Anda di halaman 1dari 24

MEMORI DAN INTELEGENSI

Dosen : Dellawaty Supraba, S.Psi., M.Si

Disusun Oleh :

Niko Anggriawan (18090000115)

Ulvira Badriyah Kumara (18090000171)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otak merupakan organ yang kompleks, yang terdiri dari sel-sel dan mempunyai fungsi
yang sangat spesifik, namun saling berhubungan. Otak memiliki kemampuan mengendalikan
segala aspek kehidupan secara fisik maupun psikis, secara sadar maupun tidak. Fungsi otak
erat hubungannya dengan memori atau ingatan. Memori membuat manusia dapat mengingat
berbagai macam informasi, seperti mengingat nama teman yang sudah bertahun-tahun tidak
dijumpai maupun mengingat detail dari sebuah gambar yang tergantung di dinding kamar tidur
pada masa kanak-kanak, namun tidak jarang terjadi kegagalan memori/ lupa.

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan


Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia
untuk berbuat lebih besar daripada otak mereka yang kecil. Kekuatan berfikir itulah yang
disebut inteligensi. Manusia mempunyai inteligensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul
daripada manusia yang memiliki inteligensi rendah. Inteligensi merupakan kemampuan yang
dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara tententu. Inteligensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang
bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa definisi memori ?
2. Bagaimana struktur dan proses memori ?
3. Apa saja metode penelitian memori ?
4. Bagaimana proses terjadinya kegagalan memori/ lupa ?
5. Apa definisi inteligensi ?
6. Apa macam-macam inteligensi ?
7. Faktor- faktor yang mempengaruhi inteligensi
8. Apa saja hal-hal yang berhubungan dengan inteligensi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi memori dan inteligensi.
2. Mengetahui struktur dan proses memori.
3. Mengetahui penyebab kegagalan memori.
4. Mengerti macam-macam inteligensi.
5. Mampu mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi.
6. Mampu mengklasifikasikan hal-hal yang berhubungan dengan inteligensi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MEMORI

Memori atau ingatan adalah sebagai proses pada saat manusia mengodekan,
menyimpan, dan menarik kembali informasi yang telah lampau (Feldman, 2011). Setiap bagian
dari definisi ini (perekaman, penyimpanan, dan penarikan kembali) merupakan proses-proses
yang dapat dianalogikan dengan prinsip-prinsip kerja keyboard/ papan ketik computer
(perekaman), hard drive (penyimpanan) dan software (perangkat lunak) yang mengakses
informasi yang tersimpan untuk ditampilkan ke layar (penarikan kembali).

Memori memiliki arti penting yang lain, kontroversi di antara para psikolog dewasa ini
mengenai keakuratan memori menunjukkan bahwa memori memiliki tempat khusus, lebih dari
sekedar fiksi (King, 2010). Memori adalah sesuatu yang benar terjadi, sehingga memiliki nilai
yang luar biasa bagi setiap pemikiran yang kita pikirkan, atau kata yang kita ucapkan. Seorang
penulis kebangsaan Amerika pada abad ke-20, Tenessa Williams, mengungkapkan bahwa
seluruh hidup adalah ingatan kecuali masa ketika waktu akan berlalu sangat cepat, dan tidak
akan mampu disadari

2.2 STRUKTUR DAN PROSES MEMORI

Struktur ingatan dapat dibedakan menjadi tiga sistem, yaitu: (a) sistem ingatansensorik
(sensory memory), (b) sistem ingatanjangka pendek atau short term memory (STM),dan (c)
sistem ingatan jangka panjang atau long term memory (LTM). Sistem ingatan tersebut dikenal
sebagai model paradigm Atkinson dan Shiffrin yang telah disempurnakanoleh Tulving dan
Madigan (Solso, 1995).
Memori sensori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui salah satu atau kombinasi
dari panca indra, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui
hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit. Bila informasi atau stimuli tersebut tidak
diperhatikan akan langsung terlupakan, namun bila diperhatikan maka informasi tersebut
ditransfer ke sistem ingatan jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan
informasi atau stimuli selama sekitar 30 detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi
(chunks) dapat disimpan dan dipelihara di system memori jangka pendek dalam suatu saat.
Setelah berada di sistem memori jangka pendek, informasi tersebut dapat ditransfer lagi dengan
proses pengulangan ke sistem ingatan jangka panjang untuk disimpan, atau dapat juga
informasi tersebut hilang/terlupakan karena tergantikan oleh tambahan bongkahan informasi.
Selanjutnya setelah berada di sistem memori jangka panjang, informasi tersebu dapat diperoleh
kembali melalui strategi tertentu, atau informasi tersebut terlupakan (gagal atau tidak dapat
diperoleh kembali) karena adanya kekurangan dalam system pengarsipannya. Secara skematis
system struktur ingatan tersebut disajikan dalam Gambar 1.

Beberapa pengertian yang terkandung dalam memori jangka pendek antara lain adalah:
(a) pengelompokan aitem‐ aitem ke dalam beberapa bongkahan, dan (b) pemberian kode
terhadap informasi. Masing‐ masing stimulus diberi kode secara berlainan berdasarkan sifat‐
sifat khas yang dimiliki oleh rangsangan itu sendiri.

