Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu:

MOCH. MUKHLISON, S.Pd.I., M.Pd.I.

Oleh:

Ayu Nurmalasari 2101010064

Ati Qotul Maulla 2101010068

Nadia Putri Mahshoda 2101010070

UNIVERSITAS ISLAM TRIBAKTI LIRBOYO

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
yang berjudul Konsep Dasar Filsafat Pendidikan Islam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari beberapa rekan-rekan sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun
inspirasi bagi pembaca.

Kediri, 02 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat Pendidikan Islam ..................................................... 2


B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam ....................................... 8
C. Tujuan Filsafat Pendidikan Islam ................................................... 10
D. Manfaat Filsafat Pendidikan Islam ................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 12
B. Penutup ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena
pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal)
tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu
pengetahuan agama Islam, melainkan menuntut kita untuk mempelajari
ilmu-ilmu yang lain. Melakukan pemikiran filosofis pada hakikatnya
adalah menggerakkan semua potensi psikologis manusia seperti pikiran
kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indra
tentang gejala kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai
ciptaan Tuhan.
Bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan Islam
merupakan pemikiran yang mendasar yang melandasi dan mengarahkan
proses pelaksanaan pendidikan Islam. filsafat pendidikan Islam juga
bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode-metode yang digunakan
dalam proses pendidikan Islam itu sendiri sekaligus memberikan
Pengarahan mendasar bagaimana metode tersebut harus didayagunakan
atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi filsafat Pendidikan Islam?
2. Apa saja ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam?
3. Apa tujuan dari filsafat Pendidikan Islam?
4. Apa manfaat dari filsafat Pendidikan Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi filsafat Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam.
3. Untk mengetahui tujuan filsafat Pendidikan Islam.
4. Untuk mengetahui manfaat filsafat Pendidikan Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam


Kita sering mengatakan, betapa pentingnya filsafat sebagai ilmu
dan filsafat terapan, termasuk filsafat agama, filsafat Pancasila, dan filsafat
Pendidikan. Namun sangatlah sukar untuk memberikan definisi konkret
apalagi abstrak terhadap filsafat-filsafat tersebut. Kata filsafat berkaitan
erat dengan segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh manusia, bahkan
tidak akan pernah ada habisnya karena mengandung dua kemungkinan,
yaitu proses berpikir dan hasil berpikir.1
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, philo yang berarti
cinta dalam arti yang luas atau ingin dan karena itu lalu berusaha mencapai
yang diinginkan itu, sedangkan sophia artinya kebijakan dalam arti pandai,
pengertian yang mendalam, cinta pada kebijakan (Ahmad Tafsir, 2001: 9)
Filsafat memang dimulai dari rasa ingin tahu. Keingintahuan
manusia ini kemudian melahirkan pemikiran. Manusia memikirkan apa
yang ingin diketahuinya. Pemikiran inilah yang kemudian disebut sebagai
filsafat. Dengan berfilsafat manusia kemudian jadi pandai. Pandai artinya
juga tahu atau mengetahui Dengan kepandaiannya manusia harusnya
menjadi bijaksana. Bijaksana adalah tujuan dari mempelajari filsafat itu
sendiri.
Istilah filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras. Dia
mengatakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi tiga golongan. Pertama,
manusia yang mencintai kesenangan. Kedua, manusia yang mencintai
kegiatan. Ketiga, manusia yang mencintai kebijaksanaan. Pengertian
ketiga dari Pythagoras tentang manusia ini yang kemudian memberikan
gambaran tentang pengertian filsafat yaitu kebijaksanaan.
Filsafat memiliki berbagai jenis pengertian pokok antara lain:

