Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENELITIAN BAHASA INDONESIA

“ PENGGUNAAN BAHASA SANTUN DI LINGKUNGAN


ANAK REMAJA “
Dosen Pengampu : Lina Marliana Dewi, M. Pd

DISUSUN OLEH :
1. Nida Hanifa Rachman
2. Losro Juliana Sihombing
3. TitiJanati
4. Yunita Napitupulu

UNIVERSITAS SERANG RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur milik Allah SWT. Hanya karena izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami panjatkan shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya,
dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Ind
onesia yang kami beri judul “Penggunaan Bahasa Santun di Lingkungan Anak Remaja”.
Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai pengertian bahasa santun, penyebab remaja tida
k menggunakan bahasa santun, wujud pelanggaran kesantunan berbahasa, cara agar remaja bisa
menggunakan bahasa santun dan cara agar remaja tetap menggunakan bahasa santun.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen, orang tua, dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan
berbagai pihak.

Serang, 9 Juni 2021

Tim penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai de
ngan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lai
nnya. Menurut Kridalaksana (1993: 21), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengiden
tifikasikan diri. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti menggunakan bahasa untuk berinter
aksi satu sama lain. Chaer dan Agustina (2004: 14) menyatakan bahwa secara tradisional dapat d
ikatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau sebagai alat komunikasi, dalam
arti bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, perasaan, gagasan, ataupun konsep.
Dalam berinteraksi, diperlukan aturan-aturan yang mengatur penutur dan lawan tutur agar n
antinya dapat terjalin komunikasi yang baik diantara keduanya. Aturan-aturan tersebut terlihat pa
da prinsip kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech (1993: 206). Leech (melalui Rah
ardi, 2005: 59-60) membagi prinsip kesantunan menjadi enam, yakni maksim kebijaksanaan, ma
ksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan
maksim simpati.
Dalam berbahasa, manusia perlu memperhatikan adanya kesantunan berbahasa ketika berko
munikasi dengan manusia lainnya. Hal itu bertujuan agar manusia bisa menggunakan bahasa yan
g santun dan tidak melakukan kesalahan dalam berbahasa. Sebuah tuturan dikatakan santun atau
tidak, sangat tergantung pada ukuran kesantunan masyarakat penutur bahasa yang dipakai. Tutur
an dalam bahasa Indonesia secara umum sudah dianggap santun jika penutur menggunakan kata-
kata yang santun, tuturannya tidak mengandung ejekan secara langsung, tidak memerintah secara
langsung, serta menghormati orang lain. Oleh karena itu, kesantunan berbahasa ini perlu dikaji g
una mengetahui seberapa banyak kesalahan atau penyimpangan kesantunan berbahasa pada man
usia ketika berkomunikasi satu sama lain.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kesantunan berbahasa merupakan aspek yang sang
at penting untuk membentuk karakter dan sikap seseorang. Dari penggunaan bahasa seseorang da
lam bertutur kepada orang lain, dapat diketahui karakter dan kepribadian yang dimiliki seseorang
tersebut. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas dan luga
s mencerminkan pribadi penuturnya berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa yang sar
kasme, menghujat, memaki, memfitnah, mengejek atau melecehkan akan mencitrakan pribadi
yang tidak berbudi.
Dewasa ini, masyarakat sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap pe
rubahan masyarakat melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan nilai
dan moral, termasuk pergeseran bahasa dari bahasa santun menuju kepada bahasa yang tidak sant
un. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sumarjan & Pratama dalam Daulay (2014:42) ba
hasa dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya yang mencerminkan zamannya. Te
knologi dalam perkembanganya seperti sosial media yang telah mengkontaminasi peng
gunaan bahasa itu sendiri baik bahasa tulisan maupun lisan, yang kemudian menghasilkan
bahasa slank ataupun bahasa alay, membuat remaja tidak terlepas dari penggunaan bahasa yang tid
ak lagi memperhatikan penggunaan bahasa yang baik dan santun. Pengaruh latar belakang pendidikan, l
ingkungan sosial, dalam keluarga juga mempengaruhi kebahasaan remaja di lingkungan keluarga s
eperti budaya kebiasaan keluarga dalam pengajaran kesantunan terhadap remaja, bagaimana seharusn
ya berbicara sopan santun kepada seseorang yang lebih tua. Seorang remaja bisa dinilai tidak santun ber
bahasa jika menggunakan intonasi yang keras pada lawan bicara terutama kepada yang lebih tua, menggu
nakan pilihan kata yang tidak tepat atau menggunakan kata-kata yang kasar. Contoh bahasa yang tidak
santun dalam kalangan remaja yaitu menggunakan kata yang tidak tepat (seperti menggunakan kata “k
amu” kepada orang yang usia atau kedudukannya lebih tinggi).

