Disusun Oleh:
Kelompok Pendiem
FAKULTAS PSIKOLOGI
2019
1. Definisi Konseptual Komunikasi Interpersonal
2
berakibat pada adanya rasa saling memahami. Touching also communication
power and status. People with high status touch others and invade other’s space
more than people with less status do.
Haptics atau sentuhan juga dapat dilambangkan sebagai kekuasaan. Secara
teortitik dalam dinyatakan bahwa haptics terdiri atas beberapa macam yaitu
yang bersifat fungsional – pofessional, sosial sopan, persahabatan – kehangatan,
cinta keintiman, dan rangsanga seksual. Dalam konteks relasi terdapat berbagai
bentuk :
Sentuhan perkenalan ; biasanya haptics ini dikategorikan saat
mahasiswi/mahasiswa belum terlalu kenal satu sama lain. Hal yang
paling dapat terlihat dengan adanya salam tangan, atau sentuhan yang
menandakan ingin berkenalan lebih lanjut.
Sentuhan persahabatan ; sentuhan persahabatan diklasifikasikan dalam
relasi interpersonal mahasiswi/ mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya
Yogyakarta pada taraf saling kenal. Bisanya dipertukarkan saat
pertemuan antar personal yang bersahabat, dan muncul pada pertemuan-
pertemuan antar sahabat.
Sentuhan kekuasaan ; sentuhan kekuasaan biasanya terjadi pada
komunikasi mahasiswi/ mahasiswa yang mempunyai kekuasaan.
Kekuasaan disini mungkin dapat disengaja, atau tidak disengaja.
Misalnya saat dilakukan inisiasi kampus.
Sentuhan keintiman ; sentuhan keintiman terjadi dalam komunikasi
interpersonal non verbal mahasiswi/ mahasiswa FISIP Universitas Atma
Jaya Yogyakarta yang mempunyai relasi tertentu. Relasi tertentu disini
dalam artian memiliki pengakuan atas hubungan keduanya, misalnya
pacaran. Sentuhan dalam taraf keintiman, jauh lebih intens dan kuat
daripada sentuhan yang lainnya.
c. Physical appearance
Ini biasanya menekankan pada konteks Budaya. Di Barat misalnya, ada
keharusan interaksi face to face. Interaksi bagaimana makna diciptakan oleh
fisik dan penampilannya. Dalam hal ini terlihat pada berbagai macam hal,
seperti :
3
Sterotype ketika melihat ciri – cirri fisik satu mahasiswi/ mahasiswa.
Kadangkala kita memikirkan mainset mengenai cirri orang tertentu dari
daerah tertentu, sehingga memunculkan statement seperti “ Dia anak
Jawa “ atau “ Dia mahasiswa dari Timur.’
Komunikasi nonverbal lain adalah misalnya ketika melihat satu
mahasiswa/mahasiswi dengan postur tubuh yang kurus, maka seolah
menyatakan kepada kita bahwa ia kurang makan. Sebaliknya
menjadikan kita berfikir seorang mahasiswa doyan makan ketika kita
melihat postur tubuhnya yang besar.
d. Artifacts
Artifactare personal objects we us to announce our identities and heritage and
to personalize our environments. Artifacts merupakan obyek personal yang
dapat menyampaikan identitas yang dapat digunakan untuk
mempersonalisasikan diri. Artefak ini dapat terlihat pada kendaraan yang ia
pakai, aksesoris teknologi yang digunakan. Kadang kala artefak juga
menandakan suatu kebudayaan yang dikenakan oleh seseorang, misalnya ketika
salah seorang mahasiswi mengenakan baju batik dan digeneralisasikan bahwa
ia orang Indonesia yang sangat mencintai batik. Hal serupa juga dapat dilihat
ketika seorang mahasiswa mengenakan aksesoris blink –blink, laki – laki yang
pakai anting, busananya rapi, memiliki tato, dan lain sebagainya diangap
mewakili mahasiswa kelas menengah ke atas yang suka sekali dengan
hedonism.
e. Environmental Factors
Environmental factor are elements of settings the affect how we feel and act.
For instance, we respond to architecture, colors, room design, temperature,
sounds, smells, and lighting. Environmental factors. dalam komunikasi
nonverbal antara seseorang yang terjalin ketika melihat apa saja warna yang
dikenakan orang tersebut. Misal ada mahasiswa yang sangat suka dengan baju
warna hitam dan selalu memakai itu, maka mungkin temannya menilai jika ia
suka warna hitam atau bahkan mungkin menganggap kehidupan masa lalunya
kelam dan sulit untuk ditebak.
