Anda di halaman 1dari 3

BAHASA GAUL: CERMIN KERAGAMAN KOMUNITAS BUDAYA INDONESIA

Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari berbagai karakter dan juga
fisiologi budaya. Beragamnya budaya Indonesia menempatkan posisi bahasa kian penting
sebagai media komunikasi. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah menjadi wadah
dari berbagai kata dan istilah dalam kebudayaan dan kesukuan Indonesia. Tidak hanya
dipenuhi oleh istilah serapan dari berbagai daerah, bahasa Indonesia terbentuk juga dari
serapan asing dan hasil prosesi kehidupan sehari-hari. Proses komunikasi sehari-hari yang
membutuhkan kecepatan dan kemasan informasi ringkas menyebabkan munculnya suatu
gaya bahasa baru, bahasa gaul.
(Nurhasanah, 2014: 15) Bahasa gaul adalah gaya bahasa yang merupakan
perkembangan atau modifikasi dari berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia
sehingga bahasa gaul tidak memiliki sebuah struktur gaya bahasa yang pasti. Bahasa gaul
muncul juga sebagai sarana komunikasi yang lebih intim dan privasi. Oleh karena itu, banyak
kosa kata bahasa gaul muncul dari berbagai komunitas atau tempat tongkrongan.
Perubahan bahasa gaul dari bahasa baku biasanya berupa singkatan, terjemahan
istilah, atau sekadar perubahan pelafalan. Bahasa gaul juga biasanya menggunakan struktur
yang ringkas ataupun pelafalan yang lebih sederhana dan mudah disebutkan. Umumnya,
bahasa gaul maklum digunakan di daerah perkotaan dan wilayah yang terbatas. Namun
karena perkembangan media komunikasi, penggunaan bahasa gaul kian meluas serta dapat
digunakan dari berbagai daerah yang memiliki perspektif kebahasaan yang berbeda. Hal ini
menyebabkan penggunaan bahasa baku seakan terkikis dikarenakan penggunaan bahasa gaul
yang lebih ringkas, komunikatif dan dianggap efektif.
Saat ini, problematika mengenai bahasa gaul bukan lagi pada kelaziman penggunaan
atau posisinya yang mendegradasi bahasa baku. Karena sebagaimana fungsi bahasa menurut
Hidayat, aspek komunikasi adalah aspek fungsi utama dalam bahasa. Dengan makna bahwa
fungsi bahasa sejatinya adalah mengkomunikasikan informasi secara jelas dan mudah
dipahami. Bahasa baku digunakan pada media tulisan resmi, seperti; jurnal ilmiah, pidato
kenegaraan atau semisalnya agar dapat dipahami oleh seluruh kalangan. Sebab itu,
penggunaan bahasa gaul dalam komunikasi sehari-hari tidak secara mutlak menjadi ancaman
isu degradasi bahasa baku karena perbedaan fungsi.
Adapun problematika yang dihadapi saat ini atas merebaknya bahasa gaul adalah
perluasan maknanya yang tidak merata sedangkan penggunaannya telah meluas. Hal ini
menyebabkan sering terjadinya miskomunikasi yang menimbulkan pergesekan antar person.
Meskipun media sosial sebagai sarana komunikasi telah meningkatkan penyebaran bahasa
gaul, namun yang perlu diketahui adalah bahwa media sosial hanya meningkatkan
penggunaan bahasa gaul, bukan pemahaman mengenai makna bahasa gaul tersebut.
Sehingga, masyarakat umumnya hanya mengetahui penggunaan saja tanpa memahami
maknanya secara jelas.
Hal ini terjadi pada berbagai macam istilah gaul yang muncul, diantaranya istilah
bokap-nyokap yang untuk daerah selain Jawa dan Bali sedikit sulit untuk dipahami meskipun
istilah tersebut telah ramai digunakan sejak 1970-an. Istilah ava korea​, ​thread​, ataupun
cendol y​ ang sulit dipahami oleh pengguna media sosial selain twitter dan forum kaskus. Ada
juga perbedaan pemaknaan istilah pipet dan sedotan di daerah Jawa dengan Sumatra yang
