Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
o Latar Belakang

Manusia tidak tiba-tiba terlahir begitu saja di dunia, tetapi manusia diciptakan
oleh Allah SWT. dari tanah liat. Dengan adanya pencipta tersebut manusia bisa
terlahir dan hidup di dunia ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika manusia itu
sendiri menyembah tuhan yang telah menciptakannya. Hal tersebut mengakibatkan
munculnya beberapa kepercayaan-kepercayaan akan adanya tuhan yang telah
menciptakan manusia tersebut. Banyak sekali di dunia ini berbagai macam agama
yang dipercayai oleh sebagian orang. Tetapi kita sebagai umat muslim hanya
menganut agama yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., yaitu agama islam.
Tidak hanya itu banyak sekali di dunia ini ilmu-ilmu di samping ilmu agama, yaitu
salah satunya adalah ilmu pengetahuan.

Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk,
patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada
Allah SWT. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh terhadap
ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu menyelamatkan diri
sendiri, juga menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat tetapi juga
menyelamatkan. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah suatu proses kegiatan yang
menggunakan buah pikir, ide, gagasan yang kemudian mengambil inisiatif untuk
berbagi pengetahuan. Dalam makalah ini penulis berusaha menjelaskan lebih rinci
lagi mengenai islam dan ilmu pengetahuan dari beberapa pandangan.

Identifikasi Masalah

1. Pandangan tentang islam dan ilmu pengetahuan dari Al-Qur’an, Al-


Sunnah, dan Para Ahli.

1
2. Hubungan antara Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan.
3. Sistem penalaran menurut Al-Qur’an.
4. Menjelaskan ciri khas ilmu pengetahuan.
5. Ayat-ayat dan hadits tentang ilmu pengetahuan.
6. Aspek-aspek yang terdapat dalam ilmu pengetahuan

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam makalah ini membatasi


pembahasan makalah hanya pada materi hubungan antara Al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan beserta aspek-aspek yang terdapat dalam ilmu pengetahuan.
Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan islam dan ilmu pengetahuan menurut pandangan
dari Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan para ahli?
2. Apa hubungan antara Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana sistem penalaran menurut Al-Qur’an?
4. Apa saja ciri khas ilmu pengetahuan?
5. Mengapa Al-Qur’an menaruh perhatian pada ilmu pengetahuan?
6. Apa saja ayat-ayat dan hadits yang membahas tentang ilmu pengetahuan?
7. Apa saja aspek-aspek yang terdapat dalam ilmu pengetahuan?

Tujuan Penulisan Makalah


Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Islam dan
juga untuk menjelaskan kepada pembaca mengenai pandangan Al-Quran, Al-
Sunnah, dan para ahli mengenai islam dan ilmu pengetahuan.

2
Manfaat Penulisan Makalah
Setelah terselesainya makalah ini, kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak untuk dapat lebih memahami dan mengerti
hubungan antara islam dan ilmu pengetahuan..

Metode Penulisan Makalah


Metode penulisan yang penyusun pilih adalah metode kajian pustaka yang
berarti mempelajari materi dengan mengumpulkan data yang bersumber dari buku,
jurnal, serta informasi yang berasal dari internet.

Sistematika Penulisan Makalah

Makalah ini terdiri dari 3 bab. Materi buku ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:

 BAB I Pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah,


identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode penulisan makalah,
serta sistematika penulisan makalah.
 BAB II yang terdiri dari pembahasan materi yaitu globalisasi, ajaran Islam
dalam menghadapi globalisasi, dan tipologi masyarakat Islam yang modern.
 BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran.

3
BAB II PEMBAHASAN
Globalisasi
a) Pengertian islam dan ilmu pengetahuan menurut Al-Qur’an

Penjelasan mengenai pengertian islam menurut Al-Quran terdapat di beberapa ayat


yang telah Allah cantumkan, diantaranya :

- Terdapat di surat Al-Maidah ayat 3 :

ۗ‫تلَك ُُم الْاِ ْسل َا َم ِديْنًا‬


ُ ْ‫عل َيْك ُْم ِن ْع َم ِت ْي َو َر ِضي‬ ُ ‫ْتلَك ُْم ِديْنَك ُْم َواَتْ َم ْم‬
َ ‫ت‬ ُ ‫اَل ْيَ ْو َم اَك َْمل‬

Artinya :

"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan
kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu."

