Makalah
Dosen Pengampu
Disusun oleh:
Kelompok 8
1. Andrean Al farizi (2041010399)
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
"Epistemologi Islam". Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
untuk menambah wawasan serta pengetahuan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk membuat tugas
makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II .......................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
PENUTUP................................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2. Bagaimana metode dan corak yang digunakan Syekh Abd ul Qadir al-Jailani
dalam menafsirkan Huruf al-Muqatha’ah dalam Tafsir alJailani?
TUJUAN :
1. Mengetahui pengertian Epistemologi dari berbagai Sumber
BAB II
PEMBAHASAN
Apa yang dapat kita ketahui ?dan bagaimana kita dapat mengetahui itu ? adalah
pertanyaan-pertanyaan filosofis dan bentuk-bentuk pengetahuan menjadi topik
utama epistemologi, secara bersamaan dihubungkan kepada gagasan kesadaran
lain seperti kepercayaan (belief), pemahaman (understanding), akal Budi (reason),
keputusan (judgement), perasaan (sensation), penglihatan atau tanggapan daya
memahami/menanggapi sesuatu (perception), intuisi/gerak hati (intuition), dugaan
(guessing) dan pengetahuan/pelajaran (learning).
Epistemologi membahas tentang hakikat pengetahuan dan dalam hal ini terbagi
kepada dua aliran yakni, realisme dan idealisme. Namun ada beberapa penjelasan
tentang hakikat pengetahuan ini sendiri Realisme menyatakan hakikat
pengetahuan adalah apa yang ada dalam gambar. Pengetahuan menurut teori ini
sesuai dengan kenyataan. Sedangkan idealisme menganggap pengetahuan itu
adalah gambar menurut pendapat atau penglihatan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia
a. Empirisme
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara
memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan
karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman
paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.
c. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang
pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri
merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk
pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
d. Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung
dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan,
tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara
langsung dari pengetahuan intuitif
e. Dialektis
Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta
analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam
pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk
melekukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran
yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam
percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.
A. EPISTEMOLOGI BAYANI
1. Pengertian bayani,
B. EPISTEMOLOGI BURHANI
1). Pengertian,
Dalam bahasa Arab, al-burhan berarti argument (al-hujjah) yang jelas (al-
bayyinah; clear) dan distinc (al-fashl), yang dalam bahasa inggris adalah
demonstration, yang mempunyai akar bahasa Latin: demonstration (berarti
member isyarat, sifat, keterangan, dan penjelasan)
Dalam perspektif logika (al-mantiq), burhani adalah aktivitas berpikir
untuk menetapkan kebenaran suatu premis melalui metode penyimpulan (al-
istintaj), dengan menghubungkan premis tersebut dengan premis yang lain yang
oleh nalar dibenarkan atau telah terbukti kebenarannya (badlihiyyah). Sedang
dalam pengertian umum, burhani adalah aktivitas nalar yang menetapkan
kebenaran suatu premis.
Jika dibandingkan dengan kedua epistemology yang lain; bayani dan irfani,
dimana bayani menjadikan teks (nash), ijma’, dan ijtihad sebagai otoritas dasar
dan bertujuan untuk membangun konsepsi tentang alam untuk memperkuat akidah
agama, yang dalam hal ini Islam. Sedang irfani menjadikan al-kasyf sebagai satu-
satunya jalan di dalam memperoleh pengetahuan dan sekaligus bertujuan
mencapai maqam bersatu dengan Tuhan. Maka burhani lebih bersandar pada
kekuatan natural manusia berupa indra, pengalaman, dan akal di dalam mencapai
pengetahuan.
C. EPISTEMOLOGI IRFANI
b). Kelompok yang beranggapan bahwa irfan berasal dari sumber-sumber Kristen,
seperti dikatakan Von Kramer, Ignaz Goldziher, Nicholson, Asin Palacios dan
O'lery. Alasannya, (1) adanya interaksi antara orang-orang Arab dan kaum
Nasrani pada masa jahiliyah maupun zaman Islam; (2) adanya segi-segi kesamaan
antara kehidupan para Sufi, dalam soal ajaran, tata cara melatih jiwa (riyâdlah)
dan mengasingkan diri (khalwât), dengan kehidupan Yesus dan ajarannya, juga
dengan para rahib dalam soal pakaian dan cara bersembahyang.
