Anda di halaman 1dari 72

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Studi tentang komunikasi merupakan sebuah pelajaran yang paling


berharga dan mengasikkan. Menurut Kuntarto (2017), makna menarik dibahas
karena komunikasi tidak pernah lepas dari makna ujaran dari penuturnya. Begitu
pula dengan signifikansi makna hingga menjadi kajian tersendiri dalam ilmu
linguistik, khususnya bidang semantik.

Berkomunikasi adalah suatu hal yang sangat urgen dalam kehidupan umat
manusia. Begitu urgennya, komunikasi dapat dikatakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan diri manusia sebagaimana dua sisi mata uang yang saling
melengkapi. Karna itu urgensi komunikasi tidak hanya dialami oleh pakar-pakar
social-koomunikasi tetapi juga dirasakan oleh lapisan masyarakat awam. Karna
itu, Tidak berlebihan apabila dikatakan oleh pakar komunikasi Deddy Mulyana
bahwa orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan
“tersesat”, karna ia tidak dapat menata dirinya dalam satu lingkungan social.
Menurutnya, Komunikasilah yang memungkinkan manusia membangun satu
kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai kerangka rujukan dan
menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapunn yang ia
hadapi.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kegagalan yang dialami umat


manusia terjadi karna gagalnya berkomunikasi atau buruknya bentuk komunikasi
yang ia gunakan. Seorang guru atau dosen yang mempunya ilmu yang mumpuni
terkadang gagal mentransfer ilmunya kepada peserta didik karna buruknya cara
berkomunikasi, Begitupun seorang arsitek atau akuntan yang cerdas gagal dalam
wawancara disebabkan buruknya cara komuniakasi yang mereka lakukan yang
berimplikasi pada gagalnya ia mempromosikan dirinya dihadapan pewawancara
sebagai orang yang dapat diandalakan. Terskait dengan hal itu, maka tidak salah
jika Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson menetapkan dua fungsi umum

1
komunikasi. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi
keselematan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri
kepada orang lain dan mencapai ambisi peribadi. Kedua, untuk kelangsuungan
hidup masyarakat tepatnya untuk memperbaiki hubungan social.

Dalam Al-Qur’an, persinggungan tentang komunikasi yang melibatkan


antara Allah dan manusia bukan hanya sekedar informasi mengenai dasar
komunikasi, tapi juga Allah swt melalui Al-Qur’an menginformasikan tentang
bentuk-bentuk komunikasi yang dibutuhkan umat manusia. Tidak bisa dipungkiri
bahwa informasi mengenai pola-pola komunikasi dalam al-Qur’an bertujuan
sebagai pentunjuk bagi oraang-orang yang beriman agar mereka dapat mencapai
cita-citanya, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena hal itu, maka manusia
seyogyanya memperhatika bentuk-bentuk komunikasi itu agar dapat mencapat
tujuan hidup yang diharapkannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari bahasa.


Ketika manusia ingin menyampaikan atau menyampaikan keinginan hatinya
beserta maksud dan tujuannya, maka ia akan menggunakan bahasa yang
dimilikinya, baik itu disampaikan dengan bahasa, atau bahasa tertulis, atau bahkan
komunikasi berbasis gerak tubuh, tergantung pada keadaan. itu mengizinkannya.
Setiap orang berkomunikasi dalam dan melalui bahasa mereka dapat terhubung
dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bahasa membedakan
manusia dari berbagai binatang ciptaan Tuhan, sangat sedikit individu yang fokus
pada titik awal bahasa.

Banyak orang beranggapan bahwa bahasa itu ada bersamaan dengan


kehadiran manusia, sehingga di mana pun ada manusia, di situ juga ada bahasa
“bahasa diberikan”. Para ahli etimologi lebih fokus pada struktur bahasa, ragam
bahasa, perubahan bahasa, struktur bahasa, struktur bahasa, kemampuan bahasa,
dampak bahasa, penataan bahasa, pendidikan bahasa, pengamanan bahasa,
penilaian, dan lain-lain dibandingkan dengan mengikuti latar belakang sejarah
pengenalannya ke dunia. . Faktanya, dengan mengetahui latar belakang sejarah

2
perkenalannya dengan dunia, Anda sebenarnya ingin memperoleh pemahaman
menyeluruh tentang bahasa tersebut.

Ada dua cara untuk memahami fungsi bahasa sebagai media komunikasi:
secara lisan (verbal) dan secara tertulis (non-verbal). Bahasa tulis dan bahasa lisan
berbeda dalam konteks sosial dan realisasi linguistik, meskipun memiliki tujuan
yang sama (Saragih, 2018: 11). Makna yang diciptakan dalam dikomunikasikan
dalam bahasa (verbal) juga dapat bersifat unik dan dapat pula berubah ketika
diubah menjadi tulisan. Tergantung pada pembacanya, pesan atau ungkapan
tertulis dapat memiliki makna tersurat maupun tersirat (Arini, 2013: 42). Ini
biasanya dipengaruhi oleh pemahaman dan suasana hati pembaca atau penerima.
Bahasa yang digunakan dalam masyarakat bersangkutan juga mempengaruhi
bagaimana makna dipahami. Dengan asumsi bahasa yang disampaikan berada di
antara dua jaringan yang unik, maka akan terjadi tiga prospek, tepatnya: tidak
dipahami sama sekali, tidak dipahami sama sekali, tidak dipahami sama sekali,
hanya dipahami sebagian, atau bahkan tidak dipahami sama sekali (Mukhlishin &
Pratiwi , 2016: 1028).

Bahasa memiliki potensi untuk mempermudah integrasi dan adaptasi


sosial. Hal ini mengingat Indonesia memiliki bahasa yang majemuk, disinilah
kemampuan berbahasa diperlukan untuk konsolidasi sosial. Ketika seseorang
berada di suatu tempat dengan berbagai tradisi, adat istiadat, dan aturan, bahasa
disebut sebagai alat untuk perubahan sosial. Proses adaptasi ini akan berjalan
dengan baik jika ada alat yang membantu orang saling memahami, seperti bahasa.
Hal ini sesuai dengan penilaian Suwardi (2008: 87) bahwa penguasaan dan
penggunaan bahasa merupakan sifat yang membedakan manusia dengan hewan
lainnya, dan bahwa bahasa dan keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan.
Deskripsi ini memperjelas bahwa bahasa adalah fungsi manusia yang sangat
penting.

Mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar mencakup pengajaran


dan penjelasan bahasa dengan cara yang tidak terlalu menyimpang dari kaidah

3
bahasa Indonesia yang baik dan benar serta melestarikannya sebagai warisan
bangsa. Bahasa adalah komponen komunikasi yang paling signifikan dan integral.
Akibatnya, penting untuk melepaskan diri dari semua asosiasi yang melibatkan
bahasa Indonesia. Orang menjadi lebih terbiasa untuk menyampaikan hal-hal yang
nyata ketika mereka menggunakan bahasa dan sapaan yang sopan. Hal ini
memudahkan untuk menyampaikan atau bertukar informasi.

Agar generasi muda terbiasa, sangat penting untuk menggunakan bahasa


yang tepat. Itulah bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa bersama, bahasa
solidaritas, dan bahasa tuntunan. Namun, dalam ranah hidayah, selalu ada derajat
alay atau basa-basi. Hal ini dikarenakan remaja semakin banyak menggunakan
bahasa kasar atau alay yang berdampak negatif pada kemampuan mereka
berkomunikasi secara efektif. Akibatnya, penting untuk mempertimbangkan
bagaimana bahasa gaul atau Alay memengaruhi penggunaan bahasa yang tepat
oleh remaja.

Dengan perkembangan zaman yang semakin maju karena perkembangan


teknologi, ekonomi, dan berbagai bidang, bahasa juga berkembang dalam rutinitas
manusia sehari-hari. Dibandingkan dengan masa sebelum ada komputer, internet,
ponsel, dan perangkat teknologi lainnya, hubungan remaja saat ini sangat jauh
berbeda. Karena semakin banyak kosa kata baru yang kompatibel dengan
teknologi yang sudah digunakan, pertumbuhan ekonomi juga berdampak
signifikan pada evolusi dan peningkatan bahasa pada kesempatan tertentu.

Remaja berperan penting dalam perkembangan dialek terkenal (kata-kata


basa-basi). Namun, ada beberapa ekspresi yang dulunya dianggap sangat tidak
sopan ketika diucapkan di depan umum, tetapi sekarang diterima oleh remaja saat
ini sebagai hal yang normal. Kata-kata ini tidak lagi terdengar kasar saat
diucapkan atau oleh teman sebaya; sebaliknya, mereka menjadi ungkapan umum
dalam persahabatan mereka. Kata-kata tersebut adalah nama-nama makhluk,
nama-nama kemaluan, dan lebih jauh lagi ungkapan permainan nama jenis
kelamin dan nama-nama makhluk. Remaja menggunakan kata-kata slang, yang

4
juga terkadang disebut sebagai slang. Slang adalah istilah yang tidak umum dan
biasanya merupakan hasil dari permainan kata umum. Orang tua dan pendidik
yang tidak selalu sadar akan munculnya bahasa gaul sering salah mengeja
ungkapan-ungkapan ini. Istilah-istilah gaul ini berkembang dan berubah seiring
dengan perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi yang terus meningkat.

Bahasa yang menggunakan jargon yang mudah dipahami oleh khalayak


dipandang sebagai bahasa yang baik. Orang tua sering disesatkan oleh bahasa
yang digunakan remaja saat ini. Namun, sebagai orang tua harus lebih peka dan
berusaha mengurai makna dari istilah-istilah periang yang digunakan remaja saat
ini agar orang tua mengetahui jargon baik positif maupun negatif. Kita cenderung
menganggap banyak basa-basi sebagai permainan jargon karena memiliki
implikasi negatif, tidak tersentuh, dan brutal. Setelah mahasiswa lulus dan
bergabung dengan masyarakat luas, jika budaya bahasa ini sudah merajalela di
masyarakat ilmiah, hampir dipastikan akan menanamkan budaya negatif.

Sarana yang digunakan untuk melihat pemanfaatan bahasa yang tepat


adalah prinsip-prinsip bahasa. Fonologi, sintaksis (kata dan kalimat), jargon
(menghitung istilah), ejaan, dan arti penting semuanya dimasukkan ke dalam
prinsip panduan ini. Sementara itu, memilih ragam bahasa yang tepat dan
memenuhi kebutuhan korespondensi adalah standar untuk menggunakan bahasa
yang efektif. Kebutuhan ini berkaitan dengan topik yang dibicarakan, alasan
pembahasan, orang yang dituju (jika berbicara) atau pembaca (jika tertulis), dan
lokasi pembicaraan. Barang budaya diproduksi oleh pengguna bahasa. Ahli
bahasa setuju bahwa budaya dan bahasa saling terkait.

Eksistensi dari bahasa itu sendiri juga tidak lepas dari peran tiap
individu salah satunya anak muda, dimana banyak muncul Bahasa-bahasa
berupa bahasa slang yang digunakan oleh remaja dalam berkomunikasi sehari-
hari. bahasa slang yang dimaksud bisa berupa singkatan, bahasa kasar yang
diperhalus, bahasa jaksel dan masih banyak lagi klasifikasi bahasa lainnya.

5
Jika kita melihat secara keseluruhan, saat ini olok-olokan yang digunakan
oleh seluruh anak muda di Indonesia hampir sama/beredar seragam, hal ini karena
inovasi canggih yang memungkinkan setiap daerah mengetahui bincang-bincang
terkini. Dan biasanya cenderung menggunakan bahasa slang urban (kamu akan
lebih menghargai dan merasa lebih urban slang jika menggunakan bahasa yang
sama dengan anak muda). Generasi saat ini berkembang menjadi kategori baby
boomer, generasi X (tahun lahir antara 1961 dan 1980), dan generasi Y (tahun
lahir antara 1990 dan 1995), padahal sebelumnya kita hanya mengenal generasi
tua dan muda berdasarkan tahun. kelahiran dan rasa takdir bersama dalam
pengalaman perjalanan sejarah. dan Generasi Z dalam Christiani dan Ikasari
(1995–2010) (2020:85).

Selain itu, penggunaan bahasa yang menyinggung adalah salah satu aspek
paling mencolok dari bahasa yang saat ini sedang populer. Hal ini juga ditegaskan
dalam Anggraeni (2019:68) yang menyatakan bahwa sebenarnya dalam pergaulan
sehari-hari, orang selalu menggunakan kata-kata baku dan baku, namun juga tidak
lepas dari penggunaan kata-kata yang dianggap tidak lazim atau disebut tabu
( kata-kata yang tidak dapat disentuh). ). Pada 1990-an, bahasa kasar tidak umum
dan tabu; Namun, di era globalisasi saat ini, Generasi Z sering menggunakan
bahasa yang dianggap kasar dalam percakapan sehari-hari. Selain itu, penggunaan
bahasa kasar ini berfungsi sebagai metafora untuk emosi yang ingin disampaikan
oleh penutur.

Beberapa kata gaul yang muncul adalah contoh kata “Anjir, Anjrit, Anjay,
Njir dan Anying”. Jika dalam memaknai kata ini tanpa melihat konteks mungkin
saja akan menimbulkan perdebatan karena pada dasarnya kata tersebut merupakan
kata serapan dari kata “Anjing” yang memiliki arti negatif. Namun kini kata
tersebut menjadi kata yang lumrah digunakan pada saat berkomunikasi dengan
teman atau bahkan bahasa tersebut keluar begitu saja ketika dalam konteks
seorang mahasiswa yang masih di kampus tidak sengaja mengucapkan kata
plesetan ‘Anjing’ itu di depan dosen, bukan tidak mungkin orang tersebut akan
berpikir ada masalah apa dengan mahasiswa tersebut.

6
Padahal, masih banyak hal yang mempengaruhi kegiatan ini, mulai dari
lingkungan hingga gadget dan media sosial yang kita gunakan. Dalam pengaturan
ini, adalah tanggung jawab siswa untuk melatih kehati-hatian yang lebih besar
untuk menghindari penggunaan kata-kata yang menunjukkan ketidakmampuan
mereka untuk memilih bahasa yang tepat. Diketahui juga mengapa bahasa dapat
menyampaikan berbagai emosi, antara lain kegembiraan, kesedihan, kejutan, dan
kebahagiaan. Shoptalk saat ini biasa saja karena umumnya telah diaklimatisasi.
Shoptalk banyak digunakan sebagai jenis diskusi biasa dalam kelompok teman,
serta di media terkenal seperti TV, radio, dan dunia hiburan publik. Slang juga
digunakan di majalah remaja populer yang ditujukan untuk remaja. Akibatnya,
bahasa gaul dapat disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan orang saat
ini untuk komunikasi verbal dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak mungkin membandingkan penggunaan bahasa yang positif untuk


kondisi dengan pendidikan tinggi dan rendah. Misalnya, kita tidak dapat
menggunakan bahasa yang sama untuk menggambarkan perluasan antara orang
dewasa dan siswa sekolah dasar. Selain itu, karena terkait dengan aspek
komunikasi, komponen komunikasi—pengirim, isi, media penyampaian pesan,
dan penerima—sangat penting. Shoptalk dimungkinkan karena sejumlah faktor.
seperti televisi dan hiburan virtual, serta faktor alam.

Hal ini juga tidak menutup kemungkinan terjadi pada mahasiswa Ilmu
Komunikasi di kampus UIN Tuntungan Sumatera Utara Medan yang biasa disebut
sebagai kampus Islami karena menjunjung tinggi nilai-nilai kesantunan dan sopan
santun dalam berbahasa, khususnya untuk jurusan ilmu komunikasi. Namun
sayangnya, banyak pelajar saat ini yang terpengaruh oleh bahasa gaul, seperti kata
"Anjay", "Anjrit", dan "Anjir", yang jika diartikan memiliki konotasi negatif yang
mirip dengan "Anjing". Mungkin masih bisa dimaklumi jika pidato disampaikan
sesuai dengan lokasi dan audiens, tapi apakah pantas bersikap kasar di depan
dosen? Tidak. Itu tetap tidak menguntungkan, terlepas dari penyebabnya, baik
disengaja maupun tidak disengaja. Saat berbicara dengan orang yang lebih tua

7
dari kita sebagai mahasiswa, kita harus bisa membedakan bahasa yang tepat dan
menyesuaikan dengan situasi, tidak hanya di kampus.

