Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

PENGGUNAAN BAHASA NON BAKU DILINGKUNGAN MASYARAKAT

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah
Indonesia. Cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
berawal dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah pemuda.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat
komunikasi antar etnis yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa
pertama, bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan
antar etnis di Indonesia. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa baku cukup penting
untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan
dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa
Indonesia tidak akan hilang

BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI ,CITRA PIKIRAN,DAN


KEPRIBADIAN

Bahasa yang dimiliki oleh manusia merupakan ciri pembeda dengan makhluk
ciptaan Tuhan YME yang lainnya. Dengan bahasa yang memiliki struktur kebahasaan
yang unik, kita mampu memahami sebenarnya apa yang diharapkan oleh alam semesta,
baik yang bersifat material maupun yang bersifat metafisika dan dengan bahasa kita
mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya di dunia sehingga
dengan bahasa kita mampu memelihara dunia agar tetap seimbang dan harmonis
(Saussure, 1988: 90). Dua hal ini yang membedakan bahasa manusia dengan bahasa yang
dimiliki oleh makhluk ciptaan-Nya yang lain.

Sedari kecil kita sudah menggunakan bahasa yang sederhana seperti ‘oe‘
berkembang menjadi ―Mama/Papa‖ berkembang menjadi ‗Cayang‘ berkembang
menjadi ‗Aku Sayang Kamu‘ dan berkembang menjadi ‗Sejak aku memandangmu,
bergetar jantung dan darahku dan …‘. Dalam hal ini bahasa berkembang sesuai dengan
perkembangan alat komunikasi, perkembangan fisik manusia (fonem, morfologi,
sintaksis, dan wacana), dan perkembangan peran manusia dalam kehidupan. Kemudian,
pertanyaannya Apakah kita menyadari perkembangan bahasa kita? Atau sudahkah kita
menyadari bahasa yang kita gunakan dari kecil sampai sekarang sudah menjadi bagian
utama yang mengubah kita menjadi manusia yang memahami benar dan salah, manusia
yang selalu ingin lebih baik dari hari ke hari? Jawabannya pasti kita ada yang tidak
menyadarinya. Untuk itu, makalah ini bertujuan untuk menjawab bahwa pentingnya

KEEKSISTENSIAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL


DAN ILMU PENGETAHUAN PADA ERA GLOBALISASI

Sampai saat ini, sudah 90 tahun usia bahasa Indonesia sejak pertama kali disebut
secara resmi pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kurun waktu yang tidak dapat
dikatakan sebentar, tetapi tidak juga terlalu tua. Dalam rentang waktu tersebut, berbagai
peristiwa berkaitan dengan bahasa Indonesia terjadi. Kongres bahasa Indonesia, berbagai
ejaan yang muncul sejak Ejaan van Ophuysen sampai Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, seminar-seminar, penelitian-penelitian, dan secara legal
formal adalah ditetapkannya bahasa Indonesia secara resmi sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara dalam bab XV pasal 36 Undang-undang Dasar 1945.

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA GAUL DI KALANGAN


REMAJA

Bahasa menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008 : 119) adalah suatu sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat ununtuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Selain itu terdapat juga
pendapat mengenai bahasa menurut Wibowo (2003) juga turut mengutarakan pengertian
bahasa, menurutnya bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting
dalam hidup bersama.

Di indonesia saat ini banyak menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul dalam
bahasa sehari – hari. Banyaknya penggunaan bahasa gaul dalam bahasa sehari – hari.
Banyaknya penggunaan bahasa gaul dalam bahsa sehari – hari tidaklah meghilangkan
penggunaan bahasa Indonesia melainkan makna dan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik, sopan dan santun dalam kehidupan sehari – hari menjadi kabur. Saat ini banyak di
kalangan remaja yang menggunakan bahsa gaul dalam bahasa –sehari – hari merekan.
Bahkan para remaja ini mulai menciptakan bahasa – bahasa gaul yang digunakan
dikalangan mereka. Para remaja ini membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa gaul
dengan cara memplesetkan bahasa Indonesia.

HIPOTESIS

PENGGUNAAN BAHASA NON BAKU DILINGKUNGAN MASYARAKAT

Menurut saya penggunaan bahasa non baku dilingkungan masyarakat sudah


sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari termasuk kalangan anak remaja yang
menggunakan bahasa gaul sehingga banyak kalangan orang tua tidak mengerti apa yang
mereka katakan.

BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI ,CITRA PIKIRAN,DAN


KEPRIBADIAN

Menurut saya bahasa sebagai alat komunikasi ,citra pikiran,dan kepribadian


sangat penting dipelajari karena banyak kalangan anak muda sekarang tidak sopan ketika
berbicara kepada orang yang lebih tua darinya.Karena bahasa yang kita ucapkan kepada
orang lain merupakan cerminan dari kepribadian kita sendiri.

KEEKSISTENSIAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL


DAN ILMU PENGETAHUAN PADA ERA GLOBALISASI

Menurut saya keeksistensian bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan ilmu
pengetahuan pada era globalisasi sangat perlu dipelajari karena pada zaman sekarang
teknologi semakin canggih yang menggunakan bahasa-bahasa dari luar.Sehingga kita
juga harus bisa menguasai berbagai bahasa untuk menghadapi era globalisasi sekarang
ini.
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA GAUL DI KALANGAN
REMAJA

Dalam penggunaan bahasa Indonesia dikalangan remaja sekarang ini menurut


saya sangat miris karena seharusnya bahasa Indonesia digunakan untuk berbicara yang
baik dan benar agar pendengar dapat memahami apa yang mereka katakan.Namun
sebaliknya kalangan remaja sekarang banyak menggunakan bahasa gaul yang lagi trend
saat ini sehingga banyak orang yang belum menguasai bahasa gaul tidak mengerti.

PEMBAHASAN DAN HASIL

PENGGUNAAN BAHASA NON BAKU DILINGKUNGAN MASYARAKAT

Dari hasil pengamatan kami mengenai penggunaan bahasa baku dan non baku di
masyarakat kami menemukan berbagai penggunaan bahasa non baku yang kami temukan
di sekitar lingkungan. Dan kami mewawancarai beberapa orang mengenai pandangan
mereka terhadap penggunaan bahasa non baku tersebut.Ternyata masih banyak
masyarakat yang belum bisa menggunakan bahasa dengan baku sehingga mereka lebih
sering menggunakan bahasa sehari-hari mereka dengan bahasa non baku.

Menurut kami memang banyak ditemukan di sekitar masyarakat penggunaan kata


dan kalimat yang tidak baku. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang penggunaan kalimat baku yang benar dan efektif. Seiring dengan hal itu maka
perlu adanya solusi yang tepat untuk menangani masalah ini .Solusi dari masalah ini
menurut pendapat kami adalah sebagai berikut :

a. Perlunya tingkat kesadaran masyarakat untuk saling mengingatkan penggunaan bahasa


Indonesia yang baik dan benar agar semakin bekurangnya penggunaan bahasa baku
tersebut .

b. Pemerintah perlu mensosialisasikan penggunaan bahasa baku yang efektif dan benar
kepada masyarakat.

c. Pemerintah perlu menggiatkan mata pelajaran Bahasa Indonesia Ditingkat Pendidikan


Dasar hingga Pendidikan Tinggi dengan pembaharuan kurikulum ditiap jenjang
pendidikan tersebut.
d. Perlu adanya edukasi tambahan terhadap masyarakat penggunaan bahasa indonesia
yang efektif dan penggunaaan bahasa yang baku.

e. Adanya pengembangan penggunaan bahasa baku secara formal dalam bentuk


organisasi didalam masyarakat.

BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI ,CITRA PIKIRAN,DAN


KEPRIBADIAN

Devitt & Hanley (2006:1);Noermanzah (2017:2) menjelaskan bahwa bahasa


merupakan pesan yang disampaikan dalam bentuk ekspresi sebagai alat komunikasi pada
situasi tertentu dalam berbagai aktivitas. Dalam hal ini ekspresi berkaitan unsur
segmental dan suprasegmental baik itu lisan atau kinesik sehingga sebuah kalimat akan
bisa berfungsi sebagai alat komunikasi dengan pesan yang berbeda apabila disampaikan
dengan ekspresi yang berbeda. Kemampuan berbahasa ini diimplementasikan dengan
kemampuan dalam beretorika, baik beretorika dalam menulis maupun berbicara. Retorika
dalam hal ini sebagai kemampuan dalam mengolah bahasa secara efektif dan efisien
berupa ethos (karakter atau niat baik), pathos (membawa emosional pendengar atau
pembaca), dan logos (bukti logis) sehingga mempengaruhi pembaca atau pendengar
dengan pesan yang disampaikan melalui media tulis atau lisan (Noermanzah dkk.,
2017:222-223; Noermanzah dkk., 2018;119).

Ronal Wardhaugh mengungkapkan bahasa sebagai ‗a system of arbitrary vocal


symbol used for human communication’. Dari pengertian tersebut mengandung makna
bahwa bahasa merupakan suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang digunakan
untuk komunikasi manusia (dalam Pateda, 2011:6). Hal yang senada juga dikemukan
Bloch dan Trager bahwa bahasa sebagai ‗Language is a system of arbitray vocal symbol
by means of which a social group cooperates’ yang artinya bahasa sebagai sistem simbol-
simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat
untuk berkomunikasi.