1
Muhammad Anwar, Filsafat Penddidikan, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 1.

2
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik
serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta
nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan.
Seperti sumber, hakikat, keabsahan, dan nilainya (Loren Bagus,
2000:242).
Filsafat merupakan kegiatan pikiran. Pikiran manusia ini
menerawang dan menelaah segala yang ada di alam semesta. Penelaahan
ini melahirkan pengertian tentang realitas itu, tentang segala itu. Upaya
mengetahui segala itu dilakukan secara sistematis, artinya menggunakan
hukum berpikir. Pikiran filosofis ini mencari hakikat segala sesuatu itu
sampai ke pengertian yang paling dasar, paling dalam.2
Filsafat juga disebut the mother of science, induk dari ilmu
pengetahuan. Menurut Will Durant, filsafat ditamsilkan pasukan marinir
yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Pasukan infantri
tersebut adalah ilmu pengetahuan. Setelah itu ilmu lah yang merambah
hutan, membelah gunung, menyelami lautan dan seterusnya. Setelah
penyerahan dilakukan maka filsafat pun pergi. Filsafat bagaikan azan dan
ilmu bagaikan shalat (Tobroni, 2008:3). Filsafat juga disebut the supreme
art, pengetahuan tertinggi, atau the art of life, pengetahuan tentang hidup.
Ia bagaikan puncak gunung tertinggi sehingga dapat dengan jelas dan
secara terpadu melihat realitas dibawahnya.
Menurut Handerson sebagaimana dikutip oleh Burhanudin Salam
(2002:33). Mengatakan bahwa filsafat dapat berarti sebagai pandangan
hidup. Misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Di
Jerman, dibedakan antara filsafat dengan pandangan hidup. Pandangan
hidup adalah weltanschauung (mahkota filsafat). Filsafat diartikan suatu

2
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 4.

3
pandangan kritis sampai ke akar-akarnya mengenai segala sesuatu yang
ada.
Harald Titus, mengemukakan bahwa filsafat dalam arti sempit
adalah science of science. Tugas utama filsafat adalah memberikan analitis
secara kritis terhadap asumsi-asumsi dan konsep sain, dan mengadakan
sistematisasi sain. Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat berusaha
mengintegrasikan pengetahuan manusia dari berbagai lapangan
pengalaman manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan
komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Dari pendapat Titus di atas, filsafat adalah kegiatan manusia
terutama aspek berpikirnya. Pemikiran manusia ini kemudian menjadi
pengetahuan bagi manusia untuk menjalani hidup di dunia ini. Filsafat
dengan demikian dapat menjadi pandangan hidup manusia.3
Berfilsafat adalah berpikir, tetapi tidak setiap berpikir itu
berfilsafat. Berpikir berfilsafat adalah berpikir secara sistematis, radikal
dan universal tentang segala yang ada dan mungkin ada agar diketahui
hakikat yang sebenarnya dan bagaimana sikap kita terhadap kebenaran itu.
Filsafat adalah berpikir untuk mengetahui tentang hakikat segala sesuatu
(Hery Noer Aly, 1999: 22-23). Jadi, filsafat itu merupakan hasil pemikiran
dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya
(radix) yang sistematis dan berlaku kebenarannya secara universal. Dalam
arti, bahwa tidak ada lagi yang tersisa untuk dipikirkan dan direnungkan,
sehingga kesimpulan yang dihasilkan oleh pemikiran tersebut benar-benar
dapat dimengerti.
Filsafat memiliki karakteristik. Karakteristik filsafat tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Filsafat menuntut penggunaan rasio yang tinggi kualitasnya;
2. Filsafat menuntut cara berpikir yang radikal, tuntas, sampai ke akar
segala sesuatu;

3
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 5-6.

