FILSAFAT PANCASILA
Dosen Pengampun:
Disusun Oleh:
NIM : 22.12.07.31.0334
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
judul “FILSAFAT PANCASILA” Semoga sesuai harapan.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa mahasiswi Universitas Islam Zainul Hasan Genggong untuk mendapatkan nilai
prestasi akademik pada semester I. Penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
berkat bantuan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut,
penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: Dosen pengampu Mata Kuliah
Kewerganegaraan,Yakni beliau: Yeni Kartikawati, M.Si
Akhir kata, semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak diatas
mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kraksaan, 2,APRIL,2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1.A Pengertian Konsep Filsafat
Istilah filsafat ini sebenarnya berasal dari bahasa yunani, yakni philosophia
yang mana merupakan gabungan kata philo dan shopia. Philo yang berarti Cinta dalam
artian yang luas, Sementara shopia berarti kebijakan atau pandai. Jadi dapat di sebut
bahwa filsafat ini adalah keinginan cita pada kebijakan.
1. Idealisme.
Istilah idealisme ini di kemukakakan oleh plato sekitar 20400 tahun yang lau.
Plato memiliki pemikiran bahwa realitas yang paling fundamental dan realitas yang
tampak oleh indera manusia adalah ide. Penekanan dalam pandangan ini idialis alam
yang mana bersifat spritual.
2. Humanisme,
Pandangan humanisme ini memiliki dua arah, yakni Humanisme Individu dan
Humanisme Sosial. Humanisme Individu lebih mengutamakan adanya
kemerdekaaan berpikir, mengemukakan pendapat, dan berbagai aktivitas yang
menuntut kretivitas. Sedangkan Humanisme sosial lebih mengutamakan
pendidikan bagi masyarakat secara keseluruhan untuk kesejahteraan dan hubungan
anttar manusia.
2
3. Rasionalisme
Keberadaan ilmu filsafat ini tidak statis begitu saja, melainkan dinamis yang mana
berkembang sedemikian rupa hingga semakin rasional dan sistematis. Terlebih lagi, semakin
berkembangnya zaman juga berkembang pula pola pikir manusia. Nah, berikut adalah 6 cabang
bidang studi dari filsafat.
1. Epistemologi
Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (kata,
pikiran, atau ilmu). Sehingga dapat disimpulkan bahwa epistemologi ini adalah cabang filsafat
yang membahas pengetahuan. Dalam epistemologi, yang menjadi pokok persoalan adalah
berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
2. Metafisika
Istilah ini juga berasal kata Yunani metaphysika, artinya “setelah fisika”. Cabang
filsafat ini diperkenalkan oleh Andronikos dan Rhodes dari kumpulan buku-buku yang ditulis
oleh Aristoteles tentang hakikat benda-benda yang kita lihat pada dunia nyata ini. Dapat
dikatakan juga bahwa metafisika ini adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif
3
mengenai seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada. Metafisika dapat dibagi menjadi dua
hal, yakni:
Yakni membahas mengenai segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus.
Pembahasan biasanya dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang
sesungguhnya dari penampilan atas eksistensinya.
b) Metafisika Khusus
Kosmologi, yakni pembahasan mengenai dunia atau alam dengan ketertiban yang
paling fundamental dari seluruh realitas.
Filsafat Antropologi, yakni yang membahas mengenai apa hakikat dari manusia dan
bagaimana hubungan alam dengan sesamanya. Jadi, dapat dikatakan bahwa cabang ini
berupaya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan eksistensi,
status, dan relasinya.
3. Logika
Menurut Rapar (1996), Logika adalah cabang atau bagian filsafat yang menyusun,
mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, dan prosedur-prosedur
normatif, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran
yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Singkatnya, cabang filsafat ini berupaya
memperyimbangkan akal ayau pikiran yang diutarakan melalui kata atau bahasa (verbal).
