MULYADIC CH
16040704128
ILMU HUKUM
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang…………………………………………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….1
3. Tujuan……………………………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. KESIMPULAN…………………………………………………………………………………. 7
2. KRITIK DAN SARAN………………………………………………………………………. 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sila ke-I, Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia, yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan dari
Sila II sampai dengan Sila V. Hal ini berdasarkan pada hakikatnya bahwa pendukung
pokok negara adalah manusia, karena negara adalah sebagai lembaga hidup bersama
sebagai lembaga kemanusiaan dan manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa, sehingga adanya manusia sebagai akibat adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara bahkan moral negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara,
pemerintahan negara hukum dan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak
asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nilai ketuhanan ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan atau agama.
Agama adalah unsur yang sangat penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan
dimuka bumi ini. Agama menjadi dasar dan patokan setiap insan dalam bertindak agar
selaras dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang manusia.
Sejak zaman dahulu Indonesia adalah negara yang menganut banyak agama dan
keyakinan. Mulai dari agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Tionghoa dan masih banyak
agama dan keyakinan lainnya yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
Dengan adanya sila pertama itu diharapkan agar setiap warga negara Indonesia saling
bertoleransi dan saling menghargai satu sama lain antar umat beragama. Dan
diharapkan pula agar saling bekerjasama dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun
pemerintahan yang dapat mewujudkan kesejahteraan bersama demi menumbuhkan
kemajuan negara Indonesia. Selain itu, untuk menjaga dan mewujudkan hubungan baik
antar umat beragama juga perlu diutamakan. Sikap saling menghormati dan mengasihi
sangat diperlukan supaya dapat selalu hidup berdampingan tanpa adanya tekanan dan
diskriminasi agama.
1. Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan aktualisasi Pancasila, nilai dasar dan nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa?
3. Apa pentingnya nilai Ketuhanan Yang Maha Esa?
4. Bagaimana aktualisasi nilai dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan bentuk kerjasama
antar umat beragama dalam kehidupan Kampus?
5. Apa dampak yang ditimbulkan dari adanya hubungan kerjasama antar umat
beragama?
1. Tujuan
2. Mengetahui pengertian aktualisasi Pancasila, nilai dasar dan nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa
3. Mengetahui pentingnya nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
4. Mengetahui aktualisasi nilai dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan bentuk kerjasama
antar umat beragama di dalam kehidupan kampus.
5. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya hubungan kerjasama antar umat
beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Aktualisasi Pancasila, Nilai Dasar dan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Aktualisasi Pancasila ialah penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-
norma, serta merealisasikannya atau mempraktekkannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam
dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar bersifat universal karena menyangkut kenyataan
obyek dari segala sesuatu. Contohnya tentang hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk
hidup lainnya.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa menggunakan istilah dari Bahasa Sansekerta atau Pali.
Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran-
an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna
dari kata itu dan membentuk makna baru.
Kata ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an
bermakna sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau
sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan.
Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang berarti mulia atau
besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata
“esa” juga berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau
tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada
pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this- Inggris).
Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta atau bahasa
Pali adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan
yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah “eka” bukan kata “esa”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa
bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang
kita sebut Tuhan Yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa
berarti Sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang
ditekankan pada sila pertama ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya.
Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga
negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
Oleh sebab itu, di dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Ketuhanan
Yang Maha Esa. Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini
hendaknya diwujudkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh toleransi
dalam batas-batas yang diizinkan oleh atau menurut tuntutan agama masing-masing,
agar terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama
Atas dasar itu, setiap warga Negara Indonesia dianjurkan untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai ketuhanan menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Terdapat
kepercayaan yang positif bahwa meskipun terdapat berbagai macam agama dan
keyakinan, misi profetis agama-agama memiliki pertautan etis-religius dalam
memuliakan nilai-nilai kemanusian, persatuan, keyakyatan, dan keadilan yang
mendorong warga Negara untuk mengembangkan nilai-nilai ketuhanan yang lapang
dan toleran.
Sila pertama ketuhanan yang maha esa menjadi fundamen etis kehidupan bangsa
Indonesia yang menjiwai dab mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan
yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk
Negara republic Indonesia yang berdaulat penuh, yang bersifat kerakyatan dan
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, guna
mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat indonesia
1. Aktualisasi Nilai Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan Bentuk Kerjasama Antar
Umat Beragama di Dalam Kehidupan Kampus
Aktualisasi nilai dasar Pancasila Sila ke-1 dapat terwujud dengan baik di masyarakat
dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dengan adanya
hubungan baik antar umat beragama dalam berbagai bidang kehidupan dan dalam
berbagai beberapa kegiatan di lingkungan sekitarnya.
