Anda di halaman 1dari 15

Makalah Ugensi Ilmu dan Ulama

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist Tarbawi

Dosen Pengampu : Moh. Nadhif, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Ana Husniyah (2017.77.01.1014)

Tajuddin Naufal (2017.77.01.1040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIMA)

MA’HAD ALY AL-HIKAM

MALANG

Oktober, 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan agama maupun illmu pengetahuan umum merupakan


bagian dari ciri khas manusia. Dengan ilmu pengetahuan yang tidak dapat
dipisahkan dengan akal manusia dapat mengembangkan budaya dan
peradabannya sehingga dapat mengarahkan makhluk lain dan menjadi pemimpin
diataas muka bumi.

Ilmu pengetahuan yang berkembang terus secara pesat dalam islam hendak
diimbangi dengan ilmunya para ulama, yakni ilmu yang dapa menambah
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Ilmu ulama sebagai control
terhadap perkembangan ilmu sehingga kemajuan sains dan tekhnologi tidak akan
membawa manusia menjadi asing dan jauh dari Tuhannya. Betapa pentingnya
ilmu dan ulama dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan dan kebahagiaan dimuka bumi ini terlebihnya di akhirat. Pada bab
ini akan dibahas beberapa hadits yang menjelaskan tentang urgensi ilmu dan
ulama yang meliputi kemanfaatan ilmu, bahaya krisis ilmu agama dan ulama, dan
kewajiban mencari ilmu.

1.2. Rumusan Masalah

1. Ilmu Bermanfaat
2. Keutamaan Orang Berilmu
3. Kewajiban Menuntut Ilmu
4. Krisis Ilmu dan Ulama
1.3. Tujuan Pembahasan

1. Memahami maksud dari Ilmu Bermanfaat


2. Mengerti Keutamaan Orang Berilmu
3. Memahami Kewajiban Menuntut Ilmu
4. Mengerti Krisis Ilmu dan Ulama
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Yang Bermanfaat

‫ "إذا مات اإلنسان إنقطع عمله إال‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
)‫ أو ولد صا لح يدعو له’’(رواه مسلم‬,‫ صدق جارية ’ أو علم ينتفع به‬: ‫بثالث‬

Yang Artinya :
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda:” apabila
manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu
sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang mendoakan
orang tuanya” (HR. Muslim)

Pada hadits diatas Rasulullah saw memberikan pelajaran tentang perlunya


manusia mencari amal yang berkualitas, kekal, bermanfaat dalam kehidupan
dunia maupun setelah meninggal dunia kelak. Kualitas amal itu tidak teputus
pahalanya sekalipun ia telah meninggal dunia, selama amalnya dimanfaatkan oleh
manusia. Beliau menyatakan dalam hadits diatas.

Apabila manusia telah meninggal dunia terputuslah amalnya. Tidak bisa


bekerja, tidak bisa beramal tidak bisa berkarya dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Jika propesi seseorang terputus maka secara sendirinya upah,honor, gaji akan
terputus, itu artinya tidak ada pekerjaan tidak ada gaji seperti itu juga dengan
amalan, tidak ada amal maka tidak ada pahala. Kecuali tiga perkara yang tidak
terputus pahalanya, sebagai berikut :
1. Sedekah jariah

Sedekah jariah artinya sedekah yang mengalir. Yakni pahalanya mengalir


terus-menerus sekalipun yang bersangkutan telah meninggal dunia. Misalnya
bersedakah sajadah, bahan bangunan untuk mesjid, musalla dan sarana iadah
lainnya. Sedekah jariah atau wakaf seperti ini tidak akan habis dan terus mengalir
pahalanya selama benda-benda tersebut masih dimanfaatkan orang banyak
sekalipun orang yang bersedekah meninggal dunia.

