Anda di halaman 1dari 8

Bab 1

Pendahuluan

A. Permasalahan di Dunia Terkait Komunikasi Antar Budaya


Prasangka dan Stereotip
Istilah “lintas kebudayaan” umumnya diidentifikasi dari adanya perbedaan latar
belakang primordial. Dalam tulisan ini, latar belakang yang dimaksud mencakup identitas
kebangsaan dan identitas kesukuan. Penulis memandang kedua identitas tersebut sebagai
identitas yang relevan dengan tujuan penulisan atas dasar beberapa hal. Pertama, adanya
kenyataan bahwa identitas kebangsaan dan kesukuan berimplikasi pada perbedaan bahasa.
Kedua, identitas kebangsaan dan kesukuan seringkali berbanding lurus dengan adanya praktik
tradisi dan budaya yang khas. Ketiga, dalam konteks pergaulan internasional saat ini identitas
kebangsaan menjadi unsur pembeda antar satu individu dengan lainnya. Keempat, identitas
kesukuan dalam pergaulan nasional juga umum membentuk kekhasan gaya komunikasi antar
satu individu dengan lainnya. Meski begitu, penulis tidak mutlak membatasi konteks identitas
primordial ini hanya ke dalam dua macam tersebut. Tentu, terdapat banyak aspek pembeda lain
dalam konteks pergaulan lintas kebudayaan. Perbedaan latar belakang kebangsaan dan
kesukuan dapat menjadi celah munculnya masalah dalam komunikasi. Perbedaan identitas yang
ada kerap memunculkan “jarak” antar pihak yang berkomunikasi. Terlebih jika pada keduanya
tidak terdapat aspek pemersatu, misalnya latarbelakang profesional atau preferensi atas hal-hal
tertentu. Belum lagi jika interaksi yang terbangun dibatasi secara ketat oleh konteks waktu dan
media komunikasi tertentu dimana pihak-pihak yang terlibat komunikasi tidak dapat bertemu
secara intensif maupun langsung secara tatap muka. Pola komunikasi tertulis melalui internet
(e-mail) dan sosial media memiliki potensi keterbatasan semacam ini. Jarak psikologis karena
perbedaan kebudayaan memungkinkan memicu prasangkaprasangka. Dalam hal ini, prasangka
diartikan sebagai sikap negatif terhadap suatu kelompok atau anggota kelompok tersebut
(Taylor dan Francis, 2016:4). Tischler (2010:222) menambahkan bahwa prasangka merupakan
sikap / anggapan negatif atau kadang-kadang positif yang tak berdasar kuat (irrasional) atas
kelompok-kelompok dan anggotanya. Ketidakmampuan seseorang untuk berpikir objektif
sekaligus juga teliti dapat menggiringnya terjebak pada prasangka-prasangka ini. Apalagi jika
kemudian prasangka ini mendapatkan justifikasi dari pihak lain. Menurut Allport dalam Taylor
dan Francis (2016:4) prasangka mengandung ketidaktelitian, penilaian negatif, dan generalisasi
yang berlebihan. Dengan kondisi seperti ini seseorang dapat kehilangan kesempatan untuk
membuat sebuah komunikasi menjadi lebih produktif dan harmonis. Hal semacam ini umumnya
terjadi dalam proses komunikasi lintas kebudayaan yang relatif baru dibangun. Subjek
komunikasi belum sepenuhnya mengenali satusama lainnya. Sampai batas tertentu ini mungkin
saja wajar. Meski begitu, bukan tidak mungkin pertemuan pertama dalam konteks komunikasi
lintas kebudayaan dapat dijalankan dengan baik. Prasangka-prasangka dalam proses komunikasi
dapat dipicu karena beberapa kondisi. Ketidaksesuaian antara ekspektasi atas respon tertentu
dari satu pihak dengan kenyataan yang terjadi dapat mendorong seseorang berspekulasi dengan
pikirannya. Selanjutnya, spekulasi inilah yang akan berkembang menjadi prasangka. Ini
merupakan prasangka yang bersifat spontan. Tanpa adanya klarifikasi, maka prasangka ini dapat
mengendap dan mungkin saja akan terus dibawa dalam berbagai kesempatan komunikasi lintas
kebudayaan. Meski begitu, perlu juga dipahami bahwa terdapat praktik-praktik budaya yang
tidak begitu menghendaki keterbukaan atau keterusterangan verbal dalam proses komunikasi.
