Anda di halaman 1dari 5

CH 9 BARRIERS TO INTERCULTURAL COMMUNICATION

What Are Communication Barriers?

Sebuah komunikai dapat gagal kalau dari kita sendiri terdapat stereotype, yakni menganggap
rang yang beda budaya semuanya setara atau sama dengan mayoritasnya (padahal berbeda).
Contohnya banyak orang memiliki pandangan stereotype bahwa orang china yang berasal dari
medan memiliki sifat licik dalam melakukan bisnis, padahal tidak semua orang china yang berasal
dari medan punya sifat licik dalam berbisnis. Meski pada kenyataannya tidak hanya orang china yang
berasal dari medan saja, semua orang yang berbisnis pasti punya sifat lcik.

Tidak hanya itu, perbedaan budaya dapat menyebabkan sebuah bisnis gagal karena pesan
yang disampaikan oleh sender tidak dapat diterima atau tersampaikan sampai akhir ke recever
dengan benar. Idealnya supaya komunikasi dapat dilakukan, kerangka acuan yang digunakan, dalam
hal norma-norma dan nilai-nilai misalnya tidak harus menimbulkan konflik. Namun, karena kerangka
acuan tersebut ditentukan secara budaya , maka komunikasi antar individu dari dua budaya yang
berbeda dapat terganggu.

NON-VERBAL BEHAVIOR as BARRIER

Saat interaksi komunikasi terdapat 2 cara yakni secara verbal dan secara non-verbal yang
dapat dikatakan adalah gerakan tubuh yang langsung keluar dari hati seseorang. Perilaku non-verbal
memainkan peran yang penting dalam komunikasi secara keseluruhan , yang meliputi gerak gerik,
ekspresi wajah seperti tertawa/menunjukkan rasa marah, postur dan jarak antara pengirim dan
penerima pesan. Contoh: Sikap dari Pak Johny yang cemas, diam dan memiliki raut muka cemberut
yang disebabkan karena beliau memiliki penyakit yang cukup parah dan tidak kunjung sembuh.

Meta-Communication an Non-Verbal Behavior

Dalam bentuk dasar, Meta-Communication adalah suatu tindakan komunikasi antara 2 protagonists
yang mengkomunikasikan sesuatu tentang komunikasi itu sendiri atau tentang hubungan antara 2
protagonists atau kedua-duanya.

• Dalam istilah perilaku non-verbal, Meta Communication terdiri dari :

1. Membuat gerak gerik untuk melengkapi pesan, apabila ada informasi yang hilang
(seperti gerak gerik yang menunjukkan tinggi atau ukuran seseorang)

2. Membuat gerak gerik tangan dan memodulasi suara melalui penambahan ritme dan
penekanan pada kekuatan pesan lisan.

3. Menggantikan bahasa lisan apabila tidak memungkinkan digunakan karena beberapa


alasan seperti hambatan fisik (contoh: kondisi seseorang pada saat koma), suara gaduh
(contoh: pada saat kondisi ramai, orang yang berkomunikasi dengan jarak yang cukup
jauh biasanya menggunakan bahasa tubuh untuk menjelaskan apa yang ingin mereka
katakan), dan bahasa asing yang tidak dipahami (contoh: bahasa tarzan di luar negeri.
Hal ini dilakukan oleh banyak orang dikarenakan banyak orang yang tidak menguasai
bahasa asing dimana orang tersebut berada, sehingga menggunakan bahasa non verbal
pada saat bertanya kepada penduduk negara asing tersebut.)
Orang yang memiliki perbedaan budaya belum tentu akan mendapatkan sinyal pesan
yang sama dengan yang dikirim oleh sender. Bisa saja yang ditangkap oleh receiver
memiliki makna yang berbeda dengan yang ingin disampaikan oleh sender.

• Meskipun ekspresi wajah yang mengkomunikasikan rasa marah, sedih dan ketakutan
dianggap sesuatu yang umum, namun penyebab dari ekspresi tersebut dapat berbeda-beda.
Contoh: ekspresi geleng-geleng kepala atau menggangguk-anggukan kepala

• Komunikasi antar budaya harus secara hati-hati dilakukan, serta tidak mengasumsikan
bahwa bahasa tubuh tertentu memiliki arti yang sama di semua budaya. Gerak gerik dan
bahasa tubuh juga merupakan nilai yang bersifat tidak stabil, artinya bisa berubah seiring
dengan berjalannya waktu.