Realita kehidupan masyarakat pada saat ini menunjukan semakin hari semakin merujuk
pada penggunakan bahasa yang tidak memperhatikan kesantunan berbahasa dalam berkomu
nikasi. Peristiwa tersebut juga terjadi di kalangan para remaja yang merupakan generasi pe
nerus bangsa terlihat pada kondisi tidak mampunya menggunakan bahasa yang baik dengan
tatanan nilai dan etika yang ada dalam masyarakat memunculkan perkelahian dan tawuran .
Perkelahian bahkan tawuran tidak jarang terjadi karena kesalahan penggunaan bahasa dia
ntara remaja tersebut yang kasar, tidak memperhatikaan bahasa yang halus dan jauh dari k
ata santun. Jika para remaja ini terus menerus tidak menggunakan bahasa santun, maka akan berp
otensi terciptanya kondisi masyarakat yang tidak damai, tenang dan harmonis di dalam lingkung
an sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Terkait permasalahan diatas, maka kami sebagai peneliti akan membahas mengenai “ Pengg
unaan bahasa santun di lingkungan anak remaja “.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk melatar belakangi masalah di atas:
1. Apa pengertian bahasa santun ?
2. Apa penyebab anak remaja zaman sekarang tidak bisa menggunakan bahasa santun ?
3. Bagaimana kesantunan dalam berbahasa pada anak remaja zaman sekarang ?
4. Apa wujud pelanggaran kesantunan berbahasa pada anak remaja zaman sekarang ?
5. Bagaimana cara mengatasi agar remaja bisa menggunakan bahasa santun ?
6. Bagaimana cara agar remaja bisa terus mempertahankan basa santun ?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian bahasa santun.
2. Mendeskripsikan penyebab anak remaja zaman sekarang tidak bisa menggunakan bahasa
santun.
3. Mendeskripsikan kesantunan dalam berbahasa pada anak remaja zaman sekarang.
4. Mendeskripsikan wujud pelanggaran kresantunan berbahasa pada anak remaja zaman sek
arang.
5. Mendeskripsikan cara mengatasi agar anak remaja bisa menggunakan bahasa santun.
6. Mendeskripsikan cara agar anak remaja bisa terus mempertahankan bahasa santun.
1.4 Manfaat
1. Untuk penulis, menambah pemahaman mengenai pembelajaran kesantunan berbahasa d
i lingkungan anak remaja dan dapat di jadikan acuan atau referensi bagi peneliti lain yan
g akan meneliti lebih lanjut khususnya mengenai kesantunan berbahasa.
2. Untuk mahasiswa, menambah informasi dan pengetahuan tentang penggunaan bahasa ya
ng santun di lingkungan anak remaja. Dan jika sudah mengetahui nya, mahasiswa juga bi
sa menerapkan ilmu itu, bisa berbahasa santun dilingkungan manapun.
3. Untuk dosen, agar mengetahui tugas yang diberikan tentang “ penggunaan bahasa santun
di lingkungan anak remaja” mulai dari penyebab hingga cara mengatasi agar bahasa santu
n bisa digunakan oleh kalangan anak remaja.
4. Untuk masyarakat, sebagai warga Indonesia seharusnya mampu menggunakan bahasa Ind
onesia yang baik dan benar tanpa memandang dari generasi apa orang tersebut. Bahasa In
donesia ini harus digunakan dalam kegiatan yang bersifat formal dan non formal. Namun
yang terjadi sekarang ini penggunaan bahasa Indonesia dikalangan masyarakat sudah ber
campur dengan bahasa gaul maka dari itu kami penulis ingin memberikan sebuah informa
si tentang penggunaan bahasa santun di zaman sekarang sudah tidak baik lagi dan agar se
luruh masyarakat Indonesia dapat berbahasa santun yang baik dalam kegiatan formal mau
pun non formal.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Bahasa
Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena ia menjadi alat komu
nikasi yang utama. Sebagai alat komunikasi, bahasa meliputi kata, kumpulan kata, klausa
dan kalimat yang diungkapkan secara lisan maupun tulisan.
Sementara pengertian bahasa adalah sistem komunikasi manusia yang dinyatakan mela
lui susunan suara atau ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang lebi
h besar, seperti morfem, kata, dan kalimat. Sedangkan dalam perspektif Linguistik Sistem
ik Fungsional (LSF), bahasa adalah bentuk semiotika sosial yang sedang melakukan peke
rjaan di dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural, yang digunakan baik secara lisa
n maupun secara tulis. Dalam perspektif LSF tersebut, bahasa dipandang sebagai suatu ko
nstruksi yang dibentuk melalui fungsi dan sistem secara simultan.