2. Ilmu yang bermanfaat

Ilmu dimaksud disini adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada
orang lain. Sesorang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain, kemudian
diamalkan dan diajarkan lagi kepada orang lain, maka ia mendapat pahala seperti
pahala orang yang mengamalkan dan mengajarkannya sampai ia meninggal dunia
bahkan sampai ke akhirat.

Mengenai ilmu pengetahuan yang bermanfaaat disisni adalah segala ilmu


yang bisa membawakan manfaat kepada orang lain dan dapat menambah
ketakwaan kepada Allah SWT. Selama ilmu itu masih dipelajari, selama itu
pilihlah orang yang mengajarkannya mendapatkan pahala terus menerus yang
akan dimaksukkan kedalam catatan amal kebaikannya

Dalam islam ilmu dikategoriakan kedalam dua bagian :

a) Ilmu fardhu ain seperti ilmu tauhid (akidah) ilmu fiqih dan ilmu tasauf,
fara’id, Al-qur’an ,dan lain sebaginya
b) Ilmu fardhu kifayah, seperti ilmu sains, kesustraaan, kedokteran.1

1
Hal. 142. Khon, Abdul Majid. Hadits Tarbawi. Jakarta, Kencana Pena Media Group, 2012
3. Anak shaleh
Anak saleh yakni anak yang baik. Menurut ibn Hajar Almakki maksud
shaleh disini adalah anak beriman kepada Allah. Anak shaleh yang mau
mendo’akan kesemua orang tuanya. Do’a adalah kemauan hati anak yang baik
yang menginginkan orangtuanya mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Hadits ini memberikan motivasi kepada anak agar selalu
mendo’akan orangtuanya sekalipun orang lainpun bisa mendo’kannya. Hadits ini
juga mendorong kepada orang tua untuk berusaha mendidik anaknya agar menjadi
anak yang saleh dan bermanfaat bagi keduanya umumnya bagi khalayak umum,
demikian juga do’a anak sangat bermanfaat bagi orang tua meskipun telah
meninggal dunia.

Jadi Pelajaran yang dipetik dari hadits ini :

a) Motivasi meningkatka amal saleh yang bermanfaat dalam berbagai sector


,baik dalam diri, keluarga dan sosial masyarakat.
b) Keutmaan menuntut dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, baik bermanfaat
didunia maupun diakhirat. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diajarkan
dan diamalka untuk mendekatkan diri kepada Allah.
c) Anjuran menyebarkan ilmu pengetahuan baik secara langsung dalam proses
belajar mengajar maupun melalui tulisan, seperti karya ilmiah, menulis
buku.dll
d) Anjuran sedekah,wakap dan amal jariah.

B. Keutamaan Orang Berilmu

‫عن أبى أمامة رضي اللة عنة أن رسول اللة صلى اللة عليه وسلم " فضل العلم على العا بد كفضل على أدنا‬
‫ حتى النملة فى‬, ‫كم " ثم قال رسول اللة صلى اللة عليه وسلم " إن اللة ومال ئكته و أهل السموات واالرض‬
)‫ وقال حديث حسن‬, ‫ ليصلّون على معلّم الناس الخير "( رواه الترمذى‬, ‫ليصلّون‬, ‫وحتى الحوت‬, ‫جحرها‬
Yang Artinya :
Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: kelebihan
ahli ilmu terhadap ahli ibadah adalah “kelebihanku terhadap orang yang paling
rendah diantara kamu sekalian “ kemudian Rasullah melanjutan sabdanya
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi
sampai semut yang berada di sarahngnya dan juga ikan senantiasa meminta
rahmad kepada orang yang mengajarkan kenaikan kepaa manusia .”(H.R. al-
Tusmizi)

Pada hadits ini Rasululah SAW menjelaskan keutamaan orang alim atau
abid, Alim artinya orang yang berilmu pengetahuan terutama dalam ilmu syara’,
sedangkan abid adalah ahli ibadah saja, keduanya diperlakukan dalam beragama.
orang alim harus beribadah sebagai manifestasi ilmunya yakni pengamalan ilmu.
Demikain juga abid harus berilmu karena ibadah tidak dapat diterima kalau tidak
didasari ilmu. Rasulullah memberikan perumpamaan tentang keutamaan kedua
orang tersebut.

