakan Ke-4,


Pantjuran Tudjuh.
Poespowardoyo, Soenaryo. 1989. Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia.
Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT. Gramedia.
Kartohadiprojo, Soediman. 1970. Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung;
Alumni.
Sulaiman, Asep, 2014, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bandung
Fadillah Press.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah pancasila. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari seluruh komponen yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang
berjudul “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan.

Pandeglag, 27 September 2022

Penulis

Anda mungkin juga menyukai