Upaya pengamalan sila ke-1 dalam bidang sosial antara lain adalah adanya hubungan
kerjasama diantara umat berbeda agama, baik kerjasama dalam bentuk materi atau pun
non-materi. Contohnya jika dalam suatu perguruan tinggi yang sama berdiri
organisasi/komunitas keagamaan yang sekretariatnyayang berdampingan, hal ini akan
menimbulkan adanya sikap toleransi diantara masing-masing umat beragama. Seperti;
jika organisasi/komunitas itu sedang mengadakan sebuah syukuran, maka yang dapat
menikmati hidangannya tidak hanya umat islam saja tetapi umat agama lain yang ada
disekitar tempat tersebut pun dapat menikmatinya, begitu pun sebaliknya.
Negara kita meyakini dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini pula yang
melekat pada masing-masing individu terhadap agama kepercayaannya masing-masing,
walaupun agama yang dianutnya berbeda-beda namun mereka meyakinin Tuhan itu
Maha Esa atau Maha Tunggal.
Perlu kita ketahui bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan selalu mengawasi kita setiap
waktu, bahkan Tuhan lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Maka Tuhan
mengetahui semua hal yang kita lakukan.
Dalam bidang ekonomi, bentuk kerjasama antar umat beragama sangat terlihat jelas.
Misal, dalam suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang yang beragama Tionghoa
tidak mungkin hanya membutuhkan karyawan dari agama yang sama. Alasannya, tidak
semua orang yang beragama Tionghoa mempunyai kemampuan dan keahlian yang
dibutuhkan oleh perusahaannya. Maka agar perusahaan itu maju dan berkembang yang
diperlukan adalah tenaga ahli bukan mengutamakan orang yang satu agama. Karyawan
tersebut dapat berasal dari agama mana pun asalkan memiliki kemampuan yang di
inginkan oleh pihak perusahaan.
Suatu kaum beragama tentunya mempunyai kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda
dengan agama lainnya. Hal itu tidak bisa dipungkiri lagi. Misalnya saja, ritual perayaan
malam satu Syuro dalam agama Islam sudah tidak asing lagi di dengar.
Namun, ditelinga masyarakat yang berbeda agama tentunya hal itu merupakan suatu
kebudayaan yang dianggap aneh.
Maka dari itu, untuk mempelajari antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya
dibutuhkan hubungan yang erat antar umat beragama supaya bisa saling mengenal dan
mempelajari kebudayaan agama lain.
Dan diantara perbedaan budaya yang mereka miliki tidak menimbulkan perpecahan
atau pendiskriminasian salah satunya. Justru dengan banyaknya perbedaan budaya
yang mereka miliki akan menumbuhkan rasa toleransi yang tinggi di antara mereka.
Dan bangga dengan beraneka ragam kebudayaan yang ada di sekitar lingkungan
mereka.
1. Dampak Yang Timbul Dari Adanya Hubungan Kerjasama Antar Umat Beragama
Ada beberapa dampak yang timbul dari adanya hubungan kerjasama antar umat
beragama, diantaranya adalah sebagai berikut:
3) Timbulnya rasa untuk saling melindungi, mengasihi dan mengayomi satu dengan
yang lain.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Pengertian Aktualisasi Pancasila, Nilai Dasar dan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Aktualisasi Pancasila ialah penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-
norma, serta merealisasikannya atau mempraktekkannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam
dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar bersifat universal karena menyangkut kenyataan
obyek dari segala sesuatu. Arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan
Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan Yang
jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat
Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila
pertama ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya.
1. Aktualisasi Nilai Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan Bentuk Kerjasama Antar
Umat Beragama Dalam Kehidupan Kampus dan Sehari-hari
Aktualisasi nilai dasar Pancasila Sila ke-1 dapat terwujud dengan baik di masyarakat
dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Pengamalan Sila ke-1 di masyarakat
ini terjadi dalam beberapa bidang kehidupan,
1. Dampak Yang Timbul Dari Adanya Hubungan Kerjasama Antar Umat Beragama
Terdapat beberapa dampak yang timbul dari adanya hubungan kerjasama antar umat
beragama, diantaranya adalah sebagai berikut:
2) Terjadinya hubungan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan satu sama
lain.
3) Timbulnya rasa untuk saling melindungi, mengasihi dan mengayomi satu dengan
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI: Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara,
UUD NRI tahun 1945 sebagai Konstitusi Negara serta Ketetapan MPR, NKRI sebagai
Bentuk Negara, Bhineka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara. Jakarta: Sekretariat
Jenderal MPR RI
-Kelompok 1.2013
Aktualisasi Nilai Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa Di Daerah Lingkungan Lebak,
Ciamis Dalam Kehidupan Sehari-hari:Ciamis