Bahasa menurut Pateda (2011:7) merupakan deretan bunyi yang bersistem


sebagai alat (instrumentalis) yang menggantikan individual dalam menyatakan sesuatu
kepada lawan tutur dan akhirnya melahirkan kooperatif di antara penutur dan lawan tutur.
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa bahasa dalam wujud bunyi yang bersistem tersebut
memiliki peran pengganti bagi penutur untuk menyatakan gagasannya yang kemudian
direspons oleh lawan tutur sehingga terjalin komunikasi yang baik.

Kemudian, bahasa juga dijelaskan secara rinci oleh Chaer (2012:33) berupa
sistem, berbentuk lambang, berbentuk bunyi, bersifat arbitrer, bermakna, konfensional,
unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis, manusiawi, digunakan sebagi alat interaksi
sosial, dan berfungsi sebagai identitas penuturnya. Chaer lebih menjelaskan bahasa
sebagai alat komunikasi yang memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan
bahasa yang dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan yang lain atau bisa dikatakan bahasa
merupakan hak milik manusia sebagai insan yang mampu berkomunikasi dan karnanya
manusia bisa berkembang dan bertahan hidup.

Bunyi yang dimaksud dalam bahasa menurut G.A. Miller (1974:8, dalam Pateda,
2011:7) berisi beberapa hal, berikut.

a. Pholological information, informasi yang bersifat fonologis, bunyi yang tata makna.

b. Syntctic information, informasi yang dikemukakan dalam wujud kalimat.

c. Lexical information, informasi yang terdapat dalam setiap laksem.

d. Conceptual knowledge, konsep-konsep.

e. Have some system of beliefs in order to evaluate what he hears.

Kemudian, menurut Hill (1958:3-9) menjelaskan terdapat lima sifat bahasa yang
berwujud bunyi, sebagai berikut:

a. Bahasa merupakan seperangkat bunyi yang bersistem dan dikeluarkan oleh alat bicara
manusia.

b. Hubungan antara bunyi bahasa dan objek (reference) bersifat arbitrary (manasuka).
Artinya, hubungan antara bunyi dan wujudnya yang berwujud benda, atau konsep bersifat
manasuka. Buktinya bunyi cai dalam bahasa Sunda, air dalam bahasa Indonesia, dan
water dalam bahasa Inggris.

c. Bahasa itu bersistem. Setiap bahasa di dunia ini mempunyai sistem sendiri. Sistem
bahasa Indonesia berbeda dengan sistem bahasa Inggris dan bahasa lain di dunia ini.

d. Bahasa adalah seperangkat lambang. Memang bunyi yang dihasilkan oleh alat bicara
manusia itu berwujud lambang. Misalnya, bunyi kuda lambangnya adalah /k,u,d,a/ kalau
kita suarakan dan berwujud kuda kalau kita tuliskan dalam bahasa Indonesia (sebab
dalam bahasa Inggris akan ditulis (h,o,r,s,e) . Lambanglambang itu kita mengerti
maknanya apabila lambang tersebut berada dalam kawasan bahasa yang kita pahami.

e. Bahasa bersifat sempurna, maksudnya bahasa yang kita gunakan dapat ditambahkan
unsur lain bisa berwujud gerakan tangan, perubahan roman muka, atau penambahan unsur
suprasegmental pada setiap satuan ujaran.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahasa sebagai alat komunikasi
bermakna bahwa bahasa merupakan deretan bunyi yang bersistem, berbentuk lambang,
bersifat arbitrer, bermakna, konfensional, unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis,
manusiawi, dan alat interaksi sosial yang menggantikan individual dalam menyatakan
sesuatu atau berekspresi kepada lawan tutur dalam suatu kelompok sosial sebagai alat
untuk berkomunikasi dan identitas penuturnya.

Mengapa kita wajib berkata yang baik dan santun? Ini merupakan salah satu
ajaran inti ajaran agama Islam (juga agama lainnya). Penjelasan yang logis dan praktis
adalah hasil penelitian Dr. Masaru Emoto. Dr. Masaru Emoto melakukan penelitian
selama 2 bulan bersama sahabatnya Kazuya Ishibashi (seorang ahli sains yang mahir
menggunakan mikroskop). Masaru yang menyelesaikan pendidikannya di Yokohama
Municipal University berhasil mendapatkan foto kristal air dengan membekukan air pada
suhu -25 derajat Celsius dan menggunakan alat foto berkecepatan tinggi. Lalu ditelitilah
air dengan menggunakan respon kata-kata, gambar, serta suara. Hasilnya luar biasa,
sebagaimana yang sudah dibaca banyak orang. Air, katanya, bisa menerima pesan.
Bahkan dalam bukunya yang lain, "The Hidden Message in Water", Masaru mengatakan,
air seperti pita magnetik atau compact disk.