Menurut Kintsch (Solso, 1995) masing-masing stimulus dapat diberi kode secara auditif
(akustik), visual, maupun secara semantis. Namun pemberian kode terhadap informasi di
memori jangka pendek akan sebagian besar secara auditif atau akustik dan dilengkapi secara
visual. Oleh sebab itu dikenal beberapa jenis ingatan antara lain ingatan auditif dan ingatan
visual (Hulse, Deese & Egeth, 1975). Kapasitas untuk mengingat stimulus yang masuk secara
visual, seperti gambar‐ gambar dan semacamnya, dengan kejelasan yang luar biasa, dikenal
sebagai photographic memory atau eidetic imagery. Baik dalam ingatan auditif maupun visual,
rangsangan‐ rangsangan yang masuk diproses secara asimetri di otak. Baddeley (1976)
menunjukkan bahwa telinga kiri, yang diproses oleh belahan otak kanan, bersifat dominan
terhadap stimulus akor musik, pitch nada‐ nada dan melodi, sedangkan telinga kanan, yang
diproses oleh belahan otak kiri, lebih peka dalam menangkap rangsangan-rangsangan seperti
kata‐ kata, angka, dan konsonan. Menurut Baddeley (1976), kelupaan yang terjadi di memori
jangka pendek berhubungan erat dengan faktor penyimpanan dan pemunculan kembali
informasi.
Menurut Murdock (1974), mempelajari memori jangka pendek merupakan langkah
awal dalam memahami memori jangka panjang. Namun sesungguhnya system ingatan manusia
itu adalah sangat kompleks, sehingga memori jangka pendek dan memori jangka panjang
hanyalah merupakan suatu model dan bukan merupakan struktur actual di otak. Model tersebut
hanyalah merupakan konstruksi hipotetis yang membantu untuk menjelaskan betapa
kompleksnya system ingatan tersebut (Solso, 1995).

Gambar 1 : Struktur memori ( Atkinson & Shiffrin

Memori Jangka Pendek (Short Term Memory)

Memori jangka pendek memang exist berdasarkan dua premis, yaitu: (a) sebagai
proposisi umum seseorang mestinya dapat menahan informasi dalam interval waktu yang
singkat, dan (b) sesuai usulan Hebb bahwa apabila aktivitas umum berlanjut sampai beberapa
periode, perubahan structural pada kontak sinaptik diantara sel‐ sel dapat membawa memori
setelahnya. Memori jangka pendek memiliki kapasitas yang kecil sekali, namun sangat besar
peranannya dalam proses memori, yang merupakan tempat dimana kita memproses stimulus
yang berasal dari lingkungan kita.Kemampuan penyimpanan informasi yang kecil tersebut
sesuai dengan kapasitas pemrosesan yang terbatas. Memori jangka pendek berfungsi sebagai
penyimpanan transitory yang dapat menyimpan informasi yang sangat terbatas dan
mentransformasikan serta menggunakan informasi tersebut dalam menghasilkan respon atas
suatu stimulus.

Neurokognisi dan Memori Jangka Pendek

Temuan‐ temuan neurofisiologis sejak tahun 1950 sampai saat ini telah menyarankan
bahwa terdapat suatu penyimpanan memori terpisah yang secara structural terletak dalam otak
manusia. Studi‐ studi
neurofisiologis tersebut berawal hamper bersamaan waktunya dengan eksperimen psikologis
terkenal dari Peterson & Peterson, yang telah dibahas sebelumnya, namun mereka meneliti
pasien klinis yang mengalami beberapa bentuk dari trauma fisik atau luka otak (brain lesion).
Kasus yang sangat terkenal adalah yang menyangkut H.M., yang dipresentasikan oleh peneliti
Kanada Brenda Milner (1966). Pasien tersebut menderita epilepsi berat, dan menurut prosedur
medis, suatu operasi bilateral pada bagian medial temporal perlu dilakukan untuk
membebaskan gejala‐ gejalanya. Operasi telah dilakukan untuk menghilangkan sebagian dari
temporal lobe, termasuk hippocampus. Meskipun epilepsi pasien tersebut membaik, namun dia
menjadi penderita amnesia yang berat dan tidak mampu menyimpan informasi baru dalam
memori jangka panjang, meskipun memori jangka pendeknya tidak mengalami gangguan.
Memori jangka panjang yang telah terbentuk sebelum operasi dilakukan didapati normal, dan
bahkan dia mampu memperoleh skor yang baik pada tes IQ standar, meskipun dia tidak mampu
mengenali nama‐ nama ataupun wajah‐ wajahorang‐ orang yang ditemuinya secara teratur.
Dia mampu berbicara normal dengan Milner apabila sedang menengoknya namun tidak
mampu mengingat pertemuan sebelumnya. Memori jangka pendek pasien tersebut tidak
terganggu, namun tidak memiliki kemampuan untuk membentuk memori jangka panjang yang
baru. Karena lesion terjadi pada temporal lobe dan hippocampus, maka tentunya pada lokasi‐
lokasi tersebut mengandung struktur memori yang penting. Secara lebih spesifik, nampaknya
hippopocampus merupakan penyimpanan sementara untuk memori jangka panjang, dimana
informasi yang baru saja diperoleh diproses dan kemudian ditransfer ke cerebral cortex untuk
penyimpanan yang lebih permanen. Milner kemudian membuat temuan yang mengejutkan
yang mengubah pandangan tentang konsep memori jangka pendek dan memori jangka panjang
yang telah dikenal saat itu. Pasien yang mengalami temporal lobe lesions seperti H.M. mampu
mempelajari tugas implisit yang melibatkan perceptual and motor skills, seperti tugas belajar
menggambar suatu bayangan di cermin, dan mampu menyimpan ketrampilan tersebut untuk
jangka panjang. Memori prosedural berfungsi normal namun tidak memiliki kemampuan untuk
mempelajariinformasi yang baru.

