Anda di halaman 1dari 7

Komunikasi Lintas Budaya

David Matsumoto dalam Encyclopedia of Psychology (2000 : 357-359) menyatakan bahwa


komunikasi lintas budaya merujuk pada pertukaran informasi antara orang-orang dengan latar
belakang budaya yang berbeda. Lebih lanjut Matsumoto menjelaskan bahwa istilah
komunikasi lintas budaya seringkali disamakan dengan komunikasi antar budaya.
Menurutnya, tidak ada perbedaan istilah dianatara keduanya dalam konteks komunikasi.
Namun ada perbedaan dalam hal penelitian yang dilakukan. Komunikasi lintas budaya
merujuk pada perbandingan antara dua kebudayaan atau lebih dalam beberapa variable
misalnya perbedaan antara kebudayaan A dan kebudyaan B dalam mengekspresikan emosi.

Sedangkan komunikasi antar budaya merujuk pada studi atau kajian interaksi antara orang-
orang yang berasal dari dua kebudayaan yang berbeda misalnya bagaimana orang-orang dari
kebudayaan A dan kebudayaan B mengekspresikan emosi ketika mereka berkomunikasi
dengan orang-orang dari kebudayaan B dan A secara hormat.

Komunikasi lintas budaya melingkupi berbagai konteks seperti pendidikan, bisnis, dan
pemerintahan. Intinya, komunikasi lintas budaya menekankan pada bagaimana membangun
hubungan antara orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda sehingga hidup
menjadi lebih efektif, bekerja, dan belajar dalam budaya yang berbeda dari budaya sendiri.

Elemen Dasar Komunikasi Lintas Budaya

Dalam komunikasi lintas budaya terdapat beberapa elemen dasar, yaitu perilaku verbal,
perilaku nonverbal, gaya komunikasi, nilai-nilai, sikap, dan prasangka.

 Perilaku verbal. Perilaku verbal merujuk pada apa yang kita katakan dan bagaimana kita
mengatakannya. Yang termasuk dalam perilaku verbal adalah aksen, intonasi suara, volume,
rata-rata kecepatan, dan slang.
 Perilaku nonverbal. Perilaku nonverbal merujuk pada apa yang kita katakan saat kita tidak
berbicara. Yang termasuk dalam perilaku nonverbal adalah berbagai bahasa tubuh dalam
komunikasi seperti kontak mata dan cara kita memperlihatkan rasa hormat kepada orang lain.
Selain itu, bahasa obyek seperti ornamen dan bahasa lingkungan seperti rumah dan rancangan
kantor.
 Gaya komunikasi. Gaya komunikasi merujuk pada bagaimana kita mengekspresikan diri
kita. Yang termasuk dalam gaya komunikasi adalah cara berbicara, cara berinteraksi dengan
orang lain, dan lain-lain.
 Nilai-nilai, sikap, dan prasangka. Ketiga elemen ini merujuk pada apa yang kita percaya
adalah benar. Elemen ini merupakan elemen yang sangat kompleks dan mencakup
kepercayaan serta perasaan dalam diri tentang identitas diri, dunia, atau bagaimana kita
memandang orang lain.

Komunikasi Lintas Budaya yang Efektif

Perbedaan budaya kerapkali menjadi salah satu faktor penyebab gangguan


komunikasi. Gangguan dapat terjadi karena adanya kesalahan atau kesulitan dalam
menafsirkan pesan yang disampaikan. Kesulitan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
pola budaya yang meliputi perbedaan dalam gaya berkomunikasi, perbedaan dalam
menyikapi konflik, perbedaan dalam cara-cara menyelesaikan tugas, perbedaan dalam gaya
pengambilan keputusan, perbedaan dalam menyikapi pengungkapan, dan perbedaan dalam
pendekatan untuk mengetahui sesuatu. Agar berbagai perbedaan tersebut dapat diatasi, maka
diperlukan beberapa langkah agar perbedaan tersebut tidak menggangu proses komunikasi
lintas budaya.