4
3. Filsafat merupakan ibu dari segala pengetahuan dan ilmu dari segala
ilmu;
4. Filsafat membuahkan kearifan (hikmah) karena kecintaan akan ilmu
penngetahuan;
5. Filsafat menuntut kejelasan dan sistematika berfikir dengan cara
menghubung-hubungkan secara logis akan penngetahuan-pengetahuan
untuk menemukan implikasi-implikasinya yang tersurat maupun
tersirat;
6. Nilai atau norma merupakan salah satu objek studi filsafat karena
norma pun merupakan bagian dari kearifan (Daniel,1985:8).4
Di samping mengetahui pengertian filsafat, juga merupakan bagian
yang sangat penting untuk mengetahui objek filsafat. Hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan kejelasan mengenai pengertian filsafat secara
menyeluruh.
Objek filsafat menurut A. Tafsir (2001: 21-22) ada dua macam,
yaitu: objek material dan objek formal. Pertama, objek material dari
filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Maksudnya adalah
segala sesuatu yang nampak terlihat oleh kasat mata manusia, dan yang
mungkin hanya terlihat oleh mata hati manusia. Yang terlihat oleh mata ini
adalah hal yang material. Yang di luar material dapat diketahui melalui
keyakinan, selanjutnya adalah pencarian fakta-fakta untuk melengkapi
kenyakinannya itu. Kedua, objek formal, yaitu sifat penyelidikan. Objek
formal filsafat adalah penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin
mengetahui sesuatu bagian dalamnya atau secara mendalam. Kata
mendalam, artinya ingin mengetahui tentang objek yang tidak empiris.
Filsafat tentunya memiliki objek penelaahan. Yang menjadi objek
kajian filsafat memiliki nilai yang besar. Alam, manusia, dan Tuhan adalah
objek penelaahan filsafat ini. Dalam sejarahnya terutama filsafat Barat,
alam menempati kajian pertama. Kajian manusia tentang alam melahirkan

4
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 8

5
filsafat alam atau kosmologi. Kajian tentang manusia agak terlambat
dilakukan filsafat, oleh karena itu pengertian tentang apa hakikat manusia
sampai saat ini masih tetap menarik diikuti. Kajian filsafat tentang
manusia disebut filsafat manusia. Kajian manusia tentang Tuhan
melahirkan filsafat ketuhanan. Hal-hal tersebut merupakan permasalahan
filsafat.
Menelaah filsafat dapat didekati dari dua aspek. Pertama sejarah
filsafat, kedua dari pemikiran para filosof. Pendekatan yang pertama akan
memetakan filsafat terutama dari sisi waktu dan tempat lahirnya. Dari
pendekatan ini lahirlah periodesasi filsafat. Diketahui beberapa penulis
menggunakan pendekatan ini dalam mengurai filsafat. Pendekatan content
atas isi pemikiran filsafat lebih mencoba menampilkan filsafat dari segi
buah pemikiran para filosof. Jadi dari segi ide para filosof. Mempelajari
filsafat dari dua pendekatan ini dapat dilakukan dan memiliki kelebihan
masing-masing.5
Selanjutnya, pembahasan akan lebih diarahkan pada pengertian
filsafat pendidikan secara umum kemudian diteruskan pada pembahasan
filsafat pendidikan Islam.Dalam memahami apa pengertian dari filsafat
pendidikan, maka dapat digunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan kritis.
Pertama, filsafat pendidikan dalam arti tradisional adalah filsafat
pendidikan dalam bentuk yang murni. Pendekatan ini telah berkembang
dengan menghasilkan berbagai alternatif jawaban terhadap berbagai
macam pertanyaan filosofis yang diajukan dalam bidang Pendidikan yang
jawabannya terdapat pada beberapa aliran filsafat Pendidikan.
Kedua, Pendekatan pemikiran kritis. Dalam pendekatan ini
pertanyaan yang diajukan dapat disusun dan tidak terikat periode waktu
serta dapat menerapkan analisis yang dapat menjangkau waktu kini

5
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 9-10.

6
maupun yang akan datang. Analisa yang digunakan adalah dengan dua
cara analsis yaitu analisis bahasa (linguistik) dan analisis konsep.6
Jadi, yang dimaksud filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan
perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya, sistematis, dan
universal mengenai pendidikan. Perenungan tersebut untuk
mengkoordinasi tentang pendidikan atau sejumlah prinsip, kepercayaan,
konsep, asumsi, dan premis yang ada hubungan eratnya dengan praktek
pendidikan yang ditentukan dalam bentuk yang lengkap-melengkapi,
bertalian dan selaras yang berfungsi sebagai teladan dan pembimbing bagi
usaha pendidikan dan proses pendidikan dengan seluruh aspek-aspeknya
dan bagi politik pendidikan di dalam suatu negara (Hasan
Langgulung,1995 :37).
Berbagai pendapat para ahli mencoba merumuskan pengertian
filsafat pendidikan Islam. Muzayyin Arifin, misalnya mengatakan bahwa
filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran agama
Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan
dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia Muslim yang seluruh
pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Sedangkan menurut Omar
Muhammad al-Taomy al-Syaibany, filsafat pendidikan Islam tidak lain
ialah pelaksanaan pandangan filsafat dari kaidah filsafat Islam dalam
bidang pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam. Dari uraian dan
analisa tersebut kiranya dapat diketahui bahwa filsafat pendidikan Islam
itu merupakan kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang
terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan
al-Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para
filosof muslim, sebagai sumber sekunder (Abuddin Nata,2005: 14-15).7

