Disusun Oleh :
MALANG
Oktober, 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan yang berkembang terus secara pesat dalam islam hendak
diimbangi dengan ilmunya para ulama, yakni ilmu yang dapa menambah
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Ilmu ulama sebagai control
terhadap perkembangan ilmu sehingga kemajuan sains dan tekhnologi tidak akan
membawa manusia menjadi asing dan jauh dari Tuhannya. Betapa pentingnya
ilmu dan ulama dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan dan kebahagiaan dimuka bumi ini terlebihnya di akhirat. Pada bab
ini akan dibahas beberapa hadits yang menjelaskan tentang urgensi ilmu dan
ulama yang meliputi kemanfaatan ilmu, bahaya krisis ilmu agama dan ulama, dan
kewajiban mencari ilmu.
1. Ilmu Bermanfaat
2. Keutamaan Orang Berilmu
3. Kewajiban Menuntut Ilmu
4. Krisis Ilmu dan Ulama
1.3. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
"إذا مات اإلنسان إنقطع عمله إال:عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
) أو ولد صا لح يدعو له’’(رواه مسلم, صدق جارية ’ أو علم ينتفع به: بثالث
Yang Artinya :
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda:” apabila
manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu
sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang mendoakan
orang tuanya” (HR. Muslim)
Ilmu dimaksud disini adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada
orang lain. Sesorang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain, kemudian
diamalkan dan diajarkan lagi kepada orang lain, maka ia mendapat pahala seperti
pahala orang yang mengamalkan dan mengajarkannya sampai ia meninggal dunia
bahkan sampai ke akhirat.
a) Ilmu fardhu ain seperti ilmu tauhid (akidah) ilmu fiqih dan ilmu tasauf,
fara’id, Al-qur’an ,dan lain sebaginya
b) Ilmu fardhu kifayah, seperti ilmu sains, kesustraaan, kedokteran.1
1
Hal. 142. Khon, Abdul Majid. Hadits Tarbawi. Jakarta, Kencana Pena Media Group, 2012
3. Anak shaleh
Anak saleh yakni anak yang baik. Menurut ibn Hajar Almakki maksud
shaleh disini adalah anak beriman kepada Allah. Anak shaleh yang mau
mendo’akan kesemua orang tuanya. Do’a adalah kemauan hati anak yang baik
yang menginginkan orangtuanya mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Hadits ini memberikan motivasi kepada anak agar selalu
mendo’akan orangtuanya sekalipun orang lainpun bisa mendo’kannya. Hadits ini
juga mendorong kepada orang tua untuk berusaha mendidik anaknya agar menjadi
anak yang saleh dan bermanfaat bagi keduanya umumnya bagi khalayak umum,
demikian juga do’a anak sangat bermanfaat bagi orang tua meskipun telah
meninggal dunia.
عن أبى أمامة رضي اللة عنة أن رسول اللة صلى اللة عليه وسلم " فضل العلم على العا بد كفضل على أدنا
حتى النملة فى, كم " ثم قال رسول اللة صلى اللة عليه وسلم " إن اللة ومال ئكته و أهل السموات واالرض
) وقال حديث حسن, ليصلّون على معلّم الناس الخير "( رواه الترمذى, ليصلّون, وحتى الحوت, جحرها
Yang Artinya :
Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: kelebihan
ahli ilmu terhadap ahli ibadah adalah “kelebihanku terhadap orang yang paling
rendah diantara kamu sekalian “ kemudian Rasullah melanjutan sabdanya
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi
sampai semut yang berada di sarahngnya dan juga ikan senantiasa meminta
rahmad kepada orang yang mengajarkan kenaikan kepaa manusia .”(H.R. al-
Tusmizi)
Pada hadits ini Rasululah SAW menjelaskan keutamaan orang alim atau
abid, Alim artinya orang yang berilmu pengetahuan terutama dalam ilmu syara’,
sedangkan abid adalah ahli ibadah saja, keduanya diperlakukan dalam beragama.
orang alim harus beribadah sebagai manifestasi ilmunya yakni pengamalan ilmu.
Demikain juga abid harus berilmu karena ibadah tidak dapat diterima kalau tidak
didasari ilmu. Rasulullah memberikan perumpamaan tentang keutamaan kedua
orang tersebut.
