Anda di halaman 1dari 9

1

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU PADA SISWA


SMP PAHLAWAN NASIONAL KELAS IX.5
Fitri Novi Yanti Munthe,Karina Zahra,Nur Adawiyah Harahap,
Pitri Aulia Usman Lubis,Sumila Sari
Fakultas Ekonomi, Pendidikan Ekonomi,Universitas Negeri Medan
fitrinoviyantim@gmail.com,karinazahra860@gmail.com,nuradawiyah441@gmail.com,
pitriauliausman@gmail.com,sarisumila92@gmail.com

Abstrak

Dalam UUD RI 1945 pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah


bahasa Indonesia. Pentingnya peranan bahasa Indonesia yang bersumber pada ikrar ke3
Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia”. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari manusia, sebab bahasa merupakan alat komunikasi yang paling
akurat. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu
yang dirasakan, dipikirkan dan yang dialami seseorang. Bagaimana penggunaan bahasa
baku dan non baku pada siswa/i SMP SWASTA Pahlawan Nasional Medan kelas IX-5.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kali ini, yakni mengetahui bagaimana
penggunaan bahasa baku dan non baku siswa/i SMP SWASTA Pahlawan Nasional kelas
IX.5. Tujuan penelitian ini juga menganalisis pemahaman siswa tentang peran bahasa
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci : Bahasa indonesia,Bahasa Baku dan Non Baku,Alat Komunikasi

Abtract

Article 36 of the 1945 Republic of Indonesia Constitution states that the state language is
Indonesian. The importance of the role of the Indonesian language stems from the third
pledge of the 1928 Youth Pledge which states "we, the sons and daughters of Indonesia,
uphold the language of unity, Indonesian". Language plays a very important role in
human daily life, because language is the most accurate means of communication. As a
communication tool, language is used to communicate what a person feels, thinks and
experiences. How to use standard and non- standard language for students at Medan
National Heroes Private Middle School class IX-5. The aim to be achieved in this research
is to find out how students use standard and non- standard language at National Heroes
Private Middle School class IX.5. The aim of this research is also to analyze students'
understanding of the role of language as a communication tool used in everyday life.

Keywords: Indonesian, Standard Language and Standard Nou, Communication Tools


PENDAHULUAN

Dalam UUD RI 1945 pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah


bahasa Indonesia. Pentingnya peranan bahasa Indonesia yang bersumber pada ikrar ke-3
Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia”. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari manusia, sebab bahasa merupakan alat komunikasi yang paling
akurat. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu
yang dirasakan, dipikirkan dan yang dialami seseorang (Siregar, 2013).
Semua hal tersebut akan dapat diterima dan dipahami secara cepat oleh orang
lain jika bahasa yang digunakan jelas, tepat dan tidak menimbulkan ganda
(WAANGSIR, 2010). Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi (WAANGSIR,
2010) bahasa resmi kenegaraan, bahasa pemerintahan, bahasa pengantar resmi di semua
jenis dan jenjang pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai ke
Perguruan Tinggi (PT), sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang
kebanggaan nasional, sebagai lambang identitas nasional, merupakan sarana penyatuan
berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar-belakang bahasa kehidupan sosial
budaya ke dalam kesatuan bangsa Indonesia, dan sarana penghubung antar budaya
dan daerah.
Seperti pernyataan yang tertera di atas, bahwa dengan kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar resmi di semua
jenis dan jenjang pendidikan yang ada di Indonesia (Dirgantara, 2011). Oleh sebab itu
dalam dunia pendidikan yang ada di Indonesia telah memiliki standar sebagai acuan
normatif (Raharjo, 2014). Sebagai acuan normatif dalam dunia pendidikan yang
bersifat formal, maka pemakaiannya dalam bahasa lisan dan tulisan harus baku (Rahayu,
2007). Kenyataannya, sebagian besar siswa belum mampu menggunakan baku, khususnya
dalam bahasa tulis (Setyowati, 2013). (Chaer, 1993) mengatakan bahwa “Secara umum
kenyataan yang kita lihat bahwa siswa baik tingkat SD, SMP/MTS, maupun SMA
belum mampu menggunakan bahasa baku dalam tulisan, baik dari ejaan, pemilihan
kata dengan tepat maupun dalam menyusun kalimat”.
Bahasa sendiri merupakan sarana untuk mempermudah penyampaian gagasan,
perilaku, dan perasaan. Bahasa Indonesia memiliki peran sangat penting yaitu sebagai
bahasa persatuan mengingat banyaknya bahasa daerah yang dimiliki oleh negara
Indonesia. Namun, pada saat ini kesadaran masyarakat terutama pada kalangan
siswa SMP terhadap pentingnya bahasa Indonesia sangatlah rendah. Banyak siswa
SMP khususnya pada SMP SWASTA Pahlawan Nasional Medan yang tidak
memahami tentang kaidah dan standar penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Banyaknya budaya luar yang masuk ke Indonesia dan tanpa disadari
masyarakat Indonesia sangat mudah untuk menirunya. Hal ini juga berdampak pada
penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan standar bahasa yang telah ada.
Kalangan siswa SMP sering kali menggunakan bahasa Indonesia yang dipadukan
dengan bahasa gaul. Bukan sekedar itu saja, pada saat mengikuti acara formal,
kebanyakan dari mereka juga masih menggunakan percampuran bahasa gaul. Padahal
kegiatan formal seharusnya menggunakan bahasa yang baku dalam komunikasinya. Untuk
mengurangi perluasan penggunaan bahasa gaul di masyarakat terutama di kalangan SMP
terkhusus pada SMP SWASTA Pahlawan Nasional Medan, seharusnya dilakukan upaya
untuk menerapkan dan menyadarkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia. Penyadaran
ini dapat dilakukan oleh para orang tua di rumah dapat pula dilakukan oleh para
guru-guru kepada siswa mereka. Peran pemerintah juga sangat diperlukan seperti
dengan menerbitkan UU kebahasaan.