Dalam konteks ini, klarifikasi atas prasangka tidak selalu harus melalui cara-cara verbal ataupun
direct communication. Upaya klarifikasi atas prasangka dapat dilakukan dengan riset dalam
skala kecil maupun besar. Selain dapat muncul dalam proses komunikasi yang sedang berjalan,
prasangka juga timbul dari persepsi yang telah terbentuk dan diyakini sebelumnya. Persepsi ini
tidak jarang dibangun oleh stereotip yang seolah telah menjadi kebenaran. Stereotip sendiri
merujuk pada sifat / ciri yang dipandang sebagai kekhasan dari kelompok-kelompok sosial
berikut anggotanya dimana kesemuanya itu akan dianggap secara khusus membedakan
kelompok tersebut dengan lainnya (Taylor dan Francis, 2016:4). Mudahnya, sterotip adalah
sifat / ciri yang terlintas dalam benak seketika kita berpikir mengenai kelompok-kelompok
tertentu (Taylor dan Francis, 2016:4). Sebagian orang dapat terjebak dalam stereotip atas
identitas tertentu. Jika ini terjadi maka proses komunikasi dapat terhambat. Di sebagian kasus,
stereotip dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam bertindak. Bahkan lebih buruk, stereotip
dapat memunculkan kecenderungan perilaku diskriminatif. Dalam konteks komunikasi lintas
kebudayaan, perilaku diskriminatif tentu akan menjadi sesuatu yang tidak relevan dengan tujuan
yang dibangun yaitu terjalinnya komunikasi secara ideal dan produktif. Jika ditelusur, stereotip
juga bukan merupakan akar sebab. Stereotip ini dapat terbentuk dari pikiran dan sikap yang
terlampau etnosentrik dimana orang membuat penilaian / penghakiman terhadap kebudayaan
lain berdasar kacamata budayanya sendiri (Tischler, 2010:53). Cara pandang dan sikap yang
terlampau etnosentrik ini dapat melahirkan persepsi dan perspektif subjektif. Dengan begitu,
seseorang akan selalu memiliki penilaian buruk atas perilaku budaya di luar kelompoknya.
Dalam kondisi ini, komunikasi lintas kebudayaan dapat terhambat. Primordialisme akan semakin
menguat seiring dengan munculnya cara pikir dan sikap yang terlampau etnosentrik. Sama
dengan sebelumnya, ini bertentangan dengan tujuan komunikasi lintas kebudayaan.
Bahasa: Aksen dan Kecepatan Tutur
Perbedaan bahasa antara individu satu dengan lainnya acapkali menjadi sebab
terhambatnya proses komunikasi lintas kebudayaan. Perbedaan ini tentu saja tidak hanya
menyentuh aspek kosa kata. Sebagai sebuah unsur kebudayaan yang kompleks, bahasa memiliki
sistem dan aspek yang tidak sederhana. Belum lagi, misalnya, jika aspek-aspek ini juga terkait
dengan persepsi dan perilaku budaya. Seseorang tidak hanya dituntut memahaminya dalam
konteks verbal tetapi juga hal-hal yang melampauinya seperti pemaknaan pada gesture,
intonasi, konteks, dan lain-lain. Sampai disini, bahasa adalah satu dari sekian unsur yang tidak
sederhana dalam komunikasi lintas kebudayaan. Meski beragam dan kompleks, perbedaan
bahasa dalam komunikasi lintas kebudayaan bukan tidak bisa disiasati. Sejak masa lampau
manusia telah dibekali dengan kemampuan berpikir kreatif. Sejarah mencatat bahwa
komunikasi lintas kebudayaan telah terjadi sejak lama seiring peradaban manusia terus
berkembang. Dalam konteks ini, bahkan ilmu pengetahuan dan teknologi penerjemahan
mungkin saja belum berkembang semodern saat ini. Meski tentu saja, sangat dimungkinkan
terjadi dinamika di dalam proses-proses komunikasi yang berlangsung. Pertukaran kosa kata
suatu bahasa dengan bahasa lain menjadi satu di antara beberapa bukti bahwa komunikasi
lintas kebudayaan telah terjadi sebelumnya. Komunikasi tersebut mungkin saja berlangsung
tidak setara. Sebagian diantaranya terjadi karena proses politik tertentu misalnya kolonialisasi.