Maksud orang alim disini adalah orang yang banyak mengetahui ilmu
syara’ dan sudah melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib saja. Sedangkan ‘abid
disini adalah orang ahli ibadah setelah memperoleh ilmu-ilmu yang wajib.
Keutamaan orang alim seperti itu lebih utama dibandingkan dengan orang yang
terendah diantara sahabat alangkah jauhnya perbedaan keutamaan keduanya,
keutamaan Nabi dinbandingkan sahabat yang paling agung saja tidak ada taranya,
bagaimana jika dibandingkan dengan sahabat. Al-Qary mengatakan perumpamaan
ini bersifat MUBALAQAH (berlebihan) andaikata keutamaan Nabi yang paling
agung saja sudah cukup.
Kalau orang alim tidak mengamalkan ilmunya sama sekali jelas tidak ada
keutamaannya, demikian juga orang abid yang tidak didasari denga ilmu.
Keduanya ditolak, tetapi kejahatan orang alim lebih jahat dari pada orang abid
Keutamaan ilmu rasul jelaskan secara terperinci seperti pada hadits berikut
:
ليصلّون, ليصلّون, وحتى الحوت, حتى النملة فى جحرها, إن اللة ومال ئكته و أهل السموات واالرض
على معلّم الناس الخير
Menurut al-Qary maksud para malaikat Allah dala hadits adalah para
malaikat membawa arasy, dengankan para penghuni langit adalah para malaikat
secara umum. Kata penghuni bumi disisini adalah manusia dan jin dan seluruh
binatang dan semut adalah binatang terkecil didarat, dan ikan adalah binatang
dilaut. Dan seluruhnya membaca salawat kepada orang alim yang mengajarkan
kebaikan, maksud kebaikan disini adalah ilmu dan sebagian ulama ilmu syara’
dan ilmu yang dapat menyelamatkan manusia.2
2
ibid
a) Keharusan orang yang berilmu beribadah dan keharusan orang abid berilmu,
ilmu tak ada manfaatnya tanpa ibadah dan ibadah tidak diterima tanpa ilmu
b) Proses belajar mengajar ilmu lebih diutamakan daripada melaksanakan ibadah
yang sunnah, karena ibadah itu memberikan manfaat hanya epada yang
mengerjakaannya saja, sedangkan ilmu selain bermanfaat bagi dirinya juga
bermanfaat bagi orang lain.
c) Anjuran untuk menghormati ulama dan para penuntut ilamu serta mendoakan
mereka.
d) Anjuran agar melakukan hal-hal yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi arang lain.
Artinya:
Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu dunia dan ilmu akhirat, tidaklah
cukup jika hanya salah satu dari ilmu tersebut sebab manusia hidup karena Allah,
dan Allah menjadikan dunia sebagai tempat hidupnya. Nabi Muhammad
bersabda,”sesungguhnya, Allah membenci setiap orang yang pandai dalam
urusan dunia, namun bodoh dalam urusan akhiratnya.” (HR. Muslim).3
Bahkan sejauh apapun ilmu itu berada maka kita wajib mencarinya, rasululah
bersabda:
اطلبوا العلم: قال رسول هللا صلى هللا عليو و سلم: عن أنس بن مالك قال
و لو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya:
Dari anas bin malik berkata: rasulullah SAW bersabda: carilah imu walau
di negeri cina. Sesungguhnya menuntut ilmu kawajiban bagi setiap muslim (HR.
al-Uqualiy dal al-Dhuafa’,Iibnu ‘Ady dalam al Kamil, al-Baihaqi dalam Syu’ab
al-Imam dan Ibnu al-‘Abd al-Barr dalam al-Ilmu dari Anas,Hadis Dho’if)4
3
Ainur Rasyid, Hadis-Hadis Tarbawi(Yogyakarta: Difa Press), hlm.36
4
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP),
hlm.141
namun, namun Syeikh Muhammad Nashir al0Din al-Albani mengatakan bahwa
catatan al-Suyuti itu laisa bi syai’in (tidak ada artinya) dalam kitab al-Lail al-
Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah dan komentar di dalamnya menyatakan
bahwa di samping sanad yang di atas juga memiliki tiga sanad lain yaitu:
Sementara dalam sanad pertama terdapat nama Ya’qub bin Ibrahim al-
‘Asqalani. Menurut imam al-Dzahabi, ia merupakan adalah Kadzzab (pendusta).