Air mengenali kata tidak hanya sebagai sebuah desain sederhana, tetapi air dapat
memahami makna kata tersebut. Saat air sadar bahwa kata yang diperlihatkan membawa
informasi yang baik maka air akan membentuk kristal. Jika kata positif yang diberikan
(dipajankan secara tulisan atau dibunyikan), maka kristal yang terbentuk akan merekah
luar biasa laksana bunga yang sedang mekar penuh. Sebaliknya, jika kata-kata negatif
yang diberikan, maka akan menghasilkan pecahan kristal dengan ukuran yang tidak
seimbang. Bahkan berbentuk buruk tidak membentuk kristal apapun. Mungkin juga air
dapat merasakan perasaan orang yang menulis kata tersebut.

Berdasarkan penelitian Dr. Masaru, semakin jelas terlihat bahwa kualitas air
dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk, bergantung pada informasi yang diterimanya
atau bahasa yang dipajankan kepadanya. Hal ini membuat kita yakin bahwa kita,
manusia, juga dipengaruhi oleh informasi yang kita terima karena 70% tubuh manusia
dewasa adalah air.

Konsekuensi logisnya adalah manusia, sebagai makhluk yang sebagian besarnya


terbentuk dari air, sudah seharusnya diberikan atau dipajankan informasi/ucapan/pikiran
yang baik. Jika kita melakukan hal ini, pikiran dan tubuh kita akan menjadi sehat. Di
pihak lain, jika kita menerima informasi yang buruk, kita akan merasakan sakit.

KEEKSISTENSIAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL


DAN ILMU PENGETAHUAN PADA ERA GLOBALISASI

1.Bahasa Indonesia Dalam Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Bahasa merupakan budaya dari masyarakat yang berfungsi sebagai alat


komunikasi. Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang saling berpengaruh. Apabila
suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka bahasa akan berkembang dengan baik,
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa suatu bahasa akan berkembang dengan baik
apabila masyarakat pemakainya memberikan perhatian positif. Sebaliknya, apabila
masyarakat mengacuhkan atau melupakan bahasa, maka bahasa itu akan musnah atau
setidaknya bahasa itu sulit berkembang.

Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa


serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses
yang mendasari pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas
pula jalan pikirannya dalam Mundziroh, dkk (2013:2).

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi sebagai wahana
untuk menyampaikan imformasi dengan cepat dan sekecil-kecilnya, sehingga kita dapat
menguasai ilmu tersebut. Pada saat ini, Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi masih tertinggal jika dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti
negaranegara di Eropa dan Amerika. Karena bahasa Inggris berkembang secara seimbang
dengan ilmu pengetahuannya, maka penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang
dipakai dalam memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi pun banyak yang
menggunakan bahasa Inggris.
Hal ini berbanding terbalik dengan bahasa Indonesia yang perkembangannya tak
seimbang dengan perkembangan budaya masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun
bahasa Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan
sebagai pengantar ilmu pengetahuan. Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai
pengantar ilmu pengetahuan, salah tafsir atau makna ganda sedapat mungkin dihindari
karena kata yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan
yang dipakai sederhana dan tanpa basabasi. Di samping itu, kejelasan tuturan ditandai
dengan urutan keterangan yang saling berhubungan dan mudah dipahami oleh pembaca.

2. Penggunaan Bahasa Inggris dalam Badan Usaha

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , Pengaruh adalah daya yang ada atau
timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
perbuatan seseorang. Pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang yang –
berbeda dengan kekuasaan – tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan
memaksakan kepentingan.

Hubungan bahasa dengan orientasi sosial disebut heteroglossin. Faktor sosial atau
heteroglossia juga menjadi penyebab pengaruh bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia
dalam penamaan badan usaha. Kecenderungan memilih bahasa Inggris untuk penamaan
badan usaha merupakan bahwa masyarakat lokal memandang kebudayaan luar dari segi
status sosial, politik, ekonomi, dan bahasa dipandang lebih kuat dan lebih baik (Riani
2014: 12). Dominasi penggunaan bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia menunjukkan
sikap berbahasa penutur bahasa Indonesia sebagai gejala xenoglossophilia, yaitu gejala
psikologi berupa kecenderungan mencintai 4 penggunaan kata-kata yang aneh atau asing
dengan cara tidak wajar.

