Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGETAHUAN BAYANI
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu :
Nur Hidayah Hanifah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 11

1. Nayla Taqiy ‘Aisyah (230103110060)


2. Nabila Nur Rahmanisa (230103110064)

Kelas B

JURUSAN PEDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG TAHUN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Yang pertama dan paling utama kami ucapkan rasa syukur tiada tara kepada
Allah SWT,dimana tanpa ridho NYA kami tidak akan dapat menuntaskan tugas
makalah kami yang berjudul “Berfikir Bayani” hingga akhir.Kemudian kami ucapkan
terimkasih kepada dosen pengampu kami dalam mata kuliah “Filsafat Ilmu” Ibu Nur
Hidayah Hanifah,M.Pd yang tanpa arahan dan bimbingan beliau makalah kami tidak
akan tercipta.Kepada kedua orang tua kami yang sudah percaya untuk melepas kami ke
Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang guna menempuh pendidikan
yang lebih tinggi.
Kepada teman-taman yang selalu menyertai dan menyemangati kami dalam
proses penyusunan makalah ini, kami ucapkan terimakasih juga.Dan yang terakhir,kami
ucapkan beribu-ribu terimakasih kepada diri kami sendiri dimana kami dapat
menuntaskan tugas makalah ini walaupun dengan beberapa kali mengeluh dan berpeluh.

Malang,7 November 2023

Kelompok 11

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR….................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN… ............................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang… ........................................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 6

2. 1 Pengertian Bayani ........................................................................................................ 6


2. 2 Sumber Pengetahuan Bayani… ..................................................................................... 7
2. 3 Metodelogi Bayani ....................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10


3. 1 Kesimpulan................................................................................................................. 10
3. 2 Penutup ..................................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zaman Yunani kuno berlangsung kira-kira dari abad ke 6 SM hingga
awal abad pertengahan, atau antara + 600 tahun SM hingga tahun 200 SM
dikenal sebagai zaman cikal bakal munculnya filsafat. (Zainuddin, 2013)
Sebagaimana pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang
kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis,
mendalam dan bebas (tidak terikat dengan tradisi, dogma agama) untuk
memperoleh kebenaran. Kata ini berasal dari Yunani, Philos yang berarti cinta
dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Hubungan ilmu dan
kebijaksanaan ini yaitu Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, demikian pula
seni dan agama. Jadi dalam pengetahuan tercakup didalamnya ilmu, seni dan
agama.
Filsafat sebagaimana pengertiannya semula bisa dikelompokkan ke
dalam bagian pengetahuan tersebut, sebab pada permulaannya ( zaman Yunani
Kuno) Perkembangan ilmu yang selalu berkembang hingga muncul ilmu sosial,
ilmu eksakta dan seterusnya.Ilmu selalu ingin berkembang. Ilmu merupakan
suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah
tersebut tak lagi merupakan misteri. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya
adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang
diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni
dan agama.
Sedangkan menurut Ali Mudhofir, filsafat ilmu menurut bahasa
Indonesia memiliki persamaan kata dengan falsahah (Arab) philosopia (Inggris)
philosopie ( Jerman, Belanda dan Perancis) . Kata bijaksana sudah menjadi ciri
dari filsafat. Filsaafat juga berarti sejumlah gagasan yng penuh kebijaksanaan.
Sehingga dapat dimaksudkan bahwa seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia
aktif melakukan usaha untuk memperoleh kebijakan hidup dengan sekuat
tenagaa untuk berlaku bijak. (Cecep Sumarna, 2020).