- Kemudian dalam surah Ali Imran ayat 19 :

‫ين ِعن ْ َد الل َّ ِه ال ْ ِإ ْسل َا ُم‬ ّ ِ ‫ِإ ّ َن‬


َ ‫الد‬

Artinya :

"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."

- Lalu disebutkan pula dalam surah Ali Imran ayat 85 :

‫ين‬ ِ ‫خ‬
َ ‫اس ِر‬ َ ْ ‫ْآخ َر ِة ِم َن ال‬
ِ ‫غيْ َر ال ْ ِإ ْسل َا ِم ِدينًا َفل َْن يُ ْقبَ َل ِمن ْ ُه َو ُه َو ِفي ال‬
َ ‫َو َم ْن يَبْتَ ِغ‬

Artinya :

"Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.".

1
https://www.brilio.net/wow/pengertian-islam-menurut-bahasa-alquran-hadits-dan-ulama-
200423k.html
2
Selo Soemardjan
Sedangkan pandangan Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
diketahui prinsip –prinsipnya dengan menganalisis wahyu pertama yang diterima
oleh Nabi Muhammad SAW.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling
pemurah, Yang mengajar ( manusia ) dengan perantaraan Kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya”.

Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun”, dari menghimpun lahir
aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama Al-Qur’an tersebut mengisyratkan bahwa menuntut ilmu adalah


suatu perintah yang wajib dilaksanakan oleh manusia, sebagaimana Nabi
Muhammad yang menuruti perintah Malaikat Jibril tentang peristiwa di gua hira.

Ilmu dapat meningkatkan keimanan seseorang, karena selain membuktikan


kebenaran Alqur’an terhadap pengetahuan alamiah yang ilmiah, juga dapat
menjadikan karakter seseorang yang berkepribadian mulia, sehingga dapat
memperoleh keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.

Namun penggunaan ilmu yang tidak berdasarkan Alqur’an hanyalah akan


mendapatkan kehampaan bahkan kesesatan yang berbahaya baik di dunia maupun di
akirat..

b) Pengertian islam dan ilmu pengetahuan menurut Al-Sunnah

6
Dalam Hadits, Rasulullah pernah menjelaskan arti Islam. Hadits tersebut terkenal
sebagai hadits Jibril. Karena saat itu, malaikat Jibril dengan wujud laki-laki datang
dan menemui Rasulullah. Malaikat Jibril yang bertanya tentang Islam dan meminta
penjelasan pada Rasulullah, sebagai berikut:
Dari Umar radhiyallahu ta'ala 'anhu berkata,
"Ketika kami sedang duduk-duduk bersama dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba
muncul seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam,
pada dirinya tidak terlihat tanda-tanda seorang musafir, namun tidak ada satu pun di
antara kami yang mengenalnya. Hingga ia duduk di dekat Nabi SAW. Dia
menempelkan lututnya ke lutut Nabi SAW dan meletakkan telapak tangannya di atas
paha Nabi. Dia berkata : Wahai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam?
Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah engkau bersyahadat bahwasannya tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan
Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan
melaksanakan haji ke Bitullah jika engkau mampu melaksanakannya." (HR.
Muslim).

7
Di dalam islam mencari dan menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi seorang
muslim baik lakilaki maupun perempuan. Rasululullah SAW., menjadikan kegiatan
menuntut ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh kaum Muslimin untuk
menegakkan urusanurusan agamanya, sebagai kewajiban yang Fardlu ‘Ain bagi
setiap Muslim. Ilmu yang Fardlu Ain yaitu ilmu yang setiap orang yang sudah
berumur aqil baligh wajib mengamalkannya yang mencakup; ilmu aqidah,
mengerjakan perintah Allah, dan meninggalkan larangan-Nya. Dalam hadis mencari
ilmu, anjuran menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir hingga akhir hayat. Rasulullah
SAW bersabda:
ْ َّ ‫أ ُ ْطل ُِبال ِْعل َْم ِم َن ال َْم ْه ِد ِإل َى الل‬
‫ح ِد‬
Artinya:

“Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”

c) Pengertian islam dan ilmu pengetahuan menurut para ahli


Pengertian islam menurut beberapa ahli, yaitu :
- Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at Tawaijiri:
Islam adalah sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan cara
mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-syariat Nya dengan penuh ketaatan dan
keikhlasan.
- Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab:
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk serta
patuh kepada Nya dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan yang
syirik serta para pelakunya.
- Hasan Al Basri:
Islam adalah kepasrahan hati kepada Allah, lalu setiap muslim merasa selamat dari
gangguan.