Sesuai kuasa IAIN Medan sebagai pelaksana program studi tertuang dalam
Pengumuman Diklat Ulama No. Tanggal 14 Oktober 2014, 273C/P/2014 Terdapat
delapan program kajian baru di UIN SU, salah satunya adalah program review
untuk studi korespondensi. Program ilmu komunikasi saat ini dikelola oleh
Fakultas Ilmu Sosial yang memiliki kampus di Tuntungan, Sumatera Utara, Jln.
Bidang. No Golf 120, Kp. Kec, Sumatera Utara Tengah, Pancur Batu, Kabupaten
Deli Serdang, 20353

Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, mahasiswa akan belajar


bagaimana berkomunikasi atau menyampaikan pesan secara lebih efektif melalui
program studi "Ilmu Komunikasi". Selain itu, terdapat dua konsentrasi program
studi yang tersedia bagi mahasiswa studi komunikasi di kampus UIN SU yaitu
Konsentrasi Humas dan Jurnalistik. Program Studi Peliputan Berita, sedangkan
mahasiswa akan mengetahui tentang pemberitaan secara keseluruhan strukturnya,
termasuk media tersusun, bersuara, visual, dan umum, serta menyusun, mencipta,
menyebarkan, dan mengamati materi hiburan berbasis web. Jadi, Prodi Ilmu
Komunikasi mempelajari bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan
masyarakat secara keseluruhan, baik yang menggunakan media maupun tidak.

Cara terbaik untuk membangun dan mempertahankan reputasi organisasi


atau asosiasi di mata publik adalah dengan fokus pada program-program yang
menekankan pada periklanan atau dikenal dengan advertising. Humas bertugas
mengelola hubungan komunikasi baik di dalam perusahaan maupun antara
perusahaan dengan pihak-pihak di luar perusahaan (eksternal), seperti investor,
masyarakat, dan pemerintah. internal), bekerja pada khususnya. Seorang pemasar
juga harus mampu mencegah usahanya menderita dan menjaga kepercayaan
masyarakat. Peneliti dapat membuat kesimpulan tentang topik yang akan dibahas
dan permasalahan yang akan diteliti berdasarkan fakta atau fenomena yang ada di
kampus UIN dengan judul Makna Bahasa Slang Dalam Kegiatan Komunikasi

8
Verbal Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara (Analisis Semiotika)
dari informasi yang disajikan di atas.

Kemampuan untuk menggunakan bahasa sehari-hari dengan cepat dalam


pengaturan lapangan dan fakta bahwa beberapa klien hiburan berbasis web
menggunakan bahasa yang sesuai memberi saya keuntungan saat mempelajari
subjek ini. Hal ini tentu saja dapat menjadi ancaman besar bagi bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengikat bagi mahasiswa yang fokus pada Korespondensi. karena
tidak ada alasan bagi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Masih
ingatkah Anda jika di masyarakat saat ini ada yang mulai kehilangan kepuasan
mendalam dalam menggunakan bahasa Indonesia yang benar untuk
berkomunikasi? Terutama remaja.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan seluk-beluk landasan di atas, maka perincian masalah dalam


penelitian ini diungkapkan sebagai berikut:

1. Bagaimana Pemaknaan Bahasa Gaul Dalam Aktivitas Komunikasi


Verbal Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara (Analisis
Semiotika)?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kejelasan eksplorasi ini, penulis esai dapat menentukan


motivasi di balik penyusunan proposisi sebagai berikut:

1. Bagaimana Pemaknaan Bahasa Gaul Dalam Aktivitas Komunikasi


Verbal Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara (Analisis
Semiotika)

D. Batasan Masalah

Untuk mencapai tujuan eksplorasi ini, isu-isu yang akan dibicarakan harus
dibatasi untuk menjaga poin pemeriksaan agar tidak melenceng dari pembicaraan

9
atau menambah rentang eksplorasi. Berikut adalah batasan masalah yang dibuat
agar pemeriksaan dapat dikonsentrasikan:

1. Pemaknaan Bahasa Gaul Dalam Aktivitas Komunikasi Verbal


Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara (Analisis
Semiotika).
2. Saksi-saksi yang akan dijadikan contoh dalam penelitian ini adalah
mahasiswa dan narasumber Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diantisipasi dari penelitian ini dapat dipisahkan


menjadi dua kelompok sebagai berikut:

a. Segi Akademis

Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara dan Fakultas Ilmu


Sosial secara keseluruhan berharap temuan penelitian ini dapat
menambah dan memberikan kontribusi pemahaman tentang
penggunaan bahasa gaul dalam komunikasi lisan terhadap bahasa
Indonesia.

b. Segi Praktis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengedukasi masyarakat umum


tentang pentingnya berbahasa santun dan belajar bahasa Indonesia serta
membantu pembaca.

F. Sistematika Penelitian

Sistematika yang menjadi kerangka dan pedoman sangat penting untuk


diungkapkan agar lebih mudah untuk mengamati serta memahami pembahasan
dalam skripsi ini secara keseluruhan. Sistematika penulisan yang dapat digunakan
untuk menghasilkan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

10
1. Gambaran Umum Skripsi
Halaman sampul judul depan, lembar sampul, halaman penjaminan,
halaman pengesahan manajer, halaman kata mutiara dan pengabdian,
halaman pendahuluan, halaman panduan bab demi bab, halaman
ikhtisar tabel, halaman daftar gambar, halaman daftar sambungan serta
arti penting gambar, pemendekan dan intisari diingat untuk segmen
awal.

2. Gambaran Khusus Skripsi


BAB I PENDAHULUAN
Segmen ini terdiri dari dasar eksplorasi, rencana masalah, target
penelitian, definisi masalah, keunggulan penelitian dan sistematika
ujian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada Bagian ini membahas teori penelitian, penelitian sebelumnya, dan
kerangka konseptual.

BAB 111 METODE PENELITIAN


Bagian ini membahas metode penelitian, fokus penelitian, waktu dan
tempat penelitian, sumber data penelitian, metode pengumpulan data,
dan analisis data.

BAB IV
Bagian ini menjelaskan tentang deskripsi data penelitian, jawaban
pertanyaan penelitian, pembahasan temuan dan kendala peneliti.

BAB V
Pada BAB V yang akan dibahas adalah kesimpulan dan saran.

11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Semiotika Dan Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi baik secara


verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal adalah ketika kata-kata yang
diungkapkan atau disusun digunakan untuk menyampaikan. Sedangkan
komunikasi nonverbal dapat berupa gambar, warna, gambar, perbaikan tubuh, dan
verbalisasi. Semiotika adalah penyelidikan tentang bagaimana tanda, gambar, dan
berbagai gambar digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti emotikon saat
mengirim pesan WhatsApp, rambu lalu lintas, dan logo.

Namun, ternyata tanda-tanda digunakan dalam semua interaksi, baik


verbal maupun nonverbal. Charles Sanders Peirce mengungkapkan bahwa tanda
(sign) tidak hanya terbatas pada korespondensi non-verbal tetapi juga mencakup
korespondensi verbal yang menggunakan kata-kata dalam suatu bahasa. Sistem
tanda manusia yang paling mendasar adalah juga bahasa (verbal). Sementara
praktik sosial konvensional seperti gerak tubuh, pakaian, dan isyarat nonverbal
lainnya dapat dilihat sebagai jenis bahasa yang terdiri dari isyarat bermakna yang
dikomunikasikan berdasarkan hubungan, Sobur, 2003)

"Kata-kata tidak berarti, orang berarti," adalah pepatah terkenal dalam ilmu
komunikasi. Artinya, sebenarnya kata-kata tidak memiliki arti, orang menganggap
penting kata-kata ini. Akibatnya, kami benar-benar menggunakan berbagai sistem
penandaan saat kami berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.

12
Semiotika berangkat dari tiga komponen pokok, Peirce menyebutnya
sebagai hipotesis segitiga kepentingan. (1) Tanda adalah sesuatu dalam struktur
aktual yang dapat dilihat oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang
menyinggung (menangani) suatu pilihan yang berbeda dari tanda sebenarnya.
Rujukan tanda ini dikenal dengan sebutan artikel; (2) Yang dimaksud dengan
acuan tanda (objek) adalah setting sosial yang menjadi acuan tanda atau sesuatu
yang disinggung oleh tanda itu; (3) Klien tanda (interpretant) adalah gagasan
pemikiran tentang individu yang memanfaatkan tanda tersebut dan mereduksinya
menjadi suatu arti atau makna tertentu yang ada dalam jiwa seseorang mengenai
benda yang disinggung oleh suatu tanda. Pemeriksaan ini bersifat emosional.
Analis tetap seolah-olah dia memahami alasan subjek yang dia selidiki. Jelasnya,
para spesialis harus menggabungkan latar sosiokultural, hipotesis, ide dan
informasi untuk memahami penyelidikan dan penerjemahan mereka.

Peirce berpendapat bahwa penerjemah harus memberikan sebagian dari


pentingnya sebuah tanda. Ia menyusun bahwa tanda “adalah sesuatu yang
mewakili seseorang atau sesuatu yang mencerminkan batas atau kepentingan
tertentu (Budi, 2000). Peirce menyatakan bahwa semiotika itu penting karena
“alam dipisahkan oleh tanda-tanda, atau terdiri dari tanda-tanda yang membatasi.”
Apapun yang dilakukan harus terlihat sebagai sebuah pesan atau seperti yang
dikatakan Peirce, diharapkan sebagai sebuah tanda. Jika semua yang ada di dunia
ini adalah sebuah tanda, maka semiotika ternyata menjadi hal yang vital.

Ferdinand De Saussure, seorang pakar semantik yang lahir di Jenewa,


Swiss, mempunyai kekuatan untuk menjadikan etimologi sebagai ilmu yang
memiliki sistematika yang kuat, materi yang jelas dan juga sebagai ilmu yang
bebas. Ferdinand De Saussure lebih memusatkan perhatian pada semiotika
semantik. Saussure melibatkan musuh metodologi yang dapat diverifikasi yang
menganggap bahasa sebagai kerangka atau langue yang lengkap dan dalam bahasa
yang bersahabat. Dia mengajukan hipotesis bahasa yang dikenal sebagai
strukturalisme untuk menggantikan metodologi nenek moyangnya yang dapat

13
diverifikasi. Menurut Saussure, ada tiga kata dalam bahasa Perancis yang
mengacu pada 'bahasa', yaitu parole, langage, dan langue.

a. Semiotika dan Tanda dalam Komunikasi

Analisis tanda dikenal dengan istilah semiotika, dan sebagian orang juga
menyebutnya sebagai semiologi. Investigasi tanda adalah pemahaman khas yang
dimiliki oleh semiotika dan semiologi. Namun semiotika lebih menyinggung
istilah yang digunakan oleh Charles Sander Peirce (1839-1914), sedangkan
semiologi merujuk pada istilah yang digunakan oleh Ferdinand de Saussure
(1857-1913).

Mereka berdua adalah ayah dari semiotika tingkat lanjut yang digunakan
untuk memilah-milah cara berkencan. (Van Zoest, 1992). Menurut Hawkes,
penutur bahasa Inggris non-asli biasanya menggunakan istilah "semiologi",
sedangkan orang Eropa biasanya menggunakan istilah "semiotika". Akibatnya,
penggunaan istilah "semiotika" alih-alih "semiologi" menunjukkan pengaruh kubu
Peirce terhadap kubu Saussure. Namun, menurut Tommy Christomy, penganut
Saussure lebih sering menggunakan istilah "semiotika" daripada istilah
"semiologi". Sobur, 2003)

Secara etimologis, istilah “semeion” yang berarti “tanda” berasal dari


bahasa Yunani. Tanda yang sebenarnya, di sisi lain, didefinisikan sebagai sesuatu
yang mewakili atau melakukan suatu tugas. Semiotika adalah studi tentang tanda
dan simbol, yang merupakan tradisi komunikasi yang penting. Studi tentang
bagaimana tanda menandakan hal-hal seperti pikiran, keadaan, kondisi, perasaan,
dan objek dikenal sebagai semiotika. Morrisan pada tahun 2013). Kami sering
menggunakan tanda ketika mengacu pada sesuatu. Kita mengartikan tanda sebagai
artikel yang kita maksud.

14
Kemampuan tanda dalam meneruskan pesan dari sumber pesan ke
penerima tanda dalam pandangan prinsip atau kode tertentu terkait dengan
kemampuan korespondensi dalam kerangka semiotik. Tinarbuko, 2009). Hipotesis
segitiga kepentingan, yang terdiri dari tanda, objek, dan pemahaman,
dikemukakan oleh Charles Sanders Puncture, pelopor semiotika. Tanda adalah
sesuatu dalam struktur aktual yang dapat dilihat oleh panca indera manusia dan
yang menyarankan (menunjukkan) pilihan ganda dari tanda itu sendiri.

Menurut Ferdinand de Saussure, tanda adalah benda berwujud yang


menyampaikan pesan. Sebuah tanda terdiri dari penanda (besar) dan berarti
(kritis). Konsep mental yang diajukan adalah petanda, sedangkan penanda adalah
gambaran dari suatu tanda atau suara seperti yang kita rasakan. Fiske, 1990).

Charles Morris mengatakan bahwa pada dasarnya ada tiga macam inkuiri
(branch of inkuiri) dalam semiotika:

1. Sintaksis, yaitu cabang atau jenis semiotika yang mengkaji hubungan


konvensional antara satu tanda dengan tanda yang berbeda. Artinya,
gagasan sintaksis adalah sejenis tata bahasa, aturan yang mengatur
ucapan dan interpretasi.
2. Semantik adalah subbidang atau jenis semiotika yang melihat
bagaimana tanda dan designata, atau hal-hal yang dimaksud terkait.
Makna tanda sebelum digunakan dalam ujaran tertentu dikenal dengan
istilah designata.
3. Pragmatik, adalah cabang atau jenis semiotika yang mengkaji
hubungan antara tanda dan penerjemah atau klien - pemanfaatan tanda.
Pragmatik terutama memperhatikan aspek-aspek komunikasi,
khususnya fungsi-fungsi situasional ujaran. Budiman (2004, hal.

Menurut Roland Barthes, semiotika bertujuan untuk menerjemahkan dan


memahami tanda-tanda verbal dan nonverbal. Barthes menekankan tanda-tanda
visual dan makna budaya daripada yang verbal. Barthes juga mengatakan bahwa
sebuah tanda tidak dapat berdiri sendiri; itu perlu didukung oleh penanda dan

15
disampaikan. Penanda adalah apa yang kita lihat, sedangkan yang pasti adalah
pemahaman yang kita tonjolkan atau gambarkan. Kita, misalnya, mengartikan
kalimat "Laa ilaha illa Allah" pada sebuah bendera yang berarti bahwa seseorang
telah meninggal dunia. Individu yang diwariskan adalah konotasi, sedangkan
kombinasi keduanya adalah tanda yang signifikansinya terus ditunjukkan.) 2017)
master communication.com

Sifat Tanda

1. Meskipun tanda memiliki arti tertentu, tidak mutlak untuk ditafsirkan


demikian. karena makna tanda tertentu dapat berubah dalam suatu
sistem penandaan. Misalnya, dengan anggapan sudah pink identik
dengan warna wanita, namun saat ini banyak pria yang memakai
warna pink, sehingga warna pink sudah mulai berpindah dan tidak lagi
mewakili warna wanita. Ilustrasi lain dari hal ini adalah fakta bahwa
meskipun pakaian putih dikenakan untuk berkabung di beberapa
negara, pakaian hitam dikenakan di negara lain.

2. Tanda dapat memiliki signifikansi yang jelas atau denotatif. Sebuah


tanda dapat memiliki signifikansi yang masuk akal atau denotatif.
Sebuah kata yang kita gunakan untuk menggambarkan model dalam
kehidupan sehari-hari adalah model. Kata yang merupakan kerangka
tanda dapat berupa indikasi yang menyinggung kepentingan
aktualnya, atau implikasi yang menyinggung ekspresi atau hiperbola
yang menarik. Contoh lain, ketika seorang wanita mengenakan
pakaian yang layak dengan tanda-tanda, makna denotatif yang kita
lihat adalah seorang wanita mengenakan pakaian yang sangat mahal,
namun kekuatannya ada makna menarik yang menunjukkan lapisan
sosial wanita tersebut.

16
3. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, makna tanda dapat berubah
dari waktu ke waktu dan lintas budaya karena tidak selalu mutlak.
Dalam interaksi kita sehari-hari satu sama lain dalam konteks
komunikasi, kita menemukan banyak contoh pergeseran makna yang
disampaikan oleh kata-kata.