c). Kelompok yang beranggapan bahwa irfan ditimba dari India, seperti pendapat
Horten dan Hartman. Alasannya, kemunculan dan penyebaran irfan (tasawuf)
pertama kali adalah di Khurasan, kebanyakan dari para sufi angkatan pertama
bukan dari kalangan Arab, seperti Ibrahim ibn Adham , Syaqiq al-Balkh dan
Yahya ibn Muadz. Pada masa sebelum Islam, Turkistan adalah pusat agama dan
kebudayaan Timur serta Barat.Mereka memberi warna mistisisme lama ketika
memeluk Islam.Konsep dan metode tasauf seperti keluasan hati dan pemakaian
tasbih adalah praktek-praktek dari India.
a. Persiapan
Untuk bisa menerima limpahan pengetahuan (kasyf), seseorang harus
menempuh jenjang-jenjang kehidupan spiritual. Setidaknya ada tujuh tahapan
yang harus dijalani, mulai dari bawah menuju puncak; Taubat, Wara`
(menjauhkan diri dari segala sesuatu yang subhat),Zuhud (tidak tamak dan tidak
mengutamakan kehidupan dunia), Faqir (mengosongkan seluruh pikiran, tidak
menghendaki apapun kecuali Tuhan SWT), Sabar, Tawakkal, Ridla (hilangnya
rasa ketidaksenangan dalam hati sehingga yang tersisa hanya gembira dan suka
cita).
b. Penerimaan
Jika telah mencapai tingkat tertentu dalam sufisme, seseorang akan
mendapatkan limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan secara illuminatif
(pencerahan). Pada tahap ini seseorang akan mendapatkan realitas kesadaran diri
yang demikian mutlak (kasyf), sehingga dengan kesadaran itu ia mampu melihat
realitas dirinya sendiri (musyâhadah) sebagai objek yang diketahui. Pengetahuan
semacam ini di dunia islam sering disebut dengan ilham, disebut ilham.
c. Pengungkapan
Yakni pengalaman mistik diinterpretasikan dan diungkapkan kepada orang
lain, lewat ucapan atau tulisan. Namun, karena pengetahuan irfani bukan masuk
tatanan konsepsi dan representasi tetapi terkait dengan kesatuan simpleks
kehadiran Tuhan dalam diri dan kehadiran diri dalam Tuhan, sehingga tidak bisa
dikomunikasikan, maka tidak semua pengalaman ini bisa diungkapkan.
Epistemologi Irfani merupakan sebuah cabang ilmu filsafat Islam yang
kemudian membentuk disiplin ilmu secara otonom. Irfani (bentuk infinitif dari
kata ‘arafa yang berarti tahu/mengetahui) ini erat kaitannya dengan konsep
tasawuf: ma'rifat. Karena itu, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan
analisa teks tetapi dengan olah ruhani, yang setidaknya diperoleh melalui tiga
tahapan; Persiapan, Penerimaan (ilham), dan Pengungkapan. Ungkapan-ungkapan
yang dihasilkan oleh pemikiran secara irfani sering kali menjadi tidak beraturan
dan di luar kesadaran, karena keluar saat seseorang mengalami suatu pengalaman
intuitif yang sangat mendalam yang disebut gnosis, sehingga sering tidak sesuai
dengan kaidah teologis maupun epistemologis tertentu, sehingga karena itu
cenderung pula ia sering dihujat dan dinilai menyimpang. Pendekatan irfani
secara epistemologis, menjadikan pengalaman ruhani bisa dijelaskan secara
rasional dan masuk akal.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayani adalah sebuah metode berfikir yang berdasarakan pada teks kitab suci
(Al-quran). pendekatan bayani melahirkan sejumlah produk hukum islam (fiqih
islam) dan bagaimana cara menghasilkan hukum dimaksud (ushul fiqih) dengan
berbagai variasinya.selain itu juga melahirkan sejumlah karya tafsir Al-quran.
Irfani adalah model penalaran yang berdasarakan atas pendekatan dan pengalaman
spiritual langsung atas realitas yang tampak. bidik irfani adalah esoterir atau
bagian batin, oleh karena itu, rasio yang dugunakan hanya untuk menjelaskan
pengalaman spritual. metodologi dan pendekatan irfani mampu menyusun dan
mengembangkan ilmu kesufian. Burhani adalah kerangka berfikir yang tidak
didasarakan atas teks suci maupun pengalaman spritual melainkan berdasarkan
keruntutan logika. kebenaran dalam spekulatif metodologi ini persis seperti yang
diperagakan oleh metode keilmuan yunani yang landasanya murni pada cara kerja
empirik. kebenaran harus dibuktikan secara empirik dan diakui menurut penalaran
logis.