8
Sedangkan pengertian ilmu pengetahuan menurut beberapa ahli, yaitu :
- Mohammad Hatta
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan
hukum umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik
dilihat dari kedudukannya maupun hubungannya.
• Dadang Ahmad S
Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus
menerus hingga dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.
• Minto Rahayu
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum.

9
Hubungan Antara Alquran dengan Ilmu Pengetahuan

Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari
banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi
yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya
menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu
pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada
masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada
sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga
mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya
tidak mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana
ia hidup. Mereka memberikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama.
Akibatnya, Galileo pada akhirnya menjadi korban penemuannya sendiri.
Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknya yang
terulang sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang
menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya,
sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan kemajuan
ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Subjektivitas.
(a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79);
(b) taqlid atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).
2. Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
3. Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara lain
QS 21:37).
4. Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca antara
lain QS 7:146)

5
Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA,

10
Di samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :
1. Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36),
dalam arti tidak menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu
persoalan (baca antara lain QS 36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan
(baca antara lain, QS 10:39).

2. Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam
pribadi tokoh yang paling diagungkan.
Ayat- ayat semacam inilah yang mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang
telah melahirkan pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai
disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik dituntun dari suatu kitab akidah (agama)
menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak menetapkan
suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk menggunakan akalnya atau
membatasinya menambah pengetahuan selama dan dimana saja ia kehendaki. Inilah
korelasi pertama dan utama antara Al qur’an dan ilmu pengetahuan.

Korelasi kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam
sekian banyak ayat Al qur’an yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya.
Isyarat-isyarat tersebut sebagian nya telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu.
Namun apa yang mereka ketahui itu masih sangat terbatas dalam perinciannya.

Dalam dalam penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat Al qur’an, membawa kita kepada,
paling tidak, tiga hal pula hal yang perlu di garisbawahi, yaitu (1) Bahasa (2)
konteks ayat-ayat ; dan (3) sifat penemuan ilmiah.

6
Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA,
1) Bahasa
Disepakati oleh semua pihak bahwa untuk memahami kandungan Al qur’an
dibutuhkan pengetahuan bahasa arab. Untuk memahami arti suatu kata dalam
rangkaian redaksi suatu ayat, seorang terlebih dahulu harus meneliti apa saja
pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kemudian menetapkan arti yang
paling tepat setelah memperhatikan segala aspek yang berhubngan ayat tadi.

2) Konteks antara kata atau ayat


Memahami pengertian suatu kata dalam sdalam rangkaian satu ayat tidak dapat
dilepaskan dari konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata dalam redaksi ayat
tadi.

3) Sifat penemuan ilmiah


Seperti telah dikemukakan di atas bahwa hasil pemikiran seseorang dipengaruhi oleh
banyak factor, antara lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-
pengalamannya. Perkembangan ilmu pengetahuan sudah sedemikian pesatnya,
sehingga dari faktor ini saja pemahaman terhadap redaksi Al qur’an dapat berbeda-
beda. Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang
kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang
diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang
berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa turunnya, namu
terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :

7
http://chantryintelex.blogspot.com/2014/05/ilmu-pengetahuan-dalam-perspektif-al.html
 Teori tentang expanding universe (kosmos yang
mengembang) (QS 51:47 ).

 Matahari adalah planet yang bercahaya


sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya
matahari (QS 10:5).

 Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan


lapisa-lapisan yang berasal dari perut bumi, serta
bergeraknya gunung sama dengan pergerakan
awan (QS 27:88).

 Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam


mengubah tenaga radiasi matahari menjadi
tenaga kimia melalui proses foto sintesis
sehingga menghasilkan energy (QS
36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al
akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari
istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat
tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja
tapi di semua bagian pohon, dahan dan ranting
yang warnanya hijau.

 Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil


sperma pria dan yang setelah fertilisasi
(pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS
86:6 dan 7; 96:2).
https://raharja.ac.id/2020/11/19/ilmu-pengetahuan/#:~:text=Pengertian%20Ilmu%20Pengetahuan%20Menurut%20Para

%20Ahli&text=Ilmu%20pengetahuan%20adalah%20pengetahuan%20atau,dilihat%20dari%20kedudukannya%20maupun

%20hubungannya
Sistem Penalaran Al – Qur’an
Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang kita peroleh dari mempelajari
sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan penegasan Al-Quran: Petunjuk bagi
manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan batil.
(QS 2:185).

Jika demikian, apakah hubungan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan? Berkaitan


dengan hal ini, perselisihan pendapat para ulama sudah lama berlangsung. Dalam
kitabnya Jawahir Al-Quran, Imam Al-Ghazali menerangkan pada bab khusus bahwa
seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, yang telah
diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari Al-Quran Al-Karim. Al-Imam
Al-Syathibi (w. 1388 M), tidak sependapat dengan Al-Ghazali. Dalam kitabnya, Al-
Muwafaqat, beliau –antara lain– berpendapat bahwa para sahabat tentu lebih
mengetahui Al-Quran dan apa-apa yang tercantum di dalamnya, tapi tidak seorang
pun di antara mereka yang menyatakan bahwa Al-Quran mencakup seluruh cabang
ilmu pengetahuan.

Salah satu faktor terpenting yang dapat menghalangi perkembangan ilmu


pengetahuan terdapat dalam diri manusia sendiri. Para psikolog menerangkan bahwa
tahap-tahap perkembangan kejiwaan dan alam pikiran manusia dalam menilai suatu
ide umumnya melalui tiga fase. Fase pertama, menilai baik buruknya suatu ide
dengan ukuran yang mempunyai hubungan dengan alam kebendaan (materi) atau
berdasarkan pada pancaindera yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan primer. Fase
kedua, menilai ide tersebut atas keteladanan yang diberikan oleh seseorang; dan atau
tidak terlepas dari penjelmaan dalam diri pribadi seseorang.

10
http://chantryintelex.blogspot.com/2014/05/ilmu-pengetahuan-dalam-perspektif-al.html
Fase ketiga (fase kedewasaan), adalah suatu penilaian tentang ide didasarkan atas
nilai-nilai yang terdapat pada unsur-unsur ide itu sendiri, tanpa terpengaruh oleh
faktor eksternal yang menguatkan atau melemahkannya (materi dan pribadi).

Sejarah menunjukkan bahwa pada masa-masa pertama dalam pembinaan masyarakat


Islam, pandangan atau penilaian segolongan orang Islam terhadap nilai al-fikrah Al-
Quraniyyah (ide yang dibawa oleh Al-Quran), adalah bahwa ide-ide tersebut
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pribadi Rasulullah saw. Dalam perang
Uhud misalnya, sekelompok kaum Muslim cepat-cepat meninggalkan medan
pertempuran ketika mendengar berita wafatnya Rasulullah saw., yang diisukan oleh
kaum musyrik. Sikap keliru ini lahir akibat pandangan mereka terhadap nilai suatu
ide baru sampai pada fase kedua, atau dengan kata lain belum mencapai tingkat
kedewasaannya.

Al-Quran tidak menginginkan masyarakat baru yang dibentuk dengan memandang


atau menilai suatu ide apa pun coraknya hanya terbatas sampai fase kedua saja,
karenanya turunlah ayat-ayat: Muhammad tiada lain kecuali seorang Rasul. Sebelum
dia telah ada rasul-rasul. Apakah jika sekiranya dia mati atau terbunuh kamu
berpaling ke agamamu yang dahulu? Siapa-siapa yang berpaling menjadi kafir; ia
pasti tidak merugikan Tuhan sedikit pun, dan Allah akan memberikan ganjaran
kepada orang-orang yang bersyukur kepadaNya (QS 3:144).