3. Penyebab Penggunaan Bahasa Inggris Di Indonesia

a. Interferensi Menurut Chaer (2008: 66), “Interferensi adalah terbawa masuknya unsur
bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya
penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu’. Sebagianmasyarakat Indonesia
menempatkan bahasaInggris di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan
timbulnya sikap tersebut adalah pandangan sosial ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa
Inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan taraf sosial ekonomi yang jauh lebih baik
daripada hanya menguasai bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah
tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia
yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat
lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta
“welcome” untuk “selamat datang”. (Saddhono, 2012 dalam Kajian Sosiolingustik
Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing (BIPA) di Universitas Sebelas Maret), mengtip bahwa pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua bagi mahasiswa penutur bahasa asing pun tidak lepas
dari kesalahan. Makin tinggi jumlah kesalahan, makin rendah tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran bahasanya.

b. Integrasi

Chaer (2008:67), “Integrasi adalah unsurunsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang
menerima atau yang memasukinya”.Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup
lama, karena unsur yang berintegrasi itu harus disesuaikanmulaidarilafal, ejaansampaitata
bentuknya.

Dalam proses integrasi, sebuah unsur serapan telah disesuaikan dengan sistem
atau kaidah bahasa penyerapnya sehingga tidak terasa lagi keasingannya. Proses
penyesuaian unsur integrasi akan lebih cepat apabila bahasa sumber dengan bahasa
penyerapnya memiliki banyak persamaan. Misalnya, “televisi” yang merupakan serapan
dari “television” dan “sistem” yang merupakan serapan dari “system”.

c. AlihKode

Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam
bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 2000: 67).
Misalnya, seseorang yang sedang berbicara menggunakan bahasa Indonesia tiba-tiba
beralih menggunakan bahasa Inggris. Alih kode merupakan salah satu aspek
ketergantungan bahasadalam masyarakat multilingual yang disebabkan oleh perubahan
peran dan situasi.

d. Campur Kode

Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan dan
biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 2000: 69). Dalam campur kode, penutur
menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu. penutur
secara sadar atau sengaja menggunakan unsur bahasa lain ketika sedang berbicara. Oleh
karena itu, dalam bahasa tulisan, biasanya unsur-unsur tersebut ditunjukkan dengan
menggunakan garis bawah atau cetak miring sebagai penjelasan bahwa si penulis
menggunakannya secara sadar.

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009

UU Nomor 24 Tahun 2009 secara umum memiliki 9 Bab dan 74 pasal yang pada
pokoknya mengatur tentang praktik penetapan dan tata cara penggunaan bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaan berikut ketentuanketentuan pidananya.
Setidaknya ada tiga tujuan dibentuknya UU Nomor 24 Tahun 2009 ini adalah untuk (a)
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
(b) menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia; dan (c) menciptakan ketertiban, kepastian, dan standarisasi
penggunaan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 diharapkan mampu mengatasi berbagai


masalah yang terkait dengan praktik penetapan dan tata cara penggunaan bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaan serta mengatur tentang berbagai hal yang
terkait dengan penetapan dan tata cara penggunaan bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan, termasuk di dalamnya diatur tentang ketentuan pidana bagi siapa
saja yang secara sengaja melanggar ketentuan yang terdapat di dalam undang-undang
tersebut.

5. Pengaruh Bahasa Inggris terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak


menyerap unsur-unsur asing terutarna dalam hal kosakata. Bahasa asing yang memberi
pengaruh kosakata dalam bahasa Indonesia salah satunya adalah bahasa Inggris. Salah
satu faktor penyebab bahasa Inggris dapat mempengaruhi bahasa Indonesia adalah
semakin intensifnya hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi antara bangsa Indonesia
dengan masyarakat pengguna bahasa Inggris.

Unsur-unsur asing ini telah menambah sejumlah besar kata ke dalam bahasa
Indonesia sehingga bahasa Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan
zaman. Sejalan dengan perkembangan itu muncullah masalah-masalah kebahasaan,
khususnya penyerapan kosakata-kosakata bahasa Inggris. Kosakata bahasa Inggris ada
yang diserap secara utuh kedalam bahasa Indonesia dan ada yang diserap
sebagiansaja.Penyerapan ini mengacu pada pengucapan kata aslinya sehingga dapat
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA GAUL DI KALANGAN


REMAJA

Arum Putri (2015 : 3) berpendapat bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional


yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi.
Tidak semua warga Negara Indonesia mengerti apa makna dari bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Sesungguhnya belum tentu bahasa Indonesia yang benar itu baik dan
bahasa Indonesia yang baik itu benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang
sesuai dengan situasi dan kondisi serta efektif dalam penyampaian maksud kepada lawan
bicara. Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kaidah bahasa baku.