6
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 14.
7
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 17-18.

7
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Dalam hubungan dengan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam
ini, Muzayyin Arifin lebih lanjut mengatakan bahwa ruang lingkup
pemikirannya bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional
pendidikan, melainkan segala hal yang mendasari serta mewarnai corak
sistem pemikiran yang disebut filsafat itu. Dengan demikian, secara umum
ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam ini adalah pemikiran
yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh
dan universal mengenai konsep-konsep tersebut mulai dari perumusan
tujuan pendidikan, kurikulum, guru, metode, lingkungan, dan seterusnya
(Abuddin Nata, 2005:17).
Filsafat pendidikan Islam merupakan aplikasi dari filsafat Islam
untuk mengkaji dan menelaah semua persoalan pendidikan. Jadi, yang
menjadi bahan kajian dalam filsafat pendidikan Islam tidak hanya
menyangkut persoalan pendidikan, tetapi terlebih dahulu harus dikaji apa
yang menjadi isi filsafat Islam. Filsafat Islam harus membahas hakikat
realitas, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai. Oleh karena itu, filsafat
pendidikan Islam harus mengkaji beberapa hal, yaitu pandangan Islam
tentang realitas, pengetahuan, nilai, tujuan Pendidikan dan cara-cara
pencapaian tujuan Pendidikan yang menyangkut isi Pendidikan dan proses
Pendidikan (Uyoh Sadullaoh. 1994:164).8
Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan Islam pada dasarnya
menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek
kebutuhan atau kehidupan umat manusia, khusunya umat Islam. Ketika
dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan pendidikan
Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup manusia muslim.
Mengapa? karena tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya dalam rangka
mencapai tujuan hidup umat Islam, sehingga esensi dasar tujuan
pendidikan Islam sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat Islam lain.

8
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 19-20.

8
Menurut Ahmad D. Marimba (1989) sesungguhnya tujuan pendidikan
Islam identik dengan tujuan hidup setiap orang muslim.
Sebagai contoh, firman Allah dalam Q.S. Ali-Imran ayat 102 yang
artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah
dengan ketaqwaan yang sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan
dalam keadaan muslim”.
Ayat ini menggambarkan tujuan hidup umat Islam yang harus
mencapai derajat ketaqwaan, di mana ketaqwaan itu harus senantiasa
melekat dalam kehidupan umat Islam hingga akhir hayatnya. Filsafat
pendidikan Islam merumuskan tujuan pendidikan Islam dalam rangka
mencapai tujuan hidup umat Islam. Bila tujuan hidup umat Islam untuk
mencapai derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana disebutkan di
atas, maka tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan filsafat pendidikan
Islam tentu pengembangan potensi dalam rangka pembinaan peserta didik
untuk menjadi manusia muttaqin. Dengan demikian, mewujudkan
ketaqawaan dalam diri setiap individu umat Islam guna mencapai posisi
manusia muttaqin selain menjadi tujuan akhir pendidikan Islam sekaligus
pula menjadi tujuan hidup setiap muslim.
Dari uraian di atas dapat diketengahkan bahwa pada dasarnya
ruang lingkup kajian filasafat pendidikan Islam bertumpu pada pendidikan
Islam itu sendiri, baik menyangkut rumusan/ konsep dasar pelaksanaan
maupun rumusan pikiran antisipatif ketika adanya problematika yang
dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Secara garis besar ruang
lingkup filsafat pendidikan Islam mencakup kajian dan pembahasan
menganai: dasar, tujuan, pendidik, peserta didik, proses, strategis,
pendekatan dan metode, kurikulum, lingkungan, sumber dan media, sarana
dan prasarana serta sistem evaluasi pendidikan Islam.9

9
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Palangka Raya: Narasi Nara, 2020), hal. 14-
16.