Hadirnya bahasa Inggris sebagai satu dari sekian alternatif bahasa pengantar dalam komunikasi
lintas kebudayaan tidak selalu memecahkan masalah perbedaan yang ada. Ini karena,
sebagaimana dinyatakan sebelumnya, proses komunikasi tidak hanya berhenti pada penguasaan
kosa kata. Meski begitu, hal ini juga tidak bersifat permanen. Dengan kata lain, terdapat
langkahlangkah solutif dan antisipatif. Lebih lanjut, identitas kebangsaan maupun kesukuan
seorang pelaku komunikasi tidak jarang mempengaruhi bagaimana ia berbahasa Inggris.
Kebiasaan menggunakan “bahasa ibu” sedikit banyak dapat membawa kekhasan dalam
pelafalan, kecepatan, maupun intonasi sang penutur. Sampai disini, masalah kebahasaan dalam
komunikasi lintas kebudayaan menjadi lebih kompleks daripada sekadar mengeneralisir sebagai
perbedaan kosa kata semata. Perbedaan aksen bahasa Inggris dapat menjadi masalah tersendiri
jika pelaku komunikasi tidak menyiapkan langkah-langkah antisipatif sebelumnya. Aksen disini
diartikan sebagai keragaman pelafalan sebuah bahasa tertentu dan mengacu pada bunyi-bunyi
yang ada pada bahasa yang digunakan seseorang (Behravan, 2012:16). Tomalin dan Hurn
menyatakan bahwa dalam komunikasi lisan aksen dapat menjadi sebab utama terjadinya
kesalahpahaman (2013:88). Aksen terkadang tidak hanya berhubungan dengan pelafalan.
Kecepatan tutur juga bervariasi dalam perbedaan aksen-aksen yang ada. Upaya klarifikasi atas
masalah-masalah terkait aksen dalam konteks komunikasi verbal umumnya dilakukan secara
langsung. Seseorang dapat meminta pengulangan atas kata, frasa, ataupun kalimat yang
diucapkan dengan ‘kurang jelas’. Repetisi klarifikasi tersebut sampai batas tertentu akan
mengganggu proses komunikasi. Diantara beberapa ragam bahasa Inggris yang dikenal saat ini
adalah Hinglish, Singlish, Strine, dan lainnya (Hurn dan Tomalin, 2013:70-71). Dalam hal ini,
bahasa Inggris sebagai sebuah sistem melebur dengan perilaku budaya sang penutur. Tidak
semua penutur akan mampu berbahasa Inggris menggunakan aksen arus utama seperti British,
Australian ataupun American accents. Perbedaan aksen yang kemudian memunculkan
perbedaan pelafalan dan kecepatan tutur bukan tidak mungkin dapat berkembang menjadi
masalah-masalah lain. Jika berlarut-larut, ini bisa saja membentuk sebuah persepsi dan
prasangka bagi masing-masing pihak yang terlibat komunikasi. Sampai batas tertentu, ini dapat
memicu tumbuhnya stereotip dimana lawan bicara kemudian memiliki ketidakpercayaan pada
seseorang di luar identitas kebahasaannya.