Sudah sebagai sebuah keharusan mengenai kemampuan dalam penggunaan


bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seabagai warga Negara Indonesia seharusnya
mampu menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar tanpa memandang dari
generasi apa orang tersebut. Hal ini menjadi sebuah keharusan karena dalam
kedudukannya bahasa Indonesia sebagai bahasa kebanggaan nasional, identitas nasioanal
dan alat pemersatu bangsa. Bahkan kedudukan bahasa Indonesia dijelaskan pada UUD
1945 pasal 36 mengenai kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa remi kenegaraan,
pengantar dalam pendidikan alat penghubung tingkat nasional dan alat pengembangan
kebudayaan dan IPTEK.

Berdasarkan kedudukan bahasa Indonesia maka secara otomatis bahasa Indonesia


ini harus diigunakan dalam kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Namun
kenyataannya yang terjadi sekarang ini penggunaan bahasa Indonesia dikalangan
masyarakat sudah bercampur dengan bahasa gaul.

FENOMENA PENGGUNAAN BAHASA GAUL

Bahasa gaul merupakan salah satu cabang bahasa dari bahasa Indonesia. Bahasa
gaul umumnya mulai muncul di kalangan masyarakat pada tahun 1980 – an. Pada tahun
1980 – an bahasa gaul lebih dikenal dengan bahasa prokem. Bahasa prokem saat itu
digunakan oleh kalangan pergaulan preman. Penggunaan bahasa prokem ini dapat
dikatakan sebagai kode yang digunakan oleh kelompok tertentu.
Dapat dikatakan sebagai kode karena makna dari bahasa prokem setiap kelompok
dapat berbeda – beda. Makna dari bahasa tersebut hanya diketahui oleh anggota
kelompok tersebut saja. Pada awalnya penggunan bahsa prokem ini bertujuan untuk
merahasiakan isi obrolan dari kelompok tertentu. Penggunaan bahasa prokem oleh
preman saat itu tidak digunakan pada situasi dan tempat yang khusus, melainkan pada
situasi dan tempat yang umum. Terlalu seringnya menggunakan bahasa prokem ini
menjadikan orang awam yang bukan anggota kelompok tersebut lama kelamaan akan
mengerti makna dari bahasa sandi tersebut. Pada akhirnya penggunaan bahasa prokem ini
tidak hanya digunakan oleh kalangan anggota kelompok tertentu saja. Namun orang
awam yang bukan anggota dari kelompok tersebut juga mulai menggunakan bahasa
prokem dalam kehidupan sehari – hari mereka. Oleh karena itu makna dari bahasa
prokem tidak lagi menjadi bahasa yang memiliki makna rahasia.

Saat ini penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari – hari sudah mulai bergeser digantikan oleh bahasa gaul. Bahasa gaul jika
digunakan dalam situasi nonformal akan dapat dipahami, namun sangat tidak tepat jika
penggunaan bahasa gaul ini digunakan dalam situasi yang formal. Bahasa gaul banyak
digunakan oleh kalangan remaja. Banyaknya pengguna remaja dipicu oleh gengsi dalam
diri mereka karena jika tidak mengetahui, mengerti dan menggukan bahasa gaul maka
remaja tersebut akan dianggap ketinggalan jaman oleh remaja lain.

Fenomena penggunaan bahasa gaul tidak hanya hasil dari modifikasi bahasa
Indonesia namun juga terdapat modifikasi bari bahasa lain. Bahasa gaul sendiri tidak
hanya hasil dari modifikasi suatu bahasa namun juga dapat berupa bahasa – bahasa yang
sedang popupler digunakan oleh khalayak ramai. Adapun tabel berikut ini memaparkan
bahasa gaul yang merupakan hasil dari modifikasi bahasa baku bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Menurut Nurhasanah (dalam Swandy 2017 : 4) Bahasa gaul adalah gaya
bahasa yang merupakan perkembangan atau modifikasi dari berbagai macam bahasa,
termasuk bahasa Indonesia sehingga bahasa gaul tidak memiliki sebuah struktur gaya
bahasa yang pasti.