Kapasitas memori jangka pendek

Jumlah informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek adalah relatif kecil
dibandingkan dengan jumlah sangat bayak yang dapat didimpan dalam memori jangka
panjang. Bukti paling awal dari terbatasnya kapasitas memori jangka pendek (immediate
memory) dikemukakan oleh Sir William Hamilton pada tahun 1800 (dalam Miller, 1956), yang
menyatakan bahwa: ”Apabila anda melemparkan segenggam kelereng ke lantai, maka anda
akan menemui kesulitan untuk mengamati lebih dari enam (atau paling banyak tujuh) kelereng
tanpa kebingungan”. Pernyataan serupa juga telah dikemukakan oleh Jacobs pada tahun 1887
(dalam Miller, 1956) bahwa apabila pada seseorang dibacakan sederetan angka yang tidak
berurutan maka ia hanya akan mampu menyebutkan kembali sekitar tujuh angka.
Eksperimen serupa dengan menggunakan materi lain, misalnya dengan huruf, rangkaian huruf
tak bermakna (nonsense syllables), maupun kata‐ kata, telah banyak dilakukan pada abad 20
ini dan kesemuanya menghasilkan kesimpulan serupa bahwa kapasitas memori jangka pendek
hanyalah sekitar 7 unit.
Miller (1956) mengajukan penjelasan bagaimana aitem‐ aitem disandikan dalam
memori jangka pendek. Ia mengusulkan suatu model memori bagaimana pengertian 7 unit
informasi dapat disimpan. Menurutnya, huruf‐ huruf individual (seperti T, V, K, A, M, Q, B,
R, J, L, E, W) dapat direpresentasikan masing‐ masing huruf sebagai satu unit informasi,
namun kata‐ kata (yang terbentuk oleh sejumlah huruf, misalnya: apel, ayam, buku, sepatu,
baju, dan sejenisnya) dapat diartikan pula sebagai satu unit (chunk) informasi. Penyandian
informasi dalam bentuk unit yang lebih besar ini (chunking of information) sangat dapat
meningkatkan kapasitas memori jangka pendek, dan sangat membantu penjelasan bagaimana
informasi diproses dalam memori jangka pendek. Kapabilitas memori jangka pendek dapat
difasilitasi oleh kemampuan seseorang dalam menyandikan informasi dalam bentuk chunk.
Untuk menghafal nomor telepon genggam yang lebih dari 7 digit (misalnya 08166811846)
seseorang tidak menyandikan nomer secara individual, yaitu “0‐ 8‐ 1‐ 6‐ 6‐ 8‐ 1‐ 1‐ 8‐ 4‐
6” sehingga menjadi 11 unit, namun dapat menyandikannya menjadi 3 chunks yaitu “081‐
668‐ 11846”.

Penyandian informasi dalam memori jangka pendek

Terdapat 3 cara penyandian informasi (coding of information) yang telah dikenal yaitu
auditory yang terkait dengan indra pendengaran, visual yang terkait dengan indra penglihatan,
dan semantic yang terkait dengan maknanya.

Penyandian auditori

Memori jangka pendek nampaknya beroperasi utamanya melalui penyandian auditori


(auditory coding) yang terkait dengan indera pendengaran, meskipun informasi/ stimulus yang
diterimanya berbentuk lain (misalnya visual). Sebagai contoh, misalnya seseorang baru saja
menerima informasi nomer telepon yang diperlukannya dari operator (secara auditoris) atau
membacanya sendiri nomer telepon tersebut dari buku direktori (secara visual), yaitu 969‐
1391, dan ia bermaksud segera menghubungi nomer telepon tersebut. Selain tentunya dengan
cara mencatat nomer tersebut dan membacanya kembali, seseorang dapat menyandikannya
secara auditoris dengan cara rehearsal atau mengulang‐ ulang (dalam hati atau diucapkan
keras) nomer tersebut, “.969‐ 1391”, ”969‐ 1391”, ”969‐ 1391”, ”969‐ 1391”, sampai ia
selesai menekan tombol nomer‐ nomer telepon. Dalam hal ini, ia merepresentasikan nomor‐
nomor tersebut secara auditoris dalam memori jangka pendek.