B. Pemahaman Komunikasi Antar Budaya Dapat Menyelesaikan Konflik Antar Budaya
C. Budaya Negara Turki
D. Profil Negara Turki
Negara Turki melintasi dua benua, Asia dan Eropa. Karena lokasinya itu, Turki
telah memainkan peran penting baik dalam sejarah Asia maupun Eropa. Selama sekitar
600 tahun, Turki adalah pusat Kekaisaran Ottoman besar. Pada puncak kekuasaannya,
kekaisaran ini membentang dari Eropa tengah bagian timur hingga ke Asia Barat Daya
dan Afrika Utara. Republik Turki modern, didirikan pada tahun 1923, hanya
mempertahankan sebagian kecil wilayah Kekaisaran Ottoman yang dulu begitu luas.
Tapi Turki masih merupakan negara yang cukup besar, ukurannya sebanding dengan
gabungan negara bagian Utah, Arizona, dan Nevada di Amerika Serikat. Turki telah
menjadi anggota asosiasi Uni Eropa sejak 1963. Tapi negara ini tidak diundang untuk
mengajukan permohonan keanggotaan penuh sampai tahun 1999. Sejak saat itu, Turki
dan Eropa membahas masalah penting mengenai identitas nasional Turki.
Penduduk
Daerah yang kini menjadi negara Turki telah dihuni oleh berbagai bangsa sejak
zaman kuno. Daerah ini adalah tempat kelahiran bangsa Het, salah satu peradaban
paling awal. Kemudian, orang Yunani dari Eropa dan orang Arab serta bangsa-bangsa
lain dari Asia menetap di bagian wilayah ini.
Orang Turki berasal dari Asia Tengah. Mereka tiba setelah tahun 1000 M dan
akhirnya menjadi penduduk yang dominan. Hari ini, orang Turki membentuk sebagian
besar penduduk negara ini. Orang Kurdi adalah orang-orang non-Turki. Sebagian besar
dari mereka tinggal di bagian tenggara Turki. Mereka membentuk kelompok minoritas
terbesar, dengan sekitar 20 persen dari populasi.
Bahasa dan Agama
Bahasa Turki, bahasa resmi negara, berasal dari Asia. Pada suatu waktu huruf
Arab digunakan untuk menulis bahasa Turki. Tapi alfabet Romawi yang dimodifikasi
sekarang lebih digunakan. Hampir semua orang Turki memeluk Islam; masjid bisa
ditemukan di seluruh negeri.
Pendidikan
Pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi di Turki gratis. Pendidikan
dasar wajib bagi anak-anak usia 6 sampai 14 tahun. Ada sekolah menengah di semua
kota kecil dan kota besar. Sekolah teknik, sekolah pelatihan guru, dan perguruan tinggi
memberikan pendidikan lebih lanjut. Turki memiliki sejumlah perguruan tinggi. Yang
terbesar adalah Universitas Istanbul. Beberapa universitas baru didirikan pada era 90-
an.
Cara Hidup
Cara hidup orang Turki menggabungkan tradisi Eropa dan Asia. Penampilan dan
pakaian kebanyakan orang Turki menyerupai orang Eropa. Tapi makanan, seni dan
kerajinan, serta cerita rakyat Turki lebih mencerminkan pengaruh Asia.
Hidangan favorit orang Turki adalah kebab shish, potongan kecil daging (domba atau
sapi) dan bawang yang dipanggang di atas panggangan arang. Orang Turki pertama kali
belajar membuat kopi di Yaman selama tahun 1500-an, setelah mereka menaklukkan
Semenanjung Arab. Mereka mengangkut kopi ke Turki dan kemudian
memperkenalkannya ke Eropa.
Geografis
Turki Asia dan Turki Eropa dipisahkan oleh selat Bosporus, Laut Marmara, dan
selat Dardanella. Rute perairan sempit ini menjadi salah satu jalur laut paling strategis di
dunia. Turki Asia, disebut Anatolia (Anadolu dalam bahasa Turki), sering disebut sebagai
Asia Kecil. Dua pegunungan utama melintasinya dari arah timur ke barat. Di utara,
Pegunungan Anatolia Utara (sistem pegunungan Pontic) mengikuti pantai Laut Hitam. Di
selatan, Pegunungan Taurus mengikuti pantai Laut Mediterania. Kedua pegunungan ini
bertemu di dataran tinggi Anatolia timur.