meskipun bukan istilah gaul namun tetap saja akan merasa aneh dengan pemaknaannya
masing-masing.
Kemudian masalah selanjutnya adalah penggunaan bahasa gaul yang menyebabkan
kaburnya batas komunikasi yang santun pada orang yang lebih dewasa. Indonesia adalah
negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran. Menurut konsep Jen Konfusius, poin-poin
yang ditekankan dalam adak ketimuran adalah kerohanian, kesopanan, kemistikan, gotong
royong dan ramah tamah. Budaya Indonesia sangat menekankan perilaku hormat pada orang
tua sebagai karakter bangsa. Perilaku hormat kepada orang tua meliputi sikap, kepatuhan dan
cara komunikasi yang sopan dan santun.
Penggunaan istilah gaul seperti ​meneketehe ​(mana ku tahu) ​ketika ditanya, ​bodo amat
ataupun ​macacih (masa sih) terkesan ketus dan tidak sopan ketika digunakan saat
berkomunikasi dengan orang tua. Selain kesannya yang tidak sopan, ​generation gap
(kesenjangan generasi) menyebabkan orang tua tidak mengerti atau malah menyulitkan
komunikasi. Karena penggunaan bahasa gaul yang telah lazim menyebabkan bahasa gaul
malah masuk ke ruang komunikasi antar generasi seperti ini.
Secara umum, dua problematika di atas adalah hal yang paling dirasakan atas dampak
dari perkembangan bahasa gaul. Kita ketahui bahwa perkembangan bahasa gaul tidak dapat
dibendung, proses komunikasi manusia yang terus berkembang menyebabkan terus
munculnya istilah baru. Oleh karena itu, sebagai bangsa kita membutuhkan wadah berupa
media komunikasi yang lebih efektif dalam menyerap makna dan istilah baru seperti ini.
Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai landasan berbahasa negara kita, mesti telah memuat
berbagai istilah yang secara nasional dipahami. Namun, bahasa gaul yang merupakan bahasa
nonformal dan terus berkembang, menyebabkan banyaknya istilah baru yang tak tertampun.
Menurut penulis, wadah bagi bahasa gaul mesti dibentuk meskipun bukan dimuat
dalam KBBI. Fungsi KBBI biarlah tetap menjadi landasan komunikasi yang diakui nasional
dan resm. Namun diperlukan adanya pusat informasi yang dapat diakses masyarakat baik
secara digital maupun tradisional yang dinamis dan aktual memuat makna istilah gaul yang
disepakati bersama. Wadah informasi ini dapat dikelola oleh badan tersendiri dibawah
Kemendikbud dengan bantuan masyarakat umum yang mengaksesnya. Sehingga wadah ini
berbentuk seperti forum yang dimana masyarakat saling memberikan informasi mengenai
makna dari suatu istilah, kemudian ditetapkan oleh badan sebagai moderator forum tersebut
sebagai istilah yang disepakti bersama. Dengan program ini, dapat memudahkan komunikasi
di ruang publik dan meningkatkan fungsi bahasa sebagai media komunikasi.
Selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menyediakan satu waktu atau satu sesi dalam
media komunikasi publik utama kita seperti TV dan radio untuk program edukasi bahasa
Indonesia yang benar. Kita ketahui bahwa pada hari ini, bahasa gaul mendominasi berbagai
dialog dalam media komunikasi publik kita. Penulis menyarankan agar dapat menangkal isu
degradasi penggunaan bahasa baku dapat dilaksanakan program diatas. Hal ini dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai bahasa Indonesia dan perbedaannya dengan
bahasa yang digunakan komunikasi setiap hari. Juga, upaya ini dapat merangsang masyarakat
agar lebih komunikatif dan mahir menggunakan bahasa yang baku sebagai standar bahasa
persatuan.

(Glen)

Anda mungkin juga menyukai