Penyandian visual

Beberapa eksperimen (Ponser, 1969; Ponser & Kelle, 1967) telah menunjukkan bukti
bahwa memori jangka pendek dapat juga menyandikan (paling tidak sebagian) informasi secara
visual (visual code) ataupun secara semantik (semantic code). Dalam eksperimen tersebut,
subyek diberi 2 huruf (misalnya AA, Aa, AB, atau Ab) dimana huruf yang kedua: (a) diberikan
secara simultan, (b) diberikan 0,5” setelah huruf yang pertama, (c) diberikan 1” setelah huruf
yang pertama, atau (d) diberikan 2” setelah huruf yang pertama. Subyek diminta untuk
menekan tombol apakah kedua huruf yang diberikan tersebut “sama” atau “berbeda”, dan
waktu‐ reaksinya dicatat. Hasil yang diperoleh untuk semua kondisi (a, b, c, maupun d),
menunjukkan bahwa waktureksi untuk menjawab tugas Aa lebih lama dari AA (Gambar 3).

Penjelasan dari fenomena di atas adalah bahwa huruf‐ huruf yang identik (AA)
dipertimbangkan berdasarkan karakteristik visual atau fisik‐ nya, sementara huruf‐ huruf
yang sama namun karakteristiknya berbeda (Aa) dibandingkan berdasarkan karakteristik
verbal‐ nya, sehingga memerlukan waktureaksi lebih lama. Kesimpulan penting yang
dihasilkan adalah bahwa pencocokan
pasangan AA dalam memori jangka pendek paling tidak sebagian melibatkan penyandian
visual atau fisikal.

Penyandian semantik

Penyandian semantik berkaitan dengan pengertian atau maknanya. Pertanyaan yang


dibahas adalah apakah secara semantic informasi dapat direpresentasikan dalam sistem memori
jangka pendek. Eksperimen Wickens dkk (1976), yang didasarkan pada konsep penghambatan
proaktif atau proactive inhibitions PI), dimana seseorang menemui kesulitan dalam
mempelajari informasi/ materi baru karena materi yang dipelajari sebelumnya tetap
mencampuri materi baru yang sedang dipelajari. Sebagai contoh apabila subyek diberi materi
berupa: “XCJ, HBR, TSV”, maka subyek tidak menemui kesulitan untuk mengingatnya,
namun akan menemui kesulitan untuk mengingat kata “KRN” yang ditambahkan berikutnya,
karena tiga kata terdahulu mencampuri kata keempat (KRN) yang baru diberikan. Meskipun
demikian, apabila yang ditambahkan adalah bukan kata KRN namun angka “529ʺ, misalnya,
maka subyek tidak mengalami kesulitan untuk mengingat kesemuanya. Pada kondisi tersebut
subyek terbebas dari PI. Eksperimen yang dilakukan oleh Wickens dkk. (1976) menunjukkan
bahwa pembebasan dari PI dapat pula terjadi apabila kelompok semantik dari aitem‐ aitem
digeser pengertiannya. Dalam eksperimen ini subyek diminta mengikuti 3 percobaan, dengan
masing‐ masing percobaan terdiri dari 3 aitem. Sebagai contoh untuk kelompok “fruits” yang
dijadikan sebagai kelompok kontrol, subyek pada percobaan pertama diberi informasi:
“banana, peach, apple”, kemudian pada percobaan kedua diberi: “plum, apricot, lime”, dan
percobaan ketiga diberi: “melon, lemon, grape”. Pada setiap percobaan, subyek diminta
menghitung mundur mulai dari suatu angka acak yang diberikan seperti pada tes memori
Peterson & Peterson. Selanjutnya pada percobaan berikutnya (keempat), subyek diberi:
“orange, cherry, pineapple”. Percobaan tersebut diulang untuk kelompok “vegetables” dengan
aitem berbeda pada percobaan ke 1, 2, dan 3, namun aitem sama pada percobaan ke 4 (“orange,
cherry, pineapple”), kemudian serupa untuk kelompok “flowers”, kelompok “meats”, dan
kelompok “professions”. Seperti pada kelompok “vegetables”, kelompok “flowers”, “meats”,
dan “professions” diikuti dengan percobaan ke 4 yang sama yang aitemnya adalah “orange,
cherry, pineapple”. Dari eksperimen tersebut disimpulkan bahwa pada percobaan pertama
percobaan ketiga semua kelompok menunjukkan skor yang lebih rendah
namun pada percobaan keempat kelompok “professions” memperoleh skor paling tinggi (70%
benar), disusul dengan kelompok “meats” (48% benar), kelompok “flowers” (45% benar),
kelompok “vegetables” (33% benar), dan terendah kelompok “fruits” (28% benar). Hasil
eksperimen ini menyimpulkan bahwa karena terjadinya pembebasan PI dan adanya
penyandian secara konseptual, maka kelompok “professions” mampu memperoleh skor yang
tertinggi pada percobaan keempat (Gambar 4).

Mendapatkan kembali (retrieval) informasi dari sistem memori jangka pendek


Eksperimen yang dilakukan Sternberg (1966, 1967, 1969) melibatkan tugas penelusuran serial
dimana pada subyek diperlihatkan suatu seri aitem (berupa angka‐ angka) yang masing‐
masing ditayangkan selama 1,2 detik. Diasumsikan bahwa aitem‐ aitem tersebut direkam oleh
sistem memori jangka
pendek subyek.