Gunung Ararat, sebuah gunung berapi yang menjadi puncak tertinggi di negara
itu, terletak di sana, di dekat perbatasan dengan Iran dan Armenia. Menurut legenda,
gunung itu adalah lokasi bahtera Nabi Nuh. Di selatan dataran tinggi timur, perbukitan
rendah dan dataran rendah menyatu dengan dataran Suriah dan Irak. Dataran tinggi
Anatolia terletak di antara Pegunungan Anatolia Utara dan Pegunungan Taurus. Di
barat, konfigurasi ini menciptakan dataran rendah yang subur, salah satu daerah
pertanian terbaik di negeri ini.
Turki Eropa, atau Thrace, adalah apa yang tersisa dari wilayah luas kerajaan Turki
di Eropa di masa lalu. Thrace, daerah dataran rendah dan bukit-bukit, memiliki garis
pantai terjal. Pegunungan rendah membentang dari perbatasan Bulgaria di sepanjang
pantai Laut Hitam.
Sungai dan Danau
Sungai Kizil Irmak dan Sakarya mengalir melalui Turki Asia ke Laut Hitam. Sungai
berliku yang pendek mengalir ke Laut Aegea, disebut Menderes, dari kata Yunani kuno
yang berarti “untuk berkelok-kelok.” Sungai Seyhan, Ceyhan, dan Orontes di selatan
digunakan untuk irigasi. Danau Van dan Danau Tuz, keduanya adalah danau asin,
merupakan danau terbesar di Turki.
Iklim
Turki Eropa dan pesisir Turki Asia memiliki musim dingin yang ringan, sejuk, dan
berhujan, sedangkan musim panas hangat dan kering. Suhu musim dingin jarang turun
di bawah titik beku, dan embun beku serta salju jarang terjadi. Suhu musim panas rata-
rata 24 °C. Pantai barat mendapat sekitar 650 milimeter curah hujan setiap tahunnya. Di
timur, curah hujan jauh lebih tinggi.
Dataran tinggi Anatolia memiliki musim dingin yang sangat dingin, dan es
membeku lebih dari 100 hari setiap tahun. Hari-hari di musim panas sangat panas, tapi
malam hari dingin. Curah hujan tahunan antara 250 dan 430 milimeter. April dan Mei
biasanya adalah bulan-bulan terbasah di daerah ini.
Bagian timur Turki Asia memiliki salah satu iklim paling ekstrim di dunia. Suhu
musim dingin serendah -40 °C pernah tercatat. Hujan salju turun sangat deras. Musim
panas sangat panas, dengan suhu siang hari meningkat menjadi lebih dari 38 °C.
Sumber Daya Alam
Batubara, tembaga, dan bijih besi telah ditambang di Turki sejak zaman kuno.
Kromium, boron, dan beberapa minyak bumi juga diproduksi. Deposit minyak bumi
Turki hanya memasok sebagian kecil kebutuhan negara; sisanya harus diimpor. Satu
mineral khas Turki adalah meerschaum, digunakan dalam pembuatan semacam pipa
rokok. Sumber daya mineral lainnya belum sepenuhnya dikembangkan.
Ekonomi
Ekonomi Turki, yang terbesar di Timur Tengah, ada dalam peringkat dua puluh
besar di dunia.
Jasa
Sektor jasa mempekerjakan sekitar 38 persen dari total angkatan kerja. Di antara
para pekerja ini adalah bankir, broker real estate, tenaga penjualan, guru, dan pegawai
pemerintah. Pariwisata adalah bagian yang sangat penting dari perekonomian. Sektor
jasa yang terkait pariwisata mempekerjakan sekitar 3 juta orang.