10
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/05/13/opw17h313-alquran-sumber-
ilmu-pengetahuan
Ayat tersebut walaupun dalam bentuk istifham, tetapi –sebagaimana diterangkan oleh
para ulama Tafsir– menunjukkan “istifham taubikhi istinkariy” yang berarti larangan
menempatkan “al-fikrah Al-Qur’aniyyah” hanya sampai pada fase kedua. Ayat ini
merupakan dorongan kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan pandangan dan
penilaiannya atas suatu ide ke tingkat yang lebih tinggi sampai pada fase ketiga atau
fase kedewasaan. Ayat-ayat ini juga melepaskan belenggu-belenggu yang dapat
menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dalam alam pikiran manusia.

Untuk lebih menekankan kepentingan ilmu pengetahuan alam masyarakat, Al-Quran


memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merupakan ujian kepada mereka:
Tanyakanlah hai Muhammad! Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
mereka yang tidak mengetahui? (QS 39:9).

Ayat ini menekankan kepada masyarakat betapa besar nilai ilmu pengetahuan dan
kedudukan cendekiawan dalam masyarakat. Demikian juga ayat, Inilah kamu (wahai
Ahl Al-Kitab), kamu ini membantah tentang hal-hal yang kamu ketahui, maka
mengapakah membantah pula dalam hal-hal yang kalian tidak ketahui? (QS 3:66).

Ciri Khas Ilmu Pengetahuan

Ciri khas nyata dari ilmu pengetahuan (science) yang tidak dapat diingkari –meskipun
oleh para ilmuwan– adalah bahwa ia tidak mengenal kata “kekal”. Apa yang dianggap
salah di masa silam misalnya, dapat diakui kebenarannya di abad modern.

10
https://www.kompasiana.com/dellaadzakia/5a537033cf01b4124367c072/tiga-aspek-kajian-
filsafat#:~:text=Inti%20dari%20kajian%20filsafat%20ilmu,ontologi%2C%20epistimologi%2C
%20dan%20aksiologi.&text=Epistimologiantara%20lain%20membahas%20sumber
%20pengetahuan,dan%20ukuran%20kebenaran%20dalam%20sains
Pandangan terhadap persoalan-persoalan ilmiah silih berganti, bukan saja dalam
lapangan pembahasan satu ilmu saja, tetapi terutama juga dalam teori-teori setiap
cabang ilmu pengetahuan. Dahulu, misalnya, segala sesuatu diterangkan dalam
konsep material (istilah-istilah kebendaan) sampai-sampai manusia pun hendak
dikatagorikan dalam konsep tersebut. Sekarang ini kita dapati psikologi yang
membahas mengenai jiwa, budi dan semangat, telah mengambil tempat tersendiri dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Dahulu, persoalan-persoalan moral tidak mendapat perhatian ilmuwan, tetapi kini


penggunaan senjata-senjata nuklir, misalnya, tidak dapat dilepaskan dari persoalan
tersebut; mereka tidak mengabaikan persoalan moral dalam penggunaan senjata
nuklir yang merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan.

Teori-teori ilmiah juga silih berganti. Qawanin Al-Thabi’ah (Natural Law) yang
dahulu dianggap pasti, tak mengizinkan suatu kebebasan pun. Sekarang ini ia hanya
dinilai sebagai “summary of statictical averages” (ikhtisar dari rerata statistik).

Teori bumi datar yang merupakan satu hukum aksioma di suatu masa misalnya,
dibatalkan oleh teori bumi bulat yang kemudian dibatalkan pula oleh teori lonjong
seperti lonjongnya telur. Mungkin tidak sedikit orang yang yakin-bahwa
pertimbangan-pertimbangan logika atau ilmiah –terutama menurut Ilmu Pasti– adalah
“benar”, sedangkan kenyataannya belum tentu demikian.

10
https://www.kompasiana.com/dellaadzakia/5a537033cf01b4124367c072/tiga-aspek-kajian-
filsafat#:~:text=Inti%20dari%20kajian%20filsafat%20ilmu,ontologi%2C%20epistimologi%2C
%20dan%20aksiologi.&text=Epistimologiantara%20lain%20membahas%20sumber
%20pengetahuan,dan%20ukuran%20kebenaran%20dalam%20sains.
Salah satu sebab dari kesalahan ini adalah karena sering kali titik tolak dari pemikiran
manusia berdasarkan pancaindera atau perasaan umum. Perasaan umumlah yang,
misalnya, menyatakan bahwa sepotong baja adalah padat, padahal sinar U
memperlihatkan bahwa ia berpori.