KAJIAN TEORI
Kata baku
Bahasa Indonesia baku adalah bahasa yang sudah memenuhi aturan atau kaidah yang
berlaku. Pada umumnya bahasa baku digunakan dalam hal resmi baik melalui
tulisan ataupun perkataan. Bahasa baku bersumber pada kamus besar bahasa
Indonesia dan sudah memenuhi kaidah dan ejaan yang berlaku. Adapun beberapa
contoh bahasa Indonesia yang baku yaitu: akhirat, aksesori, aktif, akuarium, aluminium
dan ambulans.
Menurut Wibowo bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi
(dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai
sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan
pikiran. Pengertian bahasa juga diungkapkan oleh Pengabean, bahwa bahasa adalah suatu
sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf. Selain
pengertian bahasa yang diutarakan oleh Wibowo dan Pengabean, (Soejono, 2004:30)
juga turut mengutarakan pengertian bahasa, menurutnya bahasa adalah suatu sarana
penghubung rohani yang amat penting dalam hidup bersama. Dari semua pendapat
yang diutarakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa, bahasa adalah sarana
komunikasi antara orang satu dengan orang yang lain untuk melakukan pertukaran
informasi.
Kata baku adalah kata yang cara pengucapan ataupun penulisannya sesuai
dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa
pedoman ejaan, tata bahasa baku dan kamus. Berdasarkan sudut pandang kebakuan
bahasa, bahasa baku adalah bahasa yang baik tata tulis, kosakata, maupun tata
bahasanya sesuai dengan hasil pembakuan bahasa. Dari sudut pandang informasi,
bahasa baku adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tentang ilmu
pengetahuan. Lalu berdasarkan sudut pandang penggunaan bahasa, ragam bahasa baku
dapat dibatasi dengan ragam bahasa yang lazim digunakan oleh penutur yang paling
berpengaruh, seperti ilmuan, pemerintah, tokoh masyarakat dan kaum jurnalis atau
wartawan. Bahasa merekalah yang dianggap ragam bahasa baku.