Manufaktur
Didorong oleh investasi pemerintah, industri Turki telah berkembang dengan
pesat dalam beberapa tahun terakhir, dan ekspor barang-barang industri telah
melampaui nilai ekspor pertanian. Industri ini mempekerjakan sekitar 14 persen dari
angkatan kerja. Tekstil dan pakaian adalah produk paling penting, diikuti makanan
olahan, mobil, baja, kayu, dan kertas.
Pertanian
Sekitar 40 persen dari angkatan kerja bergerak di bidang pertanian. Gandum,
yang tumbuh terutama di dataran tinggi Anatolia, adalah tanaman utama. Sereal
penting lainnya adalah jagung, barley, dan beras. Tanaman ekspor utama adalah kapas,
tumbuh di pantai Mediterania, dan tembakau, tumbuh di pantai Aegea dan laut Hitam.
Tanaman komersial lainnya meliputi tomat, buah ara, kismis, buah zaitun, hazelnut,
kacang pistachio, dan buah jeruk.
Wilayah Turki yang luas, terutama di dataran tinggi Anatolia, hanya digunakan
sebagai ladang penggembalaan. Meningkatnya populasi domba dan kambing
merupakan bagian penting dari perekonomian. Domba merupakan sumber daging
utama di Turki. Susu kambing digunakan untuk membuat keju. Wol domba digunakan
dalam industri tekstil, dan bulu kambing dibuat menjadi mohair.
Transportasi
Lebih dari 8.000 kilometer jalur kereta api menghubungkan Turki dengan semua
bagian Eropa dan Timur Tengah. Semua kota-kota penting di negara itu dihubungkan
oleh kereta api. Namun jalan yang tidak beraspal jumlahnya masih dua kali lipat dari
jalan yang beraspal. Tapi banyak jalan yang tahan segala cuaca telah dibangun dalam
beberapa tahun terakhir.
Karena garis pantai Turki cukup panjang, perjalanan sepanjang pantai dengan
kapal uap juga sangat populer. Istanbul dan Izmir adalah dua kota pelabuhan utama.
Transportasi udara semakin penting. Penerbangan internasional dilayani di Istanbul,
Ankara, dan Adana.
Komunikasi
Kurang dari sepertiga dari populasi Turki memiliki televisi atau radio. Namun,
sistem telekomunikasi, telepon selular, dan layanan Internet sedang meningkat. Dua
surat kabar yang paling penting adalah Cumhuriyet (Republik) dan Hürriyet (Freedom).
Kota-kota Besar
Istanbul terletak di kedua sisi Bosporus, di Eropa dan di Asia. Ini adalah kota
terbesar di Turki. Selama sekitar 470 tahun, Istanbul menjadi ibu kota Turki. Meski kini
Istanbul tidak lagi menjadi ibukota, kota ini tetap menjadi pelabuhan utama dan pusat
komersial yang paling penting di Turki. Dulu disebut Byzantium, Istanbul menjadi ibu
kota Kekaisaran Bizantium (Kekaisaran Romawi Timur) pada 330 M. Nama “Byzantium”
kemudian diubah menjadi Konstantinopel untuk menghormati kaisar Romawi,
Konstantinus Agung. Turki Ottoman menaklukkan kota itu pada tahun 1453 dan
mengganti namanya menjadi Istanbul.
Ankara adalah ibu kota Turki dan kota terbesar kedua di negara itu. Dulu dikenal
sebagai Angora, kota ini terletak di bagian tengah dataran tinggi Anatolia. Bagian tua
kota merupakan pusat perdagangan kuno, sedangkan bagian kota yang baru dibangun
oleh Kemal Atatürk (1881-1938), presiden pertama Republik Turki. Di luar kota baru ada
monumen megah yang menjadi tanda tempat pemakaman Atatürk.
Izmir (Smyrna) terletak di Laut Aegea. Ini adalah kota pelabuhan yang paling
penting kedua di Turki, yang mengekspor terutama produk pertanian, seperti tembakau
dan kapas. Adana, pusat industri kapas, terletak di Sungai Seyhan di bagian selatan Turki
Asia.
