Jawab :
McNab (2006) mengungkapkan bahwa paradigma ekonomi sekarang sudah berubah. Awalnya kita
mendengar “think globally, act locally”. Tapi kini berubah menjadi “act globally, think localy”.
Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana
dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan
(message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota
dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19). Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses
komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan
oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun
definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa
komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya
tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.
Komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi ketika orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi tersebut melibatkan latar belakang pengalaman budaya yang berbeda yang menunjukkan
nilai-nilai yang dianut oleh kelompoknya yang berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai-nilai.
Kecerdasan Budaya
Menurut Bibikova dan Kotelnikov (2006), kecerdasan budaya merupakan kemampuan untuk
berkembang secara personal melalui belajar berkesinambungan dan pemahaman yang baik terhadap
keragaman warisan budaya, kearifan dan nilai-nilai serta secara efektif bisa berhadapan dengan orang
dari latar belakang budaya dan pemahaman yang berbeda.
1. Memperkecil kendala budaya yang disebabkan oleh dikotomi “kami” dan “mereka” dan
memungkinkan kita untuk memperkirakan apa yang “mereka” pikirkan dan bagaimanan
reaksinya terhadap pola perilaku kita.
2. Bisa memanfaatkan kekuatan keragaman budaya.
Pears (1988:1-2) mengutip hasil penelitian Albert Mehrabian tentang dampak komunikasi. Komunikasi
verbal 7%, suara dan bunyi-bunyi 38%, pesan nonverbal 55%, sedangkan penelitian lain menunjukkan
saat orang lain berbicara secara verbal 35%, dan nonverbal 65%.
Saran dari Lee agar kita bisa menjadi komunikator antarbudaya yang berhasil :
Hendaknya ingat bahwa budaya kita sendiri sebenarnya memberikan kerangka perilaku dan
keyakinan yang bisa diterima.
Hendaknya menyadari bahwa perilaku dan preferensi kita didasarkan pada budaya dan
bukanlah “yang paling benar” dan hanya satu-satunya.
Hendaknya peka terhadap rentang perilaku verbal dan nonverbal.
Hendaknya berjiwa terbuka terhadap pandangan dan cara orang lain berperilaku.
Hendaknya ingat bahwa tidak ada bahasa tubuh yang universal.
McNab (2006) memberikan beberapa saran komunikasi bisnis antarbudaya yang efektif :
Sedangkan Schuler (2003) menunjukkan apa yang kita alarm saat pertama kali melakukan komunikasi
antar budaya:
1. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk memulai belajar budaya apapun
2. Perbedaan bisa dirasakan sebagai semacam ancaman
3. Kita cenderung berlebihan melihat kesamaan dan tak banyak memperhatikan perbedaan saat
pertama kali kita melakukan interaksi dengan orang lain dari budaya yang berbeda
4. Stereotip yang muncul akibat dari generalisasi yang tergesa-gesa sering kali terjadi, khususnya
diantara orang yang jarang mengadakan kontak dengan budaya lain.
5. Selalu ada lebih banyak variasi di dalam kelompok-kelompok dibandingkan dengan variasi di
antara kelompok-kelompok dalam satu budaya.
6. Sebenarnya kita sendiri belum bisa merupakan dengan baik atau melihat dengan jelas identitas
budaya kita smapai kita mulai berinteraksi dengan orang yang berbeda latar budayanya
7. Budaya itu selalu berubah, khususnya akibat dari interaksi antara satu budaya dengan budaya
lain.
McNab (2006) menyebutkan ada 7 keterampilan untuk menjadi anggota tim lintas budaya:
1. Mencoba untuk menjadi orang yang mampu melakukan refleksi diri sehingga menyadari
kesulitan-kesulitan komunikasi yang dirasakan sendiri
2. Memiliki kepekaan terhadap kenyataan bahwa bahasa tertentu merupakan bahasa asing bagi
orang lain
3. Berupaya agar komunikasi yang kita lakukan bisa menyampaikan pesan yang jelas sederhana
dan bermakna ganda
4. Mencoba bersikap inklusif
5. Mendorong adanya pengungkapan sudut-pandang yang berbeda dan perdebatan mengenai
sesuatu
6. Menyadari adanya perbedaan waktu dan cara kerja
7. Menyediakan waktu untuk memahami ketersediaan, kemudahan penggunaan dan dampak
media komunikasi dalam memilih anggota tim.
a. Pencanaan Dalam fase perencanaan (planning phase), dipikirkan hal-hal cukup mendasar, seperti
yang akan menerima pesan, ide pokok (main idea) pesan-pesan yang akan disampaikan dan saluran atau
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
b. Komposisi Komposisi erat kaitannya dengan penyusunan atau pengaturan kata-kata, kalimat dan
paragraph. Hal ini mengunakan kata-kata yang sederhana, mudah dipahami, dimengerti dan
dilaksanakan oleh si penerima.
c. Revisi Setelah ide dituangkan dalam kata-kata, kalimat, dan paragraph, perhatikan apakah kata-kata
tersebut telah diekspresikan dengan benar. Seluruh maksud dan isi pesan harus ditelah kembali, apakah
sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya atau tidak.
Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang
menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif (Chaney & Martin, 2004, p. 11). Contoh
dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat
anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala
tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan
memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier)
semacam ini dapat kita lalui.
Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air (above
waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan
ini banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut adalah (Chaney & Martin, 2004, p. 11 –
12):
1. Fisik (Physical) Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan,
kebutuhan diri, dan juga media fisik.
2. Budaya (Cultural) Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan
sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
3. Persepsi (Perceptual) Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi
yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya
akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4. Motivasi (Motivational) Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari
pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan
tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga
dapat menjadi hambatan komunikasi.
5. Pengalaman (Experiantial) Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap
individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai
persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6. Emosi (Emotional) Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar.
Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin
besar dan sulit untuk dilalui.
7. Bahasa (Linguistic) Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan
(sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan
kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
8. Nonverbal Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata
tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh
penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah
yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim
pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima
pesan.
9. Kompetisi (Competition) Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang
melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular
sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan
mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
Philipsen (dalam Griffin, 2003) mendeskripsikan budaya sebagai suatu konstruksi sosial dan pola simbol,
makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang dipancarkan secara mensejarah. Pada dasarnya,
budaya adalah suatu kode.
Terdapat empat dimensi krusial yang dapat untuk memperbandingkan budaya-budaya, yaitu:
2. Face-Negotiation Theory. Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu menjelaskan
perbedaan budaya dalam merespon konflik. Ting-Toomey berasumsi bahwa orang-orang dalam setiap
budaya akan selalu negotiating face. Istilah itu adalah metaphor citra diri publik kita, cara kita
menginginkan orang lain melihat dan memperlakukan diri kita. Face work merujuk pada pesan verbal
dan non verbal yang membantu menjaga dan menyimpan rasa malu (face loss), dan menegakkan muka
terhormat. Postulat teori ini adalah face work orang-orang dari budaya individu akan berbeda dengan
budaya kolektivis. Ketika face work adalah berbeda, gaya penangan konflik juga beragam.