Ketiga kata inilah yang dimanfaatkan Saussure sebagai instrumen


eksplorasinya. Pembebasan bersyarat adalah bahasa yang dikomunikasikan dari
dalam diri klien tunggal itu sendiri. Pembebasan bersyarat tidak dapat dikatakan
sebagai suatu kebenaran sosial karena segala sesuatunya merupakan konsekuensi
artikulasi sadar individu tanpa mengindahkan kaidah-kaidah berbahasa yang ada.
Sementara itu, perpaduan antara parole dengan kaidah bahasa disebut langage.
Bahasa digunakan seluruh masyarakat namun belum bisa disebut sebagai realitas
sosial karena masih terdapat komponen artikulasi individu di dalamnya.

Pada akhirnya, langue adalah aturan bahasa yang digunakan oleh seluruh
wilayah setempat. Langue memungkinkan penutur untuk saling bertemu. Seperti
referensi kata yang dimiliki setiap orang kecuali pemiliknya tidak dapat
mengacaukannya. Maksud dari semantik adalah mencari contoh-contoh esensial
yang serupa (langue) dari realitas yang ada (parole). Hal inilah yang mendasari
pendekatan strukturalisme.

Bahasa di mata Saussure menyerupai sebuah karya musik (ensemble) dan


untuk memahaminya kita perlu fokus pada kejujuran karya melodi secara
keseluruhan dan bukan pada pameran tunggal setiap pemainnya. Ada sekitar lima
perspektif terkenal tentang Saussure, yaitu: (1) penanda (signifier) dan tersirat
(meant); (2) struktur dan isi; (3) langue (bahasa) dan parole (wacana); (4)
sinkronis dan diakronis; terlebih lagi (5) sintagmatik dan kooperatif atau
paradigmatik.

b. Definisi Komunikasi

17
Kata “Komunikasi" yang dimulai di AS dan diperoleh dari komponen
penyiaran berita kertas, secara etimologis terkait dengan bahasa Inggris. Selain
itu, kata Latin "komunikasi," yang diterjemahkan menjadi "berpartisipasi atau
menceritakan," "communis," yang diterjemahkan menjadi "milik bersama" atau
"berlaku di mana-mana," "cammunico," yang diterjemahkan menjadi "untuk
membuat hal yang sama," dan "communicatio", yang diterjemahkan menjadi
"sama", semuanya berarti "sama". Artikulasi korespondensi ini dapat diperoleh
dari bahasa Latin. Komparatif di sini menunjukkan kepentingan komparatif.
( Roudhonah, 2019)

Namun, jika diartikan dari perkataan para ahli mencirikan komunikasi


memiliki arti yang beragam, yaitu:

1. Komunikasi, seperti yang dicirikan oleh Carl Hovland, Janis, dan


Kelly, adalah siklus di mana seorang individu (komunikator)
menyampaikan peningkatan, biasanya dalam bentuk kata-kata, dengan
niat penuh untuk memengaruhi cara berperilaku orang lain
(kerumunan).
2. Seperti yang diungkapkan oleh Bernard Berelson dan Gary A. Steiner,
komunikasi adalah suatu cara menyampaikan informasi, renungan,
perasaan, kemampuan, dan lain-lain dengan menggunakan gambar
seperti kata, gambar, angka, dan sebagainya.
3. Harold Lasswel menggarisbawahi bahwa komunikasi pada dasarnya
adalah suatu proses memahami “siapa yang mengungkapkan dengan
lantang apapun”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan
hasil apa” atau “hasil apa”. siapa, apa, dimana, siapa, dan kepada siapa,
dan apa dampaknya?
4. Menurut Barnlud, komunikasi didorong oleh kebutuhan untuk
mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, atau
mempertahankan atau memperkuat ego seseorang.

18
5. Weaver menyatakan bahwa komunikasi adalah metode komprehensif
yang dengannya pikiran seseorang dapat memengaruhi kepribadian
orang lain.
6. Menurut Gode, komunikasi adalah proses dimana satu hal menjadi
milik dua orang atau lebih. Riswandi, 2009)

Berikut ini dapat disimpulkan dari berbagai definisi yang dikemukakan di atas:

1. Komunikasi adalah interaksi, artinya komunikasi adalah rangkaian


kegiatan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan dan berhubungan
satu sama lain dalam rentang waktu tertentu. Sebagai sebuah siklus,
komunikasi tidaklah statis, betapapun kuatnya di dalamnya akan terus
berubah dan berkesinambungan.
2. Komunikasi adalah usaha sadar dan beralasan. Komunikasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara sadar, dengan tujuan, dan sesuai
dengan tujuan atau keinginan orang yang berkomunikasi dengan orang
lain. Hal ini dilakukan dengan maksud sadar untuk memastikan bahwa
kegiatan komunikasi dilakukan dalam keadaan psikologis yang
sepenuhnya terkendali atau terkontrol dan bukan dalam keadaan
mimpi. Sadar mengandung makna bahwa surat menyurat yang
diselesaikan adalah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
pelakunya. sedangkan tujuan adalah hasil yang diinginkan.
3. Para aktor yang terlibat dalam komunikasi harus berpartisipasi dan
bekerja sama. Jika semua komunikator atau komunikan terlibat dan
memberikan perhatian yang sama terhadap pokok pesan, maka
komunikasi dianggap berhasil.
4. Komunikasi bersifat representatif. Komunikasi pada dasarnya
memanfaatkan gambar atau gambar. Kata, kalimat, angka, atau tanda
sistematik lainnya dalam suatu bahasa merupakan perwujudan simbol
dalam komunikasi verbal. Padahal dalam korespondensi nonverbal
seperti perkembangan tubuh, tangan, kaki, warna, gambar, isyarat,
gambar, spanduk, gambar lalu lintas dan lain-lain.

19
5. Transaksi terjadi dalam komunikasi. Tindakan memberi dan menerima
antara komunikator dan komunikan merupakan hal mendasar dalam
komunikasi. Intinya di sini adalah bahwa kedua belah pihak dalam
komunikasi bertanggung jawab untuk menentukan berhasil atau
tidaknya komunikasi tersebut.
6. Komunikasi melampaui ruang dan waktu. Karena kemajuan teknologi
saat ini, komunikasi dapat dilakukan secara online atau melalui media.
Komunikator tidak harus berada di lokasi atau waktu yang sama.
Misalnya korespondensi melalui radio, TV, telepon, WhatsApp, email,
hiburan virtual, dll.

Tujuan komunikasi adalah untuk melayani sebagai alat potensial untuk


mencapai tujuan tertentu. Semua manusia dapat menggunakan komunikasi
sebagai ilmu, seni, dan alat kerja untuk memenuhi kebutuhannya. Secara
tradisional, tujuan komunikasi adalah untuk menginformasikan, menghibur,
mendidik, dan mempengaruhi opini publik. Sehingga terlibat dalam kontak
interpersonal melayani tujuan komunikasi dan berhasil dicapai.

2. Teori Semiotika Ferdinand De Saussure

Penyelidikan semiotik berpusat pada tiga wilayah, yaitu (1) Tanda


sebenarnya. Wilayah ini mencakup penyelidikan terhadap berbagai macam tanda,
berbagai cara tanda menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut
berhubungan dengan individu yang menggunakannya. Tanda merupakan
perkembangan manusia dan harus dipahami dalam struktur
pemanfaatan/lingkungan individu yang meletakkan tanda: (2) Kode atau kerangka
di mana tanda-tanda dikoordinasikan. Studi ini mencakup bagaimana kode-kode
yang berbeda diciptakan untuk memenuhi kebutuhan budaya atau sosial, atau
untuk memanfaatkan saluran korespondensi yang dapat diakses untuk transmisi
kode-kode tersebut; juga (3) Cara hidup di tempat di mana kode dan tanda
bekerja. Oleh karena itu, hal ini bergantung pada penggunaan kode atau
penyelesaian dokumen untuk realitas dan strukturnya sendiri (Fiske, 2012).

20
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign). Dalam ilmu
komunikasi “tanda” adalah interaksi makna yang disampaikan kepada orang lain
melalui tanda. Dalam berkomunikasi tidak hanya dengan bahasa lisan tetapi
dengan tanda-tanda tersebut kita juga dapat berkomunikasi. Sebuah bendera,
sebuah lirik lagu, sebuah kata, sebuah keheningan, sebuah gerakan gugup, wajah
yang memerah, uban, pandangan sekilas, semua itu dianggap sebagai tanda. Agar
suatu tanda dapat dipahami dengan benar, diperlukan konsep yang sama agar
tidak terjadi kesalahpahaman. Namun, seringkali orang memiliki pemahaman
sendiri tentang arti sebuah tanda dengan berbagai alasan yang
melatarbelakanginya.

Ferdinand de Saussure (1857-1913) mendeskripsikan semiotika dalam


Course in General Lingustics sebagai "studi tentang peran tanda sebagai bagian
dari kehidupan sosial". Makna tersirat dari definisi ini adalah sebuah relasi, bahwa
tanda merupakan bagian yang sahih dari kehidupan sosial. Ada sistem tanda dan
ada sistem sosial, keduanya saling terkait. Dalam hal ini, Saussure berbicara
tentang konvensi sosial yang mengatur penggunaan tanda secara sosial, yaitu
memilih kombinasi dan penggunaan tanda dengan cara tertentu sehingga memiliki
makna dan nilai sosial (Alex Sobur, 2016: 7).

Pemeriksaan semiotika mengenal dua macam semiotika, yaitu semiotika


korespondensi dan semiotika kepentingan (Eco dan Dug dalam Sobur, 2003).
Semiotika korespondensi menggarisbawahi hipotesis penciptaan tanda, yang salah
satunya mengharapkan adanya enam unsur dalam korespondensi, yaitu sumber,
penerima kode (kerangka tanda), pesan, saluran korespondensi, dan acuan (hal
yang diteliti) serta memberi penekanan pada hal tersebut. menandatangani
hipotesis dan mencari tahu dalam situasi tertentu. Semiotika implikasi tidak
meneliti keberadaan motivasi di balik korespondensi. Yang menjadi fokus adalah
bagian pemahaman suatu tanda sehingga siklus kognisi penerima manfaat
diberikan lebih banyak perhatian dibandingkan interaksi korespondensi. Ide
mendasar yang menyertai praktik semiotika adalah 'tanda' yang dicirikan sebagai
peningkatan yang memberikan beberapa pilihan berbeda dari dirinya sendiri

21
(suatu dorongan yang menyinggung sesuatu yang bukan dirinya sendiri). Pesan
memiliki posisi penting dalam korespondensi. Menurut John Powers (1995),
pesan memiliki tiga komponen, khususnya: (1) tanda dan gambar; (2) bahasa;
terlebih lagi (3) bicara.

Seperti yang ditunjukkan olehnya, tanda-tanda adalah alasan semua


korespondensi. Suatu tanda menugaskan atau menyinggung sesuatu yang bukan
dirinya sendiri, sedangkan kepentingan adalah hubungan antara suatu benda atau
pemikiran dengan suatu tanda. Kedua gagasan ini dikoordinasikan dalam hipotesis
korespondensi yang berbeda, khususnya spekulasi korespondensi yang berfokus
pada gambar, bahasa, dan cara berperilaku nonverbal. Pengumpulan spekulasi ini
memahami bagaimana tanda-tanda dikaitkan dengan signifikansi dan bagaimana
tanda-tanda dikoordinasikan. Konsentrasi yang mengkaji tanda-tanda disebut
semiotika. Tanda-tanda sangat penting dalam memerintahkan pesan untuk
disampaikan. Tanpa memahami hipotesis tanda, pesan yang disampaikan dapat
membingungkan penerima manfaat.

Pembahasan utama dalam teori terpenting Saussure adalah prinsip bahwa


bahasa adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda tersusun atas dua bagian, yaitu
penanda dan petanda. Tanda adalah kesatuan bentuk penanda (signifer) dengan
ide atau tanda (signified). Dengan kata lain, penandanya adalah "bunyi yang
bermakna" atau "goresan yang bermakna". Jadi, penanda adalah aspek material
dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.
Sedangkan petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep (Bertens,
2001:180, dalam Sobur, 2013:46).

Dalam penyampaiannya, seseorang menggunakan tanda untuk


menyampaikan pentingnya suatu barang dan orang lain akan mengartikan tanda
tersebut. Tanda terdiri dari dua komponen tanda (penanda dan maksud).
Komponen fisik tanda yang disebut juga sebagai penanda atau penanda, dapat
berupa tanda, kata, gambar, atau suara. Sedangkan yang ditandakan (signified)
adalah menunjukkan ide mutlak yang dekat dengan tanda-tanda fisik yang sudah

22
ada. Sementara itu, proses penandaan terjadi antara tanda dan realitas eksternal
yang dikenal sebagai referen. "Objek" ditafsirkan oleh Saussure sebagai referensi
dan disebutkan sebagai komponen tambahan dari prosedur penandaan. Contoh:
Tanda sial (ditandai) ketika orang menggunakan kata "anjing" (penanda) dengan
nada umpatan.

Bahasa di mata Saussure menyerupai sepotong musik. Untuk memahami


sebuah simfoni, seseorang harus fokus pada integritas karya secara keseluruhan
daripada penampilan individual dari masing-masing musisi. Bahasa harus dilihat
"secara sinkron", sebagai jaringan hubungan antara bunyi dan makna, agar dapat
dipahami. Tidak bisa dilihat secara fragmentaris dan individual (Sobur, 2016: 44).

Seperti ditunjukkan oleh Saussure, tanda-tanda fonetik memiliki sekitar


dua kualitas tahap awal, khususnya langsung dan tidak konsisten (Budiman, 1999:
38). Tanda dalam metodologi Saussure adalah penampakan substansial dari
gambar suara dan sering dikaitkan dengan gambar suara sebagai penanda. Oleh
karena itu, unsur-unsur mentalistik adalah penanda dan petanda. Dengan kata lain,
suara, gambar, atau ide terungkap dalam tanda sebagai dua bagian yang tidak
terpisahkan. Tidak ada hubungan yang ditentukan sebelumnya atau kebetulan
antara penanda dan petanda. Hakim dalam perasaan penanda tidak memiliki
hubungan yang khas dengan yang dikonotasikan.

Penyelidikan semiotik berpusat pada tiga wilayah, yaitu (1) Tanda


sebenarnya. Wilayah ini mencakup penyelidikan terhadap berbagai macam tanda,
berbagai cara tanda menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut
berhubungan dengan individu yang menggunakannya. Tanda merupakan
perkembangan manusia dan harus dipahami dalam struktur
pemanfaatan/lingkungan individu yang meletakkan tanda: (2) Kode atau kerangka
di mana tanda-tanda dikoordinasikan. Studi ini mencakup bagaimana kode-kode
yang berbeda diciptakan untuk memenuhi kebutuhan budaya atau sosial, atau
untuk memanfaatkan saluran korespondensi yang dapat diakses untuk transmisi
kode-kode tersebut; juga (3) Cara hidup di tempat di mana kode dan tanda

23
bekerja. Oleh karena itu, hal ini bergantung pada penggunaan kode atau
penyelesaian dokumen untuk realitas dan strukturnya sendiri (Fiske, 2012).

Standar etimologis Saussure dapat ditingkatkan menjadi fokus pemahaman


sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah fakta sosial.


2. Sebagai kebenaran sosial, bahasa bersifat dorman, bahasa bukanlah
efek samping yang dipermukaan tetapi sebagai keputusan yang
menentukan efek samping yang dipermukaan, yang disebut sengai
langue. Langue dimunculkan sebagai parole, yaitu demonstrasi
berbicara atau berbicara secara mandiri.
3. Sistem atau struktur tanda adalah bahasa. Dengan demikian, bahasa
memiliki satuan-satuan yang didefinisikan, mulai dari fonem, morfem,
lingkungan, hingga bicara.
4. Komponen-komponen pada setiap tingkatan ini terjalin dengan tujuan
tertentu dalam pikiran yang dikenal sebagai hubungan paradigmatik
dan sintagmatis.
5. Relasi atau koneksi antar komponen dan levellah yang benar-benar
membuat sebuah bahasa. Hubungan menentukan nilai, kepentingan,
pemahaman setiap komponen dalam struktur bahasa secara
keseluruhan.
6. Untuk memperoleh informasi tentang bahasa, standar-standar yang
dirujuk di atas, bahasa dapat dipusatkan melalui metodologi simultan,
yaitu penyelidikan bahasa yang membatasi kekhasan bahasa pada satu
waktu tertentu, tanpa mengeksplorasi bahasa yang sesekali
dikembangkan (diakronis) .