9
C. Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Made Pidarta (2007:86) mengutip Zanti Arbi mengungkapkan
tentang tujuan filsafat Pendidikan, yaitu menginspirasikan, menganalisis,
mengpreskriptifkan dan mengivestigasi.
Menginspirasi adalah memberikan inspirasi kepada para pendidik
untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat
tentang pendidikan, filosof memaparkan idenya: bagaimana pendidikan
itu? kemana diarahkannya pendidikan itu? siapa saja yang patut menerima
pendidikan? dan bagaiman cara mendidik dan peran pendidik?
Menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah memeriksa secara
teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas
validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam penyusunan konsep
pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih, serta arah
yang simpang siur.
Mendeskriptifkan dalam filsafat pendidikan adalah upaya
menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat
pendidikan. Yang dijelaskan dapat berupa hakikat manusia, aspek peserta
didik yang perlu dikembangkan, batas-batas keterlibatan pendidik, arah
dan target pendidikan sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.
Menginvestigasi adalah memeriksa atau meneliti kebenaran teori
pendidikan. Pendidik tidak dibenarkan begitu saja mengambil suatu
konsep atau teori pendidikan untuk dipraktekkan di lapangan.10

D. Manfaat Filsafat pendidikan Islam


Jika dilihat dari aspek hubungan antara filsafat dengan pendidikan,
bisa terlihat dari beberapa indikator. Indikator ini sekaligus merupakan
tujuan filsafat pendidikan. Tujuan tersebut antara lain:
Pertama, filsafat dijadikan oleh para pakar pendidikan sebagai
bahan atau media (intrument) analisis. Hal ini berarti bahwa filsafat

10
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 26.

10
merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli
pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun
teori-teori pendidikan.
Kedua, filsafat juga berfungsi memberikan arah dan tujuan agar
teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang
didasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan yang realistis (nyata). Artinya mengarahkan
agar teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan
tersebut dapat diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang berkembang dalam masyarakat.
Ketiga, filsafat termasuk filsafat pendidikan, juga mempunyai
fungsi untuk memberikan petunjuk (guide) dan arah dalam pengembangan
teori-teori pendidikan menjadi ilmu atau paedagogik. Suatu praktek
kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat
pendidikan tertentu akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk
dan gejala-gejala kependidikan yang tertentu pula. Hal ini merupakan
data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.11

11
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), hal. 27-28.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan Islam merupakan kajian secara filosofis
mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan
yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadist sebagai sumber primer,
dan pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim, sebagai sumber
sekunder.
Filsafat pendidikan Islam memiliki ruang lingkup filsafat
pendidikan Islam adalah pembahasan yang radikal tentang masalah
prinsip atau yang mendasar dari pendidikan Islam yaitu tentang hakikat
pendidikan, hakikat manusia, hakikat pendidik, hakikat peserta didik,
hakikat kurikulum, hakikat metode, evaluasi.
Filsafat pendidikan memiliki tujuan yang akan secara umum
mengarahkan teori pendidikan. Tujuan filsafat pendidikan Islam adalah
inspirasional, analitikal, preskriptif, dan investigatif terhadap
pendidikan Islam.
Fungsi filsafat pendidikan Islam adalah merumuskan formulasi
pengembangan konsep-konsep filosofis pendidikan Islam. Antara
filsafat, teori, dan praktek pendidikan memiliki hubungan yang erat,
tetapi juga memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan karena masing-
masing memiliki objek, metode, dan sistematika yang berbeda.

B. Penutup

Demikianlah makalah yang telah kami susun. Kami menyadari


bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2017.


Hermawan, A. Heris, Filsafat Pendidikan Islam, 2nd.ed, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI,
2012.
Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Palangka Raya: Narasi Nara,
2020.

13

Anda mungkin juga menyukai