2.2 Pengertian Santun


Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan kesantunan adalah
kehalusan dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Pendapat lain diuraikan bahwa ke
santunan (politiness), kesopan santunan, atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan
dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus m
enjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini bias
a disebut "tatakrama".
Kesantunan bersifat relatif di dalam masyarakat. Ujaran tertentu bisa dikatakan santun
di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, akan tetapi di kelompok masyarakat lain b
isa dikatakan tidak santun. Menurut Zamzani,dkk. kesantunan (politeness) merupakan p
erilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau beretika. Kesantunan merupakan f
enomena kultural, sehingga apa yang dianggap santun oleh suatu kultur mungkin tidak de
mikian halnya dengan kultur yang lain. Tujuan kesantunan, termasuk kesantunan berbaha
sa, adalah membuat suasana berinteraksi menyenangkan, tidak mengancam muka dan efe
ktif.

2.3 Ciri Kesantunan Berbahasa


Kesantunan berbahasa seseorang, dapat diukur dengan beberapa jenis skala kesantunan.
Chaer (2010: 63) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan skala kesantunan adal
ah peringkat kesantunan, mulai dari yang tidak santunsampai dengan yang paling san
tun. Rahardi (2005: 66-67) menyebutkan bahwa sedikitnya terdapat tiga macam skala p
engukur peringkat kesantunan yang sampai saat ini banyak digunakan sebagai dasar a
cuan dalam penelitian kesantunan.
Dalam model kesantunan Leech, setiap maksimum interpersonal itu dapat dimanf
aatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Rahardi (2005: 66)
menyatakan bahwa skala kesantunan Leech dibagi menjadi lima.
1) Cost benefit scaleatau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada besar kecilny
a kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertut
uran. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap santunla
h tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri pe
nutur akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu.
2) Optionality scaleatau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilih
an (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan b
ertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilih
an yang banyak dan leluasa, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Sebalikn
ya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi
si penutur dan si mitra tutur, tuturan tersebut dianggap tidak santun.
3) Indirectness scaleatau skala ketidak langsungan menunjuk kepada peringkat langsu
ng atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat lan
gsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, se
makin tidak langsung, maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin santunlah tutu
ran itu.
4) Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial a
ntara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak peringka
t sosial (rank rating) antara penutur dan dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan
cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat stat
us sosial di antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan
tuturan yang digunakan dalam bertutur itu.
5) Social distance scaleatau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan
sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada ke
cenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial di antara keduanya, akan
menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jar
ak peringkat sosial antara penutur dengan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan yan
g digunakan itu.
Dalam sebuah tuturan juga diperlukan indikator-indikator untuk mengukur kesantu
nan sebuah tuturan, khususnya diksi. Pranowo (2009: 104) memberikan saran agar t
uturan dapat mencerminkan rasa santun, yakni sebagai berikut.
1) Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan pada orang lain.
2) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan akan menyinggung perasaa
n lain.
3) Gunakan kata “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain.
4) Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu.
5) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dihormati.
6) Gunakan kata “bapak/ibu” untuk menyapa orang ketiga.