Untuk situasi ini, ada lima perspektif dari Saussure yang kemudian
menjadi batu pijakan strukturalisme Levi-Strauss, yaitu perspektif tentang
penanda dan konotasi, bentuk dan isi, bahasa dan parole. /pengajaran), sintamatik
(sintaktis), diakronis (diakronis), asosiatif (paradigmatik), dan sinkron (sinkron).

24
a. Penanda dan konotasi

Tanda adalah sesuatu dalam struktur aktual (gambar suara apa pun) yang
harus terlihat dan didengar, yang biasanya menyinggung suatu objek atau bagian
dari realitas yang ingin disampaikan. Item tersebut dikenal sebagai "referensi".
Dalam menyampaikan, seseorang menggunakan tanda-tanda untuk
menyampaikan makna tentang suatu benda dan orang lain akan menguraikan
tanda-tanda tersebut. Syaratnya, komunikator dan komunikan harus memiliki
kesamaan bahasa atau informasi dalam kerangka tanda agar korespondensi
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Yang sangat signifikan dengan tujuan akhir untuk mendapatkan pegangan


pada hal sentral dalam hipotesis Saussure adalah aturan bahwa bahasa adalah
susunan tanda, dan setiap tanda terdiri dari dua bagian, yaitu penanda dan yang
dikonotasikan. Saussure menegaskan bahwa bahasa adalah bahasa isyarat. Bila
suatu bunyi atau bunyi mengungkapkan, menyatakan, atau menyampaikan
gagasan atau pengertian tertentu, maka dapat dikatakan sebagai bahasa atau
berfungsi sebagai bahasa. Ini berlaku untuk suara manusia, suara binatang, dan
sebagainya. Dengan demikian, suara-suara ini harus menjadi penting untuk
pengaturan pertunjukan, pengaturan pengaturan dan bagian dari pengaturan tanda.

Penanda dan ide atau petanda disatukan dalam sebuah tanda. Dengan kata
lain, penanda adalah aspek material dari bahasa karena merupakan coretan atau
bunyi yang bermakna. apa yang ditulis atau dibaca, serta apa yang dikatakan atau
didengar. Sebuah konotasi adalah gambaran psikologis, pikiran, atau ide. Jadi
yang dikonotasikan adalah bagian psikologis dari bahasa (Bartens, 2001: 180).

Saussure sangat tertarik dengan bahasa sebagai ahli bahasa. Dia lebih
khawatir tentang cara tanda yang berbeda dan bukan cara tanda (atau untuk situasi
ini kata-kata) dihubungkan dengan tanda yang berbeda dan bukan bagaimana
tanda dihubungkan dengan itemnya. Model fundamental yang dikembangkan oleh
Saussure mengarahkan perhatian pada tanda itu sendiri. Saussure mendefinisikan
tanda sebagai objek berwujud yang menyampaikan pesan; atau, untuk

25
menggunakan istilahnya, penanda dan tanda membuat tanda. Citra tanda adalah
penanda; seperti yang kita lihat, ditulis atau ditulis di udara; Gagasan mental yang
dirujuk oleh tanda adalah tanda. Anggota budaya yang sama yang berbicara
bahasa yang sama umumnya memiliki konsep mental yang sama (John Fiske,
2007: 65).

b. Bentuk dan Konten

Gleason ini disebut sebagai ekspresi dan konten dalam hal bentuk (form
and content), yang satu berupa suara dan yang lainnya berupa gagasan. Dengan
cara ini, bahasa berisi kerangka nilai, bukan kumpulan yang tidak dibuat-buat,
tetapi perbedaan yang masih mengudara.

c. Langue and Parole

Menurut Saussure, langue adalah totalitas sekumpulan fakta dalam satu


bahasa yang disimpulkan dari ingatan pengguna bahasa dan merupakan gudang
linguistik yang ada pada setiap individu. Langue adalah sistem tanda yang
berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara anggota komunitas bahasa.
Bahasa adalah fenomena sosial yang ada di otak dan melampaui abstraksi.
Dengan hadirnya langue, terbentuklah wacana daerah lokal, khususnya
masyarakat umum yang bertumpu pada standar sintaksis, jargon, dan delokusi.

Sebaliknya, parole mengacu pada penggunaan atau realisasi bahasa oleh


setiap anggota bahasa; bersifat konkrit karena pembebasan bersyarat hanyalah
realitas aktual yang bervariasi dari satu individu ke individu berikutnya. Parole
bersifat pribadi, dinamis, terkoordinasi, sosial dan terjadi pada waktu, tempat dan
lingkungan tertentu. Untuk situasi ini, objek tinjauan semantik adalah langue,
yang jelas dimunculkan melalui parole, karena parole adalah jenis bahasa
substansial yang dapat diperhatikan dan diperiksa.

d. Sinkronis dan dichroik

26
Linguistik sinkronis adalah subbidang linguistik yang mempelajari atau
mengkaji struktur suatu bahasa atau bahasa dalam kurun waktu tertentu.
Penelitiannya lebih berfokus pada struktur bahasa daripada perkembangannya.
Pemeriksaan sinkronis bersifat datar dan merata, karena kadang-kadang tidak ada
korelasi bahasa dan bersifat grafis karena penggambaran bahasa pada waktu
tertentu. Dengan memusatkan perhatian pada kajian struktur bahasa, linguistik
sinkronis mengkaji bahasa pada waktu tertentu. Menemukan bentuk atau struktur
bahasa pada waktu tertentu merupakan tujuan dari linguistik sinkronis.

Menganalisis sejarah atau (sejarah) evolusi bahasa dari waktu ke waktu


adalah fokus dari subbidang linguistik yang dikenal sebagai linguistik diakronis.
Pemeriksaan diakronis bersifat vertikal dan otentik dan menggabungkan gagasan
korelasi. Fonetik diakronis ini berkonsentrasi pada bahasa dalam jangka panjang,
menggarisbawahi penyelidikan bahasa dalam rangkaian pengalamannya. Selain
itu, cabang linguistik ini memiliki karakteristik evolusioner dan bidang studi yang
lebih luas, yang memungkinkannya menyelidiki hubungan yang ada di antara
komponen-komponen yang berurutan. Alasan fonetik diakronis ini adalah untuk
mengetahui hubungan timbal balik yang menggabungkan peningkatan bahasa
(sejarah bahasa) sesekali.

e. Sintagmatik dan Asosiatif

Saussure membentuk dua cara yang berbeda dalam mengkoordinasikan


tanda-tanda ke dalam kode-kode, yaitu: (1) Paradigmatis, yaitu kumpulan tanda-
tanda yang dipilih untuk digunakan. Misalnya, bermacam-macam bentuk rambu
lalu lintas - persegi, lingkaran, atau segitiga - merupakan struktur pandangan
dunia, dengan pandangan dunia tersebut kumpulan gambar dapat bekerja di
dalamnya. Oleh karena itu, kerangka penentuan tanda berlaku. Ini berarti bahwa
setiap kali kita berkomunikasi, kita perlu membaca pandangan dunia. Dalam
semiotika, paradigmatik digunakan untuk mencari hambatan (gambaran) yang
dilacak dalam teks (tanda) yang dapat membantu memberi arti penting. Secara
keseluruhan, bagaimana penolakan-penolakan yang tersimpan dalam teks

27
menyimpulkan pentingnya; (2) Sintagmatik, merupakan pesan yang digarap dari
suatu perpaduan.

Konsep hubungan antar unsur, yang dapat dikategorikan sebagai


sintagmatik atau asosiatif, merupakan konsep akhir dari semiologi Saussure.
Hubungan antara unsur-unsur dalam konsep linguistik yang tertata dan tertata
secara teratur disebut dengan sintagmatik. Sementara associativa memaknai
keterkaitan antar komponen dalam sebuah wacana yang tidak terdapat dalam
wacana lain yang bersangkutan, yang tampak dalam bahasa namun tidak tampak
dalam struktur kalimat.

Struktur bahasa kalimat yang kita gunakan sehari-hari, termasuk kalimat


bahasa Indonesia, menunjukkan hubungan sintagmatik dan paradigmatik tersebut.
Jika kalimat tersebut memiliki hubungan sintagmatis, maka dapat dilihat bahwa
setiap kata dalam kalimat tersebut memiliki arti dan hubungan yang sama.

Sebaliknya, hubungan paradigmatik menunjukkan kesatuan makna dan


hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, yang tidak dapat dilihat
dalam satu kalimat. Tentunya kita sering mendapatkan ilustrasi bahasa Indonesia
yang membahas komponen-komponen dalam kalimat sebagai subject, predicate,
item, dan verb modifier (SPOK); Menurut kajian semiologi, sebuah kalimat
dikatakan memiliki hubungan sintagmatis jika memiliki unsur SPOK yang
lengkap dan kesatuan makna dari gabungan unsur tersebut sehingga tidak dapat
diganti dengan unsur lain karena dapat mengubah makna. Sebaliknya, sebuah
kalimat dikatakan memiliki hubungan paradigmatik jika tidak memiliki susunan
SPOK yang lengkap dan tidak tepat karena unsur yang satu dapat diganti dengan
kata lain tanpa mengubah maknanya.

3. Komunikasi Verbal

a. Pengertian Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah proses transmisi pesan dengan menggunakan


bahasa dari pengirim pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan).

28
Kata-kata yang kita ucapkan merupakan isyarat verbal yang digunakan untuk
tujuan komunikasi. Komunikasi verbal sering dianggap sebagai bagian utama dari
komunikasi. Komunikasi verbal sebagian besar terjadi dalam situasi tatap muka
langsung. Namun, komunikasi verbal kini semakin luas dengan memanfaatkan
instrumen atau perangkat elektronik seperti telepon dan surat elektronik (email).
Faktor yang paling penting dalam komunikasi verbal adalah adanya simbol-
simbol verbal dalam pesan yang disampaikan seperti penggunaan bahasa lewat
susunan kata atau kalimat.

Ilmu komunikasi mencirikan komunikasi verbal sebagai cara paling umum


untuk menyampaikan data secara lisan dan dicatat sebagai hard copy. Terkait
dengan hal tersebut, Drs. Menurut PC Bambang Herimanto, MM, baik secara
lisan maupun tulisan, komunikasi lisan biasa digunakan untuk menyampaikan
pesan bisnis kepada pihak lain. Komunikasi verbal mengacu pada penggunaan
kata-kata dalam komunikasi yang diungkapkan dan disusun. Dalam hubungan
manusia, komunikasi verbal paling sering digunakan untuk menyampaikan
perasaan, perasaan, kontemplasi, pemikiran, realitas, informasi dan data dan untuk
memahami, memperdagangkan, dan berperang tentang hal-hal ini. Akibatnya,
komunikasi verbal dapat didefinisikan sebagai pertukaran ide dan informasi antara
dua orang. Dalam kehidupan sehari-hari korespondensi verbal dapat mengambil
struktur berikut:

 Berbicara dengan seseorang atau sekelompok individu.


 Saat mendengarkan radio.
 Menulis surat pengantar, perjanjian jual beli, brosur, dan
membaca buku, majalah, dan novel.
 Bahan tertulis lainnya hanyalah beberapa contoh bagaimana
komunikasi verbal digunakan di kehidupan sehari-hari.

b. Unsur-Unsur Dalam Komunikasi Verbal

29
Kata-kata dan bahasa dapat menjadi komponen penting dalam
komunikasi verbal:

a. Kata
Satuan bahasa yang paling rendah adalah kata. Sebuah kata adalah
simbol untuk sesuatu, apakah itu barang, peristiwa, keadaan, atau
seseorang. Pikiran orang tidak mengandung arti kata-kata.
Hubungan antara kata dan benda bersifat tidak langsung. Pidato
dan pemikiran orang saling terkait secara langsung. Pertukaran
verbal adalah jenis komunikasi yang dimediasi (semacam
komunikasi yang dimediasi). Kami sering mencoba menyimpulkan
arti dari pilihan kata dengan menarik kesimpulan. Korespondensi
verbal memiliki tujuan dan harus "dibagikan" di antara individu
yang terlibat erat mengingat fakta bahwa kata-kata yang kita
gunakan adalah refleksi dengan implikasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
b. Bahasa
Bahasa adalah kumpulan gambar yang memungkinkan
korespondensi antar individu. Komunikasi verbal menggunakan
simbol-simbol dalam bahasa lisan, tertulis, dan ditransmisikan
secara elektronik. Untuk membuat korespondensi yang produktif,
bahasa melayani tiga usaha yang saling terkait. Kemampuan ini
membantu individu dengan lebih mendalam mempelajari
lingkungan umum mereka dengan mendorong koneksi relasional
positif dan koneksi framing dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga
penjelasan yang berbeda mengapa orang dapat memiliki
kemampuan bahasa yang berbeda, termasuk yang berikut:
a. A. B.F. Skinner, seorang psikolog behavioris,
mengembangkan Teori Pengkondisian Operan pada tahun
1957.

30
b. Komponen rangsangan (stimulus) dan tanggapan
(respons), terkadang dikenal sebagai S-R, sangat
ditekankan dalam teori ini. Menurut teori ini, ketika suatu
organisme dirangsang oleh faktor eksternal, orang sering
bereaksi. Anak-anak belajar bahasa karena mereka meniru
apa yang dikatakan orang lain atau karena orang tua
mereka mengajari mereka.
c. Menurut Cognitive Theory Noam Chomsky, yang
didirikan, berbicara adalah properti biologis yang dimiliki
manusia sejak lahir.
d. Mediating Theory Charles Osgood, juga disebut sebagai
teori mediator. Menurut hipotesis ini, orang tidak hanya
menanggapi isyarat eksternal saat belajar bahasa; tetapi
juga oleh aktivitas internal yang terjadi di dalamnya.

Selain itu, bahasa memiliki sifat-sifat berikut:

a. Pengalihan (pengembangan). Properti bahasa yang dikenal


sebagai distraksi adalah kemampuan untuk berbicara
tentang hal-hal yang jauh dari kita baik dalam ruang dan
waktu, masa lalu atau masa depan, atau hal-hal yang
belum pernah kita lihat, seperti kuda terbang atau makhluk
luar angkasa.
b. Pelenyapan. Suara mungkin dengan cepat memudar atau
menghilang saat kita berbicara. Suara yang tidak langsung
dihitung tidak akan dihitung sama sekali.
c. Kebebasan makna. Apa pun dapat ditunjukkan oleh isyarat
linguistik. Kata-kata memiliki makna atau makna yang
digambarkannya karena kita bebas memilih arti atau
maknanya.
d. Transmisi budaya. Transfer budaya berdampak pada
bahasa.

31
c. Jenis-Jenis Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal hadir dalam berbagai bentuk, antara lain:

1. Berbicara dan mengarang


Mengarang adalah korespondensi verbal yang tidak vokal,
sedangkan berbicara adalah korespondensi verbal yang vokal.
Presentasi di sebuah pertemuan adalah contoh komunikasi verbal
vokal.

2. Baca dengan teliti dan dengarkan


Penyetelan dan pendengaran adalah dua siklus unik. Sementara
mendengarkan mencakup memperhatikan pentingnya apa yang
didengar, mendengar hanya mencakup mendapatkan gelombang
suara. Mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat
adalah bagian dari mendengarkan. Membaca dengan teliti adalah
salah satu metode untuk memperoleh informasi dari materi yang
disusun.

d. Ciri-ciri Komunikasi

Verbal Ciri-ciri komunikasi verbal berikut ada:

1. Sederhana dan Langsung Singkat, to the point, dan langsung.


Menggunakan lebih sedikit kata mengurangi kekacauan. Ketika
diucapkan perlahan dan jelas, kata-kata lebih mudah dipahami.
2. Kosakata
Menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dipahami seseorang
akan meningkatkan komunikasi. Jika pengirim pesan tidak dapat
menafsirkan ucapan dan kata-kata, komunikasi tidak akan tercapai.
3. Makna yang bersifat konotatif dan denotatif.