4. Etika
Cabang filsafat ini disebut juga dengan filsafat moral sebab membahas mengenai baik
dan buruknya tingkah laku manusia. Singkatnya, cabang filsafat ini memandang manusia dari
segi perilakunya. Bahkan pada zaman Socrates, etika sangat berpengaruh pada kehidupan
amnusia. Etika ini merupakan ilmu tentang kesusilaan, yang mana menentukan bagaimana
patutnya manusia untuk hidup dalam masyarakat. Etika juga tidak mempersoalkan apa atau
siapa manusia tersebut, melainkan bagaimana manusia itu seharusnya berbuat dan bertindak.
5. Estetika
Cabang filsafat ini mempersoalkan seni (art) dan keindahan (beauty). Hal-hal yang
4
dibahas mengenai keindahan adalah kaidah dan sifat hakiki dari keindahan, misalnya menguji
keindahan dengan perasaan dan pikiran manusia. Meskipun pada dasarnya, estetika ini telah
ditelaah sejak 2500 tahun lalu di berbagai wilayah, misalnya Babilonia, India, Mesir, China,
hingga Yunani.
6. Filsafat Ilmu
Cabang filsafat ini membahas mengenai hakikat ilmu. Penerapannya biasanya dalam
upaya mencari akar persoalan dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang
ilmu tersebut supaya lebih jelas dan pasti. Sama halnya dengan disiplin ilmu lain, cabang
filsafat ini juga memiliki pembagian ilmunya sendiri, misalnya filsafat hukum, filsafat sejarah,
filsafat bahasa, hingga filsafat matematika.an rupa hingga semakin rasional dan sistematis.
Terlebih lagi, semakin berkembangnya zaman juga berkembang pula pola pikir manusia. Nah,
berikut adalah 6 cabang bidang studi dari filsafat.
1. Epistemologi
Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (kata,
pikiran, atau ilmu). Sehingga dapat disimpulkan bahwa epistemologi ini adalah cabang filsafat
yang membahas pengetahuan. Dalam epistemologi, yang menjadi pokok persoalan adalah
berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
2. Metafisika
Istilah ini juga berasal kata Yunani metaphysika, artinya “setelah fisika”. Cabang
filsafat ini diperkenalkan oleh Andronikos dan Rhodes dari kumpulan buku-buku yang ditulis
oleh Aristoteles tentang hakikat benda-benda yang kita lihat pada dunia nyata ini. Dapat
dikatakan juga bahwa metafisika ini adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif
mengenai seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada. Metafisika dapat dibagi menjadi dua
hal, yakni:
Yakni membahas mengenai segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus.
Pembahasan biasanya dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang
sesungguhnya dari penampilan atas eksistensinya.
5
b) Metafisika Khusus
Kosmologi, yakni pembahasan mengenai dunia atau alam dengan ketertiban yang
paling fundamental dari seluruh realitas.
Filsafat Antropologi, yakni yang membahas mengenai apa hakikat dari manusia dan
bagaimana hubungan alam dengan sesamanya. Jadi, dapat dikatakan bahwa cabang ini
berupaya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan eksistensi,
status, dan relasinya.
3. Logika
Menurut Rapar (1996), Logika adalah cabang atau bagian filsafat yang menyusun,
mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, dan prosedur-prosedur
normatif, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran
yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Singkatnya, cabang filsafat ini berupaya
memperyimbangkan akal ayau pikiran yang diutarakan melalui kata atau bahasa (verbal).
4. Etika
Cabang filsafat ini disebut juga dengan filsafat moral sebab membahas mengenai baik
dan buruknya tingkah laku manusia. Singkatnya, cabang filsafat ini memandang manusia dari
segi perilakunya. Bahkan pada zaman Socrates, etika sangat berpengaruh pada kehidupan
amnusia. Etika ini merupakan ilmu tentang kesusilaan, yang mana menentukan bagaimana
patutnya manusia untuk hidup dalam masyarakat. Etika juga tidak mempersoalkan apa atau
siapa manusia tersebut, melainkan bagaimana manusia itu seharusnya berbuat dan bertindak.
