Oleh
Susi Mardiyanti 125110800111021
Atiqotu Maulaya 125110800111001
Diah Ayu Safitri 125110800111002
Jefri Arizona 125110800111020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kita sering kali salah mengartikan tentang suatu kata yang mengandung makna ambigu.
Emosi sering diartikan sebagian orang dalam bentuk kemarahan. Padahal yang sebernanya
terjadi bukan seperti itu, tapi pemakaian kata emosi dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi
seperti itu. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih,
masyarakat sekarang ini sudah semakin mengerti dengan penggunaan kata emosi.
Kata emosi, lain orang lain pandangan dalam cara mengartikan begitu pula para ahli banyak
perbedaan dalam hal pengartian, pengelompokan emosi dan sebagainya meskipun tidak
memcolok. Tapi disini, kami mengambil sumber yang cukup banyak sehingga para pembaca bisa
mengambil kesimpulan secara pribadi dari sumber-sumber yang kami kumpulkan. Lain halnya
dengan kata motivasi, bila berbicara kata itu, semua orang pasti sudah mmengetahui hal yang
berhubungan dengan itu. Kami juga akan berupaya untuk mengaitkan hal itu, sehingga para
pembaca bisa menarik benang merah dari kedua kata tadi.
Setiap orang pasti memiliki emosi sama halnya anak kecil tapi dengan taraf kestabilan yang
berbeda dengan orang dewasa pada umumnya. Emosi ini mempunyai bentuk yang berubah-ubah,
kadang bersifat negatif dan juga bersifat positif. Kata seorang Jalaluddin Rakhmat (1994),
‘emosi memberikan bumbu kepada kehidupan; tanpa emosi, hidup ini kering dan gersang’.
Sebenarnya emosi itu bisa dikendalikan oleh kesadaran kita. Karena emosi itu milik kita, bukan
kita yang dimiliki oleh emosi. Seseorang yang terbawa emosi sampai larut itu biasanya terjadi
pada keadaan yang tidak sadar sepenuhnya. Dan motivasi adalah salah satu pengendali emosi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Emosi
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis,émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan'
dari bahasa Latinemovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere'bergerak'. Kebanyakan ahli
yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang
bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin
datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk,
seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.
Pada hakikatnya, setiap orang itu mempunyai emosi. Dari kita bangun tidur sampai kita
kembali ketempat tidur lagi untuk tidur. Saat kita mengalami kejadian-kejadianyang bermacam-
macam sehingga menimbulkan berbagai bentuk emosi pula. Pagi hari, kita berangkat kuliah
dengan suka cita, tetapi diperlajanan macet sehingga kita merasa jengkel, setelah tiba di tempat
tujuan kita mesara malu karena datang terlambat, dan seterusnya. Semua itu adalah emosi kita.
Lantas, apakah yang dimaksud dengan emosi? Emosi menurut Wade dan Tavris (2007)
adalah situasi stimulus yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivitas pada otak,
penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecendrungan melakukan suatu tindakan yang
dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan.
Menurut The American College Dictionary, (H. Djali, 2007) emosi adalah suatu keadaan
afektif yag disadari dimana dialami perasaan seperti kegembiraan (joy), kesedihan, takut, benci,
dan cinta (ibedakan dari keadaan kognitif dan keinginan yang disadari); dan juga perasaan
seperti kegembiraan (joy), kesedihan, taku, benci, dan cinta.
Sarlito W. Sarwono (2009) menjelaskan emosi sebagai suatu reaksi penilaian (positif atau
negatif) yang kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam
dirinya sendiri.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah bentuk keadaan reaksi,
positif atau negative, oleh perasaan seseorang terhadap stimulus yang diperoleh berdasarkan
hasil persepsi kognisi sebelumnya.
2. Teori Afektif
Pandangan professional yang paling luas dianut mengenai gangguan mental adalah
pandangan yang berusaha mengemukakan pengalaman emosional bahwa sadar yang dialami
seorang anak bermasalah dan kemudian membawa ingatan yang dilupakan dan ditakuti ini k
ealam sadar, sehingga dapat dilihat dari sudut yang lebih realistic. Sebelum rasa takut dan rasa
salah tersebut disadri, anak-anak itu dipperkirakan hidup dengan pikiran bawah sadar yang
dipenuhi dengan bahan-bahan yang menghancurkan yang tidak bisa dilihat, tetapi masih sangat
aktif dan hidup. Ia bisa cemburu dan membeci ayahnya yang ditakutkan akan melukainya karena
pikiran-pikiran jahat tersebut. Karena tidak menyadari kebenciannya itu, si anak tidak menyadari
bahwa banyak kejadian tidak masuk akal atas dirinya sebenarnya adalah alat untuk menghukum
dirinya sendiri.
Menurut pandangan ini, bukan lingkungan, seperti si ayah yang menimbulkan gangguan,
tetapi perasaan bahwa sadar si anak. Kelepasan hanya bisa dicapai bila perasaan tersebut
dimaklumi dan dihidupkan kembali dengan seseorang yang tidak akan menghukum anak tersebut
atas keinginan-keinginannya yang berbaaahaya.
3. Teori Kognitif
Menurut teori yang diutarakan oleh Albert Ellis 1962 “Psikoterapi Rasional-Emotif”, yaitu
penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah sadar kita
akan masalah tersebut, melainkan dari pendapat yang salah dan irasional, yang disadari maupun
tidak disadari akan masalah-masalah yang kita hadapi.