32
Sementara makna denotatif memberikan makna yang sama pada
kata yang digunakan, makna konotatif mengacu pada pikiran,
emosi, atau gagasan yang terkandung dalam sebuah kata.
4. Intonasi
Seorang komunikator dapat mempengaruhi makna pesan dengan
menggunakan infleksi suara yang dikirim. Nada suara di sini sangat
dipengaruhi oleh emosi.
5. Irama bicara
Kecepatan dan tempo bicara yang sesuai juga berdampak pada
keberhasilan komunikasi. Ketika suatu topik dengan cepat berubah
dalam percakapan, itu dapat memberi kesan bahwa Anda
menyembunyikan sesuatu.
6. Humor
Menggunakan humor dapat membantu Anda mendukung seseorang
secara emosional dengan lebih efektif. Tertawa mengurangi stres
penonton, yang meningkatkan kemungkinan mendapatkan
dukungan.
4. Bahasa Gaul

Pesatnya pertumbuhan dan penggunaan bahasa gaul menunjukkan bahwa


anak muda, khususnya remaja, semakin terbiasa dengan teknologi digital. Nadia
(2019:) menjelaskan bahwa suatu bahasa harus mampu beradaptasi dengan
masyarakat agar dapat bertahan. 2) menegaskan bahwa perkembangan bahasa
gaul juga menunjukkan konteks sejarah. Penggunaan basa-basi bertahan dari satu
zaman ke zaman lain meskipun itu bukan bahasa yang tepat. Slang sekarang
dikenal sebagai prokem, tetapi sebelumnya dikenal sebagai slang.

Meskipun pada saat itu tidak dikenal sebagai bahasa gaul, bahasa gaul
telah ada sejak tahun 1970-an. Seperti yang dikatakan, Nadia pertama kali
dimanfaatkan oleh para hooligan yang hidupnya terkikis oleh perbuatan salah,
kebiadaban, candu dan minuman keras (2019:9). Mereka muncul dengan istilah-
istilah baru sehingga non-anggota komunitas atau masyarakat umum tidak dapat

33
memahami apa yang mereka katakan. Mereka mencari kata baru, kata yang mirip
satu sama lain, angka, substitusi fonem, huruf pertama, sisipan, dan sufiks.

Daerah transeksual yang ada sekitar saat itu juga mulai menangkap basa-
basi selain para hooligan. Tandan waria umumnya menunjukkan sifat sosial yang
menarik atau bahkan berbenturan dengan jaringan yang berbeda. Salah satu
caranya adalah membangun budaya pemeriksaan yang normal bagi daerah lokal
waria untuk mengurangi sebagian besar, jika tidak semua, hubungan dengan
budaya teritorial. Jargon yang digunakan dalam budaya transeksual yang luar
biasa ini kemudian dijadikan oleh waria lokal untuk berkomunikasi satu sama
lain. Bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dikenal sebagai bahasa
gaul. Gaul sangat dihormati bahkan di kalangan waria. Jika seorang waria
memiliki karakteristik yang menarik dan banyak afiliasi, mereka akan dianggap
sebagai basa-basi. Jika seorang transgender diberi julukan "bocah gaul", mereka
pasti akan puas.

Slang, menurut Chaer dan Agustina (2004:67), adalah varian sosial yang
khas dan privat. Varian ini mungkin tidak diketahui oleh orang di luar kelompok
karena hanya digunakan di kalangan kecil saja. Slang bersifat pribadi dan
sementara selain unik. Selanjutnya, jargon yang terlibat terus berubah untuk
mencerminkan perbaikan dalam bahasa dan pergantian peristiwa sosial.

Akibat keadaan tersebut, ungkapan ini lambat laun memasuki percakapan


sehari-hari di masyarakat. Selain itu, anak kecil sering menggunakan bahasa lain.
Situasi juga diperparah dengan munculnya bahasa gaul yang memadukan bahasa
Indonesia, bahasa internasional, dan bahasa daerah. Hal ini berujung pada
kesimpulan bahwa basa-basi adalah bahasa utama yang digunakan dalam
korespondensi, terutama di kalangan anak muda.

a. Pengertian Bahasa Gaul

Ungkapan bahasa Indonesia nonformal adalah jenis bincang-bincang yang


dilakukan oleh individu tertentu di daerah tertentu, sesuai dengan referensi Kata
Besar Bahasa Indonesia (2008: 116). Ungkapan "variasi basa-basi" digunakan saat

34
bahasa santai digunakan sebagai pengganti frasa formal atau standar, seperti yang
sering terjadi dalam wacana wacana remaja. Istilah gaul digunakan untuk
berbicara tentang persahabatan atau aliansi.

Wilimedia Ensiklopedi Indonesia (2006) Bahasa gaul adalah bentuk


bahasa Indonesia tidak baku yang telah digunakan di Jakarta sejak tahun 1980-an
untuk menggantikan bentuk sebelumnya. Hal ini sering dikaitkan dengan remaja
karena remaja ingin menunjukkan I identitas diri remaja yang salah satunya
diekspresikan melalui bahasa gaul (Hilaliyah, 2010: 21).

Perbedaan antara bahasa gaul, prokem, dan slang adalah bahwa slang lebih
dipahami secara universal. Prokem adalah bahasa daerah, seperti yang dituturkan
oleh masyarakat Betawi di Jakarta, sedangkan Slank berbasis masyarakat
sehingga hanya diketahui oleh masyarakat lain atau dirahasiakan. Sedangkan
prokem adalah bahasa daerah, seperti dialek Betawi yang dituturkan di Jakarta.

Bahasa gaul digunakan untuk mengekspresikan diri; dalam hal ini, itu
adalah bahasa pertama yang digunakan. Bandit, pencopet, dan preman adalah
kelompok pertama yang menggunakan bahasa itu. Karena banyak penutur di luar
kelompok yang sudah mengenal bahasa gaul ini, kosakata dalam bahasa gaul itu
unik dan berubah dengan cepat hampir setiap hari. Dalam dunia kejahatan
(pencuri, pencopet), istilah seperti jadi apa, dia ke lo halo, dan Anda tahu telah
dipekerjakan. Contoh lain termasuk barang untuk menandakan "mangsa",
kacamata berarti "polisi", daun berarti "uang", dan gemuk berarti "mangsa besar."

b. Bentuk Bahasa Gaul

Budiman, A. 2006 (dalam Sutami, H. dan Malagina), kosakata merupakan


komponen yang paling penting dalam bahasa gaul. Mayoritas kata slang tercipta
melalui singkatan dan serapan (pinjaman). Di sini, istilah "singkatan" mengacu
pada pemendekan dan akronim. Peminjaman terdiri dari istilah dan frasa dari
dialek sosial dan regional tidak resmi serta dari bahasa lain, khususnya bahasa
Inggris.

35
1. Singkatan, Singkatan adalah hasil dari proses penyingkatan, klaim
Kridalaksana (2008: 222). Ketika sesuatu disingkat, hasilnya berupa
huruf atau kombinasi huruf, baik ditulis huruf demi huruf atau tidak.
Seperti jbjb, rl, rp, ff, dan tl.
2. Pemenggalan, Pemenggalan adalah metode eksekusi yang
mempersingkat leksem. Teknik analisis pembentukan kata meliputi
pengidentifikasian kata yang sedang diringkas dengan mempertahankan
bagian depan atau belakang kata (Kridalaksana, 2008: 178). Jan (jangan),
nget (sungguh-sungguh), leh (boleh), no (tidak/tidak), tar (nanti/nanti),
jing (anjing), dan sa (bisa) adalah beberapa contohnya.
3. Kontraksi, sebagaimana didefinisikan oleh Kridalaksana (2008: 135),
adalah proses pemendekan yang memadatkan leksem-leksem dasar atau
gabungan leksem, seperti balet, rudal, dan swasembada. Palbis, bantuan
sosial, cogan, dan cecan adalah beberapa contoh slang.
4. Menurut Kridalaksana (2008:5), akronim adalah kumpulan huruf, suku
kata, atau komponen lain yang ditulis dan diucapkan sebagai kata yang
sesuai dengan kaidah fonotaktik bahasa yang bersangkutan. Informasi
diambil dari tangkapan layar akun Twitter yang dibuat oleh penggemar
K-pop menggunakan akronim di kedua kosa kata tersebut. seperti PAP
dan LOL.

c. Contoh Bahasa Gaul

Tabel. 1

Perbandingan Bahasa Gaul dan Bahasa EYD

NO Kata Arti Makna

1. Santuy Santai Biasanya diterapkan selama


keadaan darurat

36
2. Mantul Mantap Betul Digunakan untuk memuji sesuatu

3. Bucin Budak Cinta Julukan untuk pasangan yang patuh

4. Komok Muka Digunakan untuk orang-orang


terkenal

5. Rempong Ribet Sering digunakan untuk


menggambarkan wanita yang
terlalu kompleks.

6. Mager Malas Gerak Itu dipersingkat karena sangat


malas.

7. Manjiw Mantap Jiwa Sahabatnya bermanfaat.

8. Kuy Yuk Kata ajakan yang hanya dibalik


hurufnya

9. YXGX Ya kali Ga Mengatakan ya saat diminta


Kuy bergabung dengan teman untuk
bermain game.

10. Monmaap Mohon Maaf Bicaralah kepada mereka yang


cuek.

11. Ntaps Mantap Umumnya digunakan untuk hal


keren

12. Kids Jaman Now Anak Zaman Pemuda hari ini. Mashup linguistik
Sekarang ini populer.

13. Sabi Bisa Bahkan kata-kata diucapkan


mundur. sering untuk respon yang
dapat diterima

37
14. Bosque Bos ku Arahan kebapakan atau panggilan
lisan dari teman. Bersiaplah,
Bossque!

15. Leh Uga Boleh Juga Mungkin juga. Frasa yang


menginspirasi

16. Unch Gemes/Lucu Indah / Lucu. Ketika Anda


menemukan orang atau benda lucu

17. Receh Mudah Kata-kata yang digunakan untuk


Tertawa menggambarkan mereka yang
mudah tertawa meskipun tidak
tampak lucu

18. Anjir/Anjay/ Ungkapkan Kata-kata untuk menggambarkan


Anjrit untuk hal yang hal-hal yang fantastis. Ini juga
menakjubkan dapat berfungsi sebagai kata bantu
yang berbeda.

19. Gils Dila Saat merujuk ke teman dekat.

20. Goks Gokil Diduga menghargai sesuatu

21. Garing Nggak lucu Ini digunakan ketika upaya lucu


gagal menghibur. Garing lo!

22. Curcol Curhat Tanpa diminta, ia bisa


colongan mengekspresikan dirinya

23. FYI For Your Biasanya digunakan saat


Information menyajikan informasi

24. Gaje Gak Jelas Jika teman mendapat kesan yang


salah, ucapkan. Cukup Gaje!

38
25. Cans Cantik Tentu untuk wanita ya

26. Gans Ganteng Teman-teman, ini untukmu.

27. LOL Laugh of Loud Agar tertawa benar-benar tertawa

28. Ngab Bang seorang yana biasa merujuk pada


seorang kenalan pria

29. OTW On The Way Penggunaan kata biasa diperjalanan

30. Yauds Yaudah Bagaimana menafsirkan jawaban


ya

Kedudukan bahasa Indonesia semakin melemah dengan penggunaan


bahasa gaul oleh masyarakat. Frasa ini sering digunakan dalam SMS, obrolan,
keterangan, media sosial, dan konteks lainnya menggunakan ekspresi seperti
hoax, lol, atau lebay. Bahasa gaul sering dibuat oleh orang multibahasa. Pada
akhirnya, di sinilah bagian-bagian digabungkan, yang mungkin menjadi salah satu
alasan mengapa nama-nama baru yang konon lebih keren telah muncul.

Ketika bahasa gaul adalah penunjukan awal, itu digunakan untuk


memodifikasi terminologi. Bahasa gaul ini awalnya dibuat sebagai bahasa rahasia
atau terenkripsi yang hanya digunakan dalam lingkaran sosial tertentu.
Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih umum seiring berjalannya waktu. Anak
muda sekarang sering menggunakan bahasa gaul, tetapi beberapa orang tua juga
masih melakukannya. Sosial Tempat berbahasa Indonesia semakin rentan dengan
pemanfaatan bahasa lisan oleh daerah setempat. Dalam SMS, obrolan, deskripsi,
media sosial, dan konteks lainnya, frasa ini sering digunakan dengan ungkapan
seperti "hoax", "tertawa" atau "berlebihan". Shoptalk dalam banyak kasus dibuat
oleh individu multibahasa. Pada akhirnya, di sinilah semua bagian cocok satu
sama lain, yang mungkin menjadi salah satu alasan mengapa nama-nama baru
yang dianggap hipper mulai digunakan.

39
d. Faktor-faktor Maraknya Bahasa Gaul

Karena beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan


sekita, bahasa gaul di kalangan remaja berkembang dengan pesat. Lebih lagi:

1. Pertumbuhan situs internet dan jejaring sosial yang berpengaruh


besar terhadap perkembangan bahasa gaul merupakan indikasi
keberadaan bahasa gaul. Para peminat situs jejaring sosial yang
mayoritas remaja ini bertindak sebagai calo dalam penyebaran
bahasa gaul. Ketika seorang remaja menggunakan bahasa ini dalam
tulisan di situs jejaring sosial, ribuan remaja lainnya akan melihatnya
dan mungkin akan menirunya. Facebook, Twitter, dan Friendster
adalah beberapa contohnya.
2. Akibat faktor lingkungan. Remaja biasanya menerima pembicaraan
dari teman atau anggota keluarga yang sudah dewasa di lingkungan
terdekat mereka.
3. Peran Media
 Acara TV adalah salah satu media elektronik yang
menggunakan istilah basa-basi dalam film, terutama dalam
kreasi remaja dan bisnis. Ini menunjukkan bahwa perbincangan
berkembang terutama karena orang-orang saling berdekatan
bukan karena kontak langsung.
 Media cetak, seperti bahasa di majalah, surat kabar atau surat
kabar adalah contoh "diberi makan" oleh media. Selain itu,
bahasa gaul sering digunakan saat menulis sastra dewasa muda
seperti cerita pendek atau novel.
4. Kegembiraan mengapa siswa lebih suka basa-basi ke bahasa
Indonesia. Bahasa gaul lebih disukai oleh siswa daripada bahasa
Indonesia.
 Percakapan bisa lebih alami, namun hanya untuk mereka yang
seumuran.

40
e. Dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul

Semuanya harus memiliki konsekuensi positif dan negatif. Begitu


pula dengan basa-basi yang juga merugikan kliennya dan orang lain.

 Efek positif
Efek positif dari memanfaatkan basa-basi adalah remaja
menjadi lebih inventif. Tidak masalah apakah bahasa gaul ini
menjengkelkan atau tidak; kita harus menikmati setiap kata
atau frasa baru yang muncul. Jika dimanfaatkan dalam situasi
yang tepat, media yang tepat, dan korespondensi yang tepat
pula.
 Dampak Negatif
Pengguna mungkin mengalami kesulitan berbicara bahasa
Indonesia dengan benar akibat dampak negatif penggunaan
bahasa gaul. Kita harus selalu menggunakan bahasa yang
pantas baik di sekolah maupun di tempat kerja. Jika pekerjaan
rumah, ujian, atau tugas sekolah diselesaikan dalam bahasa
gaul, itu tidak mungkin. Karena, basa-basi tidak masuk ke
permintaan bahasa ilmiah. Demikian pula di tempat kerja,
laporan yang kami buat tidak diizinkan untuk memanfaatkan
basa-basi. Oleh karena itu, bahasa gaul tidak boleh digunakan
untuk komunikasi saat kita berada dalam suasana formal.

B. Kajian Terdahulu

1. Kajian terdahulu yang membahas tentang pemanfaatan jargon ruko


adalah eksplorasi Noni yang berjudul “Jargon Ruko Pemuda di Pusat
Perbelanjaan Metro Square Kota Pematangsiantar (Review
Sosiolinguistik)”. Noni sebagian besar berbicara tentang contoh
pengembangan, klasifikasi, dan wacana jargon ruko yang digeluti oleh
anak muda di kota Pematangsiantar, sedangkan eksplorasi ini melihat

41
jargon ruko dalam perluasan yang lebih gamblang, tepatnya hanya
pada jargon ruko, sebuah lakon. pada kata penting 'anjing'. Penelitian
lain oleh Sembiring dan Fasya berjudul "Anjing Alay dalam Lagu
Anjay" membahas penggunaan kosakata bahasa gaul Makiankah?.
Bentuk bahasa, makna, dan fungsi kata “anjay” dibahas dalam
penelitian ini. Selain itu, jenis kosakata yang dihasilkan dari pelesetan
kata "anjing" di mana kata "anjay" adalah salah satu permainan kata
yang dibahas secara khusus. dari asal kata anjing.