‫فضل العلم على العا بد كفضل على أدنا كم‬

“Kelebihan ahli ilmu (‘alim) adalah seperti kelebihanku diantara orang


yang paling rendah diantara kamu sekalian”

Maksud orang alim disini adalah orang yang banyak mengetahui ilmu
syara’ dan sudah melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib saja. Sedangkan ‘abid
disini adalah orang ahli ibadah setelah memperoleh ilmu-ilmu yang wajib.
Keutamaan orang alim seperti itu lebih utama dibandingkan dengan orang yang
terendah diantara sahabat alangkah jauhnya perbedaan keutamaan keduanya,
keutamaan Nabi dinbandingkan sahabat yang paling agung saja tidak ada taranya,
bagaimana jika dibandingkan dengan sahabat. Al-Qary mengatakan perumpamaan
ini bersifat MUBALAQAH (berlebihan) andaikata keutamaan Nabi yang paling
agung saja sudah cukup.
Kalau orang alim tidak mengamalkan ilmunya sama sekali jelas tidak ada
keutamaannya, demikian juga orang abid yang tidak didasari denga ilmu.
Keduanya ditolak, tetapi kejahatan orang alim lebih jahat dari pada orang abid

Kejahatan orang alim tidak mengamalkan ilmunya lebih jahat daripada


orang ahli ibadah yang tidak ada ilmunya dan lebih jahat dari pada penyembah
berhala, orang bodoh menyembah berhala menjadi suatu kewajaran karena
kebodohannya, tetapi orang alim melanggar bukan suatu kewajaran , karena
mengetahui pelanggaran itu tidak benar.

Keutamaan ilmu rasul jelaskan secara terperinci seperti pada hadits berikut
:
‫ ليصلّون‬, ‫ليصلّون‬, ‫وحتى الحوت‬, ‫ حتى النملة فى جحرها‬, ‫إن اللة ومال ئكته و أهل السموات واالرض‬
‫على معلّم الناس الخير‬

Artinya : Sesungguhnya Allah, para Malaikatnya serta penghuni langit


serta penghuni langit dan bumi sampai semt yangberada disarangnya dan ikan
senantiasa meminta rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan orang
lain.

Menurut al-Qary maksud para malaikat Allah dala hadits adalah para
malaikat membawa arasy, dengankan para penghuni langit adalah para malaikat
secara umum. Kata penghuni bumi disisini adalah manusia dan jin dan seluruh
binatang dan semut adalah binatang terkecil didarat, dan ikan adalah binatang
dilaut. Dan seluruhnya membaca salawat kepada orang alim yang mengajarkan
kebaikan, maksud kebaikan disini adalah ilmu dan sebagian ulama ilmu syara’
dan ilmu yang dapat menyelamatkan manusia.2

Pelajaran yang di petik dari hadits ini :

2
ibid
a) Keharusan orang yang berilmu beribadah dan keharusan orang abid berilmu,
ilmu tak ada manfaatnya tanpa ibadah dan ibadah tidak diterima tanpa ilmu
b) Proses belajar mengajar ilmu lebih diutamakan daripada melaksanakan ibadah
yang sunnah, karena ibadah itu memberikan manfaat hanya epada yang
mengerjakaannya saja, sedangkan ilmu selain bermanfaat bagi dirinya juga
bermanfaat bagi orang lain.
c) Anjuran untuk menghormati ulama dan para penuntut ilamu serta mendoakan
mereka.
d) Anjuran agar melakukan hal-hal yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi arang lain.

