Sedangkan komunikasi antar budaya merujuk pada studi atau kajian interaksi antara orang-
orang yang berasal dari dua kebudayaan yang berbeda misalnya bagaimana orang-orang dari
kebudayaan A dan kebudayaan B mengekspresikan emosi ketika mereka berkomunikasi
dengan orang-orang dari kebudayaan B dan A secara hormat.
Komunikasi lintas budaya melingkupi berbagai konteks seperti pendidikan, bisnis, dan
pemerintahan. Intinya, komunikasi lintas budaya menekankan pada bagaimana membangun
hubungan antara orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda sehingga hidup
menjadi lebih efektif, bekerja, dan belajar dalam budaya yang berbeda dari budaya sendiri.
Dalam komunikasi lintas budaya terdapat beberapa elemen dasar, yaitu perilaku verbal,
perilaku nonverbal, gaya komunikasi, nilai-nilai, sikap, dan prasangka.
Perilaku verbal. Perilaku verbal merujuk pada apa yang kita katakan dan bagaimana kita
mengatakannya. Yang termasuk dalam perilaku verbal adalah aksen, intonasi suara, volume,
rata-rata kecepatan, dan slang.
Perilaku nonverbal. Perilaku nonverbal merujuk pada apa yang kita katakan saat kita tidak
berbicara. Yang termasuk dalam perilaku nonverbal adalah berbagai bahasa tubuh dalam
komunikasi seperti kontak mata dan cara kita memperlihatkan rasa hormat kepada orang lain.
Selain itu, bahasa obyek seperti ornamen dan bahasa lingkungan seperti rumah dan rancangan
kantor.
Gaya komunikasi. Gaya komunikasi merujuk pada bagaimana kita mengekspresikan diri
kita. Yang termasuk dalam gaya komunikasi adalah cara berbicara, cara berinteraksi dengan
orang lain, dan lain-lain.
Nilai-nilai, sikap, dan prasangka. Ketiga elemen ini merujuk pada apa yang kita percaya
adalah benar. Elemen ini merupakan elemen yang sangat kompleks dan mencakup
kepercayaan serta perasaan dalam diri tentang identitas diri, dunia, atau bagaimana kita
memandang orang lain.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan oleh para pakar untuk meningkatkan
keterampilan berkomunikasi guna mencapai komunikasi lintas budaya yang efektif :
Mempelajari bahasa asing. Seorang manajer bisnis internasional harus mempelajari bahasa
asing agar dapat berkomunikasi dengan bawahan dan pegawai dengan menggunakan bahasa
setempat.
Belajar untuk menetralisir logat bahasa. Orang cenderung tidak dapat menghilangkan
logat aslinya ketika berbicara bahasa asing. Untuk itu, seorang manajer bisnis internasional
perlu belajar untuk menetralisir logat bahasanya ketika berkomunikasi dengan partner
bisnisnya.
Berhati-hati dengan hambatan lintas budaya. Hal paling penting yang harus dilakukan
oleh manajer bisnis internasional adalah menghindari kesalahan budaya.
Menggunakan bahasa yang singkat dan berbicara dengan jelas. Menggunakan kata-kata
yang tepat dapat membuat komunikasi menjadi efektif.
Peka terhadap komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal memiliki makna yang
berbeda bagi sebagian besar orang. Karena itu, seorang manajer bisnis internasional harus
memiliki kepekaan dan memahami berbagai makna komunikasi noverbal dari berbagai
budaya.
Mengembangkan kepekaan budaya. Mempelajari bahasa asing dapat mengembangkan
kepekaan terhadap budaya dari bahasa yang dipelajari. Misalnya, kita mempelajari bahasa
Perancis, maka sejatinya kita juga belajar mengenai kebudayaan Perancis dan menumbuhkan
kepekaan kita terhadap budaya Perancis ketika kita berbisnis di negara tersebut.
Adapun faktor hambatan komunikasi antar budaya yang sering terjadi antara lain:
fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa (verbal), nonverbal, kompetisi.
Fisik – Hambatan komunikasi yang berasal dari waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan
media.
Budaya – Hambatan komunikasi yang berasal dari etnis, agama, dan sosial yang bebeda
antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
Persepsi – Hambatan komunikasi yang timbul karena perbedaan persepsi yang dimiliki oleh
individu mengenai sesuatu. Perbedaan persepsi menyebabkan perbedan dalam mengartikan
atau memaknakan sesuatu.
Motivasi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan tingkat motivasi penerima pesan.
Rendahnya tingkat motivasi penerima pesan mengakibatkan komunikasi menjadi terhambat.