Kata Non Baku


Bahasa non baku adalah bahasa yang tidak menjadi pokok, yang tidak menjadi
dasar ukuran, atau yang tidak menjadi standar. Jadi, bahasa Indonesia non baku adalah
ragam bahasa Indonesia yang tidak menjadi pokok, yang tidak menjadi dasar ukuran, atau
yang tidak menjadi standar (Lubis : 2023). Bahasa non baku adalah bentuk bahasa yang
biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan, dan pengucapan yang
biasa dipakai oleh mereka yang kurang berpendidikan dan yang biasa beraktivitas dalam
lingkungan tidak resmi. Adapun beberapa faktor yang mungkin menyebabkan
berkembangnya bahasa non baku atau lebih sering disebut bahasa gaul di kalangan
remaja khususnya pada siswa SMP, yaitu:
1) Berkembangnya bahasa gaul di internet dan berbagai media sosial. Penikmat situs-
situs tersebut sebagian besar merupakan kalangan remaja.
2) Pengaruh lingkungan seperti lingkungan keluarga, tetangga, teman sebaya dan
lain-lain. Karena pengaruh lingkungan umumnya adalah anak-anak sangat muda
sekali menyerap perkataan yang sering didengar, baik melalui orang dewasa
teman sebayanya ataupun keluarganya. Maka dari peran keluarganya sangat penting
sekali untuk memantau perkembangan lingkungan anak-anak. Dan faktor
lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh sekali terhadap
perkembangan bahasa anak.
3) Peran media: yang pertama yaitu media elektronik yang menggunakan istilah
bahasa gaul dalam film-film khususnya film remaja dan iklan, misalnya dari adegan
percakapan ditelevisi.
Artinya bahasa gaul tidak hanya terjadi karena kontak langsung antara masyarakat,
tapi karena sebagian besar karena disuapi oleh media. Yang kedua yaitu pada media
cetak, misalnya bahasa yang ada di dalam majalah, surat kabar atau koran. Juga melalui
pembuatan karya sastra remaja seperti cerpen atau novel yang umumnya menggunakan
bahasa gaul.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memahami secara mendalam
penggunaan bahasa baku dan non baku pada siswa kelas IX-5 SMP Swasta Pahlawan
Nasional Medan. Menurut Soegianto, tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk menjelaskan suatu fenomena secara detail
dan menjelaskan pentingnya kedalaman dan rincian data yang diperiksa.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Mini Riset ini dilakukan di SMP SWASTA Pahlawan Nasional Medan yang berada di
JL. Durung No. 205, Sidorejo Hilir, Kec. Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera
Utara.
2. Waktu Mini Riset
Mini Riset ini dilakukan dengan satu kali pertemuan, yakni pada tanggal 23 Oktober
2023.
3. Alat dan Bahan
Adapun perlengkapan pada mini riset kali ini adalah lembar penelitian (angket), buku,
pulpen, kamera, jaket almamater.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian mini riset ini adalah Siswa/i SMP SWASTA Pahlawan
nasional Medan kelas IX-5 yang kami wawancarai untuk mendapat hasil penelitian ini.
Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini data yang dilakukan diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasif, karena
peneliti datang untuk mewawancarai subjek penelitian serta mencatat dan menuliskan
semua yang terjadi dalam meneliti penggunaan bahasa baku dan non baku pada siswa/i
SMP SWASTA Pahlawan Nasional kelas IX-5.
2. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi
terstruktur. Wawancara semi terstruktur pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari
wawancara ini adalah menemukan jenis permasalahan secara lebih terbuka.
Langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah yakni:
1. Tahap Observasi, para tahap ini peneliti mengobservasi sekolah, melihat secara pintas
bagaimana keadaan sekolah ini. Bagaimana siswa/i SMP SWASTA Pahlawan
Nasional kelas IX-5 dalam menggunakan bahasa baku dan non baku.
2. Wawancara, pada tahap ini peneliti mewawancarai narasumber yakni Siswa/i SMP
SWASTA Pahlawan Nasional kelas IX-5 yang berjumlah kurang lebih 30 orang.
3. Pengumpulan data, setelah hasil observasi, dokumentasi dan wawancara didapatkan,
peneliti mengumpulkan semua data yang ada.
4. Analisis data, data yang dikumpulkan harus dianalisis, informasi yang didapat dari
hasil observasi, dokumentasi dan wawancara sudah sesuai atau tidak.
5. Pengambilan keputusan, dari hasil analisis ini didapatlah kesimpulan dan dibuat
menjadi laporan mini riset.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahasa standar dan bahasa nonstandar merupakan dua varian bahasa yang berbeda.
Bahasa yang digunakan dalam suasana formal disebut bahasa baku, sedangkan bahasa
yang digunakan dalam suasana informal disebut bahasa nonstandar. Setelah melakukan