C. Kewajiban menunutut ilmu

Menuntut ilmu merupakan Proses untuk memperbaiki dan


mengembangkan Potensi, sikap dan pengetahuan seorang manusia agar menjadi
lebih baik. Dalam agama islam menuntut ilmu adalah hal yang paling utama dari
pada yang lain. Sebab tanpa adanya ilmu dunia ini akan gelap, hancur, dan tanpa
arah. Sebagai manusia iyang di bekali akal dan fikiran, sangatlah wajib untuk
menunutut ilmu karena sebagai bukti mensyukuri nikmat Allah SWT dan manusia
di muka bumi ini sebagai seorang kholifah, tanpa adanya ilmu manusia akan
tersesat sebab ilmu adalah cahaya bukan malah sebaliknya, yaitu tertutupi dengan
ilmu-ilmunya, dengan ilmu kita akan mampu membedakan mana yang jelek dan
mana yang buruk, dan dengan ilmu segala sesuatu dapat kita ketahui. Nabi
muhammad bersabda:

Artinya:

“barang siapa mengingkinkan dunia maka dengan ilmu, barang siapa


menginginkan akhirat maka dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan keduanya
maka dengan ilmu”(HR. Atthabrani)

Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu dunia dan ilmu akhirat, tidaklah
cukup jika hanya salah satu dari ilmu tersebut sebab manusia hidup karena Allah,
dan Allah menjadikan dunia sebagai tempat hidupnya. Nabi Muhammad
bersabda,”sesungguhnya, Allah membenci setiap orang yang pandai dalam
urusan dunia, namun bodoh dalam urusan akhiratnya.” (HR. Muslim).3

Menurut Imam al-Ghozali, ilmu ada yang menjadi fardhu’ain untuk di


pelajari dan ada yang fardhu kifayah. Selain itu, ilmu syari’at di bagi dua yaitu
ilmu mahmudah (terpuji) dan ilmu madzmumah (tercela). Dan seorang manusia
diwajibkan menuntul ilmu yang mahmudah, sebagaimana Rasulullah yang
merupakan gudangnya ilmu yang terpuji.

Bahkan sejauh apapun ilmu itu berada maka kita wajib mencarinya, rasululah
bersabda:

‫ اطلبوا العلم‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليو و سلم‬: ‫عن أنس بن مالك قال‬
‫و لو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم‬

Artinya:

Dari anas bin malik berkata: rasulullah SAW bersabda: carilah imu walau
di negeri cina. Sesungguhnya menuntut ilmu kawajiban bagi setiap muslim (HR.
al-Uqualiy dal al-Dhuafa’,Iibnu ‘Ady dalam al Kamil, al-Baihaqi dalam Syu’ab
al-Imam dan Ibnu al-‘Abd al-Barr dalam al-Ilmu dari Anas,Hadis Dho’if)4

Menurut mayoritas ulama’ hadis potongan hadis “carilah ilmu walau di


negeri cina” itu merupakan hadis yang dho’if, banyak peselisihan di antara ulam-
ulama ada yang mengatakn bahwa hadis diatas adalah hadis yang hasan atau
shohih atau juga bukanlah hadis dari nabi namun, hadis ini populer di kalangan
santri, pelajar, mahasiswa, atau di semua kalangan khususnya di majls-majlis
ilmu, hal ini di sebut masyhur non istilahy karena perawinya kurang dari 3 orang
dari tingkatan sanad dan belum berarti hadist tersebut berasal dari nabi
muhammad namun terkenal di kalangan atau kelompok tertentu. Dan hadis diatas
merupakan sebagai pendukung hadis. al-Suyuti menganggap hadis ini dho’if

3
Ainur Rasyid, Hadis-Hadis Tarbawi(Yogyakarta: Difa Press), hlm.36
4
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP),
hlm.141
namun, namun Syeikh Muhammad Nashir al0Din al-Albani mengatakan bahwa
catatan al-Suyuti itu laisa bi syai’in (tidak ada artinya) dalam kitab al-Lail al-
Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah dan komentar di dalamnya menyatakan
bahwa di samping sanad yang di atas juga memiliki tiga sanad lain yaitu:

1. Ahmad bin ‘Abdullah-Maslamah bin al-Qosim-Ya’qub bin Ishaq- bin


ibrahim al-Asqalani-‘Ubaidullah bin Mihammad al-Fiyyabi-Sufyan bin
‘Uyainah-al Zuhri-Anas bin Malik-(nabi muhammad SAW). Hadis dengan
sanad seperti ini diriwayatkan oleh ibn Abd al-Barr dan al-Baihaqi dalam
kitab Syu’ab al Imam
2. Ibn Karrram-Ahmad bin Abdullah al-Juwaibari-al Fadhl bin musa-
Muhammad bin ‘Amr-Abu Salamah-Abu hurairoh-(nabi Muhammad
SAW). Hadis dengan sanad seperti ini diriwayatkan oleh Ibn Karram,
seperti disebut dalam kitab al-MIzan.
3. Dalam kitabnya al-LIsan, Ibn Hajar al-‘Asqalani meriwayatakan hadais itu
dengan riwayat sendiri yang berasal dari Ibrahim al-Nakha’i-Anas bin
Malik. Ibrahim berkata,” Saya mendengar hadis itu dari Anas bin Malik”

Sementara dalam sanad pertama terdapat nama Ya’qub bin Ibrahim al-
‘Asqalani. Menurut imam al-Dzahabi, ia merupakan adalah Kadzzab (pendusta).
Dalam sanad kedua terdapat nama Ahmad bin Abdullah al-Juwaibari, dia adalah
seorang pemalsu hadis. Dan dalam sanad ketiga Ibrahin al-Anakha’I tidar pernah
mendengar apa-apa dari Anas bin Malik. Oleh karenanya, ia juga tidak lebih dari
seorang pembohong. Dan ketiga sanad itu tidak merubah kedudukan hadis
tersebut, melainkan justru memperkuat kepalsuannya. Maka dari itu hadis terdebut
tidak bisa di gunakna untuk dalil apapun, baik untuk aqidah, syari’ah, maupun
akhlaq dan fadhail al’amal.

Jadi hadis itu bisa jadi merupakan kata-kata mutiara, karena konon negeri
Cina pada masa lalu sudah dikenal memiliki budaya yang tinggi. Kemudian
lambat laun ungkapan tersebut disebut hadis.

Namun untuk potongan hadis yang kedua yaitu:


‫فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم‬

“Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim”. Merupakan Hadis


Shahih yang diriwayatkan diantaranya, dan al-Mu’anya oleh Imam al-
Baihaqi dalam kitab syu’ab al Imam, Imam al-Thabrani dalam kitab al-
Mu’jam al-Shaghir, dan al-Mu’jam al-Ausath, al-Khatib al-Baghdadi
dalam kitabnya Tarikh Baghdad dan lain-lain. 5Dalam Hadis tersebut
dijelaskan secara jelas dan tegas bahwa mencari ilmu tidak hanya wajib
untuk satu jenis manusia saja namun, untuk semua manusia baik laki-laki
atau perempuan.

Mengenai waktu, dalam menuntut ilmu itu tidak terbatas. kapanpun


waktunya manusia harus tetap menunutut imu, nabi muhammad bersabda:

“carilah imu dari buwaian sampai ke liang lahat”(HR.Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa seumur hidup manusia diwajibkan untuk


belajar(Long Life Education)6. dari kecil, remaja, dewasa, dan sampai tua kita
harus tetap mencari ilmu, agar selalu memperbaiki diri di hadapan Allah SWT
karena pada hakikatnya hidup ini hanyalah untuk beribadah.