2.4 Penyebab Ketidaksantunan


Pranowo (melalui Chaer, 2010: 69) menyatakan bahwa ada beberapa faktor atau hal ya
ng menyebabkan sebuah pertuturan itu menjadi tidak santun. Penyebab ketidaksantunan i
tu antara lain.
1) Kritik secara langsung dengan kata-kata kasar
Menurut Chaer (2010: 70) kritik kepada lawan tutur secara langsung dan dengan
menggunakan kata-kata kasar akan menyebabkan sebuah pertuturan menjadi tida
k santun atau jauh dari peringkat kesantunan. Dengan memberikan kritik secara lan
gsung dan menggunakan kata-kata yang kasar tersebut dapat menyinggung perasaan
lawan tutur, sehingga dinilai tidak santun.
contoh: “ Pemerintah memang tidak pecus mengelola uang. Mereka bisanya hanya
mengkorupsi uang rakyat saja.”
Tuturan di atas jelas menyinggung perasaan lawan tutur. Kalimat di atas terasa tid
ak santun karena penutur menyatakan kritik secara langsung dan menggunakan
kata-kata yang kasar.
2) Dorongan rasa emosi penutur
Chaer (2010: 70) mengungkapkan, kadang kala ketika bertutur dorongan rasa emosi
penutur begitu berlebihan sehingga ada kesan bahwa penutur marah kepada lawan t
uturnya. Tuturan yang diungkapkan dengan rasa emosi oleh penuturnya akan diangga
p menjadi tuturan yang tidak santun.
contoh: “ Apa buktinya kalau pendapat anda benar? Jelas-jelas jawaban anda tidak
masuk akal.”
Tuturan di atas terkesan dilakukan secara emosional dan kemarahan. Pada tuturan te
rsebut terkesan bahwa penutur tetap berpegang teguh pada pendapatnya, dan tidak mau m
enghargai pendapat orang lain.
3) Protektif terhadap pendapat
Menurut Chaer (2010: 71), seringkali ketika bertutur seorang penutur bersifat prote
ktif terhadap pendapatnya. Hal ini dilakukan agar tuturan lawan tutur tidak dipercaya ol
eh pihak lain. Penutur ingin memperlihatkan pada orang lain bahwa pendapatnya be
nar, sedangkan pendapat mitra tutur salah. Dengan tuturan seperti itu akan dianggap tidak
santun.
contoh: “ Silakan kalau tidak percaya. Semua akan terbukti kalau pendapat saya yang pali
ng benar.”
Tuturan di atas tidak santun karena penutur menyatakan dialah yang benar; dia memprot
eksi kebenaran tuturannya. Kemudian menyatakan pendapat yang dikemukakan lawa
n tuturnya salah.
4) Sengaja menuduh lawan tutur
Chaer (2010: 71) menyatakan bahwa acapkali penutur menyampaikan tuduhan p
ada mitra tutur dalam tuturannya. Tuturannya menjadi tidak santun jika penutur terkesan
menyampaikan kecurigaannya terhadap mitra tutur.
contoh: “ Hasil penelitian ini sangat lengkap dan bagus. Apakah yakin tidak ada ma
nipulasi data?”
Tuturan di atas tidak santun karena penutur menuduh lawan tutur atas dasar kecurigaan b
elaka terhadap lawan tutur. Jadi, apa yang dituturkan dan juga cara menuturkannya
dirasa tidak santun.
5) Sengaja memojokkan mitra tutur
Chaer (2010: 72) mengungkapkan bahwa adakalanya pertuturan menjadi tidak santu
n karena penutur dengan sengaja ingin memojokkan lawan tutur dan membuat lawa
n tutur tidak berdaya. Dengan ini, tuturan yang disampaikan penutur menjadikan law
an tutur tidak dapat melakukan pembelaan.
contoh: “ Katanya sekolah gratis, tetapi mengapa siswa masih diminta membayar iur
an sekolah? Pada akhirnya masih banyak anak-anak yang putus sekolah.”
Tuturan di atas terkesan sangat keras karena terlihat keinginan untuk memojokkan
lawan tutur. Tuturan seperti itu dinilai tidak santun, karena menunjukkan bahw
a penutur berbicara kasar, dengan nada mara, dan rasa jengkel.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan secara online yang di sebabkan karena sedang ada PPKM
yang dilaksanakan di seluruh daerah Jawa sehingga penulis tidak dapat terjun langsung
dalam melakukan penelitian langsung ke lapangan. Waktu penelitian dilakukan mulai
dari tanggal 16 juli 2021 sampai 17 juli 2021.
3.2 Jenis Penelitian
Dalam menyelesaikan tugas penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian Pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
beberapa buku sebagai referensi untuk penulisan
2. Penelitian online, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mewawancari anak
remaja melalui media sosial (WhatsApp).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara :
1. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara bertanya kepada seseorang untuk
mendapatkan sebuah informasi yang berhubungan dengan judul penelitian
tersebut.
2. Kualitatif
Metode penelitian ini berfokus pada pemahaman terhadap fenomena sosial yang
terjadi di masyarakat.
BAB IV
PAPARAN DATA
4.1 Paparan Data
1. Cara berbicara kepada orang tua, teman, dan anak kecil
Contoh kalimat perintah kepada orang tua, teman, dan anak kecil