3. Memori Jangka Panjang (Long Term Memory)

Kemampuan untuk mengingat masa lalu dan menggunakan informasi tersebut untuk
dimanfaatkan saat ini merupakan fungsi dari memori jangka panjang. Sistem memori jangka
panjang memungkinkan kita untuk seolah‐ olah hidup dalam dua dunia, yaitu dunia masa lalu
dan saat sekarang ini, dan oleh karenanya memungkinkan kita untuk memahami mengalirnya
tanpa henti dari pengalaman langsung. Hal‐ hal yang paling istimewa dari memori jangka
panjang adalah kapasitasnya yang tidak terbatas dan durasinya yang seolah‐ olah tak pernah
berakhir.

Neurokognisi dan memori jangka panjang

Telah lama diketahui bahwa otak merupakan organ yang terlibat langsung dalam proses
memori. Permasalahannya adalah menetapkan dibagian mana memori terletak dan bagaimana
otak menyimpan informasi dalam sistem memori jangka panjang. Memori terletak pada
lokasi‐ lokasi khusus di otak. Penelitian dengan PET (Possitron Emmissions Topography)
menunjukkan bahwa daerah frontal otak berperan dalam pemrosesan informasi secara
mendalam.Sebagaimana diketahui dari studi pasien yang menderita kerusakan otak bagian
frontal tersebut, bahwa hippocampus, cortex, dan thalamus merupakan bagian yang esensial
dari memori jangka panjang. Memori jangka panjang yang permanen nampaknya tersimpan
dan diproses dalam ce rebral cortex. Informasi dari mata dan telinga dilewatkan ke visual
cortex dan auditory cortex, dan nampaknya memori jangka panjang yang bertipe visual dan
auditori juga disimpan di sekitar lokasi tersebut.
Bagaimana otak menyimpan informasi dalam memori jangka panjang, dapat dijelaskan
melalui hasil studi neurokognitif Donald Hebb berikut ini. Informasi dalam memori jangka
pendek akan diubah ke dalam memori jangka panjang apabila informasi tersebut telah
tersimpan dalam memori jangka pendek cukup lama. Hal ini terjadi karena dalam memori
jangka pendek suatu sirkuit‐ bergema (reverberating circuit) dari aktivitas neural akan terjadi
di otak, dengan suatu putaran bangkitan diri dari neuron. Apabila sirkuit tetap aktif dalam suatu
periode maka terjadilah perubahan kimiawi atau struktural sehingga memori secara permanen
akan tersimpan. Beberapa pengalaman dapat diingat lebih baik dari yang lain, seperti peristiwa
yang sangat menggembirakan atau bahkan peristiwa yang sangat traumatis. Studi pada
binatang menunjukkan bahwa apabila suatu peristiwa menggembirakan terjadi maka adrenal
medulla meningkatkan sekresinya dalam aliran darah adrenalin, yang dapat meningkatkan
konsolidasi suatu memori.

Penyimpanan dan Struktur Memori Jangka Panjang

Seperti halnya pada memori jangka pendek, pada sistem memori jangka panjang.
Informasi disandikan juga secara akustik, visual atau semantik Secara umum memori jangka
panjang dapat dibayangkan sebagai tempat penyimpanan (gudang) semua informasi yang saat
ini belum perlu digunakan namun potensial untuk dapat diperoleh kembali bila diperlukan.
Menurut Bower (1975) beberapa macam informasi yang tersimpan dalam memori jangka
panjang meliputi:

a. model spasial dari alam di sekeliling kita, struktur simbolis yang berkaitan dengan gambaran
tentang suatu rumah, kota, negara, atau planet dan informasi tentang dimana obyek‐ obyek
penting terletak dalam peta kognitif tersebut,

b. pengetahuan hukum‐ hukum fisika, kosmologi, sifat obyek dan segala sesuatu yang terkait
dengannya,

c. keyakinan kita terhadap orang, diri sendiri, dan tentang bagaimana berperilaku dalam situai
sosial yang bervariasi,

d. nilai‐ nilai dan tujuan sosial yang kita cari,

e. ketrampilan motorik dalam mengemudi, bersepeda dan sejenisnya; ketrampilan


menyelesaikan masalah untuk berbagai situasi; rencana‐ rencana kita untuk mencapai sesuatu,

f. ketrampilan perseptual dalam memahami bahasa atau menginterpretasikan lukisan atau


music

Informasi‐ informasi dalam sistem memori jangka panjang tersimpan secara


terorganisir dalam berbagai cara. Informasi baru yang masuk ke memori jangka panjang tidak
memerlukan pembuatan suatu jaringan baru, namun disimpan dalam organisasi yang telah
ada. Kapasitas dan durasi memori jangka panjang secara umum tidak terbatas, namun
terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan kelupaan atau ketidak berhasilan untuk
memunculkan informasi yang telah tersimpan di memori jangka panjang.