D. Krisis Ilmu dan Ulama

Ilmu berasal dari ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang artinya pengetahuan. Istilahnya
menurut KBBI ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat di tentukan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut.7

Ulama’ berasal dari kata jama’ ‘alim artinya orang yang memiliki ilmu luas
dan mendalam8. secara istilah menurut Dr. Wahbah Zuhaili, ‘’secara naluri’ ulama
adalah orang yang mampu menganalisa fenomena alam untuk untuk kepentingan

5
Ali Mustofa Yaqub, Hadis-hadis bermasalah (Jakarta:Pustaka Firdaus), hlm.4,5,6,7.
6
Hadis Tarbawi,…, hlm.145
7
Tori, Skrpsi,” Keutamaan Ilmu Ulama Perspektif Hadis”(jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011),
hlm .14
8
Ibid, hlm.17
hidup id dunia dan di akhirat dan takut kepada Allah SWT jika jatuh ke dalam
kenistaan.9

Ulama’ adalah pewaris nabi, sabda rasulullah, ulama adalah pewaris para nabi
(HR. Abu Dawud, al-Turmidzy dan ibnu hibban)

peran ulama’ tidak hanya sekedar menguasai khazanah pemikiran islam,


baik aqidah ataupun syari’ah, namun juga mengajak, membimbing, dan menjaga
ummat untuk berupaya menerapkan, memperjuangkan, serta menyebarkan risalah
Allah SWT.

Pada zamannya nanti, ilmu dan ulama sudah tiada lagi di bumi ini. Ilmu
yang tadi merupakan cahaya kini menjadi kegelapan dan para ulama’ orang yang
dianggap benar, yang mampu mempraktikkan ilmu Agama yang ia dapat dan
mengajarkannya akan diangkat oleh Allah dan tiadalah lagi ilmu dan ulama’ di
dunia ini. Dunia akan penuh kehancuran dan kebatilan karena pengemban
dakwah, penyebar ilmu Agama telah Allah tiadakan. Nabi muhammad Rasulullah
bersabda yang Artinya:

Dari ‘abdullah bin ‘amr bin al ‘Ash r.a berkata: Saya pernah mendengar
nabi Muhammad bersabda: “sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu yang
di dalam dada manusia, tetapi Allah mencabut ilmu dengan wafatnya para ulama,
sehingga tidak ada lagi orang ‘alim maka orang-orang akan mengangkat orang
yang bodoh sebagai pemimpin, kemudian mereka ditanya sesuatu kemudian
mereka memberi fatwa tanpa dasar ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

9
Ibid, hlm.19
BAB III

A. KESIMPULAN
kesimpulan dari materi diatas adalah:
1. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diajarkan dan diamalkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu yang bermanfaat juga akan
bermanfaat baik didunia maupun diakhirat.
2. orang alim disini adalah orang yang banyak mengetahui ilmu syara’ dan
sudah melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib saja. Sedangkan ‘abid
disini adalah orang ahli ibadah setelah memperoleh ilmu-ilmu yang wajib.
Kalau orang alim tidak mengamalkan ilmunya sama sekali jelas tidak ada
keutamaannya, demikian juga orang abid yang tidak didasari denga ilmu.
Keduanya ditolak, tetapi kejahatan orang alim lebih jahat dari pada orang
abid.
3. Menuntut ilmu merupakan Proses untuk memperbaiki dan
mengembangkan Potensi, sikap dan pengetahuan seorang manusia agar
menjadi lebih baik. Jadi manusia wajib menuntut ilmu.
4. Jika ulama telah tiada maka ilmu di dunia ini juga tidak ada.

B. SARAN

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan dosen
pembimbing sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.
DAFTAR RUJUKAN

Khon, Abdul Majid. Hadits Tarbawi. Jakarta, Kencana Pena Media Group, 2012

Yaqub, Ali Musthofa. Hadis-Hadis Bermasalah. Jakarta. Pustaka Firdaus, 2003

Tori, 2011, Keutamaan Ilmu Ulama Perspektif Hadis. Jakarta, UIN Syarif
Hidayatullah.

Rasyid, Ainur. Hadis-Hadis Tarbawi. Yogyakarta. Difa Press, 2015.

Anda mungkin juga menyukai