Karenanya, tidak heran kalau Imam Al-Ghazali pada suatu masa hidupnya tidak
mempercayai indera. Beliau menulis dalam kitabnya Al-Munqidz min Al-Dhalal:
“Bagaimana kita dapat mempercayai pancaindera, dimana mata merupakan indera
terkuat, sedangkan bila ia melihat ke satu bayangan dilihatnya berhenti tak bergerak
sehingga dikatakanlah bahwa bayangan tak bergerak. Tetapi dengan pengalaman dan
pandangan mata, setelah beberapa saat, diketahui bahwa bayangan tadi tak bergerak,
bukan disebabkan gerakan spontan tetapi sedikit demi sedikit sehingga ia sebenarnya
tak pernah berhenti; begitu juga mata memandang kepada bintang, ia melihatnya
kecil bagaikan uang dinar, akan tetapi alat membuktikan bahwa bintang lebih besar
daripada bumi.”

Segala undang-undang ilmiah yang diketahui hanya menyatakan saling bergantinya


“psychological states” (keadaan-keadaan jiwa) yang ditentukan pada diri kita oleh
sebab-sebab tertentu (mengambil sebab dari musabab atau dari ma’lul kepada ‘illah).
Ini menunjukkan bahwa segala undang-undang ilmiah pada hakikatnya relatif dan
subjekti

Dari sini jelaslah bahwa ilmu pengetahuan hanya melihat dan menilik; bukan
menetapkan. Ia melukiskan fakta-fakta, objek-objek dan fenomena-fenomena yang
dilihat dengan mata seorang yang mempunyai sifat pelupa, keliru, dan ataupun tidak
mengetahui. Karenanya, jelas pulalah bahwa apa yang dikatakan orang sebagai
sesuatu yang benar (kebenaran ilmiah) sebenarnya hanya merupakan satu hal yang
relatif dan mengandung arti yang sangat terbatas.
Kalau demikian ini sifat dan ciri khas ilmu pengetahuan dan peraturannya, maka
dapatkah kita menguatkannya dengan ayat-ayat Tuhan yang bersifat absolut, abadi
dan pasti benar? Relakah kita mengubah arti ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan
perubahan atau teori ilmiah yang tidak atau belum mapan itu? Tidakkah hal ini
memberikan kesempatan kepada musuh-musuh Al-Quran atau bahkan kepada kaum
Muslim sendiri untuk meragukan kebenaran Al-Quran, kitab akidah dan petunjuk,
terutama setelah ternyata terdapat kesalahan suatu teori ilmiah yang tadinya
dibenarkan oleh Al-Quran? Demikian juga mengingkari suatu teori ilmiah
berdasarkan ayat-ayat Al-Quran sangat berbahaya, karena ekses yang ditimbulkannya
tidak kurang bahayanya dengan apa yang timbul di Eropa ketika gereja mengingkari
teori bulatnya bumi dan peredarannya mengelilingi matahari.
1) Terciptanya sistim manajemen, kepemimpinan, dan kelembagaan yang sehat
serta terwujudnya tata ruang, lingkungan, dan iklim kampus yang islami.
2) Terwujudnya jejaring kerjasama dengan lembaga local, nasioal, dan
internasional.

Perhatian Alquran pada Ilmu Pengetahuan


Agama Islam juga menaruh perhatian pada ilmu pengetahuan. Serta mendorong umat
nya untuk terus mencari ilmu terus menerus. Diterangkan dia, ilmu pengetahuan adala
h seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi dalam alam manusia.
Dr. Zakir Naik pernah mengatakan, Alquran bukan sebuah buku berisi sains. Alquran
adalah sebuah kitab suci berisikan kebenaran. Alquran memiliki 6.000 ayat lebih, 1.0
00 ayat di antaranya berkaitan dengan sains.

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/05/13/opw17h313-alquran-sumber-ilmu-

pengetahuan
"Jadi Alquran bukan ensiklopedia sains, ada pesan penting dalam ayat-ayat (Alquran)
tersebut, oleh karena itu para ilmuan Muslim memusatkan perhatiannya pada pesan
(Alquran)," ujarnya.