Menurut Hauck (1967), perbaikan emosional mencakup tiga langkah. Pertama, kita harus
memperlihatkan kepada si anak anggapan-anggapan yang salah, yaitu merupakan suatu bencana
bila ia tidak mendapatkan apa yang diingininya, dan jika ada perlakuan tidak adil dari orang
tuanya, itu akan benar-benar mengganggunya. Kedua, kita selanjutnya menunjukkan lewat nalar
bahwa bukan perilakunya, melainkan reaksinya terhadap orang tuanya itulah yang menyebabkan
gangguannya, karena ia sebenarnya tidak disiksa secara fisik. Ketiga, ia akan dinasehati agar
bersikap lebih manis dan dapat bekerja sama.
2. 10 Mengendalikan Emosi
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi
mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri kepada orang lain. Orang-orang yang
kita jumpai dirumah atau dikantor akan lebih cepat menanggapi emosi kita dari pada kata-kata
kita. Kalau kita sampai dirumah dengan wajah murung, bahkan terkesan “CEMBERUT” dan
marah-marah, emosi anggota keluarga kita yang lain akan bereaksi terhadap emosi tersebut,
sehingga mereka merasa tidak enak atau merasa bersalah, dan sebagainya. Sebaliknya, apabila
kita tampak riang dan ceria, mereka pun akan ikut bergembira. Dengan demikian, emosi kita pun
mempengaruhi emosi orang-orang disekitar kita.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa peraturan untuk MENGENDALIKAN
EMOSI (Mahmud, 1990, dalam psikologi umum Drs. Alex sobur, M.Si).
1. Hadapilah Emosi Tersebut. Orang yang membual bahwa tidak takut menghadapi bahaya,
sebenarnya melipatduakan rasa takutnya sendiri. Bukan saja takut menghadapi bahaya yang
sebenarnya, tetapi juga takut menemui bahaya. Sumber emosi tambahan ini dapat dihindarkan
dengan jalan menghadapi kenyataan yang ditakutkan atau kenyataan yang menyebabkan
timbulnya perasaan marah.
2. Jika mungkin, tafsirkanlah kembali situasinya. Emosi adalah bentuk dari suatu
intepretasi. Bukan stimulasi sendiri yang menyebabkan atau mengakibatkan reaksi emosional,
tetapi stimulus yang salah ditafsirkan. Misalnya, anak biasanya menunjukan perasaan takut jika
diayun-ayunkan, tetapi kalau tindakan mengayun-ayunkan itu disertai dengan senda gurau, anak
bahkan menanggapinya dengan perasaan senang. Contoh lain misalnya, seorang pegawai
dicekam perasaan takut karena dipanggil menghadapi atasnya; perasaan takut ini bias dikurangi
kalau pegawai tersebut menafsirkan panggilan itu bukan didorong oleh ketidaksenangan, tetapi
dirorong oleh keinginan atasanya untuk memperoleh suatu penjelasan. Reinterpretasi itu
bukanlah hal yang mudah, sebab memerlukan orang lain untuk melihat situasi sullit yang
dialaminya dari sudut pandang yang berbeda.
3. Kembangkanlah rasa humor dan sikap realistis. Terkadang situasi itu begitu
mendesaknya sehingga memerlukan intepretasi yang lama. Dalam hal seperti itu, humor dan
sikap realistis dapat menolong. Tertawa bias meringankan ketegangan emosi. Energy ekstra yang
disediakan oleh perubahan-perubahn internal harus disalurkan. Karena itu, untuk bias kembali
santai, orang perlu melakukan suatu kegiatan.
4. Atasilah problem-problem yang menjadi sumber emosi. Memecahkan problem, pada
dasarnya jauh lebih baik ketimbang mengendalikan emosi yang terkait dengan problem tersebut.
Misalnya, dari pada berusaha mengendalikan perasaan takut akan kehilangan suatu posisi, lebih
baik berusaha membina diri dan menjadi ahli dalam suatu pekerjaan yang berkaitan dengan
posisi tersebut; dari pada takut menghadapi situasi social, lebih baik belajar menguasai
kecakapan dan keterampilan-keterampilan social agar diperoleh kemantapan dan kepercayaan
pada diri sendiri.
(kita tidak boleh menjadi budak dari emosi, tetapi harus menjadi tuan dari emosi kita,
wedge (1995:17))
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
Emosi dan Motivasi sangat berkaitan, perbedaannya amat tipis. Kedua kata ini berjalan
bersama-sama. Seperti takut, takut merupakan suatu emosi tetapi karena itu ada suatu dorongan
untuk melakukan sesuatu dari bentuk perlawanan dari takut tersebut. Tomkins (1979)
menyatakan, emosi memberikan energy pada motif. Sehingga yang ditimbulkan adalah emosi
merperkuat motif untuk memberikan kekuatan motivasionalnya.
1.2 Saran
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan ketidak sempurnaaan. Oleh karena
itu, saran dari para pembaca sangat diharapkan demi membangun kesempurnaan makalah ini
agar kedepannya makalah ini bisa menjadi sumber referensi atau acuan dalam pembuatan-
pembuatan makalah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://fahroe.wordpress.com/2007/05/24/motivasi-apa-emosi/
Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers
Amirullah Daeng Sibali on June 24, 2012 in Bimbingan Konseling, Mahasiswa, Pendidikan, Suara Daeng
Sibali, Tugas Kuliah, Universitas Negeri Makassar
Ardi Al-Maqassary. 2011. Hubungan Antara Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif.
http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/11/hubungan-antara-emosi-motivasi-dan-proses-
kognitif/
Wikimedia Commons
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia
http://www.praswck.com/teori-kebutuhan-abraham-maslow
http://mariswadika.blogspot.com/2011/11/tiga-rantai-dasar-dalam-lingkaran.html
http://yusack.blogspot.com/2009/12/cara-mengendalikan-emosi-kita.html