5. Estetika
Cabang filsafat ini mempersoalkan seni (art) dan keindahan (beauty). Hal-hal yang
dibahas mengenai keindahan adalah kaidah dan sifat hakiki dari keindahan, misalnya menguji
keindahan dengan perasaan dan pikiran manusia. Meskipun pada dasarnya, estetika ini telah
ditelaah sejak 2500 tahun lalu di berbagai wilayah, misalnya Babilonia, India, Mesir, China,
hingga Yunani.
6
6. Filsafat Ilmu
Cabang filsafat ini membahas mengenai hakikat ilmu. Penerapannya biasanya dalam
upaya mencari akar persoalan dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang
ilmu tersebut supaya lebih jelas dan pasti. Sama halnya dengan disiplin ilmu lain, cabang
filsafat ini juga memiliki pembagian ilmunya sendiri, misalnya filsafat hukum, filsafat sejarah,
filsafat bahasa, hingga filsafat matematika.
2. Konsep pancasila
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yangberarti sendi,
atas, dasar, atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Maka demikian
Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah
lakumyang penting dan baik.
7
Notonegoro
Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad
lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian, Pancasila tidak
saja falsafah Negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Hasil-hasil sidang selanjutnya dibahas oleh Panitia Kecil atau Panitia 9 dan
menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar” pada tanggal 22 Juni
1945, yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin disarankan diberi nama Jakarta
Charter, atau Piagam Jakarta, yang di dalamnya terdapat Pancasila pada alinea IV,
Piagam Jakarta, selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
menjadi Pembukaan UUD, dengan mengalami beberapa perubahan yang bersamaan
dengan Pancasila disahkan menjadi dasar Negara.
Sejak itu Pancasila sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan sebagai
berikut:
8
Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara,
Ketuhanan yang maha esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-
Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhana yang maha esa, yang ber-
Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, ber-Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
9
Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang maha esa, yang ber-Kemanusian yang
adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang maha
esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan
ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
Pengertian “Sistem”
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore & Voich, 1974).
10
- Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan,
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata
lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisahpisah maka
itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan
sebagai berikut:
sendiri.
kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek
11
1. Landasan Ontologis Pancasila
Apakah realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas sebagai wujudnya,
yaitu benda?
Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada
makhluk hidup? dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika.
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima
sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologisSubyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah
manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai
pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak,
yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat
manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk
pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya(Notonagoro, 1975: 53)
12
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
13
BAB III
KESIMPULAN
Filsafat Pancasila belum merupakan ajaran secara tertulis dari seorang filosof. Fisafat
Pancasila masih berupa tata nilai dan tata masyarakat yang terkandung dalam sosio-budaya
bangsa Indonesia, terpelihara sepanjang sejarah. Filsafat Pancasila masih terpemdam secara
potensi dalam proses menjadi actual.
Dardji Dharmodihardjo mengatakan bahwa filsafat Pancasila adalah hasil berpikir yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia, yang oleh bangsa Indonesia dianggap, dipercayai,
dan diyakini sebagai suatu (kenyataan, nilai-nilai, dan norma-norma) yang paling benar,paling
adil, paling bijaksana, paling baik, dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia. Notonagoro
nengatakan bahwa Pancasila merupakan hasil pemikiran yang mendalam, mendasar, secara
cermat dan sistematisoleh para ahli dan dalam kurun waktu yang lama.
Jadi, filsafat Pancasila adalah hasil pemikiran yang paling mendalamdan dianggap telah
dipercaya serta diyakini sebagai suatu kesatuandari norma dan nilai yang paling dianggap
benar,adil, bijaksana,paling baik,dan paling sesuai dengan kaidah didirikanya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
14
DAFTAR PUSTAKA
15