Dijelaskan Prof Anis, pada hakikatnya ayat-ayat Alquran merupakan petunjuk bagi
manusia. Bukan hanya petunjuk untuk kehidupan akhirat, tetapi juga untuk kebaikan
kehidupan di dunia. Ia menambahkan, Alquran mengandung hal-hal yang
berhubungan dengan Ilmu pengetahuan, kisah-kisah, filsafat dan peraturan yang
mengatur perilaku serta tatacara hidup
"Alquran mempunyai fungsi utama sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalani
kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat kelak,"
jelasnya.

Ia menegaskan, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu sarana bagi
manusia untuk menuju kehidupan yang lebih baik saat di dunia. Tapi, fungsi Alquran
tersebut hanya dapat diwujudkan apabila Alquran dibaca, dikaji, direnungkan,
dihayati maknanya dan diamalkan isinya.

Alquran diturunkan bukan hanya untuk orang-orang yang hidup pada masa
Rosulullah saja. Bukan juga untuk orang-orang yang hidup di abad ini. Tapi, Alquran
untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman.

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/05/13/opw17h313-alquran-sumber-ilmu-pengetahuan

Ayat-Ayat dan Hadist Tentang Ilmu Pengetahuan


 Surat Thaha ayat 114
‫ب ِز ْد ِني ِعل ًْما‬ َ ۗ ُّ ‫َفتَ َعال َى الل َّ ُه ال َْم ِل ُك ال َْح‬
ّ ِ ‫آن ِم ْن قَبْ ِل أ ْن يُقْ َض ٰى ِإل َيْ َك َو ْحيُ ُه ۖ َوق ُْل َر‬
ِ ‫ج ْل بِالْقُ ْر‬
َ ‫ق َول َا تَ ْع‬
Artinya : “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah ka
mu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepad
amu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.
 Surat at-Thalaq ayat 12
‫ير َوأ َ ّ َن‬ َ ‫ات َو ِم َن ال ْأ َ ْر ِض ِمثْل َُه ّ َن يَتَن َ ّز َُلال ْأ َ ْم ُر بَيْن َ ُه ّ َن لِتَ ْعل َُموا أ َ ّ َن الل َّ َه‬
ٌ ‫عل َٰى ك ّ ُِل َش ْي ٍء َق ِد‬ ٍ ‫الل َّ ُه ال َّ ِذي َخل ََق َسبْ َع َس َم َاو‬
َ
‫اط ِبك ّ ُِل َش ْي ٍء ِعل ًْما‬ َ ‫الل َّ َه ق َْد أ َح‬
Artinya : “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu.”
 Hadits Riwayat Tabrani
‫الطبْ َرا ِن ْي‬ ُ ‫اض ُع ْوالِ ُم َع ِل ّ ِميْك ُْم َول َيَل َْوا ِل ُم َع ِل ّ ِميْك ُْم ) َر‬
َّ ‫واه‬ َ ‫تَ َعل َّ ُم ْو َاو‬
َ ‫ع ِل ّ ُم ْو َاوتَ َو‬
Artinya : "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah gu
ru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Tabra
ni)

10
https://doaj.org/article/bf051f65b47c446da8dc3708fdafc4d7
Aspek-Aspek dalam Ilmu Pengetahuan

Inti dari kajian filsafat ilmu adalah membahas tiga aspek yaitu ontologi, epistimologi,
dan aksiologi.
Berikut ini penjelasan singkat dari tiga aspek tersebut beserta contohnya dalam mata
pelajaran pendidikan agama islam.

Ontologi antara lain membahas objek sains, macam-macam pengetahuan, dan struktu
r sains. Ontologi merupakan ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada dengan b
erdasarkan logika semata.
Contoh: dalam pelajaran pendidikan agama islam, membahas tentang berbagai maca
m pengetahuan, diantaranya adalah bagaimana sikap murid terhadap guru, sikap guru
terhadap murid, sikap murid dan guru terhadap ilmu pengetahuan, perkembangan Tar
ekat, Qadariyah wa Naqsabandiyah, dan lain-lain.