wawancara kepada siswa Kelas IX.5 SMP Pahlawan Nasional diperoleh pemahaman
menyeluruh tentang penggunaan bahasa baku dan bahasa non baku dalam kehidupan
sehari-hari. Meskipun sebagian besar siswa mengaku jarang menggunakan bahasa standar,
khususnya di lingkungan sekolah, mereka menunjukkan pemahaman yang jelas tentang
pentingnya bahasa tersebut. Mereka menyadari bahwa bahasa standar memiliki nilai yang
tinggi di luar kota dan dapat digunakan secara fleksibel dalam berbagai situasi.
Berdasarkan hasil wawancara, terlihat bahwa siswa memahami kapan harus
menggunakan bahasa baku, terutama ketika berkomunikasi dengan orang tua, guru, atau
orang lain di luar lingkungan kesehariannya. Upaya menumbuhkan budaya penggunaan
bahasa yang baik di kalangan teman sebaya terlihat dari strategi mengajak teman
melakukan aktivitas seperti makan bersama atau mengaji dengan bahasa baku. Meskipun
penggunaan bahasa yang tidak standar adalah hal yang umum ketika berada di antara
teman-teman, siswa menyadari pentingnya memperhatikan situasi tertentu yang
memerlukan bahasa formal. Sebaliknya, siswa menunjukkan etika komunikasinya dengan
memaparkan contoh pertanyaan dan permintaan sopan kepada guru dan orang tua dengan
menggunakan bahasa baku.
Penggunaan bahasa yang tidak baku dalam kehidupan sehari-hari dapat
menimbulkan tantangan bagi siswa yang belum terbiasa menggunakan bahasa yang benar.
Meskipun demikian, mereka mengakui peran penting sekolah dalam memberikan
bimbingan dan mengajarkan keterampilan tata bahasa dan komunikasi yang diperlukan
untuk menggunakan Bahasa Standar secara efektif. Siswa diajarkan untuk menghargai
bahasa dan komunikasi ketika berbicara dengan orang tua atau guru, karena hal itu
mencerminkan rasa hormat dan keinginan untuk berkomunikasi secara efektif. Selain itu,
mereka menunjukkan nilai ini dengan mendorong teman-temannya untuk menggunakan
bahasa yang tepat dan akurat melalui kegiatan yang mendorong pembelajaran bersama dan
permainan kata yang menyenangkan.
Hal ini menggambarkan motivasi bersama mereka untuk meningkatkan
keterampilan bahasa mereka. Selain wawancara, penelitian ini menggunakan kuesioner
sebagai alat tambahan untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap kosakata dan frasa
standar dan non-standar. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa banyak siswa
kesulitan membedakan antara bahasa standar dan bahasa non-standar. Misalnya, ketika
diminta untuk membedakan antara "kedaluwarsa" dan "kedaluwarsa", banyak siswa yang
tidak mampu mengidentifikasi istilah yang benar secara tata bahasa.
Temuan ini menyoroti perlunya fokus tambahan pada pembelajaran tata bahasa dan
penggunaan bahasa standar dalam kurikulum, dengan tujuan untuk mengembangkan
pemahaman siswa yang lebih mendalam tentang perbedaan antara kata-kata standar dan
non-standar. Selain itu, sebagian besar siswa masih kesulitan memahami perbedaan kata
baku dan kata tidak baku "Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas
pula jalan pikirannya" (Mundziroh, dkk., 2013:2) dalam jurnal Nugraha, dkk. (2023) dari
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, menyoroti pentingnya keterampilan berbahasa dalam
membentuk kejelasan dan ketajaman pemikiran seseorang. Oleh karena itu, hasil
wawancara ini memberikan gambaran tentang praktik berbahasa baku dan non baku yang
digunakan oleh siswa Kelas IX.5 di Sekolah Menengah Pahlawan Nasional dan
memberikan wawasan tentang upaya pembelajaran potensial yang dapat diterapkan di
lingkungan sekolah untuk meningkatkan bahasa mereka. keterampilan.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, siswa kelas IX-5 SMP Swasta Pahlawan Nasional Medan
menunjukkan pemahaman yang baik terkait penggunaan bahasa baku dan non baku.
Meskipun cenderung menggunakan bahasa non baku dalam kehidupan sehari-hari, siswa
memiliki kesadaran akan pentingnya bahasa baku, terutama dalam situasi formal. Kendati
demikian, terdapat kesulitan dalam membedakan antara keduanya. Oleh karena itu,
disarankan adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran siswa, pengembangan materi
pembelajaran, melibatkan peran orang tua, mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler,
memanfaatkan teknologi pendidikan, dan meningkatkan pelatihan guru. Dengan langkah-
langkah tersebut, diharapkan dapat memperbaiki pemahaman siswa terkait penggunaan
bahasa baku dan non baku serta mengurangi penggunaan bahasa non baku dalam konteks
formal.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, berikut beberapa saran untuk meningkatkan pemahaman