• Meskipun komunikasi verbal penting dalam kontrak bisnis , namun dapat menjadi sumber
utama dari kesalahpahaman antar budaya, karena faktor budaya dapat menjadi faktor yang
dominan yang memunculkan hambatan komunikasi. Contoh: orang yang berasal dari eropa
apabila melakukan percakapan dengan orang lain diwajibkan untuk menatap mata lawan
bicaranya sebagai tanda bahwa orang tersebut menghargai dan mendengarkan apa yang
akan disampaikan. Berbeda dengan orang yang berasal dari indonesia pada saat melakukan
percakapan dengan lawan bicara justru tidak diperbolehkan untuk menatap mata secara
berlama-lama, karena dianggap tidak baik atau menantang dalam budayanya.

• Hambatan komunikasi tidak hanya muncul dari terjemahan arti pesan dari 1 bahasa ke
bahasa lainnya, tetapi juga dari cara penyampaian dan ekspresi. Contoh dari cara
penyampaian: Bagi orang china, kata ma dengan intonasi naik memiliki arti setan, sedangkan
kata ma dengan intonasi turun memiliki arti mama mertua.

• Komunikasi non-verbal bisa juga menjadi sumber kesalahpahaman dan gangguan dalam
komunikasi. Contohnya orang Perancis lebih ekspresif dan menggunakan seluruh badan
bagian atas dalam berkomunikasi sedangkan orang Belanda menggunakan gerakan yang
terbatas yaitu pada salah 1 lengan untuk memberikan penekanan pada pembicaraan
mereka.

• Diam juga dapat menimbulkan kesalahpahaman khususnya antara budaya Barat dan budaya
Timur (Asia). Dalam budaya Barat, diam merupakan tanda jeda dalam pembicaraan, namun
pada budaya Timur seperti Thailand misalnya diam tidak hanya merupakan tanda respek,
persetujuan/ketidak- setujuan, tetapi juga tanda apresiasi yang tinggi sebagai bagian dari
gaya bicara.

ASSUMPTIONS AND CULTURE

Usumer & Lee (2005) mengemukakan ada 3 dimensi asumsi yang dipakai untuk mengevaluasi
masalah, yaitu :

1. Dimensi kognisi (Cognitive Dimension)

Berkaitan dengan anggapan tentang bagaimana orang berpikir segala sesuatu bekerja.
(berpikir dengan menggunakan pikiran manusia)

2. Dimensi Afeksi (Affective Dimension)


Berkaitan dengan anggapan kesesuaian dengan keinginan manusia.

3. Dimensi Direktif (Directove Dimension)

Berkaitan dengan asumsi/anggapan pilihan dari manusia

Asumsi budaya dapat terkait dengan waktu , ruang atau identitas .

a. Asumsi budaya yang terkait dengan WAKTU adalah :

1. Waktu dianggap sebagai sebuah barang yang langka

(economic of time)

2. Tugas-tugas dilakukan secara simultan atau 1 demi 1

(Monochronic vs polichronic)  Monochronic merupakan cara pengerjaan tugas-tugas


yang dilakukan secara satu per satu, sedangkan polychronic merupakan cara pengerjaan
tugas yang dilakukan secara simultan atau langsung bersama-sama (sekali kerja banyak
tugas)

3. Hidup dipandang sebagai suatu kontinuitas atau sebagai putaran waktu

4. Orientasi waktu menuju masa lalu, sekarang atau masa depan. (contoh: Indonesia 
Masa lalu dan masa sekarang)

b. Asumsi budaya yang terkait dengan ruang/identitas, yaitu :

1. Dilakukan dengan berada di dalam kelompok atau di luar kelompok, menjadi anggota atau
tidak, memiliki atau tidak memiliki, misalnya berada dalam/diluar suatu keluarga bangsa atau
budaya ,

2. Identitas terkait asumsi yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain dan tentang
perlakuan yang ideal dalam konteks sosial tertentu. Hal berkaitan dengan kategori sosio-
demografis utama (seperti umur, jenis kelamin, kelas sosial) serta peran tertentu dalam
masyarakat (seperti politisi atau pengusaha sukses) Contoh: Seorang politis di Negara
Indonesia bisa di anggap hebat atau tidak, hal tersebut dikarenakan pilihan dariorang yang
lain dalam menyebut politis Indonesia itu bagaimana.