2. Dapat diterima bahwa hampir semua masyarakat daerah menggunakan


shoptalk untuk menyampaikan pesannya mengingat penelusuran masa
lalu dari Dwi Pramono (2014) yang menulis penelitian dengan judul
“Pemanfaatan Jargon Shoptalk Dalam Kelompok Masyarakat Tarian
Remaja Saat Ini Kota Bengkulu”. Sementara itu, berdasarkan
penelitian Nina Nurhasanah (2014) yang lalu, “Dampak Shoptalk pada
Bahasa Indonesia” yang mengamati bahwa karena shoptalk digunakan
secara sembarangan dan tidak sulit untuk disesuaikan, hal ini secara
mendasar mempengaruhi cara anak mengembangkan bahasanya.
Shoptalk dikatakan memainkan peran penting dalam kemajuan bahasa
yang digunakan oleh kaum muda.

3. Reza Alreadi melakukan penelitian berjudul "Penggunaan Bahasa


Alay pada Facebook” pada tahun 2020. Kajian terkait pertama adalah
"Penggunaan Bahasa Alay di Facebook" oleh Reza Alrealdi.
Pendekatan penelitian deskriptif kualitatif digunakan oleh peneliti.
strategi pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan bagaimana
mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
menggunakan bahasa alay. Sebagai hasil dari penelitian ini, peneliti
menemukan beberapa bahasa Alay dalam pembicaraan santai dengan
siswa.

42
4. Tahun 2021, Hasrullah merilis penelitian bertajuk "Penggunaan
Bahasa Slang di Media Sosial". Tahun 2021, oleh Hasrullah. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana Instagram dan
platform media sosial lainnya menggunakan bahasa gaul. Pendekatan
deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Berkonsentrasilah
pada informasi yang berasal dari penggambaran dan komentar.
Sebagai akibat langsung dari temuan penelitian, peneliti menemukan
penggunaan bahasa gaul di media sosial Instagram berupa istilah,
singkatan, dan kombinasi bahasa lainnya. Karena luasnya penggunaan
basa-basi dalam korespondensi hiburan virtual dan banyaknya
pelanggan yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, analis tertarik pada topik ini. Para ilmuwan khawatir keadaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengikat manusia bisa bergeser dan
musnah.
5. “Bentuk Bahasa Gaul pada Status Komen di Sosial Media Twitter
Periode 2018/2019”. menjadi judul kajian Nurihan Nadia tahun 2019.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi contoh slang
yang digunakan oleh K-Pop dalam komentar di media sosial Twitter
dan untuk mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi penggunaan
bahasa gaul dalam komentar tersebut. Metodologi penelitian kualitatif
deskriptif digunakan. penggunaan alat, analisis konten, dan
dokumentasi untuk mengumpulkan data. Sampel bahasa gaul dan
informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana
bahasa ini digunakan dalam komentar media Twitter disertakan dalam
temuan penelitian ini.

C. Kerangka Berpikir

Sarana komunikasi utama, bahasa bersifat dinamis karena pengaruh


lingkungan sosialnya. Ada dua jenis bahasa dalam masyarakat: bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Surat kabar, majalah, karya sastra, dan karya tulis lainnya sering

43
menggunakan kata-kata tertulis. Menuliskan bahasa percakapan seseorang sebagai
cara untuk mengomunikasikan sikap bahasa tulisannya merupakan salah satu jenis
komunikasi. Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berikut dapat digunakan untuk
menggambarkan Pemaknaan Bahasa Gaul Dalam Aktivitas Komunikasi Verbal
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara (Analisis Semiotika).

Gambar. 1 Segitiga Makna Pierce

Sign

Interpretant object

BAB III

METODOLOGI

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan pemeriksaan subjektif. Menurut


Sugiyono (2017, p. 19) eksplorasi subyektif adalah strategi pemeriksaan yang
digunakan untuk melihat keadaan benda-benda normal, dan ilmuwan itu sendiri
sebagai instrumen kunci, prosedur pengumpulan informasi yang digunakan
dengan triangulasi, informasi yang didapat pada umumnya bersifat subyektif.
informasi, penyelidikan informasi bersifat induktif atau subyektif, dan
konsekuensi dari pemeriksaan subyektif adalah untuk memahami signifikansi,
menemukan keunikan, mengembangkan kekhasan, dan melacak spekulasi.

Sementara itu, menurut Ibrahim (2018, p. 52) mengatakan bahwa


metodologi subyektif adalah strategi kerja penelitian yang menyoroti bagian dari
perluasan informasi untuk mengarahkan sifat eksplorasi. Dimulai dengan

44
pengumpulan data dan diakhiri dengan interpretasi dan pelaporan temuan
penelitian, pendekatan kualitatif menggunakan kata atau kalimat deskriptif. Hal
ini sesuai dengan pendapat Yusuf (2017, hlm. 330-331), yang menyatakan bahwa
tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan makna, pemahaman, konsep,
ciri, gejala, simbol, atau gambaran tentang peristiwa alam yang dapat
diungkapkan secara verbal.

Berdasarkan beberapa sudut pandang tersebut, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu metode penelitian yang
menggunakan tahapan-tahapan menurut kaidah atau langkah-langkah yang
diperlukan untuk pengumpulan data dan berlangsung dalam kondisi alamiah pada
suatu peristiwa atau peristiwa. lokasi.

B. Metode Penelitian

Analisis semiotik dan penelitian kualitatif deskriptif digunakan dalam


penelitian ini. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi
di UIN Sumatera Utara. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial menjadi
subyek penelitian ini. Penelitian dengan urutan yang jelas bermaksud untuk
menggambarkan secara terus-menerus suatu kekhasan yang menjadi objek
eksplorasi yang ditunjukkan dengan kondisi barang tersebut untuk segala maksud
dan tujuan.

Dalam eksplorasi ekspresif, spesialis tidak mengontrol informasi


(Zellatifanny dan Mudjiyanto, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa peneliti hanya
berfokus pada mendeskripsikan pokok bahasan penelitian tanpa memberikan
perlakuan apapun. Sebagai eksplorasi subyektif, subjek penting dari pemeriksaan
ini adalah ilmuwan itu sendiri. Selain itu, para ilmuwan mencoba memahami
peristiwa atau fakta yang terkait dengan penggunaan kata, pernyataan, dan kalimat
dalam percakapan sehari-hari. Jenis investigasi ini disebut sebagai penelitian
lapangan. Tujuan dari penelitian deskriptif tentang “Makna Slang dalam Kegiatan

45
Komunikasi Verbal Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara” (Analisis
Semiotika) ini adalah untuk memberikan gambaran faktual dan metodis dari
fenomena yang diteliti.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada bagaimana pemaknaan bahasa gaul dalam


aktivitas komunikasi verbal mahasiswa ilmu komunikasi uin sumatera utara
(analisis semiotika).

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu yang dihabiskan untuk penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk diselesaikan.


Dalam hal ini meliputi pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian
temuan dalam bentuk tesis.

2. Tempat Penelitian

Kajian ini akan dilaksanakan di kampus UIN Tuntungan Fakultas Ilmu


Sosial pada mahasiswa Ilmu Komunikasi dan dosen tenaga pendidik.

E. Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Sumber informasi utama untuk menjawab permasalahan dan memenuhi


kebutuhan tujuan penelitian adalah data primer. Data primer dapat berupa

46
data lisan atau tulisan, pernyataan lisan atau tulisan yang dibuat oleh
individu yang dapat dipercaya, seperti informan atau subjek penelitian,
atau dapat berupa data yang dikumpulkan langsung dari responden
(Arikunto, 2010:22).

2. Data Sekunder

Data sekunder berfungsi sebagai pelengkap data primer dan digunakan


untuk melanjutkan pembahasan studi. Semacam data yang dikenal
sebagai data sekunder adalah salah satu yang tidak dikumpulkan oleh
peneliti langsung dari sumber yang bersangkutan. Kajian literatur dan
dokumentasi yang diambil dari buku, arsip, data statistik, jurnal, dan
sumber lain merupakan data sekunder.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan informasi merupakan langkah utama dalam


penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk mendapatkan
informasi. Dalam penelitian kualitatif, data dapat dikumpulkan dalam setting
alamiah (kondisi alam), dengan menggunakan sumber data primer atau sekunder,
atau dengan berbagai cara lain, menurut Sugiyono (2017, hlm. 101). Selain itu
observasi, wawancara dan dokumentasi merupakan bagian dari semua metode
pengumpulan data.

Berikut adalah metode yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian:

1. Pengamatan partisipan mengacu pada kemampuan seseorang untuk


menggunakan pengamatannya melalui penggunaan mata, telinga, dan
panca indera lainnya. Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung

47
dengan kegiatan sehari-hari subjek dan merekam serta mencatat semua
kegiatan sumber data.

Sugiyono (2017) mengklaim bahwa jika observasi partisipan digunakan,


data yang dihasilkan akan lebih komprehensif, jelas, dan relevan dengan
sejauh mana setiap perilaku bermakna. Persepsi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah memanfaatkan persepsi anggota yang tidak
terstruktur, dimana persepsi yang tidak terstruktur ini sudah siap atau
selesai belum efisien terkait dengan apa yang diperhatikan (Sugiyono,
2013: 146). Dengan demikian, analis tidak tahu persis hal yang pasti akan
diperhatikan. Saat menyebutkan fakta objektif, analis tidak menggunakan
instrumen nonstandar, melainkan sebagai tanda persepsi.

2. Wawancara (wawancara)

Wawancara adalah metode pengumpulan informasi yang meliputi diskusi


yang tujuannya untuk mencari data, baik dari narasumber maupun saksi.
Seperti yang ditunjukkan oleh Anggoro (2009, p. 17) wawancara semi-
terorganisir terdiri dari serangkaian inkuiri dan dikembangkan dengan
menggunakan inkuiri setengah terbuka. Peneliti akan memiliki fleksibilitas
yang lebih besar selama wawancara semi-terstruktur ini dan mendapatkan
informasi yang lebih mendalam.

Sebaliknya, meskipun Stainback (dalam Sugiyono, 2017, hlm. 114)


menyatakan bahwa wawancara adalah pertemuan antara dua orang dengan
tujuan bertukar informasi dan gagasan melalui tanya jawab, pengertian ini
tidak berlaku untuk kegiatan observasi, yang memungkinkan peneliti
untuk mempelajari lebih mendalam tentang partisipan untuk
menginterpretasikan situasi dan fenomena. Peneliti bermaksud untuk
menyelidiki proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan melalui pengumpulan data melalui wawancara.
Meskipun demikian, para ahli membuat pengaturan sebelum pertemuan

48
dengan menyiapkan aturan pertemuan yang berisi pertanyaan-pertanyaan
penting yang akan diajukan kepada narasumber, namun selama siklus
pertanyaan yang diajukan dapat berkembang sesuai dengan kondisi dan
kondisi yang terjadi.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2017, hlm. 124) menyatakan bahwa laporan adalah catatan


kejadian sebelumnya. Rekaman dapat berupa gambar, komposisi atau
karya fantastis dari seseorang. Sementara itu, menurut Mc. Menurut
Millan dan Schumacher (dalam Ibrahim, 2018, hlm. 94), dokumen dapat
berupa catatan anekdot, buku harian, surat, atau catatan tercetak dari
peristiwa masa lalu.

G. Analisis Data

Analisis data melibatkan penempatan dan penggabungan informasi secara


metodis dari catatan lapangan, wawancara, dan sumber lain sehingga dapat
dengan mudah dipahami dan dibagikan dengan orang lain. Dengan mengatur
informasi, menggambarkannya sejauh unit diskrit, memadukannya,
mengumpulkannya menjadi desain, memilih klasifikasi mana yang penting dan
mana yang akan diselidiki, dan membuat kesimpulan yang jelas untuk satu dan
lainnya. Pemikiran logis, yang digunakan dalam pemeriksaan informasi,
mencakup penutupan dengan berpikir dari proklamasi umum atau hipotesis ke
penjelasan eksplisit. Penulis menyimpulkan informasi spesifik dari pernyataan
umum menggunakan metode ini.

H. Keabsahan Data Penelitian

Sebagaimana Sugiyono (2013:267) legitimasi informasi adalah tingkat


ketepatan antara informasi yang terjadi pada subjek penelitian dan informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan oleh para ahli, secara lebih detail memaknai
legitimasi eksplorasi. informasi harus dimungkinkan dengan cara berikut:

49
1. Perpanjang Pengamatan Memperluas pengamatan dapat meningkatkan
kepercayaan data. Peneliti kembali ke lapangan dan melakukan
observasi dengan menggunakan sumber data yang sebelumnya ditemui
dan yang baru ditemukan saat observasi diperpanjang.

2. Triangulasi adalah proses pengecekan data dari berbagai sumber


dengan berbagai cara dan waktu yang bervariasi. Mari kita membahas
triangulasi secara lebih rinci:

 Tujuan dari triangulasi sumber adalah untuk menguji data yang


telah dikumpulkan dari berbagai sumber atau informan untuk
menentukan apakah dapat dipercaya atau tidak.

 Triangulasi waktu, informasi yang dikumpulkan melalui strategi


wawancara pada awal hari ketika saksi masih baru, dengan
demikian akan memberikan informasi yang lebih sahih sehingga
lebih dipercaya.

 Triangulasi teknis adalah proses pengecekan data terhadap


sumber yang sama dengan menggunakan metode yang berbeda
untuk menentukan apakah data tersebut dapat dipercaya atau
tidak.

3. Pemeriksaan bagian

Part check merupakan cara yang paling umum dilakukan untuk


mengecek informasi yang diperoleh spesialis kepada penyedia
informasi, untuk mengetahui sejauh mana informasi yang didapat
sesuai dengan yang diberikan oleh penyedia informasi.

4. Penentuan yang Diperluas

50
Tingkatkan determinasi dengan menyebutkan fakta-fakta yang dapat
diamati dengan lebih berhati-hati dan konsisten. Kepastian data dan
urutan kejadian dapat direkam secara tepat dan metodis dengan cara
ini.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

1. Pemaknaan Bahasa Gaul (Kasar) Dalam Aktivitas Komunikasi Verbal

51
Kali ini, peneliti akan membahas tentang proses analisis data dan hasil
kajian (analisis semiotika) tentang makna bahasa gaul dalam kegiatan komunikasi
verbal mahasiswa di Uin Sumatera Utara. Sebuah hasil pemeriksaan yang para
ahli dapatkan dari cara paling umum untuk mengurai tanda, sintagmatik, dan
paradimatik tentang pentingnya basa-basi dalam korespondensi verbal seperti
"Anjing".

Metode analisis semiotika Ferdinand de Saussure yang merupakan salah


satu komponen metode analisis data dalam penelitian kualitatif digunakan dalam
penelitian ini. Semiotika Saussure adalah semiotika strukturalis. Standar spekulasi
Saussure adalah bahwa bahasa adalah rencana permainan tanda, dan setiap tanda
terdiri dari dua bagian, khususnya penanda dan makna. Tanda adalah penanda
yang berdiri dalam solidaritas dengan pemikiran atau tanda (konotasi), yang
kemudian akan berfungsi sebagai referensi. Bagaimanapun, mengartikan kata-kata
yang diungkapkan juga didasarkan pada pandangan setiap orang, tidak menentu
untuk menyiratkan pentingnya itu.

Seperti yang saat ini masuk akal, dalam hipotesis semiotik Saussure,
penanda adalah jenis media yang diambil oleh tanda, seperti suara, gambar, atau
coretan yang menyusun kata-kata pada halaman. Sedangkan tanda adalah ide dan
implikasi. Maka dalam mengurai ketiga rekaman ini penulis mencoba
memisahkannya menjadi beberapa adegan dengan memanfaatkan semiotika
Saussure.

Semiotika dapat diterapkan pada berbagai jenis eksplorasi, misalnya


korespondensi massal, korespondensi visual, penulisan, dan lain-lain. Semiotika
mempunyai kemungkinan yang besar dalam mengkaji dan menguraikan informasi
seperti teks, musik, foto, rekaman dan lain-lain. Secara mendasar, tahapan-
tahapan eksplorasi semiotika dapat diselesaikan sebagai berikut: (1) Pencarian
subjek yang menonjol; (2) Memunculkan keraguan pemeriksaan yang menarik
(mengapa, bagaimana, di mana, apa); (3) memutuskan penjelasan/kewajaran
eksplorasi; (4) Menentukan teknik penanganan informasi (model semiotika); (5)

52
Urutan informasi: a) Teks/tanda pengenal; b) Memberikan alasan mengapa
tes/nilai tersebut dipilih dan harus diakui; c) Memutuskan desain semiosis umum
dengan memikirkan sistem dan susunan yang progresif atau contoh-contoh
sintagmatik dan paradigmatik; d) Menentukan keunikan pembicaraan dengan
memikirkan komponen semiotik yang ada; (6) Pemeriksaan informasi mengenai:
a) Sistem kepercayaan, kelompok penafsir, struktur sosial; b) Pragmatik, sosial,
sudut terbuka; c) Lapisan kepentingan, intertekstualitas, asosiasi dengan tanda-
tanda yang berbeda.