Warisan Budaya
Selama lebih dari seribu tahun, Konstantinopel (sekarang Istanbul) adalah pusat
kebudayaan Kekaisaran Romawi Timur. Setelah Turki merebut kota ini pada tahun 1453,
daerah yang sekarang menjadi Turki jatuh di bawah pengaruh Turki Utsmani.
Selama berabad-abad seniman Turki telah menggunakan desain geometris untuk
membuat ukiran kayu, logam, karpet dan karpet, keramik, dan ubin mereka yang
terkenal. Musik dan arsitektur menunjukkan pengaruh Eropa yang kuat, meskipun
mereka telah mempertahankan karakter nasional.
Pemerintah
Turki adalah sebuah republik, diatur dalam konstitusi yang disahkan pada tahun
1982. Konstitusi ini memberikan bentuk pemerintahan parlementer, yang terdiri atas
presiden, perdana menteri, dan legislatif, Majelis Nasional Agung. Legislator dipilih oleh
rakyat untuk masa jabatan 5 tahun.
Presiden, yang dipilih oleh Majelis Nasional Agung selama tujuh tahun, adalah
kepala negara dan panglima tertinggi angkatan bersenjata dan memiliki kekuasaan
eksekutif yang luas. Presiden menunjuk perdana menteri dari anggota Majelis Nasional.
Perdana menteri memimpin Dewan Menteri, atau kabinet, dan mengepalai kegiatan
sehari-hari pemerintah. Turki terbagi menjadi 81 provinsi. Masing-masing memiliki
seorang gubernur yang ditunjuk oleh presiden dan dewan terpilih.
E. Bentuk Kerja Sama Turki dengan Indonesia
Hubungan diplomatik Indonesia-Turki dimulai tahun 1950 dan kedua negara
merayakan 70 tahun hubungan diplomatik pada tahun 2020. Meskipun hubungan
diplomatik formal terbentuk pada tahun 1950, hubungan antara kedua negara sudah
ada sejak abad ke-15 ketika Raden Patah menerima pengakuan dari Turki. Sultan
sebagai wakil Kesultanan Utsmaniyah di Pulau Jawa, dan hingga abad ke-16 ketika
Kesultanan Utsmaniyah dan Kesultanan Aceh berjuang bersama dalam invasi Portugis di
Sumatera, Indonesia.
Hubungan bilateral Indonesia-Turki memasuki babak baru yang lebih
mencerminkan nilai strategis kedua negara dengan diluncurkannya “Joint Declaration
Indonesia-Turkey: Towards an Enhanced Partnership in a New World Setting” yang
dideklarasikan bersama oleh Presiden kedua negara pada 5 April 2011 di Jakarta.
Pernyataan Bersama tersebut memuat komitmen kedua negara untuk saling bekerja
sama di bidang politik-keamanan, ekonomi serta kebudayaan, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk industri strategis.
Khusus di bidang ekonomi, pemimpin kedua negara sepakat menargetkan nilai
perdagangan Indonesia-Turki sebesar USD 10 miliar pada tahun 2023. Kesepakatan itu
disampaikan pada saat kuinjungan Presiden Joko Widodo ke Turki pada tahun 2017 dan.
pada saat pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan Presiden Turki Erdogan disela-
sela KTT G20 Osaka, Jepang tahun 2019. Sebagai upaya realisasi kesepakatan tersebut,
kedua negara saat ini tengah merampungkan proses negosiasi Indonesia-Turkey
Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA).
Indonesia dan Turki juga memiliki hubungan yang baik dan saling mendukung
dalam forum multilateral, seperti PBB, G20, MIKTA, D8, OKI, dan ASEAN. Dalam konteks
ASEAN, Indonesia mendukung Turki sebagai ASEAN sectoral dialogue partner yang
diresmikan pada Pertemuan ke-50 Menteri Luar Negeri ASEAN di Manila tahun 2017.
Indonesia memiliki dua perwakilan diplomatik di Turki, yakni Kedutaan Besar Republik
Indonesia Ankara (sejak 1958) dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia Istanbul (sejak
2012).

Anda mungkin juga menyukai