3
Filsafat dalam arti umum digunakaan untuk mejawab pertanyaan yang
muncul dalam pikiran manusia tentang berbagai kesulitan yang dihadapi dan
dapat menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi.
Dalam filsafat sendiri memiliki 3 cabang :
1. Ontologi yaitu membicarakan pengetahuan juga membicarakan apa
sebenarnya dari Sesuatu.
2. Epistemologi yaitu membicarakan cara memperoleh sesutau
pengetahuan.
3. Aksiologi yaitu mempelajari tentang nilai-nilai atau norma-norma
terhadap
Suatu ilmu.
Didalam filsafat ilmu juga terdapat aliran yang digunakan yaitu
1. Materialisme,
2. Dualisme,
3. Empirisme,
4. Rasionalisme,
5. Kritisisme,
6. Idealisme,
7. Renaissance,
8. Eksistensialisme,
9. Fenomenologi,
10. Intuisionalisme,
11. Tomisme,
12. Pragmatisme,
13. Filsafat Analitik,
14. Strukturalisme,
15. Post- strukturalisme,
16. Dekonstruksionisme.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas terdapat rumusan masalah:

4
1) Apa pengertian dari teori berfikir bayan yang terdapat pada aliran
epistimologi?
2) Apa saja sumber pengetahuan bayan?
3) Bagaimana metode yang digunakan untuk mengamalkan pengetahuan
bayan?

1.3 Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah diatas ditujukan untuk
1) Mengetahui penertian dari berpikir bayan.
2) Mengetahui asal dari sumber-sumber dalam berpikir bayan.
3) Mengetahui metode yang digunakn dalam Teori Bayani.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Bayani

Epistimologi bayani merupakan sistem epistiologi yang pertama kali


muncul di Arab. Bayani atau bayan mengandung beragam arti, yaitu,
kesinambungan (al-washl), keterpilahan (al-fashl), jelas dan terang (al-zhuhur
wa alwudhuh) dan kemampuan membuat terang dan jelas.(Wira Hadi Kusuma,
2018) Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas
teks (nash), secara langsung atau tidak langsung, dan dibuktikan oleh akal
kebahasaan yangberkesimpulan. Secara langsung artinya memahami teks
sebagai pengetahuan dan langsung mengaplikasikannya tanpa perlu pemikiran.
Sedangkan secara tidak langsung yaitu memahami teks secara mentah tanpa
memerlukan tafsir dan penalaran.Dan dalam bayaani akal tidak dapat bekerja
tanpa adaanya teks. Dari sini dapat diketahui bahwa sumber pengetahuan bayani
adalah teks atau nash (al-Quran dan Hadits).
Menurut Imam Akdhari ilmu bayan ialah ilmu yang mempelajari tata
cara pengungkapan suatu makna dengan menggunakan susunan kalimat yang
berbeda-beda penjelasannya. Berkitan dengan pengertiannya mengartikan bahwa
bayani bersumber dari teks, sehingga berhubungan antara lafadz-makna dan
ushul-furu’. Menurut Al-Jibiri, muncul 3 masalah daalam lafadz-makna :
1) Makna suatu kata, yang berdasarkan konteks atau makna aslinya.
Terdapat pebedaan pendapat dalam hal ini antara muktazilah dan ahli
sunnah. Bagi Mu`tazilah makna suatu kata harus dimaknai sesuai
dengan konteks dan istilahnya, sedangkan bagi Ahli Sunnah makna
suatu kata harus sesuai dengan makna kata asalnya.
2) Analogi Bahasa, diperbolehkan hanya dalam logika bahasa bukan
dalam lafadz atau redaksinya. Karena setiap bahasa memiliki istilah
masing-masing.
3) Pemaknaan atas asma` asy-syar`iyyah. Dalam pemaknaanya harus
dimaknai sesuai dengan kebudayaan Arab, tidak bisa menggunakan

6
bahkan mendekati dengan budaya dan bahasa lain. Karena al-Quran
diturunkan dalam tradisi dan Bahasa Arab.