Nama Kepada orang tua Kepada teman kepada anak kecil


Naswa Ayah, ade minta tolong ajarin do (nama) temenin yuk Kakak minta tolong dong a
ng ini cara isi ini gimana ke toilet mbilin snack yang di atas
meja
Laura Pak, tolong hidupkan kipas Woi, hidupkan kipas (nama) hidupkan dulu kipa
itu s itu
Radit Pak wardi, nanti sore tolong bers Bro, tolong kirim no Dek, tolong beliin telor ke
ihin rumput di taman ya mor bu susi dong warung
Rifald Ma, ambil sapu Woi, ambil dulu buk Ambil hp ku
u ku
Eva Maaf ibu, bisa tolong ambilkan k Hei, ambilkan dong Dek, tolong ambilkan kain
ainnya kainnya itu
Dani Maaf bapak, bisa tolong ambilka (nama) ambilin topi Adek, tolong ambilin minu
n ban itu di tas cepat! m kakak ya
Putri Bu, tolong kasih makan kucingk Wey, tolongin kasih Dek, tolong kasih makan k
u makan kucing gw ya ucing ya? Kakak sibuk

2. Alasan menggunakan kata “woi, bro” kepada teman

Nama Alasan
Radit Agar lebih akrab kepada teman
Rifald Supaya gaul saja
Laura Karena seumuran dan juga sudah akrab
Dani Biar cepat akrab, supaya bisa jadi teman
Eva Supaya asik dan tidak kaku pada saat berkomunikasi
Naswa Menggunakan kata seperti itu pada saat bercanda sama teman
Putri Karena sudah dekat

3. Lebih senang memakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar atau Bahasa gaul

Nama Alasan
Radit Bahasa gaul, karena supaya lebih akrab dan tidak kaku
Naswa Bahasa gaul, karena kalau pakai Bahasa Indonesia yang baik merasa terlalu for
mal biasanya makai Bahasa Indonesia buat kegiatan tertentu saja, seperti berbi
acara kepada guru, kepada orang yang lebih tua tidak di kenal dan saat present
asi
Laura Bahasa gaul, karena lebih santai bawaanya, dan untuk sehari-hari tidak perlu m
emakai Bahasa yang formal
Rifald Bahasa gaul, karena biar keren dan mengikuti zaman
Eva Tergantung dengan siapa kita berbicara
Dani Tergantung jika kepada orang tua menggunakan bahaha Indonesia yang baik d
an benar, jika kepada teman menggunakan Bahasa gaul
Putri Tergantung, jika kepada teman menggunakan Bahasa gaul, dan di acara tertent
u menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

4. Dari kamu mengetahui Bahasa tersebut dan sejak kapan

Nama Jawaban
Naswa Ikutan teman, sejak SMP
Radit Dari media sosial dan lingkungan, sejak SMP
Rifald Dari lingkungan sekitar, sejak SD kelas 6
Laura Dari lingkungan sekitar, sejak SMP
Dani Ikutan teman dan lingkungan sekitar
Eva Ikutan teman dan lingkungan sekitar
Putri Dari sosial media dan lingkungan sekitar, sejak SMP