Menurut sudut pandang semiotik, hendaknya kita mempunyai pemahaman


yang sama, atas setiap kata dan sintaksis yang digunakan, serta masyarakat umum
dan budaya yang melatarbelakanginya, sehingga korespondensi dapat terjadi
dengan baik. Susunan hubungan antar tanda harus memberdayakan komunikator
untuk menyinggung hal yang persis sama. Kita harus memiliki perasaan
rasionalitas yang terikat bersama terhadap pesan tersebut. Jika tidak, tidak akan
ada penyelesaian dalam korespondensi. Kami juga perlu memastikan bahwa
dengan asumsi kami menggunakan prinsip-prinsip linguistik, orang-orang yang
menerima pesan kami juga harus memiliki pemahaman yang sama tentang
sintaksis yang kami gunakan. Dengan demikian, mereka akan memahami makna
yang kita maksud, individu dapat menyampaikan dengan asumsi bahwa mereka
memiliki makna yang sama (individu dapat menyampaikan jika mereka memiliki
makna yang sama). Selanjutnya, adat istiadat semiotik pada umumnya akan
memusatkan perhatian pada tanda-tanda dan kemampuannya.

Semiotika berangkat dari tiga komponen pokok, Peirce menyebutnya


sebagai hipotesis segitiga kepentingan. (1) Tanda adalah sesuatu dalam struktur
aktual yang dapat dilihat oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang
menyinggung (menangani) suatu pilihan yang berbeda dari tanda sebenarnya.
Rujukan tanda ini dikenal dengan sebutan artikel; (2) Yang dimaksud dengan
acuan tanda (objek) adalah setting sosial yang menjadi acuan tanda atau sesuatu
yang disinggung oleh tanda itu; (3) Klien tanda (interpretant) adalah gagasan
pemikiran tentang individu yang memanfaatkan tanda tersebut dan mereduksinya

53
menjadi suatu arti atau makna tertentu yang ada dalam jiwa seseorang mengenai
benda yang disinggung oleh suatu tanda. Pemeriksaan ini bersifat emosional.
Analis tetap seolah-olah dia memahami alasan subjek yang dia selidiki. Jelasnya,
para spesialis harus menggabungkan latar sosiokultural, hipotesis, ide dan
informasi untuk memahami penyelidikan dan penerjemahan mereka.

a. Penanda dan maksud

Penyelidikan semiotik berpusat pada tiga wilayah, yaitu (1) Tanda


sebenarnya. Wilayah ini mencakup penyelidikan terhadap berbagai macam tanda,
berbagai cara tanda menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut
berhubungan dengan individu yang menggunakannya. Tanda merupakan
perkembangan manusia dan harus dipahami dalam struktur
pemanfaatan/lingkungan individu yang meletakkan tanda: (2) Kode atau kerangka
di mana tanda-tanda dikoordinasikan. Studi ini mencakup bagaimana kode-kode
yang berbeda diciptakan untuk memenuhi kebutuhan budaya atau sosial, atau
untuk memanfaatkan saluran korespondensi yang dapat diakses untuk transmisi
kode-kode tersebut; juga (3) Cara hidup di tempat di mana kode dan tanda
bekerja. Oleh karena itu, hal ini bergantung pada penggunaan kode atau
penyelesaian dokumen untuk realitas dan strukturnya sendiri (Fiske, 2012).

Penanda adalah tanda atau gambaran yang dapat menunjukkan atau


mengartikan sesuatu yang berbeda. Sebuah kata dapat menjawab sentimen atau
pertimbangan seseorang. Penanda digunakan oleh individu yang berpendapat
bahwa korespondensi harus terjadi. Yang dimaksud adalah terjemahan penerima
surat menyurat atas tanda dan gambar yang diperolehnya. Oleh karena itu, agar
korespondensi dapat terjadi dan dirasakan, penyedia dan penerima korespondensi
harus menggunakan tanda dan gambar yang serupa (Sarosa, 2012).

Kata Anjir, "Para siswa harus menggunakan kata itu ketika mereka pribadi
atau ketika mereka bertarung dengan siswa satu per satu, bahkan sebelum
pembicara yang berada di tempat yang sama." Kata di atas menyinggung

54
pentingnya atau pentingnya gigi taring, khususnya makhluk yang ada di sekitar
kita. sangat dominan dan sering digunakan oleh berbagai kalangan. Namun,
tujuan penyelidikan ini adalah untuk menyelidiki makna yang disampaikan oleh
bahasa gaul tersebut kepada setiap individu yang mendengarnya. Namun, sebelum
itu penulis akan membahas tentang lima keterangan (frasa/kalimat) dari masing-
masing jenis kata bahasa sehari-hari 'anjing' dan permainannya. Berikut adalah
contoh kata dasar “anjing” dan plesetan kata, yang keduanya peneliti pelajari
dengan mendengarkan dan mewawancarai informan sambil melakukan observasi
lapangan. Kata 'anjing' yang halus bunyinya sekaligus berasal dari kata dasar
'anjing' yang menggabungkan kata 'anjay', 'anjas', 'anjir', 'anjrit', 'jing/njing', dan '
nying'.

b. Bentuk

Gleason ini disebut sebagai ekspresi dan konten dalam hal bentuk (form
and content), yang satu berupa suara dan yang lainnya berupa gagasan. Dengan
cara ini, bahasa berisi kerangka nilai, bukan kumpulan yang tidak dibuat-buat,
tetapi perbedaan yang masih mengudara.

Tanda dapat diurutkan menjadi simbol, file, dan gambar. Simbol


merupakan suatu indikasi yang menegaskan pentingnya suatu simbol mengingat
kualitasnya sendiri. Misalnya, dalam program PC, simbol wadah penggunaan
kembali mengalamatkan wadah penggunaan kembali untuk catatan PC. Daftar
merupakan indikasi yang menunjukkan sesuatu yang menyiratkan sesuatu yang
berbeda. Misalnya, papan tanda yang menggambarkan sosok laki-laki untuk
menunjukkan jamban laki-laki. Gambar merupakan suatu indikasi yang
mempunyai arti tertentu.

Meski menggunakan penggalan kata yang mirip-mirip, namun pengunaan kata


Anjrit, Anjay, Anjir, Anjas dan Anying memiliki arti yang berbeda-beda.
Berikut arti penggunaan kata-kata tersebut :
Anjay : Reaksi atas sesuatu yang keren atau luar biasa.

55
Anjrit : Tidak menyangka atas terjadinya sebuah peristiwa.
Anjir : Sesuatu terjadi dengan tidak terduga.
Anj : Mau memaki sesuatu atau seseorang tapi ditahan
Anjas : Mengejek
Anying : Meleceh atau Melucu

Tabel.2 Kumpulan Pemakaian Bahasa Gaul Kasar

NO. Jenis Kata Contoh Kalimat

1. Anjing “Anjing, tasnya bagus kali”


2. Anjas "Anjas, anak baru sudah datang”
3. Anjrit “Anjrit, Sepatu lu keren kali”
4. Anjay “Anjay, Boleh juga gaya rambut lu!”
5. Anjir “Anjir, Makin cantik aje lu”
6. Jing/Njing “Jing. Bau kali”
7. Anying “Sana lu Nying. Gangguin orang aja.”

c. Bahasa dan Ajaran

Pemanfaatan istilah gaul “Anjing"

“Anjing”. Tasnya bagus!

Situasi: Melihat teman kantor memakai tas baru.

“Anjing. Cepet kali larinya”

Situasi: Ketika sadar bahwa teman berlari lebih cepat darinya.

“Anjing ya. Kok bisa dia nilainya tinggi?’’

Situasi: menyadari nilai IPK teman rata-rata sangat bagus di semua mata
kuliah.

“Anjing. Ko bisa begitu?”

56
Situasi: melihat sesuatu yang membuat kagum.

“Ditanyain kenapa diam, malah marah. Anjing banget gak sih?”

Situasi: Merasa kesal terhadap seseorang yang tidak menghargai niat


tulus.

Penggunaan kata gaul “Anjas”

“Anjas, ada anak baru we”

Situasi: Ketika sadar bahwa ada mahasiswa pindahan masuk kelas.

“Anjas. Bagus kali gambarnya!”

Situasi: Saat melihat hasil karya gambar seorang teman terlihat bagus.

“Anjas. Tumben cantik kali hari ini?”

Situasi: Melihat teman dengan dandanan yang sangat anggun dan cantik.

“Anjas. Cantik kali cewekmu.”

Situasi: melihat teman mempunya pacar yang sangat cantik.

“Anjas, pinter juga kau ya”

Situasi: mengetahui teman yang selama ini dianggap remeh ternyata


mempunyai kemampuan lebih daripada dirinya

Penggunaan kata gaul “Anjay”

“Anjay. Boleh juga gaya rambut looh!”

Situasi: Saat melihat teman memiliki gaya rambut baru

“Anjay. Ada Melody JKT48”

Situasi: saat dirinya melihat seorang artis yang terkenal.

“Anjay. HP lo bagus banget”

57
Situasi: Melihat teman mempunyai telefon genggam yang bagus.

“Anjay. Nilainya bagus juga lu”

Situasi: Saat melihat nilai bagus teman sekolah.

“Anjay. Keren kali motor lu”

Situasi: ketika melihat teman punya motor baru.

Penggunaan kata gaul “Anjir”

“Anjir, Makin cantik aja ya”

Situasi: melihat teman lama di acara

reunian.

“Anjir. Tinggi klali IPK mu?”

Situasi: ketika tahu bahwa IPK teman tinggi.

“Anjir. Macet kali tadi”

Situasi: keluhan tentang keadaan jalan yang macet.

“Anjir. Cincin baru tuh. Baru tunangan yaa?”

Situasi: saat melihat teman kantor memakai cincin baru.

“Anjir. Mana tahan omongan kau”

Situasi: saat mendengar percakapan teman mengenai prestasinya.

Penggunaan kata gaul “Anjrit”

“Anjrit. Motor mu keren kali.”

Situasi: melihat teman punya motor bagus.

“Anjrit. Jago kali kau main gamenya”

58
Situasi: Saat mengetahui kemampuan bagus teman dalam bermain game.

“Anjrit. Ko lu bisa menang?”

Situasi: Saat merasa kaget mengetahui teman memenangkan permainan


game.

“Anjrit. Ada juga yang mau sama mu”.

Situasi: saat kaget mengetahui teman yang wajahnya sederhana punya


pacar baru.

“Ih. Anjrit. Brengsek. Sakit kali lo”

Situasi: Ketika dalam permainan game, seorang teman mengalahkan


permainannya.

Penggunaan kata gaul “jing/njing”

“Jing. Bau kali lah!

Situasi: Pada saat teman mencium aroma tidak enak.

“Njing, keren kali HP mu kalo buat timpukin orang anjing”

Situasi: Menggunakan majas metafora untuk merendahkan teman yang


memiliki handphone tipe lama.

“Njing. IPK aky kalah sama IPK mu. Pinter juga ternyata kau yaa”

Situasi: kaget saat mengetahui teman lebih pinter dalam menyelesaikan


tugas sekolah.

“Sepatu kau keren kali, jing”

Situasi: Ketika melihat teman mengenakan sepatu baru yang bagus.

“Njing. Foto dimane? Bagus kali pemandangannya”

Situasi: Saat melihat foto teman sangat bagus dengan latar pemandangan
yang indah.

Penggunaan kata gaul “nying”

59
“Monyet juga kau yah nying. Masa aku terus yang traktir!

Situasi: Pada saat teman agak kesal terhadap temannya yang ingin
ditraktir lagi

“Sana lu Nying. Gangguin gua mulu luh.”

Situasi: Pada saat teman kesal karena temannya bersikap usil

“Nying. Masa aku kalah lagi sih”

Situasi: Mengungkapan rasa kesal karena kalah lagi dalam sebuah


permainan/game online.

“Kok kau ambil punyaku sih, nying”

Situasi: Ketika melihat seorang teman mengambil miliknya.

“Nying. Parah anjing. Lemot kali sih ini komputer”

Situasi: Mengungkapan rasa kesal karena aplikasi yang sedang dipakai


prosesnya lamban.

B. Jawaban Pertanyaan Penelitian

Dalam kalangan mahasiswa yang setiap harinya hampir bertemu bahkan


berkomunikasi antar sesama ternyata berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
penulis selama masa observasi terjadi ternyata ada juga mahasiswa yang suka
berbicara menggunakan kata ‘Anjrit’ yang tidak kenal tempat serta situasi. Oleh
karena itu untuk menjawab segala pertanyaan dari penulis maka di bawah ini akan
dicantumkan beberapa kalimat dari narasumber.

Tanggapan si pendengar 1:

“Menurut saya komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan


melalui suara. Slang, di sisi lain, adalah bahasa non-standar yang
spesifik budaya. Biasanya bahasa gaul ini dipakai sama teman-teman
terdekat. Kalau saya sih sebenarnya tanpa sadar bisa aja gitu terucap
kata per kata saat ngomong sih. Selain dari pengaruh bahasa yang

60
digunakan orang-orang ketika ngomong alasannya lainnya juga lebih
singkat dan kesannya lebih akrab.

“Terkait makna kata dari kata ‘Anjrit/Anjir/Anying’ sendiri menurut


saya ketika itu ducapkan dan saya mendengar pasti saya akan mikir
kira-kira itu buat siapa dan kenapa. Kecuali, teman-teman saya kalo
mereka saya sudah pasti paham. Namun, dalam konteks ini yah
seharusnya kalau belum terlalu kenal lebih baik omongan itu dijaga
agar tidak menyakiti orang lain.”(W.1.A)

Bahasa gaul itukan ada dia yang sifatnya positif dan ada juga negatif,
tergantung masing-masing orang yang mendengar. Namun dalam hal ini
semuanya negatif, tergantung perspektif mereka mau berpikir seperti apa. Terkait
dengan ini mungkin akan banyak orang yang akan memilih bahasa yang lebih
positif saat berbicara.

“Harapan saya sama mahasiswa ilmu komunikasi semoga lebih kepada


harus paham menempatkan kapan dan dimana kita pake. Terus kalau
mau pake yang negatif boleh-boleh aja tapi jangan yang terlalu
menyinggung perasaan orang lain takutnya mereka tersinggung.
Terakhir, semoga mahasiswa ikom kampus uinsu mampu menjadi
mahasiswa yang kreatif dan inovatif dilihat dari cara mereka
berkomunikasi. Pakailah bahasa yang mampu membangun kemistri pada
saat berbicara dan ciptakan kenyamanan sama lawan bicara kita.”

Jadi, bahasa gaul boleh diucapkan agar lebih terlihat keren dan tidak ketinggalan
zaman.

Pendengar 2:

Sebenarnya dari dulu bahasa gaul sudah ada, namun masih belum kenal sama
yang namanya perubahan. Tahun 2000-an masih sama dan dikenal sebagai bahasa
slang. Namun seiring berjalannya waktu semua itu telah berubah dan
mendapatkan pengaruh dari media bahkan ucapan dari bahasa serapan bahasa

61
inggris. Dalam hal ini narasumber kedua menceritakan apa yang ia rasakan saat
ini terkait bahasa gaul.

“saya sebenarnya suka bahasa yang unik-unik seperti kata kuy, sabi,
jamet dan lain-lain bahkan sampai kata yang berasal dari bahasa
inggris. Akan tetapi, saya agak miris ketika mendengar ada mahasiswa
yang ngomong gak sopan terhadap dosen. Pernah sekali saya liat dan
dengar langsung ada seorang mahasiswa sepertinya dia semester 4, jadi
dia gak sengaja bercanda sama teman-temannya namun pada saat dia
ingin membalas perkataan temannya tu lewatlah seorang dosen dan
keluarlah kata ‘Anjing’ dari mulut mahasiswa tersebut. Dosen itu kaget
dong kenapa tiba-tiba dia dimaki. Al-hasil mahasiswa itu minta maaf
sama dosennya.”

Pada intinya mahasiswa tersebut tetaplah salah karena berprilaku tidak sopan
terhadap dosen yang tidak tau apa-apa. Bisa saja dosen tersebut berpikir bahwa
dia tidak sopan dan kurang ajar padahal dia tidak sengaja. Itulah mengapa alasan
bagi kita agar berpikir sebelum berbicara.