4
f. Proxemics and Personal Space
Proxemics refers to space and how we use it. Proksemik dan jarak personal
selalu mengaitkan pada bentuk – bentuk komunikasi nonverbal yang diciptakan
berdasarkan penggunaan dan pengaplikasian jarak yang selalu berkaitan dengan
norma masyarakat dan konteks budaya tertentu. Dalam konteks Amerika
Serikat misalnya interaksi sosial dibentuk dan dirasakan nyaman pada jarak 4-
12 kaki, sedangkan untuk jarak romantic bisa berdasarkan 18 inchi atau kurang.
Richard West dan Lynn H. Turner pada Introducing Communication theory
(2007) membagi zona proksemik pada berbagai macam pembagian, yaitu :
Jarak intim, jaraknya dari 0 – 18 inci.
Jarak personal, jaraknya 18 inci – 4 kaki.
Jarak sosial, jaraknya 4 – 12 kaki.
Jarak publik, lebih dari 12 kaki.
Bagaimanapun dari sumber yang telah ada, jarak mampu mengartikan suatu
hubungan, misalnya saja komunikasi seperti :
Ketika ada mahasiswi/ mahasiswa baik heteroseks, biseks, homoseks
yang berada pada jarak yang sangat dekat, maka orang mahasiswi/
mahasiswa lain akan langsung menduga bahwa mereka mempunyai
hubungan khusus. Hubungan khusus ini bisa telah menjadi pasangan
suami isteri, pacaran, hubungan tanpa status, atau bahkan mungkin
teman tapi mesra.
Ketika ada mahasiswi/ mahasiswa berada pada area – area wilayah
diskusi atau peretemuan kelompok, maka dapat dikatakan pembicaraan
yang dilakukan adalah pembicaraan yang mengarah kepada kelompok
atau persahabatan.
Lingkungan komunikasi antar mahasiswa di dalam kelas FISIP UAJY
merupakan contoh bagaimana relasi dibentuk secara sosial yang tidak
terlalu dekat.
Jarak publik misalnya terjadi ketika inisiasi berlangsung, dapat
dikatakan upacara atau kegiatan yang dilakukan menunjukkan satu sama
lain belum dan tidak terlalu atau bahkan tidak saling mengenal.
5
g. Chronemics
Chronomics refers to how we perceive and use time to define identities and
interactions. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa kronemik merupakan
bagaimana komunikasi nonverbal yang dilakukan ketika menggunakan waktu,
ini juga berkaitan dengan peranan budaya dalam konteks tertentu.
h. Paralanguage
Paralanguage is communication that is vocal but does not use words.
Paralanguage adalah bentuk komunikasi nonverbal yang lebih mengarah kepada
pendukung suara atau vocal. Dalam konteks komunikasi interpersonal
digunakannya beberapa paralanguage, seperti :
Kecepatan dalam berbicara ; terlihat saat ada pertemuan atau presentasi
di depan kelas.
Artikulasi nada yang tinggi atau rendah, digunakan setiap mahasiswi/
mahasiswa untuk menekankan beberapa penekanan yang ingin
diperjelas ketika disampaikan
Volume suara ; setiap mahasiswi/ mahasiswa mempunyai volume suara
yang berbeda. Tergantung pada seberapa jauh komunikator dan
komunikan berada, serta kemampuan pita suara.
Karakter suara ; seperi cirri – cirri suara yang dimiliki oleh mahasiswi/
mahasiswa. Paralanguage yang ada adalah gumaman, gerutan, gelak
tawa, dan sebagainya.
i. Silence
6
selesai berbicara dahulu, atau berharap lawan bicaranya memulai
pembicaraan.
Diam karena tanda ketidakpahaman ; konteks silence semacam ini
terjadi di dalam kelas. Misalnya untuk menjaga gengsi ketika ditanyai
kejelasan pengajaran dosen oleh teman lainnya.
Diam karena malu ; tidak selamanya ketika komunikasi interpersonal
antar mahasiswa, dimana salah satu pihak diam itu merupakan bentuk
kepasifan. Kadangkala seorang mahasiswa merasa punya kemampuan,
tetapi enggan untuk menyampaikan kepada mahasiswa lain.