 Asumsi budaya sulit dipahami oleh orang asing, karena tidak mudah diekspresikan , bahkan
untuk sebagian besar orang dalampun sulit dipahami. Ada perbedaan antara penjelasan
yang seseorang berikan atas perilaku mereka dan motif sesungguhnya dari perilaku mereka.
Oleh karena itu mengapa asumsi budaya dapat menghasilkan kurangnya pemahaman dan
kesalahpahaman dalam komunikasi dengan orang yang berbeda budaya.

Barriers

Sistem nilai dari setiap budaya yg memiliki asumsi yg jarang diuji pertanggungjawabannya karena
semua bersifat normatif. Asumsi dpt menciptakan berbagai masalah, misalnya satu kata yg sama
memiliki arti/makna berbeda utk tiap negara. Contohnya: kata “besok” memiliki arti yg berbeda utk
org Indo dan asing.
Perceptions and Stereotypes

 Tabel di atas menunjukkan persepsi seseorang terhadap budaya/kelompok tertentu.

 Jika individu suatu bangsa dlm kelompok multikultural dihadapkan dgn stereotip negatif yg
lebih banyak daripada positif, mereka akan menolak stereotip tsb dan mereka akan
mempertahankan identitas pribadi mereka sendiri.

Identity as an Obstacles to Communication

 Identitas nasional muncul pertama kali sebagai suatu gambaran yang dikenakan oleh dunia
luar, yang merupakan karateristik orang dari kebangsaan yang sama
 Identitas dapat muncul sebagai hambatan komunikasi karena identitas yang ditetapkan dan
didefinisikan kedua belah pihak dapat menjadi batasan/hambatan dari pertukaran. Konflik
ide-ide, opini dan intepretasi juga muncul dalam hubungan interpersonal antara individu
dari berbagai negara
 Ethnocentrism adalah persepsi terhadap orang lain yang selalu memiliki sifat proyektif dan
budaya sendirilah yang dipakai sebagai dasar dan acuan. Etnocentrism melekat pada setiap
anggota dari socio-cultural, etnis, atau kelompok nasional tertentu. Etnosentrism
membentuk praduga dan sterotip dan menyebabkan persepsi yang dibuat terhadap budaya
lain secara tidak sadar berasal dari nilai-nilai diri sendiri

Stereotyping in Advertising

Stereotip dpt mengganggu faktor-fakor dlm pemasaran maupun komunikasi, sehingga perlu
diketahui bagaimana stereotip terbentuk.

Builidng Stereotypes

 Dlm konteks budaya, titik pangkal utk membangun stereotip adalah norma-norma dan nilai-
nilai dari budaya yg bersangkutan
 Stereotype adalah serangkaian kesan yang diciptakan dalam benak kita berkaitan dengan
suatu kelompok atau kelompok orang dalam konteks kelompok budaya. Jadi, stereotip lebih
mengarah kpd konfirmasi prasangka dr hasil observasi yg akurat tentang sebuah realitas.
Stereotip dpt dikatakan prasangka yg mungkin positif/negatif, merupakan reaksi irasional yg
tergantung pd cara pandang/preferensi seseorang terhadap budayanya sendiri.

Stereotypes in the Confucian Business World

 Karateristik penting Konfusianisme terletak pd nilai formal yg melekat pd status yg berarti


bahwa seseorang dlm posisi bawah hrs berperilaku dengan cara yg sesuai dengan lawan
bicaranya. Konfusianisme masih bertahan di bbrp negara Asia seperti China, Korsel, dll
dimana hirarkinya didasarkan pada usia, jenis kelamin, dll.

Dealing With Stereotypes

 Stereotip diargumenkan perlu sebagai cara utk menetapkan budaya sendiri. Stereotip
hendaknya dipahami sebagai culture-share dr culture differences. Utk menghilangkan
stereotip org hrs mampu menempatkan budaya lain dlm konteks sendiri dan tidak menilai
suatu budaya atas dasar budaya itu sendiri.
 Dalam komunikasi/interaksi antar individu saat ini, bukan hanya karakteristik pembicara
yang memainkan peran penting, tetapi juga struktur dari situasi dan konteks yang ada,
waktu maupun ruang.

Anda mungkin juga menyukai