Agar penelitian ini seimbang antara narasumber yang mendengar maka disini
penulis juga mewawancarai mahasiswa yang bisa dibilang sering menggunakan
bahasa gaul terutama kata ‘Anjirt’.

Tanggapan Si Pengucap:

“Sebenarnya gini, pada saat saya mengucapkan itu saya merasa pede
dan tidak merasa bersalah, karena saya tidak pernah sengaja
keceplosan ngomong ‘Anjing’ di depan dosen atau petinggi-petinggi di
kampus ini. Tapi pernah sekali saya lepas kendali waktu itu ngomong
bangsat di depan dosen yang baru aja keluar dari kelas sebelah. Dosen
itu marah besar karena dikirai saya mengejek beliau padahal tidak.
Dan terjadilah salah paham.

62
Memang rawan kali bahasa-bahasa sekarang, jika ingin terlihat keren
tidak ada masala, gunakalanlah selagi masih baik. Tapi jaga sopan
santun saat ngomong sama orang yang lebih tua dari kita.”

Adat semiotika terdiri dari sekumpulan spekulasi tentang bagaimana tanda


menyikapi objek, pemikiran, kondisi, keadaan, sentimen dan kondisi di luar tanda
yang sebenarnya. Pemeriksaan tanda Tanta memberikan metode untuk meninjau
korespondensi, namun secara praktis berdampak pada semua sudut pandang
hipotesis korespondensi. Gagasan esensial yang menyertai adat semiotik adalah
(1) suatu tanda yang bersifat sebagai dorongan yang menunjukkan atau
mempertunjukkan keadaan lain, misalnya asap menunjukkan adanya api; (2)
gambaran yang secara umum menunjukkan suatu tanda yang membingungkan
dengan berbagai implikasi, termasuk implikasi yang tidak salah lagi. Beberapa
ahli memberikan bidang kekuatan pada salah satu tanda dan gambar. Tanda benar-
benar mempunyai referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan gambar tidak.

Semiotika merupakan salah satu metode penelitian komunikasi yang


paling interpretatif dalam menganalisis teks, dan keberhasilan maupun
kegagalannya sebagai sebuah metode bersandar pada seberapa baik peneliti
mampu mengartikulasikan kasus yang mereka kaji.

C. Pembahasan Temuan

Penelitian Berdasarkan temuan di atas, penulis menyarankan agar


pembahasan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua makna yang
terkait dengan penggunaan bahasa gaul dalam kegiatan yang melibatkan
komunikasi verbal adalah sama dalam pemikiran. Kisaran dialek yang muncul
tentang pembicara dan klien. Variasi dialek berkaitan dengan bahasa yang
digunakan penutur karena ragam dialek yang digunakan penutur berubah-ubah.
Bahasa yang digunakan oleh penutur bergantung pada penggunaan pokok bahasan
yang dibicarakan, misalnya formal, santai, santun, tidak sopan, dan lain-lain.

63
D. Kendala Peneliti

Saat memimpin ujian ini, analis memahami bahwa ada banyak batasan
eksplorasi dalam mendobrak pentingnya basa-basi dalam latihan korespondensi
verbal mahasiswa ilmu korespondensi karena banyaknya narasumber yang tidak
bersemangat dalam kerangka berpikir dalam eksplorasi ini dan permasalahan pada
sistem pencatatan pada saat pertemuan antar mahasiswa. Ketika peneliti mulai
mengerjakan proposal skripsi ini, mereka menghadapi keterbatasan pengetahuan,
buku-buku yang kurang relevan, keterbatasan pengetahuan, dan kemampuan
materi. Skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik, meskipun jauh dari
kata sempurna berkat usaha yang tak kenal lelah dari para peneliti.

64
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semiotika adalah salah satu strategi penelitian korespondensi yang paling


interpretatif untuk menguraikan teks, dan keberhasilan atau kegagalannya sebagai
suatu teknik bergantung pada seberapa baik para spesialis dapat menjelaskan
kasus-kasus yang mereka pelajari. Adat semiotika terdiri dari sekumpulan
spekulasi tentang bagaimana tanda menyikapi objek, pemikiran, kondisi, keadaan,
sentimen dan kondisi di luar tanda yang sebenarnya. Pemeriksaan tanda Tanta
memberikan metode untuk meninjau korespondensi, namun secara praktis
berdampak pada semua sudut pandang hipotesis korespondensi. Gagasan esensial
yang menyertai adat semiotik adalah (1) suatu tanda yang bersifat sebagai
dorongan yang menunjukkan atau mempertunjukkan keadaan lain, misalnya asap
menunjukkan adanya api; (2) gambaran yang secara umum menunjukkan suatu
tanda yang membingungkan dengan berbagai implikasi, termasuk implikasi yang
tidak salah lagi.

Beberapa ahli memberikan kekuatan yang serius pada salah satu tanda dan
gambar. Tanda benar-benar mempunyai referensi yang jelas terhadap sesuatu,
sedangkan gambar tidak. Semiotika menikmati manfaat dalam menyampaikan
"penggambaran tebal" yang lengkap dan pemeriksaan yang kompleks. Karena
sangat emosional, semiotika tidak dapat diandalkan dalam kerangka pemahaman
sosiologi, pakar lain yang berkonsentrasi pada teks serupa mungkin menemukan
makna yang berbeda. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi nilai
semiotika karena semiotika dikaitkan dengan peningkatan pemahaman teks.

Sebagai sebuah teknik, semiotika bersifat interpretatif dan, karenanya,


sangat emosional. Semiotika telah diterapkan dan dijadikan kajian termasuk
korespondensi dan perpindahan data dengan hasil yang menarik. Beberapa ahli
semiotika menjamin bahwa segala sesuatu dapat dibedah secara semiotik, pada

65
kenyataannya; mereka memandang semiotika sebagai kedaulatan kajian
pemahaman, kunci yang membuka makna segala sesuatu yang besar atau kecil.

Pemaknaan bahasa gaul dalam aktivitas komunikasi verbal pada


mahasiswa ternyata masih banyak perbedaan pendapat tentang si penutur dengan
si pendengar. Salah satu ungkapan dari pendengar mengatakan bahwa tidak baik
sebenarnya berbicara dengan kata-kata yang tidak baik seperti kata ‘Anjir, Anjrit,
Anjas dan sebagainya’ di ruang lingkup kampus apalagi sampai terdengar oleh
dosen. Meskipun pada dasarnya itu dimulai dari candaan atau tidak sengaja, akan
lebih baik apabila mahasiswa pandai menempatkan pemilihan kata agar terlihat
lebih sopan.

Berikut ini dapat ditarik dari arti bahasa gaul meskipun bahasa gaul lazim
di kalangan remaja, mahasiswa dan dosen masih mampu berkomunikasi secara
efektif. Penggunaan bahasa gaul ‘Anjrit’ memang sering digunakan oleh
mahasiswa dalam bercanda, bahkan sampai terjadinya konflik yang berujung
berkelahi. Bahasa gaul sendiri jika disimpulkan adalah bahasa yang tidak baku
dan mengalami banyak perubahan dari zaman ke zaman. Nilai-nilai sopan santun
harus dijunjung tinggi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Dari persepsi pencipta, sangat mungkin beralasan bahwa kata-kata brutal


yang muncul sekarang adalah akibat dari pergantian peristiwa secara mekanis dan
perubahan basa-basi yang dulunya sering menyinggung singkatan namun kini
telah berubah menjadi kata-kata yang tak kenal ampun. yang lebih terbatas namun
memiliki banyak implikasi. Selanjutnya, pemanfaatan "anjir" mengalami
perubahan signifikansi dan kemampuan pemanfaatannya. Jika di masa lalu "anjir"
memiliki makna yang mendasarinya, kini kata yang tak kenal ampun ini memiliki
banyak implikasi tergantung pada latar di mana kata itu diungkapkan.

Penggunaan kata anjir bersifat arbitrer. Dimana tergantung pada


penutur dalam menggunakannya, dan makna dari kata ini juga tidak selalu
berkonotasi negative namun bisa memaknai banyak hal. Perubahan makna dari

66
kata “anjir” juga merupakan ekstended dari kata lain yang mengikutinya.
Sehingga selain dari konteks, dalam memaknai kata “anjir”juga berdasar pada
kata-kata sebelum dan sesudah kata “anjir” diucapkan.

Selain itu, proses morfologi yang dialami kata “anjir” mayoritas


mengalami proses clipping dan afiksasi (akhiran/suffix). Proses morfologi
tersebut juga bersifat arbitrer dimana proses perubahan tergantung dari
penutur dalam menuliskannya. Namun semakin Panjang penambahan
akhiran/suffix dari kata tersebut menyatakan semakin kuat argument yang coba
untuk disampaikan oleh penutur.Penggunaan kata “anjir” yang sering
digunakan serta mengalami pergeseran makna juga tidak lain dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal seperti budaya yang mempengaruhi variasi Bahasa
yang semakin beragam. Fenomena ini juga dikenal dengan perubahan Bahasa
yang dapat dilihat secara apparent-timedan real-time, dimana Bahasa
mengalami perubahan bentuk dan bertambahnya variasi-variasi baru dari satu kata
yang sama serta mengalami perubahan makna di dalamnya. Perubahan
ini merupakan perubahan diakronik karena didasarkan pada ruang lingkup
waktu tertentu dan pada komunitas tertentu dalam fenomena ini adalah anak
muda. Kemudian Bahasa ini juga menjadi ciri khas dan direpresentasikan
oleh gen-Z yang merupakan penutur kelahiran 1995-2010/keatas hal tersebut
merupakan perubahan sinkronik melihat Bahasa tidak didasarkan pada ruang
waktu tertentu melainkan pada individu itu sendiri sebagai representasi.

Semiotika telah diterapkan dan dijadikan kajian termasuk korespondensi


dan perpindahan data dengan hasil yang menarik. Beberapa ahli semiotika
menjamin bahwa segala sesuatu dapat dibedah secara semiotik, pada
kenyataannya; mereka memandang semiotika sebagai kedaulatan kajian
pemahaman, kunci yang membuka makna segala sesuatu yang besar atau kecil.
Ada dua aliran penting dalam semiotika. Aliran utama dominan di Eropa menurut
pendapat ahli etimologi Prancis Ferdinand De Saussure. Sekolah ini
berkonsentrasi pada pekerjaan gambar dan tanda dalam aktivitas publik. Aliran
utama berikutnya di Amerika Utara didasarkan pada karya Charles Sanders

67
Peirce, aliran ini berkonsentrasi pada konvensi yang tepat sehubungan dengan
tanda dan gambar.

B. Saran

Berikut adalah beberapa saran penelitian sehubungan dengan temuan


penelitian sebelumnya:

1. Perlunya penelitian tambahan tentang makna bahasa gaul dalam


kegiatan komunikasi verbal, seperti wawancara atau rekaman, sebagai
sumbangsih bagi mahasiswa, khususnya di bidang ilmu komunikasi.

2. Meningkatkan pengetahuan pembaca dan pencarian buku-buku terbaru


tentang komunikasi verbal.

3. Bagi siapa saja yang membaca ulangan, seharusnya eksplorasi ini


berharga sebagai bahan informasi dan informasi dalam menggarap
hakikat pendidik, sehingga merupakan kesempatan yang tepat bagi kita
untuk mempelajari kebiasaan sambil berbicara menggunakan basa-basi.

68
DAFTAR PUSTAKA

Arini, A. D. (2013). Bentuk, Makna, Dan Fungsi Bahasa Tulis Media Sosial
Sebagai Alat Komunikasi Dan Interaksi Pada Internet. Skriptorium, 2(1),
15.

Belinda Ekharisti Viklous. Perubahan Bahasa Dan Makna Kata“Anjir” Disocial


Media: Kajian Sosiolinguistik. Jurnal Multidisiplin West Science, Vol. 01,
No.02, Desember, pp. 213-225.

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: suatu pengantar, Cet.XIV, Remaja


Rosdakarya: Bandung, 2010.

Femi Oktaviani, 2014. Hubungan Antara Penggunaan Bahasa Gaul Dengan


Keterbukaan Komunikasi Di Kalangan Siswa. Jurnal Ilmu Komunikasi. V
o l . 1 N o . (1)

Hilaliyah, Hilda. 2010. Maraknya Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Pelajar


Sekolah Menengah Atas. Dalam Jurnal: Dieksis Vol. 02 No. 01 Januari -
Maret 2010, halaman 2.

Morrisan dan Andy Corry Wardhany, 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Muhammad Ahmad Al-‘Aththar, 2012. The Magic of Communication. Jakarta:


Zaman.

Marheni Fajar, 2009. Ilmu Komunikasi Dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muhammad, Jundi.dkk. Gaya dan Makna Bahasa Tulisan: Kajian Deskriptif Chat
Mahasiswa kepada Dosen. Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Vol 1 No 2, September 2021.

69
Maudya Ayu Lestari, 2022. Penggunaan Bahasa Gaul Di Media Sosial Instagram
Dan Tiktok. Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Nurjihan Nadia, 2019. Bentuk Bahasa Gaul Pada Status Komen Di Sosial Media
Twitter Periode. Universitas Muhammadiyah Mataram

Nurhasanah, Nina. 2014. Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Bahasa Indonesia:


Forum Ilmiah Vol 11 Nomor 1 Januari 2014, (Online),

(http://ejournal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/viewFile/863/7
93, diakses pada 24 April 2022)

Onong Uchjana Efendi, 2006. Ilmu komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Prasasti, Ratna. (2016). Pengaruh bahasa gaul terhadap penggunaan bahasa


Indonesia mahasiswa Unswagati. LOGIKA Jurnal Ilmiah Lemlit
Unswagati Cirebon, 18(3), 114–119.

Sahertian, Debby. 1999. Kamus Bahasa Gaul. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Sardiyah, Nurul (2019). Pengaruh bahasa Gaul Terhadap pengguna bahasa


Indonesia.UNS 2019.

Sukamto, Maria Elizabeth Intan Yulia, 2022, Pengaruh Dialog Menggunakan


Bahasa Gaul Terhadap Perilaku Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya. Jurnal Penelitian Komunikasi. Vol. 02 No (01)

Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta. UMS.

Suminar, Ratna Prasasti. 2016. Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Penggunaan


Bahasa Indonesia Mahasiswa
Unswagatifile:///C:/Users/4ser/Downloads/422-1095-1- SM.pdf

70
Smaradhipa, Galih. (2005) situs online. Bertutur dengan Tulisan diposting dari
tersedia di: situshttp://www.rayakultura.com. [18 oktober 2020]

Saragih, A. (2018). Bahasa Indonesia Lisan dan Tulisan. MEDAN MAKNA:


Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan, 5(1).
https://doi.org/10.26499/mm.v5i1.796

Sugiyono, Prof. (2016). Metode Penelitian Manajemen(Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action
Research, dan Penelitian Evaluasi). Bandung: Alfabeta Cv.

Syifa, Urohmah. Pembinaan Karakter Disiplin Siswa Melalui Pembelajaran


Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Di Kelas Iv C Sdn Taktakan
1. Universitas Pendidikan Indonesia, 2023.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komumikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Rafiek. (2010).Psikolinguistik: Kajian Bahasa Anak dan gangguan Berbahasa.


Malang : Universitas Negeri Malang

Sardiyah, Nurul (2019). Pengaruh bahasa Gaul Terhadap pengguna bahasa


Indonesia.UNS 2019.

Tambunsari, Gunawan. The Phenomenon of Using the Word Anjing as a Slang


Word for in Daily Communication of Teenagers in Jakarta: A Study of
Language and Culture. KIBAR 2020, October 28, Jakarta, Indonesia.

Zellatifanny, C. M., & Mudjiyanto. (2018). TIPE PENELITIAN DESKRIPSI


DALAM ILMU KOMUNIKASI | Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi.
Jurnal Diakom, 1(2). Diambil dari
https://jurnaldiakom.kominfo.go.id/index.php/mediakom /article/view/20

https://www.gramedia.com/literasi/komunikasi-verbal/

71
https://www.merdeka.com/trending/53-kata-singkatan-gaul-2020-wajib-diketahui-
agar-tetap-kekinian-kln.html https://www.merdeka.com/trending/53-kata-
singkatan-gaul-2020-wajib-diketahui-agar-tetap-kekinian-kln.html

file:///C:/Users/nurul/Downloads/4)+Komunikasi+dalam+Pandangan+al-Quran-
Sulkifli,+Muhtar+Publish.pdf

72

Anda mungkin juga menyukai