PENGARUH PENGGUNAAN BAHASA GAUL TERHADAP BAHASA


INDONESIA

penyebab banyaknya penggunaan bahasa gaul saat ini karena kurangnya rasa
cinta mereka terhadap bahasa Indonesia sebgai bahasa nasional. Saat ini sejalan dengan
perkembangan zaman semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul
terhadap penggunaan bahsa Indonesia yang baik dan benar dalam penggunan tatanan
bahasanya. Penggunaan bahasa gaul paada kalangan remaja membawa pengaruh yang
kurang baik terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai indentitas nasional. Saat
ini banyak di kalangan masyarakat yang sudah memakai bahasa gaul dalam kehidupan
sehari – hari mereka. Seolah – olah tidak memahami bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional. Bahkan pengguna bahasa gaul merambah ke ranah kalangan anak
remaja. Seharusnya sebagai warga Negara Indonesia menghindaari pemakaian bahasa
gaul yang sangat banyak digunakan di masyarakat.

Terlalu banyaknya pengguna bahasa gaul dikalangan remaja membuat prihatin


bangsa ini. Para generasi muda yang diharapkan dapat memajukan bangsa dari segala
aspek inilah yang harus menjadi perbaikan bersama. Solusi yang dapat diberikan yaitu
dengan menanamkan kecintaan dalam diri mereka terhadap bangsa Indonesia terutama
dalam penggunaan bahasa Indonesia.

Dalam hubungan internasional, bahasa Indonesia merupakan perwujudan dari


bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Munculnya bahasa gaul dalam lingkungan
masyarakat, membawa pengaruh pada bahasa Indonesia. Arum Putri (2015 : 5)
mengemukakan pendapatnya mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul
sebagai berikut : Pertama , eksistensi keberadaan bahasa dengan bahasa gaul. Adanya
pengaruh arus perkembangan tekonoligi dan komunikasi dicerminkan pada perilaku
masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saat ini
dalam lingkungan masyaarakat mulai terbiasa menggunakan bahaasa gaul. Hal ini di
perparah dengan fenomena para generasi muda lebih tertarik untuk mempelajarii bahasa
asing daripada menguasai bahasanya sendiri. Dalam kondisi seperti ini, sangat perlu
untuk memberikan pembinaan dan pemupukan mengenai bahasa Indonesia sejak dini
kepada generasi muda agar mereka tidak ikut menggunakan bahasa gaul. Pengaruh arus
globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai
meninggalkan bahasa Indonesia.

Kedua, menurunnya dejarat bahasa Indonesia. Dalam perkembangan sejarah


pertumbuhan bahasa, pertumbuhan bahasa asing memiliki perkembangan yang lebih
maju. Seperti yang ada di sekitar kita perkembangan IPTEK saat ini dikuasai oleh bangsa
– bangsa barat. Maka jika pada produk IPTEK yang mereka hasilnya disertai dengan
penggunaan bahasa asing maka itu adalah suatu hal yang wajar. Selain itu bahasa gaul
begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi dan hanya orang tertentu yang mengerti
arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih memilih untuk menggunakan bahasa gaul
sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa Indonesia semakin pudar bahkan dianggap
kuno di mata remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat bahasa Indonesia.

Selain itu Beta Puspa (2015 : 5) juga mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh
yang posistif dan negatif dari bahasa gaul sebagai berikut : dampak positif ini dapat
dilihat bawa penggunaan bahahasa gaul banyak digunakan di kalangan remaja. Namun
bila penggunaan bahasa gaul ini digunakan pada situasi yang tepat akan memberikan
manfaat mengenai inovasi bahasa yang muncul nantinya.

Sedangkan dampak negative, penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit


pengguna bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat
kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa gaul dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang
termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata
gaul tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan
waktu yang lebih banyak untuk memahaminya. Bahasa gaul dapat mempersulit
penggunanya dalam berkomunikasi dengan orang lain dalam acara yang formal.

KESIMPULAN

PENGGUNAAN BAHASA NON BAKU DILINGKUNGAN MASYARAKAT

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam kehidupan sehari hari untuk


menggunakan bahasa baku, sehingga mereka membiasakan bahasa non baku tersebut
terus mengalir dalam bahasa yang mereka gunakan, karena mereka berfikir bahwa arti
dari bahasa non baku dan baku tersebut memiliki arti yang sama. Penggunaan bahasa non
baku tidak dipermasalahkan dalam kehidupan sehari-hari karena dengan bahasa non baku
masyarakat lebih mudah untuk mengingatnya, padahal pernyataan yang seperti ini salah,
seharusnya mereka sebagai bangsa Indonesia lebih mencari tahu bahasa Indonesia yang
baik dan benar.

BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI ,CITRA PIKIRAN,DAN


KEPRIBADIAN

Beberapa kesimpulan dari pembahasan ini, sebagai berikut.


a. Bahasa sebagai alat komunikasi bermakna bahwa bahasa merupakan deretan bunyi
yang bersistem, berbentuk lambang, bersifat arbitrer, bermakna, konfensional, unik,
universal, produktif, bervariasi, dinamis, manusiawi, dan alat interaksi sosial yang
menggantikan individual dalam menyatakan sesuatu kepada lawan tutur dalam suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi dan identitas penuturnya.

b. Bahasa sebagai citra pikiran bermakna bahwa bahasa terbentuk dari pikiran, atau
bentuk bahasa (secara individual dan spontan) meniru atau mengikuti bentuk pikiran atau
ide.

c. Bahasa sebagai citra kepribadian bermakna bahwa bahasa berkaitan dengan etika
berbahasa yang diyakininya. Etika berbahasa ini sangat erat berkaitan dengan pemilihan
kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam satu
masyarakat. Dengan menggunakan bahasa dengan memperhatikan etika berbahasa, maka
pribadi seseorang akan dikatakan baik.

KEEKSISTENSIAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL


DAN ILMU PENGETAHUAN PADA ERA GLOBALISASI

Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan


pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur
kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku
sebagai warga negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-
sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah
yang positif.

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA GAUL DI KALANGAN


REMAJA

Masyarakat Indonesia saat ini banyak yang menggunakan bahasa gaul dan
singkatan – singkatan dala kegiatan sehari – hari merupakan bentuk penyimpangan dari
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Adannya penyimpangan ini dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Luntur atau hilangnnya
penggunaan bahasa Indonesia dikarenakan kurangnya kesadaaran dalam diri untuk
mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia di negeri sendiri. Hal ini terkadang
diperparah oleh maraknya dunia artis yang menggunakn bahasa gaul di media massa dan
elektronik.
DAFTAR PUSTAKA

PENGGUNAAN BAHASA NON BAKU DILINGKUNGAN MASYARAKAT

Sanggup, Barus.Drs,M.Pd.dkk.Pendidikan Bahasa Indonesia, 2014;Medan.Unimed Press

BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI ,CITRA PIKIRAN,DAN


KEPRIBADIAN

Alisjahbana, St. Takdir. (1978). Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia I. Jakarta:
Dian Rakyat.

Bloch, Bernard & Trager. (1984). Outline of Linguistic Analysis, dalam Henry
Guntur Tarigan, Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

Bloomfield, L. (1933). Language. New York: Holt, Tenehardt and Wingston.

Brown, P & S.C. Levinson. (1987). Politeness: Some Universals of Language


Use. Cambridge: CUP.

Chaer, A. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, S. (1982). Dasar-Dasar Neurofisiologis dalam Penguasaan


Bahasa, Seminar Pengajaran Bahasa. Jakarta.

Dardjowidjojo, S. (2009). ―Bahasa dan Pola Pikir Bangsa Kita‖ Kongres


Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 5-7 November 2009, di Batu, Malang.

Devitt, M. & Hanley, R. (2006). The Blackwell Guide to the Philosophy of


Language. USA: Blackwell Publishing Ltd.

KEEKSISTENSIAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL


DAN ILMU PENGETAHUAN PADA ERA GLOBALISASI

Achmad, dkk. 2016. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta:Erlangga.

Ariningsih, N. E., Sumarwati, S., & Saddhono, K. (2012). Analisis Kesalahan


Berbahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas.
BASASTRA, 1, 130-141.

Chaer,Abdul.2008. Tata Bahasa Praktis Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka


Daimun. (2013). Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi. Jurnal
Bahasa dan Seni, 14 (1), 30-42.

Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Widyaparwa Volume 42 Nomor 2.


Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kemendikbud. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009


tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA GAUL DI KALANGAN


REMAJA

Wibowo, Wahyu. 2003. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia

Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Rahayu, Arum Putri. 2015. “Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar dalam Pendidikan dan Pengajaran”. Dalam Jurnal: Paradigma, Volume 2, Nomor
1, Halaman 1-15.

Swandy, Eduardus. 2017. “Bahasa Gaul Remaja dalam Media Social Facebook”.
Dalam Jurnal: Bastra volume 1 nomor 4, halaman 1-4.

Oktaviani, Femi. 2014. “Hubungan Antara Penggunaan Bahasa Gaul dengan


Keterbukaan Komunikasi di Kalangan Siswa”. Dalam Jurnal Ilmu Komunikasi. JIKA.
Volume.1 No.1, halaman 4-5.

Sari, Beta Puspa. 2015. “Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja
Terhadap Bahasa Indonesia”. Dalam Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB
2015, halaman 2-5.

Hilaliyah, Hilda. 2010. “Maraknya Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Pelajar


Sekolah Menengah Atas”. Dalam Jurnal: Dieksis Vol. 02 No. 01 Januari - Maret 2010,
halaman 2.

Anda mungkin juga menyukai