Memori autobiography

Memori otobiografi (autobiography) merupakan memori yang terkait dengan histori


masa lalu seseorang. Salah satu penyebab mengapa jenis memori ini menarik untuk dikaji
secara psikologis adalah karena memori tersebut menyangkut suatu histori seseorang yang
khas (unique). Memori otobiografi ini dapat memberikan banyak informasi kepada kita
tentang kepribadian dan konsep diri seseorang. Berbagai penelitian tentang memori
otobiografi pada prinsipnya adalah mengkaji kemampuan mengingat kembali (recall)
peristiwa‐ peristiwa dalam setting natural yang pernah dialami seseorang dalam kehidupan
sehariharinya. Mengingat kembali tanggal kejadian suatu peristiwa penting yang pernah
dialaminya, tanggal peristiwa penting dalam sejarah, mengenali kembali (recognition) wajah
teman‐ teman sekolah pada suatu acara reuni setelah 25 tahun berpisah, mengenali kembali
wajah‐ wajah mahasiswa yang pernah diasuhnya, merupakan topik‐ topik studi yang
menarik dalam memori otobiografi.

Flushbulb memory

Flushbulb memory merupakan memori pada situasi dimana seseorang untuk pertama
kalinya belajar/mencoba sesuatu yang sangat berkesan baginya atau yang secara emosional
menyentuh perasaannya.

2.3 Kegagalan memori/ Lupa


Seseorang dapat lupa akan suatu informasi yang pernah diterimanya karena beberapa hal
berikut ini.

a. Displacement
Informasi yang pernah diperoleh menghilang dari sistem memori jangka pendek karena
masuknya tambahan informasi-informasi baru yang terlalu banyak ke dalam sistem memori
jangka pendek tersebut.

b. Interferensi (interference)
Terganggunya proses pemunculan kembali informasi yang telah ada, yang disimpan pada
sistem memori jangka pendek maupun memori jangka panjang, karena dua macam sebab
yaitu: (1) interferensi retroaktif, dimana informasi baru yang masuk menggangguproses
pemunculan kembali informasi yang telah ada, dan (2) interferensi proaktif, dimana
informasi lama yang telah ada mengganggu proses pemunculan kembali informasi yang baru
masuk (Feldman, 1999). Keadaan lain yang mungkin terjadi adalah bahwa seseorang dapat
memunculkan kembali beberapa informasi yang pernah diterimanya di bawah kondisi‐
kondisi khusus tertentu, misalnya dengan cara hipnotis maupun stimulasi listrik secara
langsung pada daerah‐ daerah tertentu di otak (Goodale & Goldberg, 1978).
Seseorang kadang‐ kadang tidak ingat suatu informasi yang pernah diperoleh‐ nya secara
keseluruhan, tetapi hanya ingat sebagian saja dari informasi tersebut. Kondisi ini dikenal
dengan istilah distorsi. Dalam hal ini proses pemunculan kembali tidak sempurna, dan
memerlukan suatu isyarat atau petunjuk (cue) untuk memperoleh kembali informasi tersebut
secara lengkap.

2.4 Definisi Inteligensi

Definisi teoritis

Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri (Tyler, 1956, Wechsler 1958, Sorenson,
1977)

Inteligensi sebagai kemampuan untuk belajar (Freeman, 1971, Flynn, dalam Azwar 1996 )

Inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir abstrak (Mehrens, 1973., Terman dalam Crider
dkk, 1983 Stoddard, dalamAzwar, 1996., ).
Inteligensi sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Colvin)
Inteligensi sebagai intelek dan pengetahuan (Henmon)
Inteligensi sebagai teknik untuk memroses informasi yang disediakan oleh indra (Hunt)

Definisi menurut para ahli

S.C. Utami Munandar


Secara umum, inteligensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk berfikir abstrak;
2) Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar;
3) Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Alfred Binet
Alfred Binet dikenal sebagai pelopor dalam menyusun tes inteligensi, mengemukakan
pendapatnya mengenasi inteligensi (Effendi dan Praja, 1993)
Inteligensi mempunyai tiga aspek kemampuan, yaitu:
1) Direction, kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus di
pecahkan;
2) Adaptation, kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang di
hadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah;
3) Criticism, kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang
dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.
L.L. Thurstone
Ia mengemukakan teori multifactor yang meliputi 13 faktor. Di antara ketiga belas faktor
tersebut, ada 7 faktor yang merupakan faktor dasar (primary abilities), yaitu sebagai berikut.
1) Verbal comprehension (V), kecakapan untuk memahami pengertian yang diucapkan
dengan kata-kata;
2) Word fluency (W), kecakapan dan kefasihan menggunakan kata-kata;
3) Number (N), kecakapan untuk memecahkan masalah matematika (penggunaan angka-
angka/bilangan);
4) Space (S), kecakapan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan formal, seperti
menggambar design from memory;
5) Memory (M), kecakapan untuk mengingat
6) Perceptual (P), kecakapan mengamati dan menafsirkan, mengamati persamaan, dan
perbedaan suatu objek. Tes ini kadamg-kadang dihilangkan dalam beberapa bentuk;
7) Reasoning (R), kecakapan menemukan dan menggunakan prinsip-prinsip.
Edward Thorndike
Sebagai seorang tokoh psikologi koneksionisme, thorndike mengemukakan bahwa:
“intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand
point of truth or fact” (inteligensi adalah kemampuan individu untuk memperikan respon yang
tepat (baik) terhadap stimulasi yang diterimanya).
George D. Stodard
Stodard menegartikan inteligensi, sebgai berikut:
“inteligensi adalah kecakapan dalam menyatakan tingkah laku, yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Mempunyai tingkat kesukaran;
2) Kompleks;
3) Abstrak;
4) Ekonomis;
5) Memiliki nilai-nilai sosial;
6) Memiliki daya adaptasi dengan tujuan;
7) Menunjukkan kemurnian (original);
William Stem
Stem mengemukakan bahwa inteligensi merupakan kapasitas atau kecakapan umum pada
individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang dihadapinya.