4.2 Cara Mengatasi Agar Remaja Bisa Menggunakan Bahasa Santun


a) Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat pada
masa depan khususnya remaja, perlu adanya usaha pada saat ini menanamkan dan
menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa
terhadap Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Para orangtua, guru dan
pemrintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan
menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap
Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian Bahasa Indonesia secara baik dan
benar pada saat ini dan pada masa depan dapat meningkat.
b) Perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi
bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan.
c) Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini,
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaannya. Dengan
demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik
dan benar daripada bahasa gaul. Penyadaran ini dapat dilakukan oleh para orang tua
di rumah kepada anak-anak mereka. Dapat pula dilakukan oleh para guru kepada para
siswa mereka. Selain itu, pihak pemerintah dapat bertindak secara bijak dalam
menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia di
negara kita.
d) Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan
juga masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan
Bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, Bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan yang dapat kita gunakan untuk merekatkan persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia. Dengan menanamkan semangat, masyarakat Indonesia akan lebih
mengutamakan Bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul. Cara
menanamkannya dapat dilakukan di rumah, sekolah dan di masyarakat.
e) Pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan Bahasa Indonesia dalam
film-film produksi Indonesia. Baik film layar lebar maupun sinetron. Dengan
penggunaan Bahasa Indonesia secara benar oleh para pelaku dalam film nasional
yang diperankan aktor dan aktris idola masyarakat, masyarakat luas juga akan
mengunakan Bahasa Indonesia seperti para idola mereka.
f) Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi.
Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam
bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, dalam bentuk diskusi
kelompok, penulisan artikel dan makalah dan juga dalam bentuk penulisan sastra
seperti cerita pendek dan puisi. Dengan praktik-praktik berbahasa Indonesia, dapat
mengembangkan kreativitas berbahasa Indonesia mereka dan juga dapat
membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar baik dan benar.
g) Upaya untuk membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia dilakukan dengan
jalur media masssa dan jalur kepemimpinan. Pembinaan bahasa Indonesia dilakukan
melalui jalur media massa karena jangkauannya sangat luas. Kemudian, jalur
kepemimpinan dapat pula dilakukan sebagai salah satu alternatif membina sikap
positif terhadap bahasa Indonesia karena pemimpin merupakan panutan masyarakat.
4.3 Cara Agar Remaja Bisa Terus Mempertahankan Bahasa Santun.
- meningkatkan rasa kebanggaan memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia dalam
berbagai keperluan dan kemanfaatannya yang menjangkau seluruh lapisan, kelompok,
dan golongan dalam masyarakat bangsa Indonesia,
- menghindari penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar garis ketentuan
dan kebijakan yang telah ditentukan. Penghindaran penggunaan bahasa asing secara
berlebihan dapat disebabkan telah ada padanannya dalam bahasa Indonesia ataupun
untuk menghindari gangguan terhadap kelancaran komunikasi. Selain itu,
penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar lingkungan dan keperluannya
selain merupakan pelecehan terhadap peran dan kedudukan serta hasil-hasil
pengembangan bahasa Indonesia, juga melemahkan pembinaan wawasan kebangsaan,
- meningkatkan frekuensi pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia dalam semua
kesempatan dan aktivitas, baik resmi maupun tidak resmi. Dari sudut pandang
psikologi pendidikan, suatu keberhasilan bukan sekadar tercapai melalui pendidikan
formal dan pelatihan, tetapi lebih-lebih melalui pembiasaan penggunaan secara terus-
menerus dalam lingkungan masyarakat dan di tengah-tengah keluarga.
4.4 Bukti Penelitian
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesopanan dan kesantunan dalam berbahasa sangatlah penting terutama pada saat
anak berbahasa kepada orang tuannya. Dalam penelitian ini tingkat penggunaan Bahasa
santun di lingkungan anak remaja cukup memprihatinkan karena lebih banyak anak-anak
yang menggunakan Bahasa gaul pada saat berinteraksi di lingkungan sekitarnya. Dari
penelitian kami anak-anak remaja sekarang kurang sopan meminta tolong kepada teman-
teman nya tanpa ada kalimat “tolong” dengan alasan sudah akrab dan seumuran. Ada
juga beberapa anak remaja sekarang yang masih berbahasa dengan santun seperti
meminta bantuan kepada teman dengan menggunakan kata “tolong”. Dan anak remaja
sekarang hampir 98% lebih senang menggunakan Bahasa gaul dibanding menggunakan
Bahasa santun atau Bahasa Indonesia yang baik dan mereka, alasan mereka Bahasa
Indonesia terlihat lebih formal jika mereka menggunakannya pada saat berkomunikasi di
lingkungan sekitarnya, mereka akan menggunakan Bahasa santun pada saat membicara
kepada orang yang lebih tua.
5.2 SARAN
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah penulis
memberikan beberapa saran, diantaranya :
1. Anak remaja sekarang hendaklah menggunakan kata “tolong” pada saat meminta
bantuan kepada siapapun itu.
2. Meminta bantuan kepada anak kecil hendaklah menggunakan kata yang baik agar
mereka juga dapat meniru kesopanan tersebut.
3. Anak remaja sekarang baik nya memilah mana kata gaul yang pantas digunakan mana
kata yang tidak pantas digunakan, jangan semua kata di pakai kita juga harus
mengerti arti dari kata tersebut apa, jangan hanya ikut-ikutan teman kita berbahasa
yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA
Doman, E (2006). Current Debates in SLA. The Asian EFL Journal 7 (4). Retrieved 2010-12-01
Suyatno, 1997. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Masmedia Buana Pustaka.
Yunita Dwi Aryani, 2014 Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Perilaku
Etis Berbahasa Santun
Simpen, I Wayan . 2008. Pelangi Bahasa Indonesia. Denpasar: Pustaka Larasan.
Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. Oxford: Oxford University Press
Chaer,Abdul. 2010.Kesantunan Berbahasa. Jakarta : Rineka Cipta.
Moeliono, Anton M. 1991. Santun Bahasa. Jakarta:Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik:Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga
Ida Zusnani. 2013. Pendidikan Kepribadian Siswa SD-SMP. Yogyakarta: Tugu
Suparno dan Waras Kamdi. 2007. Pengembangan Profesionalisme Guru. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Susatyo Herlambang. 2011. Pengembangan Kepribadian. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Susrawan, I Nym. Adi. 2012. Wujud Kesantunan Imperatif dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas XI PSIA.1 SMAN 1 Kubu Karangasem. Tesis(tidak diterbitkan). Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Arum Putri. 2015. “Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar dalam
Pendidikan dan Pengajaran”.
Dalam Jurnal: Paradigma, Volume 2, Nomor 1, Halaman 1-15. Swandy, Eduardus. 2017.
“Bahasa Gaul Remaja dalam Media Social Facebook”.
Oktaviani, Femi. 2014. “Hubungan Antara Penggunaan Bahasa Gaul dengan Keterbukaan
Komunikasi di Kalangan Siswa”.
Dalam Jurnal Ilmu Komunikasi. JIKA. Volume.1 No.1, halaman 4-5. Sari, Beta Puspa. 2015.
“Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja Terhadap Bahasa Indonesia”.
Hilaliyah, Hilda. 2010. “Maraknya Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Pelajar Sekolah
Menengah Atas”.
Biodata Penulis