2. 2 Sumber Pengetahuan Bayani

Bayani adalah sebuah metode berfikir yang berdasarakan pada Al-Quran,


pendekatan bayani melahirkan sejumlah produk hukum islam (fiqih islam) dan
bagaimana cara menghasilkan hukum dimaksud (ushul fiqih) dengan berbagai
variasinya. selain itu juga melahirkan sejumlah karya tafsir Al-quran. Menurut
Abid Al- jabiri, nalar bayani terdapat dalam kajian ilmu kebahasaan, nahwu,
fiqih (yurisprudensi islam), teologi (ilmu kalam) dan ilmu balaghah.
Epsitimologi bayani muncul bukan sebagai entitas budaya, melainkan
memiliki akar sejarah yang panjang dalam pelataran tradisi pemikiran Arab.
Sebagaimana diketahui bangsa Arab sangat mengagungkan bahasanya, terlebih
setelah diyakini sebagai identitas kultur dan bahasa wahyu Tuhan. Sehingga
wajar dan cukup beralasan jika Jabiri menyebutkan determinan histories awal-
mula peradaban Islam adalah sinergi bahasa dan agama, yang memproduk
intelektual ilmu kebahasaan dan ilmu agama.
Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks
(nash), secara langsung atau tidak langsung, dan dijustifikasi oleh akal
kebahasaan yang digali inferensi. Nalar bayani bekerja menggunakan
mekanisme yang sama berangkat dari dikotomi antara lafadz/al-makna, alash/al-
far’ dan al-jauhar/al-ardl. Sumber pengetahuan bayani adalah teks atau nash
(al-Quran dan Hadits).
Oleh karena itu, menurut al-Jabiri dalam epistimologi bayani menaruh
perhatian besar terhadap transmisi teks dari generasi ke generasi. Sebagai
sumber pengetauan, benar tidaknya taransmisi teks menentukan benar salahnya
ketentuan hukum yang diambil. Hal ini dapat dijumpai khusunya pada masa
tadwin hadis, para ilmuan begitu ketat menyeleksi sebuah teks dapat
diterima. Misalnya Bukari, salah satu syarat yang diterima bagi teks suatu
hadits yaitu harus adanya informasi positif tentang para perawi yang
menerangkan bahwa mereka salaing bertemu muka dan para murid

7
belajar langsung pada gurunya. Juga dapat dijumpai beberapa kriteria rawi
yang dapat diterima antara lain, harus adil, takwa, berakal sehat, kuat hafalannya
dan lain-lain.

2. 3 Metodelogi

Adapun cara memperoleh pengetahuan dari teks, metode bayani


menempuh dengan dua jalan. Pertama, berpegang pada lafaz (redaksi) teks,
dengan menggunakan kaidah bahasa Arab, seperti nahwu dan sharf sebagai alat
analisis. Kedua berpegang pada makna teks dengan menggunakan logika,
penalaran atau rasio sebagai alat analisis. Dalam kajian ushûl al-fiqh, qiyâs
diartikan sebagai memberikan keputusan hukum suatu masalah berdasarkan
masalah lain yang telah ada kepastian hukumnya dalam teks, karena adanya
kesamaan illat.
Dalam tradisi bayani ini, dikenal dua cara mendapatkan pengetahuan yaitu:
1. Berpegang pada zahir teks
Kecenderungan tekstualisme ini mulai terlihat oleh asy-Syafi’i pendiri ilmu
Ushul Fiqh bahkan asy- Syafi’i sesungguhnya peletak dasar epistemologi
bayani. Sebab di tangan Syafi’ilah aturan-aturan bahasa arab dijadikan acuan
untuk menafsirkan teksteks suci, terutama hukum qiyas. Bahkan yang
terakhir ini dijadikan salah satu dari empat sumber penalaran yang abash (al-
Qur’an, Hadits, ijma’ dan Qiyas) untuk memaknai persoalan agama dan
kemasyarakatan.
2. Berpegang pada maksud teks bukan zahir teks
Kecenderungan ini berakar pada tradisi setelah Ibnu Rusyd, terutama pada
prakarsa asy-Syatibi. Berpegang pada maksud teks ini baru digunakan
apabila teks zahir ternyata tidak mampu menjawab persoalan yang relatif
baru. Tradisi bayani yang bercorak induktif rasional dalam arti berpijak pada
maksud teks ini menjadi trend setelah Ibnu Rusyd.
Namun, sebagian pakar menganggap bahwa cara kedua ini telah
memasukkan penalaran ke dalam wacana epistemologi bayani walaupun baru
penalaran yang berangkat dari teks, bukan penalaran liberal, artinya penalaran

8
dipakai untuk menangkap maksud teks atau memperluas jangkauan teks saja.
Dengan cara yang kedua ini bahwa makna yang dikehendaki teks dapat
diketahui dengan:
1. Berpegang pada makna primer
2. Berpegang pada Illah
3. Berpegang pada maksud sekunder
4. Berpegang pada diamnya maksud syar’Allah.