2.5 Macam-macam Inteligensi

Ada beberapa macam inteligensi, antara lain:


1) Inteligensi keterampilan verbal
Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus berifikir secara logis dan
abstrak untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa
menjadi mirip. Contoh pertanyaannya “Apa persamaan singa dengan harimau?”.
Cenderung arah profesinya menjadi: penulis, jurnalis, pembicara.
2) Inteligensi keterampilan matematis
Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan logical
mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan
eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka
menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka
mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Cenderung profesinya menjadi:
ilmuan, insinyur, akuntan.
3) Inteligensi kemampuan ruang
Yaitu kemampuan untuk berfikir secara tiga dimensi. Cenderung berfikir secara visual.
Mereka kaya khayalan internal (internal imaginary) sehingga cenderung imaginative
dan kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai
agar sama dengan rancangan yang ditunjukkan penguji. Koordinasi visual-motorik,
organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secra terpisah.
Cenderung profesinya menjadi: arsitek, seniman, pelaut.
4) Intelegensi kemampuan musical;
Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia
juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai
permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka
pandai menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi, atau
warna suara, dalam sebuah komposisi music.
5) Inteligensi keterampilan kinestetik tubuh
Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang
bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan,
ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan
otot-ototnya. Cenerung berprofesi sebagai ahli bedah, seniman yang ahli, penari.
6) Inteligensi keterampilan intrapersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup
seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung,
memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga
mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam
lingkaran sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat
memerlukan. Cenderung berprofesi sebagai teolog, dan psikolog.
7) Inteligensi keterampilan interpersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain.
Pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam
cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku,
dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
8) Inteligensi keterampilan naturalis
Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami sistem buatan
manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar,
termasuk pada binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menkmati benda-benda dan
cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, hujan, asal-
usul binatang, penumbuhan tanaman, dan tata surya.
9) Inteligensi emosional
Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan
adaptif (seperti memahami perspektif orang lain).
Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi adalah seorang dokter bangsa Perancis, Alfred
Binet dan pembantunya Simon. Tesnya terkenal dengan nama Tes Binet-Simon. Seri tes dari
Binet-Simon ini, pertamakali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama “Chelle
Matrique de I’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes Binet-Simon terdiri dari
sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompokkan menurut umur (untuk anak-
anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan –pertanyaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu
yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat, dengan tes
semacam inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu
bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan
demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (inteligentie Quotient) pada tiap-
tiap orang/anak.

Adapun model-model pengukuran intelegensi dapat berupa manifestasi-manifestasi berikut :


a. Mengukur intelegensi dengan menggunakan bilangan-bilangan

b. Mengukur efisiensi dalam penggunaan bahasa

c. Mengukur kecepatan dalam pengamatan


d. Mengukur pemahaman tentang hubungan-hubungan

e. Mengukur dalam hal daya ingat

f. Mengukur daya hayal

Secara umum model test intelegensi memiliki dua sifat, yaitu :

a. Test intelegensi yang bersifat umum dengan memakai bahan-bahan berupa kalimat,
gambar dan angka yang di gabungkan menjadi satu bentuk utuh.

b. Test intelegensi yang bersifat khusus, misalnya khusus test kalimat, khusus test gambar
dan khusus test angka.

Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang terhadap
ratusan macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun non verbal. Juga di negeri kita sudah
mulai banyak dipergunakan, dalam lapangan pendidikan maupun dalam memilih jabtan-
jabatan tertrntu. Klasifikasi IQ antara lain: genius (140 ke atas), sangat cerdas (130-139),
cerdas/superior (120-129), diatas rata-rata (110-119), rata-rata (90-109), dibawah rata-rata (80-
89), garis batas (70-79), moron (50-69), imbisil, idiot (49 ke bawah).

Tujuan tes intelegensi

Ada banyak tujuan tes intelegensi di antaranya sebagai berikut:


a. Tes intelegensi dapat digunakan menempatkan siswa pada jurusan tertentu.

b. Untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki IQ di atas normal.

c. Tes intelegensi dapat digunakan untuk mendiagnosa kesukaran pelajaran dan


mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan setara.

d. Tes intelegensi dapat digunakan untuk memprediksi hasil siswa dimasa yang akan datang,
dan juga sebagai media untuk mengawali proses konseling.

e. Tes intelegensi dapat digunakan siswa untuk mengenali dan memahami dirinya sendiri
dengan lebih baik, serta mengetahui kemampuannya.
f. Untuk mengukur kemampuan verbal, mencakup kemampuan yang berhubungan dengan
simbol numerik dan simbol-simbol abstrak lainnya.

g. Alat prediksi kinerja yang efektif dalam banyak bidang pekerjaan serta aktivitas-aktivitas
lain dalam hidup sehari-hari.