Dalam konteks bisnis, keberhasilan manajemen internasional membutuhkan komunikasi


lintas budaya yang efektif. Dalam bisnis global, berbagai macam kegiatan seperti memimpin,
memotivasi, membuat keputusan, mengatasi masalah, dan saling bertukar informasi atau
gagasan bergantung pada kemampuan manajer dan karyawan dari suatu budaya untuk
berkomunikasi dengan kolega, klien, dan penyalur yang berasal dari budaya yang lain.

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan oleh para pakar untuk meningkatkan
keterampilan berkomunikasi guna mencapai komunikasi lintas budaya yang efektif :

 Mempelajari bahasa asing. Seorang manajer bisnis internasional harus mempelajari bahasa
asing agar dapat berkomunikasi dengan bawahan dan pegawai dengan menggunakan bahasa
setempat.
 Belajar untuk menetralisir logat bahasa. Orang cenderung tidak dapat menghilangkan
logat aslinya ketika berbicara bahasa asing. Untuk itu, seorang manajer bisnis internasional
perlu belajar untuk menetralisir logat bahasanya ketika berkomunikasi dengan partner
bisnisnya.
 Berhati-hati dengan hambatan lintas budaya. Hal paling penting yang harus dilakukan
oleh manajer bisnis internasional adalah menghindari kesalahan budaya.
 Menggunakan bahasa yang singkat dan berbicara dengan jelas. Menggunakan kata-kata
yang tepat dapat membuat komunikasi menjadi efektif.
 Peka terhadap komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal memiliki makna yang
berbeda bagi sebagian besar orang. Karena itu, seorang manajer bisnis internasional harus
memiliki kepekaan dan memahami berbagai makna komunikasi noverbal dari berbagai
budaya.
 Mengembangkan kepekaan budaya. Mempelajari bahasa asing dapat mengembangkan
kepekaan terhadap budaya dari bahasa yang dipelajari. Misalnya, kita mempelajari bahasa
Perancis, maka sejatinya kita juga belajar mengenai kebudayaan Perancis dan menumbuhkan
kepekaan kita terhadap budaya Perancis ketika kita berbisnis di negara tersebut.

Hambatan Komunikasi Lintas Budaya

Chaney dan Martin (2004 : 11) dalam bukunya Intercultural Business


Communication, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hambatan komunikasi
atau communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya
komunikasi yang efektif.
Perbedaan budaya sendiri merupakan salah satu faktor penghambat dalam komunikasi
antar budaya, karenanya hambatan – hambatan komunikasi tersebut juga sering disebut
sebagai hambatan komunikasi antar budaya, sebagai hambatan dalam proses komunikasi
yang terjadi karena adanya perbedaan budaya antara komunikator dan komunikan.

Adapun faktor hambatan komunikasi antar budaya yang sering terjadi antara lain:
fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa (verbal), nonverbal, kompetisi.

 Fisik – Hambatan komunikasi yang berasal dari waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan
media.
 Budaya – Hambatan komunikasi yang berasal dari etnis, agama, dan sosial yang bebeda
antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
 Persepsi – Hambatan komunikasi yang timbul karena perbedaan persepsi yang dimiliki oleh
individu mengenai sesuatu. Perbedaan persepsi menyebabkan perbedan dalam mengartikan
atau memaknakan sesuatu.
 Motivasi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan tingkat motivasi penerima pesan.
Rendahnya tingkat motivasi penerima pesan mengakibatkan komunikasi menjadi terhambat.
 Pengalaman – Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang
dimiliki individu. Perbedaan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu dapat
menyebabkan perbedaan dalam konsep serta persepsi terhadap sesuatu.
 Emosi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari
pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi
akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
 Bahasa – Hambatan komunikasi yang terjadi ketika pengirim pesan (sender) dan penerima
pesan (receiver) menggunakan bahasa atau kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima
pesan sehingga menimbulkan ketidaksamaan makna.
 Nonverbal – Hambatan komunikasi yang berupa isyarat atau gesture.
 Kompetisi – Hambatan komunikasi yang timbul ketika penerima pesan sedang melakukan
kegiatan lain di saat menerima pesan.

Perbedaan Komunikasi Lintas Budaya dan Komunikasi Antar Budaya

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa komunikasi lintas budaya


merupakan pintu gerbang untuk bisa memahami komunikasi antar budaya. Seringkali
komunikasi lintas budaya merujuk pada komunikasi antar budaya. Padahal keduanya
memiliki cakupan yang berbeda.

 Komunikasi lintas budaya


o studi yang lahir dan berkembang dari studi antropologi budaya yang mempelajari
proses komunikasi dalam berbagai budaya yang berbeda.
o penelitian komunikasi lintas budaya sebagian besar bersifat komparatif.
o komunikasi lintas budaya merupakan pintu gerbang untuk mempelajari komunikasi
antar budaya
 Komunikasi antar budaya
o studi yang menghubungkan komunikasi dengan budaya dan komunikasi lintas budaya
termasuk di dalamnya.
o merupakan bidang penelitian yang baru.

Manfaat Mempelajari Komunikasi Lintas Budaya

Sebagaimana bentuk komunikasi lainnya, mempelajari komunikasi lintas budaya


memiliki berbagai manfaat, yaitu :

1. Membantu pemahaman proses komunikasi lintas budaya.


2. Membantu pemahaman komunikasi antar budaya.
3. Membantu manajemen konflik.
4. Menyadari bahwa budaya yang kita miliki juga memiliki bias.
5. Membantu mengasah kepekaan kita.
6. Membantu pemahaman budaya lain.
7. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri.
8. Memperluas dan memperdalam pengalaman sseorang.
9. Mempelajari dan meningkatkan keterampilan komunikasi lintas budaya.
10. Membantu memperkaya kemampuan berbahasa.
11. Membantu menghindari kesalahpahaman dengan orang lain.

TEORI KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

1.Teori Kecemasan dan Ketidakpastian

Teori ini dikembangkan oleh William Gudykunts yang memfokuskan pada perbedaan
budaya antar kelompok dan orang asing. Ia menjelaskan bahwa teorinya ini dapat digunakan
dalam segala situasi dan kondisi berkaitan dengan terdapatnya perbedaan diantara keraguan
dan ketakutan. Gudykunts berpendapat bahwa kecemasan dan ketidakpastianlah yang
menjadi penyebab kegagalan komunikasi antar kelompok. lebih lanjut ia menjabarkan bahwa
terdapat enam konsp dasar dalam teorinya ini yaitu :

 Konsep diri, berkaitan dengan meningkatnya harga diri ketika seseorang berinteraksi dengan
orang lain akan menghasilkan kemampuan meningkatkan kecemasan.
 Motivasi berinteraksi dengan orang asing, berkaitan dengan peningkatan kebutuhan diri
untuk masuk dalam kelompok. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang asing, interaksi
tersebut akan meningkatkan kecemasan.
 Reaksi terhadap orang asing, berkaitan dengan peningkatan menerima informasi, toleransi
dan empati terhadap orang asing akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk
memprediksi perilaku orang asing tersebut.
 Kategori sosial orang asing, berkaitan dengan peningkatan kesamaan personal diantara kita
dengan orang asing. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan memprediksi perilaku
mereka secara akurat serta kemampuan mengelola kecemasan begitu pula sebaliknya.
 Proses Situasional, berkaitan dengan peningkatan situasi informal dimana kita berinteraksi
dengan orang asing. Dengan tujuan akan meningkatkan kemampuan kita dalam mengelola
kecemasan serta meningkatkan kepercayaan diri kita terhadap mereka.
 Koneksi dengan orang asing, berkaitan dengan peningkatan ketertarikan, hubungan dan
jalinan kerja dengan orang asing. Dengan tujuan akan menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kepercayaan pada diri kita.

2.Teori Negosiasi Wajah

Teori yang di kemukakan oleh Stella Ting-Toomey ini menjelaskan bagaimana


perbedaan-perbedaan dari berbagai budaya dalam merespon berbagai konflik yang dihadapi.
Ia berpendapat bahwa orang-orang dalam setiap budaya akan selalu mencitrakan dirinya
didepan publik, hal tersebut merupakan cara baginya agar orang lain melihat dan
memperlakukannya.
Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa wajah bekerja merujuk pada pesan verbal dan non
verbal yang membantu menyimpan rasa malu, dan menegakkan muka terhormat. Dalam hal
ini, identitas selalu dipertanyakan, kecemasan dan ketidakpastian yang disebabkan konflik
membuat kita tak berdaya dan harus menerima.

Terkait dengan hal tersebut, dalam teori ini juga dijelaskan lima model dalam
pengelolaan konflik yang meliputi :

 Avoiding (penghindaran), yaitu berkaitan dengan upaya untuk menghindari berbagai macam
konflik yang dimungkinkan terjadi.
 Obliging (keharusan), yaitu berkaitan dengan keharusan untuk menyerahkan keputusan pada
kesepakatan bersama.
 Comproming, berkaitan dengan saling memberi dan menerima segala sesuatu agar sebuah
kompromi dapat tercapai.
 Dominating, berkaitan dengan dominasi salah satu pihak dalam penanganan suatu masalah.
 Integrating, berkaitan dengan penanganan secara bersama-sama terhadap suatu masalah.

3.Teori Kode Bicara

Gerry Phillipsen dalam teorinya ini berusaha menjelaskan bagaimana keberadaan


kode bicara dalam suatu budaya. Dan juga bagaimana kekuatan dan dan substansinya dalam
sebuah budaya. Lebih lanjut ia menjelaskan kiranya terdapat lima proporsi dalam teori ini
yaitu :

 Dimanapun ada budaya, disana pasti ada kode bahasa yang menjadi ciri khas.
 Sebuah kode bahasa mencangkup sosiologi budaya, retorika dan psikologi budaya.
 Pembicaraan yang signifikan bergantung pada kode bicara yang digunakan pembicara dan
pendengar untuk mengkreasikan dan menginterprestasi komunikasi mereka.
 Berbagai istilah aturan dan premis terkait dalam pembicaraan itu sendiri
 Kegunaan suatu kode bicara adalah untuk menciptakan kondisi yang memadai. Kondisi yang
terkait dengan prediksi, penjelasan dan kontrol guna menciptakan formula wacana tentang
kecerdasan, kebijaksanaan dan moralitas perilaku dalam berkomunikasi.

Manfaat Mempelajari Teori Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya merupakan studi ilmu yang amat penting untuk dipelajari.
Terlebih dalam perkembangan manusia diera modern yang penuh dengan kemajuan teknologi
saat ini. Kemajuan Teknologi membuat Komunikasi antar budaya menjadi jembatan bagi
pertukaran budaya. Dengan mempelajar komunikasi antar budaya diharapkan kita
bisa memahami segala budaya positif dari keragaman budaya yang ada. Dan juga memegang
teguh apa yang menjadi nilai luhur budaya yang sudah ada.

Kemudian, dengan mempelajari teori komunikasi antar budaya, ada banyak


pelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Salah satunya adalah
bahwa komunikasi antar budaya menjadi penghubung asimilasi budaya yang positif . Selain
itu munculnya pemahaman bahwa perbedaan budaya yang mudah menghadirkan konflik
harus mampu kita kurangi, dengan saling menghargai keragaman budaya yang ada di dunia.

Anda mungkin juga menyukai