9
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Pembahasan diatas dapat disimpulkan epistemologi ilmu pengetahuan
tidak lepas dari tiga hal yaitu mendasarkan pada akal (rasionalis), data kongkrit
(empiris), dan mengkompromikan akal dan pengalaman (modernis), bahwa
pengetahuan merupakan produk bahkan konstruk akal pikiran manusia dan
bukan hanya hasil dari penampakan (disclosure) dari wujud yang telah ada
sebelumnya, karena ilmu pengetahuan terkait dengan fenomena yang harus
ditangkap melalui pengalaman dan kecerdesan akal.
Bayani adalah sebuah metode berfikir yang berdasarakan pada teks kitab
suci (Alquran). pendekatan bayani melahirkan sejumlah produk hukum islam
(fiqih islam) dan bagaimana cara menghasilkan hukum dimaksud (ushul fiqih)
dengan berbagai variasinya. selain itu juga melahirkan sejumlah karya tafsir Al-
quran. Pemikiran ini memiliki akar sejarah panjang dari tradisi pemikiran
Bangsa Arab. Untuk memperoleh pengetahuan Bayani digunakan metode Zahir
teks dan Maksud teks.

3. 2 Saran
Pengetahuan Bayani merupakan salah satu aliran filsafat yang perlu kita
pelajari. Tidak hanya pengertian, tujuan, dan dasar filsafat saja yang harus kita
pelajari dalam belajar filsafat ilmu. Masih banyak aliran-aliran filsafat yang
perlu kita dalami untuk menambah pengatahuan kita. Sehingga dalam
memahami sesuatu kita tidak salah dan tersesat. Untuk itu belajar filsafat
menjadi sangat penting bagi setiap mahasiswa.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Viruliana FM, Kholili M. Epistimologi Nalar Bayani Dan Burhani Serta


Implementasinya Pada Pembelajaran Madrasah. Jurnal Pendidik Islam
Al-Ilmi. 2022;5(2):82.
 Siregar N. Epistemologi Ahmed Al-Jabiri dalam Pembelajaran Sains
Madrasah Ibtidaiyah. Primary Education Journal. 2017. Dibuka pada 14-
11-2023. Link : http://pej.ftk.uinjambi.ac.id/index.php/PEJ/article/view/2
 Wibowo A. Epistemologi Hukum Islam: Bayani, Irfani, dan Burhani.
Universitas Islam Indonesia. 2008. Dibuka pada 14-11-2023. Link :
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/4363
 Zainudin Muhammad. (2018) SEKILAS TENTANG FILSAFAT ILMU.
GEMA. https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/sekilas-tentang-
filsafat-ilmu.html
 Sumarna Cecep. (2020). FILSAFAT ILMU Mencari Makan Tanpa Kata
Mentasbihkan Tuhan Dalam Nalar. PT Remaja Rodaskarya.
https://repository.syekhnurjati.ac.id/3467/1/Filsafat%20Ilmu.pdf
 Hadi Wira. (2018).epustimologi BayaniBayani, Organisasi dan Burhani
Al-Jabiri dan Relevensinya Bagi Studi Agama Untuk Resolusi Konflik
dan PecPeacebuilding.
https://media.neliti.com/media/publications/288055-epistemologi-
bayani-irfani-dan-burhani-a-ecc1b788.pdf
 Rahman Aditia. (2016). Ilmu Bayan.
https://aditya-rachman.staff.unja.ac.id/2016/11/22/ilmu-bayan

11

Anda mungkin juga menyukai