Epistimologi antara lain membahas sumber pengetahuan manusia, metode memperol


eh pengetahuan, dan ukuran kebenaran dalam sains.

contoh: pembahasan dalam mata pelajaran pendidikan agama islam merupakan pelaja
ran yang di ambil dari Al-Qur'an dan kitab-kitab lainnya sesuai pengetahuan yang ada.
Sebagaimana pada pembahasan sikap terhadap guru, itu juga sudah banyak di terang
kan pada kitab ta'limul muta'alim dan kitab-kitab lain mengenai adab (sopan santun).

Aksiologi membahas soal nilai dalam sains, dalam arti apakah sains itu harus netral
(bebas nilai) atau harus terikat oleh norma baik agama ataupun filsafat.

https://saripedia.wordpress.com/tag/sistem-penalaran-menurut-al-quran/
Contoh: dalam mata pelajaran pendidikan agama islam membahas tentang sesuatu hal
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya bagaimana kita harus ber
sikap baik terhadap lingkungan, bagaimana sikap kita (murid) terhadap guru, semua it
u termasuk etika yang harus dijaga dengan baik, juga merupakan norma kesusilaan da
n norma agama.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Islam sebagai agama dengan al-Qur’an dan as-sunnah sebagai sumber ajaranyya
banyak berbicara tentang ilmu pengetahuan dan menempatkan orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan pada derajat terhormat. Semua ilmu pengetahuan
agama ataupun ilmu pengetahuan kealaman semuanya bersumber dari Allah swt,
sehingga tidak perlu ada dikotomi antara keduanya. Sehingga berkembangnya
temuan saintis Barat beserta ide-ide yang ditimbulkannya berpengaruh besar
terhadap munculnya ide dan gagasan pembaruan di dunia Islam. Pembaruan dalam
Islam memang sangat dianjurkan selama pembaruan itu tidak mengebiri
ajaran0ajaran Islam yang otentik, akan tetapi justru memperkuat, mempertinggi dan
mengangkat martabat ummat Islam dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia..

Saran

Dengan disusunnya makalah ini, penyusun berharap makalah ini dapat dijadikan
referensi untuk makalah-makalah tahun berikutnya dan bisa membawa manfaat bagi
penyusun sendiri maupun yang membaca. Penyusun juga sangat menerima terhadap
saran serta kritikan yang bersifat membangun agar penyusun dapat lebih baik lagi
kedepannya dalam membuat makalah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.brilio.net/wow/pengertian-islam-menurut-bahasa-alquran-hadits-dan-
ulama-200423k.html
http://chantryintelex.blogspot.com/2014/05/ilmu-pengetahuan-dalam-perspektif-
al.html
https://doaj.org/article/bf051f65b47c446da8dc3708fdafc4d7
https://raharja.ac.id/2020/11/19/ilmu-pengetahuan/#:~:text=Pengertian%20Ilmu
%20Pengetahuan%20Menurut%20Para%20Ahli&text=Ilmu%20pengetahuan
%20adalah%20pengetahuan%20atau,dilihat%20dari%20kedudukannya%20maupun
%20hubungannya
https://saripedia.wordpress.com/tag/sistem-penalaran-menurut-al-quran/
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/05/13/opw17h313-
alquran-sumber-ilmu-pengetahuan
https://www.kompasiana.com/dellaadzakia/5a537033cf01b4124367c072/tiga-aspek-
kajian-filsafat#:~:text=Inti%20dari%20kajian%20filsafat%20ilmu,ontologi%2C
%20epistimologi%2C%20dan%20aksiologi.&text=Epistimologiantara%20lain
%20membahas%20sumber%20pengetahuan,dan%20ukuran%20kebenaran%20dalam
%20sains.
GLOSARIUM

Analisis : Proses pemecahan suatu masalah kompleks menjadi bagian-


bagian kecil sehingga bisa lebih mudah dipahami.

Ilmu fardlu ain : Ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim

Ilmu aqidah :Ilmu pengetahuan dalam memahami perkara-perkara yang


berkaitan keyakinan terhadap Allah swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya.

Kalam : Lafadz yang memiliki sebuah makna.

Sistematis : Teratur menurut suatu sistem.

Taqlid : Mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber


atau alasannya
INDEKS
A
Analisis, 4

I
Ilmu fardlu ain, 6
Ilmu aqidah, 6

K
Kalam, 5

S
Sistematis, 6
SINGKATAN
SAW : Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
SWT : Subhanahu Wa Ta’alaa

Anda mungkin juga menyukai