dan penggunaan bahasa baku siswa SMP Swasta Pahlawan Nasional Medan:
1. Disarankan untuk secara rutin mengingatkan rekan-rekan di lingkungan sekolah
mengenai kepentingan penggunaan bahasa baku, terutama dalam interaksi dengan guru
atau pihak dewasa lainnya.
2. Mendorong inisiatif kegiatan bersama yang bersifat edukatif dan menghibur, seperti
permainan kata atau keanggotaan dalam klub bahasa.
3. Guru dapat merancang pembelajaran yang menarik untuk memahamkan perbedaan
antara bahasa formal dan bahasa sehari-hari. Selain itu, partisipasi orang tua dalam
mendukung pemahaman anak terhadap bahasa baku sangat dihargai dan dapat
diwujudkan melalui pertemuan khusus atau sesi informasi.
4. Pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi atau permainan daring, dapat diintegrasikan
sebagai alat bantu pembelajaran yang menarik dan interaktif.
Dengan implementasi langkah-langkah ini, diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman dan penerapan bahasa baku dalam kehidupan sehari-hari, memberikan
dampak positif terutama di kalangan siswa SMP Swasta Pahlawan Nasional Medan.
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, D. (2020). Kemampuan Membedakan Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku
Oleh Siswa (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 3 Mardingding). Cendikia : Media
Jurnal Ilmiah Pendidikan,11(1),1-10
Harahap, N. (2020). Penelitian kualitatif.
Husnul, ICS, Rahmadani, AA, Gultom, WL, & Hutagalung, T. (2021). ANALISIS
PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN NON-BAKU KELAS X SMK NEGERI
1 LUBUK PAKAM. Bahastra: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia , 6 (1), 79-87.
Kha././iruddin. (2022). Menganalisis Kemampuan Berbahasa Baku dan Berbahasa Tidak
Baku bagi Siswa SMP Negeri 32 Bulukumba. Elementary Journal, 5(2), 65-67.
Nugraha, Z., Rukiyah, S., & Missriani, M. (2023). Analisis Penggunaan Kosa Kata Baku
Dan Tidak Baku Dalam Bahasa Indonesia Pada Peserta Didik Kelas 8-A SMP
Negeri 1 Pangkalanbaru. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(10).
Raharjo, S. B. (2014). Kontribusi delapan standar nasional pendidikan terhadap
pencapaian prestasi belajar. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20(4), 470–482.
Rahayu, M. (2007). Bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Grasindo.
Setyowati, E. Y. (2013). Analisis Bentuk Tidak Baku Pada Karangan Narasi Siswa Kelas
VII B SMP Negeri 1 Sambirejo Sragen Tahun Ajaran 2012/2013. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Siregar, A. S. (2013). Pola komunikasi orang tua terhadap anak dalam
menanamkan ibadah shalat di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan
Angkola Julu. IAIN Padangsidimpuan.
Soejono, Soemargono. (2004). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
WAANGSIR, A. (2010). PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM TESIS
MAHASISWA ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
KRISTEN INDONESIA PAULUS: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA.
Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai