Anda di halaman 1dari 2

EKONOMI MONETER

1. Menurut pendapat anda, apakah dalam situasi pandemi Covid seperti sekarang ini pemerintah
perlu mencetak uang? Jika memang mencetak uang, apa konsekwensinya bagi perekonomian?
Apabila tidak mencetak uang, kebijakan apakah yang perlu dilakukan pemerintah untuk
menormalkan perekonomian  ?

Silahkan dikemukakan pendapatnya masing masing, jika perlu dukung dengan tabel atau gambar
yang menguatkan pendapat tersebut.
Jawab:

Ada dua pandangan yang berbeda dalam hal pencetakan uang beredar. Pandangan pertama,
berpendapat bahwa uang beredar sepenuhnya ditentukan oleh Otoritas Moneter atau Bank Sentral.
Sedang pandangan kedua berpendapat bahwa selain Otoritas Moneter, lembaga lain seperti bank
umum dan perilaku masyarakat ikut menentukan besarnya jumlah uang beredar. Jika sistem
moneter perekonomian suatu negara terdiri dari bank sentral dan bank umum, proses pencetakan
uang bukan hanya ditentukan oleh Otoritas Moneter, tetapi juga oleh lembaga perbankan atau Bank
Pencetak Uang Giral (BPUG) dan perilaku masyarakat. Di Indonesia sendiri, jumlah uang yang
beredar menurut pandangan ini ditunjukkan oleh jumlah uang primer.

Menurut pendapat saya, Dalam situasi pandemi sekarang ini pemerintah tidak perlu mencetak
uang. Karena, apabila pemerintah mencetak uang akan ada sejumlah dampak yang terjadi, yaitu
terjadi peningkatan jumlah uang beredar, menurunkan nilai uang yang akan mendorong inflasi dan
adanya penurunan pada nilai asset. Badan Anggaran DPR RI telah mengusulkan ke pemerintah dan
Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang. Namun, BI tidak bisa asal mencetak uang begitu saja,
sejumlah tindakan pencegahan sudah dilakukan. Direktur Institute for Development of
Economics and Finance mengungkapkan, jika pemerintah mencetak uang untuk meningkatkan
defisit anggaran, maka akan berdampak pada penurunan nilai uang yang otomatis akan mendorong
adanya inflasi (kenaikan harga).

Ada sejumlah dampak yang terjadi jika pemerintah dan BI mencetak uang baru di saat pandemi.
Bisa menekan jumlah uang yang beredar, menurunkan nilai uang yang akan mendorong inflasi,
dan juga nilai aset akan menjadi turun. Menurut BI ada dua pilihan yaitu dengan mengeruk
cadangan devisa atau mencetak uang dan membeli surat utang negara di pasar primer. Pilihan
pertama dinilai berisiko menimbulkan fluktuasi, apalagi terhadap sentimen pasar. "Paling mudah
adalah mencetak".

Konsekuensinya bagi perekonomian, Jika pemerintah dan BI mencetak uang tidak akan ada
orang yang akan menyimpan rupiah. Hal ini akan menimbulkan capital outplug, karena ketidak
percayaan pasar dan menyebabkan terjadinya inflasi dan depresiasi nilai. Sehingga, Ekonom
Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai ada alternatif lain untuk
menutupi kebutuhan anggaran itu selain cetak uang, yaitu dengan cara pemerintah melakukan
penerbitan surat utang hingga pinjaman luar negeri. Menurut Yusuf, penerbitan surat utang
merupakan hal yang lumrah untuk dilakukan. Sementara pinjaman luar negeri secara proporsi
masih sedikit dilakukan oleh pemerintah.
Karena dengan bunga yang relatif lebih rendah, sekitar 1-2%, pinjaman ini akan menjadi alternatif
pembiayaan keuangan negara di saat ini. Meskipun pilihan ini juga mempunyai risiko selisih kurs
karena dilakukan dalam bentuk valas dan adanya comitment fee yang harus ditanggung pemerintah.

Kebijakan pemerintah yang perlu dilakukan, Bila negara membutuhkan peran bank sentral
nasional untuk ikut menanggung besarnya kebutuhan biaya penanganan dampak Corona, hal
yang paling wajar dilakukan adalah membeli Surat Berharga Negara (SBN) dari pemerintah di
pasar perdana. Dengan begitu, kapasitas penyerapan surat utang dari BI lebih besar daripada
hanya di pasar sekunder. Hal ini pun sudah bisa dilakukan sejalan dengan persetujuan negara
melalui Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan menjadi UU. Jadi uang dari BI masuk ke pemerintah melalui pembelian SBN
lalui ditransfusikan ke kebijakan fiskal baik melalui program sosial maupun stimulus dunia
usaha.

SUMBER: BMP ESPA 4227/3SKS/MODUL 1 Hal 1.3 – 1.28

SUMBER: finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/

SUMBER: Kompas.com/tren/read

SUMBER: bisnis.tempo.co/read/soal-cetak-uang/

Anda mungkin juga menyukai