Dalam sanad kedua terdapat nama Ahmad bin Abdullah al-Juwaibari, dia adalah
seorang pemalsu hadis. Dan dalam sanad ketiga Ibrahin al-Anakha’I tidar pernah
mendengar apa-apa dari Anas bin Malik. Oleh karenanya, ia juga tidak lebih dari
seorang pembohong. Dan ketiga sanad itu tidak merubah kedudukan hadis
tersebut, melainkan justru memperkuat kepalsuannya. Maka dari itu hadis terdebut
tidak bisa di gunakna untuk dalil apapun, baik untuk aqidah, syari’ah, maupun
akhlaq dan fadhail al’amal.
Jadi hadis itu bisa jadi merupakan kata-kata mutiara, karena konon negeri
Cina pada masa lalu sudah dikenal memiliki budaya yang tinggi. Kemudian
lambat laun ungkapan tersebut disebut hadis.
Ilmu berasal dari ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang artinya pengetahuan. Istilahnya
menurut KBBI ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat di tentukan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut.7
Ulama’ berasal dari kata jama’ ‘alim artinya orang yang memiliki ilmu luas
dan mendalam8. secara istilah menurut Dr. Wahbah Zuhaili, ‘’secara naluri’ ulama
adalah orang yang mampu menganalisa fenomena alam untuk untuk kepentingan
5
Ali Mustofa Yaqub, Hadis-hadis bermasalah (Jakarta:Pustaka Firdaus), hlm.4,5,6,7.
6
Hadis Tarbawi,…, hlm.145
7
Tori, Skrpsi,” Keutamaan Ilmu Ulama Perspektif Hadis”(jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011),
hlm .14
8
Ibid, hlm.17
hidup id dunia dan di akhirat dan takut kepada Allah SWT jika jatuh ke dalam
kenistaan.9
Ulama’ adalah pewaris nabi, sabda rasulullah, ulama adalah pewaris para nabi
(HR. Abu Dawud, al-Turmidzy dan ibnu hibban)
Pada zamannya nanti, ilmu dan ulama sudah tiada lagi di bumi ini. Ilmu
yang tadi merupakan cahaya kini menjadi kegelapan dan para ulama’ orang yang
dianggap benar, yang mampu mempraktikkan ilmu Agama yang ia dapat dan
mengajarkannya akan diangkat oleh Allah dan tiadalah lagi ilmu dan ulama’ di
dunia ini. Dunia akan penuh kehancuran dan kebatilan karena pengemban
dakwah, penyebar ilmu Agama telah Allah tiadakan. Nabi muhammad Rasulullah
bersabda yang Artinya:
Dari ‘abdullah bin ‘amr bin al ‘Ash r.a berkata: Saya pernah mendengar
nabi Muhammad bersabda: “sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu yang
di dalam dada manusia, tetapi Allah mencabut ilmu dengan wafatnya para ulama,
sehingga tidak ada lagi orang ‘alim maka orang-orang akan mengangkat orang
yang bodoh sebagai pemimpin, kemudian mereka ditanya sesuatu kemudian
mereka memberi fatwa tanpa dasar ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
9
Ibid, hlm.19
BAB III
A. KESIMPULAN
kesimpulan dari materi diatas adalah:
1. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diajarkan dan diamalkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu yang bermanfaat juga akan
bermanfaat baik didunia maupun diakhirat.
2. orang alim disini adalah orang yang banyak mengetahui ilmu syara’ dan
sudah melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib saja. Sedangkan ‘abid
disini adalah orang ahli ibadah setelah memperoleh ilmu-ilmu yang wajib.
Kalau orang alim tidak mengamalkan ilmunya sama sekali jelas tidak ada
keutamaannya, demikian juga orang abid yang tidak didasari denga ilmu.
Keduanya ditolak, tetapi kejahatan orang alim lebih jahat dari pada orang
abid.
3. Menuntut ilmu merupakan Proses untuk memperbaiki dan
mengembangkan Potensi, sikap dan pengetahuan seorang manusia agar
menjadi lebih baik. Jadi manusia wajib menuntut ilmu.
4. Jika ulama telah tiada maka ilmu di dunia ini juga tidak ada.
B. SARAN
Khon, Abdul Majid. Hadits Tarbawi. Jakarta, Kencana Pena Media Group, 2012
Tori, 2011, Keutamaan Ilmu Ulama Perspektif Hadis. Jakarta, UIN Syarif
Hidayatullah.