Selama proses komunikasi antarpribadi berlangsung sangat penting terjadinya interaksi berbagi
informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau individu dengan antar individu
supaya terjadi umpan balik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
7
Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa karakteristik yaitu :
1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self), komunikasi ini terjadi
dalam suatu persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman.
Semua hal tersebut dihasilkan dari dalam diri individu. Oleh karena itu, artinya
komunikasi antar pribadi dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita.
2. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi
Kedekatan saat berkomunikasi diperlukan baik untuk sang komunikator, maupun juga
komunikan. Oleh karena itu, jarak menjadi sangat penting untuk menilai keberhasilan
suatu komunikai agar mencapai komunikasi yang efektif.
Transaksional yang menjadi sifat komunikasi antar pribadi mengacu pada tindakan dari
pihak-pihak yang berkomunikasi. Mereka secara serempak menyampaikan dan
menerima pesan.
Dalam sebuah komunikasi antar pribadi, perlu adanya timbal balik yang berkaitan
mengenai topik yang dibicarakan. Apalagi topik berbeda, akan terjadi kesenjangan
dalam berkomunikasi dan menimbulkan keheningan serta salah pemahaman antara
komunikator dan komunikan. Oleh karena itu, peran pesan menjadi sangat penting
dalam dunia berkomunikasi.
8
Proses penyampaian pesan yang terjadi saat komunikasi antar pribadi berlangsung tidak
dapat diubah atau diulang kembali. Apa yang telah disampaikan dan dipahami oleh
kedua belah pihak akan memberi stimulasi berbeda – beda. Sehingga, perlu
diperhatikan saat penyampaian pesan agar tercipta komunikasi yang kondusif.
Komunikasi Antar Pribadi yang terjadi antar individu memiliki beberapa tujuan, antara lain :
Komunikasi antar pribadi menjadikan kita lebih mengenal diri sendiri dan terbuka pada
orang lain, serta mengetahui cara menanggapi dan memprediksi sikap dan tindakan
orang lain pada kita.
Membuat kita menjadi lebih mengetahui dan mengenal lingkungan, kejadian sekitar
juga orang lain
Mengajarkan kita untuk lebih menghargai dan memelihara hubungan yang baik dengan
orang lain guna meningkatkan rasa positif dalam diri dan meniadakan rasa kesepian,
ketegangan dan stress.
Banyak waktu dapat dimanfaatkan untuk merubah pandangan orang tentang kita
melalui komunikasi antar pribadi
Ilmu komunikasi antar pribadi dapat dimanfaatkan untuk membantu orang lain dalam
mmberikan nasihat dan saran seperti pada pekerjaan psikiater, psikolog dan ahli terapi.
9
Demi menunjang kehidupan sosial, kita juga memelihara hubungan dengan orang lain, sahabat,
orang tua, pasangan juga saudara. Oleh karena itu, komunikasi antar pribadi sebaiknya mulai
diterapkan dalam diri kita sendiri, agar memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan orang
lain dengan memiliki pikiran terbuka untuk menghindari kesalah pahaman.
Bahkan dalam berkomunikasi, setiap pendapat yang mengganjal dalam hati dapat tersampaikan
dan menjadikan diri kita sebagai pribadi yang mampu berkomunikasi secara efektif
10
3. Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berikut ini adalah skala data Interpersonal Comunication yang berisikan pernyataan-
pernyataan yang menggambarkan diri anda dalam menjalani peran anda sebagai individu
sosial.
Jika anda merasa Tidak Sesuai, maka pilih kolom STS
Jika anda merasa Jarang Sesuai, maka pilih kolom TS
Jika anda merasa Agak Sesuai, maka pilih kolom S
Jika anda merasa Sangat Sesuai, maka pilih kolom SS
Tabel 1
Kuesioner
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya tidak suka melakukan percakapan terlebih dahulu.
Ketika saya berbicara saya sering memberikan gerakan-
2 gerakan tangan dalam menyampaikan apa yang saya
maksud.
11
Penilaian Uji Validitas
12
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/danudeanasmoro/552c9afd6ea83414098b459d/analisis-
praktik-komunikasi-interpersonal-mahasiswa (2013)
Berger, C.R. Interpersonal Communication. Davis: University Of California
13