Pengalaman – Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang
dimiliki individu. Perbedaan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu dapat
menyebabkan perbedaan dalam konsep serta persepsi terhadap sesuatu.
Emosi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari
pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi
akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
Bahasa – Hambatan komunikasi yang terjadi ketika pengirim pesan (sender) dan penerima
pesan (receiver) menggunakan bahasa atau kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima
pesan sehingga menimbulkan ketidaksamaan makna.
Nonverbal – Hambatan komunikasi yang berupa isyarat atau gesture.
Kompetisi – Hambatan komunikasi yang timbul ketika penerima pesan sedang melakukan
kegiatan lain di saat menerima pesan.
Teori ini dikembangkan oleh William Gudykunts yang memfokuskan pada perbedaan
budaya antar kelompok dan orang asing. Ia menjelaskan bahwa teorinya ini dapat digunakan
dalam segala situasi dan kondisi berkaitan dengan terdapatnya perbedaan diantara keraguan
dan ketakutan. Gudykunts berpendapat bahwa kecemasan dan ketidakpastianlah yang
menjadi penyebab kegagalan komunikasi antar kelompok. lebih lanjut ia menjabarkan bahwa
terdapat enam konsp dasar dalam teorinya ini yaitu :
Konsep diri, berkaitan dengan meningkatnya harga diri ketika seseorang berinteraksi dengan
orang lain akan menghasilkan kemampuan meningkatkan kecemasan.
Motivasi berinteraksi dengan orang asing, berkaitan dengan peningkatan kebutuhan diri
untuk masuk dalam kelompok. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang asing, interaksi
tersebut akan meningkatkan kecemasan.
Reaksi terhadap orang asing, berkaitan dengan peningkatan menerima informasi, toleransi
dan empati terhadap orang asing akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk
memprediksi perilaku orang asing tersebut.
Kategori sosial orang asing, berkaitan dengan peningkatan kesamaan personal diantara kita
dengan orang asing. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan memprediksi perilaku
mereka secara akurat serta kemampuan mengelola kecemasan begitu pula sebaliknya.
Proses Situasional, berkaitan dengan peningkatan situasi informal dimana kita berinteraksi
dengan orang asing. Dengan tujuan akan meningkatkan kemampuan kita dalam mengelola
kecemasan serta meningkatkan kepercayaan diri kita terhadap mereka.
Koneksi dengan orang asing, berkaitan dengan peningkatan ketertarikan, hubungan dan
jalinan kerja dengan orang asing. Dengan tujuan akan menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kepercayaan pada diri kita.
Terkait dengan hal tersebut, dalam teori ini juga dijelaskan lima model dalam
pengelolaan konflik yang meliputi :
Avoiding (penghindaran), yaitu berkaitan dengan upaya untuk menghindari berbagai macam
konflik yang dimungkinkan terjadi.
Obliging (keharusan), yaitu berkaitan dengan keharusan untuk menyerahkan keputusan pada
kesepakatan bersama.
Comproming, berkaitan dengan saling memberi dan menerima segala sesuatu agar sebuah
kompromi dapat tercapai.
Dominating, berkaitan dengan dominasi salah satu pihak dalam penanganan suatu masalah.
Integrating, berkaitan dengan penanganan secara bersama-sama terhadap suatu masalah.
Dimanapun ada budaya, disana pasti ada kode bahasa yang menjadi ciri khas.
Sebuah kode bahasa mencangkup sosiologi budaya, retorika dan psikologi budaya.
Pembicaraan yang signifikan bergantung pada kode bicara yang digunakan pembicara dan
pendengar untuk mengkreasikan dan menginterprestasi komunikasi mereka.
Berbagai istilah aturan dan premis terkait dalam pembicaraan itu sendiri
Kegunaan suatu kode bicara adalah untuk menciptakan kondisi yang memadai. Kondisi yang
terkait dengan prediksi, penjelasan dan kontrol guna menciptakan formula wacana tentang
kecerdasan, kebijaksanaan dan moralitas perilaku dalam berkomunikasi.
Komunikasi antar budaya merupakan studi ilmu yang amat penting untuk dipelajari.
Terlebih dalam perkembangan manusia diera modern yang penuh dengan kemajuan teknologi
saat ini. Kemajuan Teknologi membuat Komunikasi antar budaya menjadi jembatan bagi
pertukaran budaya. Dengan mempelajar komunikasi antar budaya diharapkan kita
bisa memahami segala budaya positif dari keragaman budaya yang ada. Dan juga memegang
teguh apa yang menjadi nilai luhur budaya yang sudah ada.