Nama Lengkap : Losro Julina Sihombing


Nama Panggilan : Losro
Nim : 31220122
Tempat,Tanggal Lahir : Aekmas, 19 Juli 2001
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Universitas : Universitas Serang Raya
Jurusan : Manajemen
Alamat : Aekmas
Semester :2
Status : Pelajar
Biodata Penulis

Nama Lengkap : Nida Hanifa Rachman


Nama Panggilan : Nida
Nim : 31220167
Tempat,Tanggal Lahir : Serang, 04 Juli 2001
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Universitas : Universitas Serang Raya
Jurusan : Manajemen
Alamat : Kp.Sukajadi
Semester :2
Status : Pelajar
Biodata penulis

Nama Lengkap : Titi Janati


Nama Panggilan : Titi
Nim : 31220237
Tempat,Tanggal Lahir : Serang, 11 Desember 2001
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Universitas : Universitas Serang Raya
Jurusan : Manajemen
Alamat : Bojonegara, Serang Banten
Semester :2
Status : Pelajar
Biodata Penulis

Nama Lengkap : Yunita Napitupulu


Nama Panggilan : Yunita
Nim : 31220253
Tempat,Tanggal Lahir : Perawang, 13 Juni 2002
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Universitas : Universitas Serang Raya
Jurusan : Manajemen
Alamat : Riau
Semester :2
Status : Pelajar

Anda mungkin juga menyukai