2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi

Seseorang memiliki intellegensi yang berbeda-beda, perbedaan intellegensi ini dapat dilihat
dari tingkah laku dan perbuatnnya. Adanya perbedaaan ini tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:

a. Faktor pembawaan
Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di dalam intelegensi.
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan
seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh
karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar
sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. Banyak penelitian
yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak
saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 )
yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua
angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).

b. Faktor minat dan pembawaan yang khas


Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia
untuk berinteraksi dengan dunia luas, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat
memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

c. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di
sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam disekitarnya.
d. Faktor kematangan
Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap
organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh
atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh
karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan
soal-soal matematika di kelas empat SD, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak.
Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut
dan kematangan berhubungan erat dengan umur.

e. Faktor kebebasan
Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih
masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

f. Stabilitas intelegensi dan IQ


Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan
individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya
mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan
organik otak.

2.7 Hal-hal yang berhubungan dengan inteligensi


Hubungan Inteligensi Dengan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat
kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu
kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes
inteligensi tidak dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini,
maka bakat tidak segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang
lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini
maka bakat tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test atau tes
bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap kemampuan
yang amat spesifik.
Hubungan Inteligensi dan Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas
juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara
kreativitas dengan inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada
anggapan kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi
bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ
yang rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu,
masih dapat korelasi yang cukup berarti.
Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu
jawabannya diberikan J.P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses
berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternative jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu
jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan.

Hubungan inteligensi dengan kehidupan

Memang kecerdasan/inteligensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam


kehidupannya. Akan tetapi, kehidupan sangatlah kompleks, inteligensi bukan satu-satunya
faktor yang menemukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Demikian pula meskipun
cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirinya dapat gagal pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di antara
orang-orang yang sebenarnya memiliki inteligensi yang cukup tinggi, tetatpi tidak mendapat
kemajuan dalam hidupnya. Ini disebabkan misalnya, kekurangan kemampuan untuk bergaul
dengan orang lain, atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya
usaha untuk mencapainya.
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki inteligensi yang sedang saja,
dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya
dan tidak banyak faktor yang mengganggu. Akan tetapi inteligensi yang rendah menghambat
pula usaha seseorang untuk lebih maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan tekun
dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa kecerdasan atau inteligensi
seseorang memeberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam
kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula pada
kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat
korelasi yang tetap antara tingkatan inteligensi dengan tingkatan kehidupan seseorang.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memori memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan kita materi diatas telah
menggaris bawahi proses perekaman, penyimpanan, dan penarikan kembali, disetai dengan
teori tentang bagaimana struktur dan proses ini terjadi. Ingatan manusia juga tidak sempurna,
seperti yang sering kita alami, bukan hal yang aneh ketika kita melupakan suatu hal yang
sederhana sekalipun. Hal –hal tersebut merupakan fenomena kecil tentang kegagalan memori.
Sedangkan, dalam pembahasan inteligensi memang harus dipahami secara teliti agar kita tahu
apakah inteligensi itu. Yang lebih penting lagi kita harus memahami secara detail dalam
pembagian kecerdasan, dengan memahami tingkat kecerdasan itu kita bisa tahu bahwa dalam
diri kita ini ada kecerdasan yang tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-sekolah kita
tidak pernah mendapatkan ranking, orang selalu beranggapan bahwa orang yang cerdas selalu
mendapatkan ranking dan bisa menjawab soal-soal ujian, namun orang yang mampu
menghias, pandai bermain musik tidak dianggap sebagai kecerdasan. Dari situ, perlulah kita
memahami inteligensi agar tidak ada kesalah pahaman dalam mengartikan inteligensi.
Inteligensi juga mempunyai hubungan dan perbedaan dengan bkat maupun kreativitas, tapi
yang perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari inteligensi itu
sendiri.

3.2 Saran

Dengan latar belakang pengetahuan mengenai proses dari memori, seorang pelajar atau
mahasiswa dapat menerapkannya untuk meningkatkan kinerja akademis. Untuk meningkatkan
kemampuan memori terhadap materi dapat dilakukan dengan berfikir mendalam mengenai
materitersebut dan mengaitkan informasi dengan hal lain yang sudah diketahui.
Sebagai calon-calon pendidik masa depan kita harus mempersiapkan rencana-rencana
pengajaran yang merujuk pada pengembangan inteligensi sehingga kreativitas peserta didik
mengalami kemajuan dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsby.ac.id

https://journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/7375/5742

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rita-eka-izzaty-spsi-msi/hintelegensi-
definisi-dan-sejarah-3.pdf

http://digilib.uinsby.ac.id/6812/5/Bab%202.pdf

rudisiswoyo89.blogspot.com/2013/11/makalah-inteligensi.html?m=1

www.academia.edu/4897795/MAKALAH_MEORI_Disusun_sebagai_Tugas_Matakuliah_Ps
ikologi_Umum_KEMENTERIAN_PENDIDIKAN _DAN
_KEBUDAYAAN_UNIVERSITAS_BRAWIJAYA_MALANG_FAKULTAS_ILMU_SOSI
AL_DAN_ILMU_POLITIK_PROGRAM_STUDI_ILMU_HUBUNGAN_INTERNASIONA
L_2013

Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. 2016

Anda mungkin juga menyukai