Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL PENELITIAN

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN


REMAJA

Oleh
ANITA VALENTINA MUNTHE
Kelas : XI MIA 2
B. Study : Bahasa Indonesia

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


T.A 2019/2020
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan kebutuhan vital manusia dalam berkomunikasi dengan manusia atau
sekelompok manusia lainnya. Sifat dasar manusia yang selalu saling membutuhkan satu dengan
lainnya menjadikan bahasa menjadi kebutuhan mutlak dalam berinteraksi.
Kemampuan manusia menciptakan bahasa untuk berkomunikasi mendukung
keberadaanya sebagai makhluk sosial semakin menonjolkan perbedaan manusia dengan makhluk
Tuhan lainnya. Meskipun tidak hanya bahasa yang menjadi alat komunikasi, tidak dapat
dipungkiri bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang sederhana dan sangat mudah dipahami
dalam kehidupan bermasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?
2. Bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini?
3. Faktor apa sajakah yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar?
4. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dengan ditinggalkannya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini.
3. Mengetahui faktor yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Mengetahui akibat yang ditimbulkan karena ditinggalkannya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

1.4 Manfaat Penelitian


Bagi dunia pendidikan bahasa, dapat menambah pengetahuan siswa/mahasiswa,
tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar.

KAJIAN PUSTAKA
Bahasa dan Peranannya
Bahasa adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami
gagasan, pikiran, dan pendapat. Bahasa juga media komunikasi utama di dalam kehidupan
manusia untuk berinteraksi (Surahman, 1994: 11).
Melalui bahasa, kehidupan berinteraksi suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan
dikembangkan serta dapat diturunkan pada generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai
alat komunikasi, maka semua yang ada di sekitar manusia, dapat disesuaikan dan diungkapkan
kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi (Craff, 1987: 1).
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
Bahasa Nasional
Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat
fungsi. Keempat fungsi tersebut ialah sebagai:
1.lambang identitas nasional,
2.lambang kebanggaan nasional,
3.alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan bahasa
yang berbeda-beda, dan
4.alat perhubungan antarbudaya dan daerah.
Bahasa Negara
Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1.bahasa resmi negara,
2.bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3.bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4.bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.

PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Berbahasa yang baik ialah berbahasa sesuai dengan “lingkungan” bahasa itu digunakan.
Dalam hal ini beberapa faktor menjadi penentu. Pertama, orang yang berbicara; kedua orang
yang diajak berbicara; ketiga, situasi pembicaraan apakah situasi itu formal atau nonforml;
keempat, masalah atau topik pembicaraan.
Bahasa Indonesia baku
Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang-orang terdidik
dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam
bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri
kecendekiaan.Yang dimaksud dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu
mengikuti kaidah atau aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan
yang bersistem.
Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja
Penggunaan Bahasa Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota besar, sangat
tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan Bahasa
Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’.
Kosa kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya
‘gue’ yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’ untuk
mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’ untuk mengganti kata ‘ayah-ibu’ dan muncul kosa kata
yang tidak jelas artinya seperti ‘jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’ dan muncul partikel-partikel
seperti ‘-sih’ dan‘dong’.
Ironisnya, penggunaan ‘bahasa gaul’ ini tidak hanya di lingkungan pergaulan, namun
telah mendarah daging dan tak jarang digunakan remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau
pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun. Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis dengan
‘bahasa gaul’ dengan teman dan guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam percakapan
sehari-hari dan menulis sms.

PENUTUP
Kesimpulan
Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah tidak ada yang
menggunakannya dengan benar. Sedikit sekali remaja yang menggunakan bahasa Indonesia
dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna bahasa Indonesia dengan benar telah di
geser dengan bahasa-bahasa yang tidak di kenal. Dikarenakan datangnya penduduk luar negeri
ke dalam negeri, yang membaur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Proposal Penelitian Bahasa Gaul

D
I
S
U
S
U
N

Oleh: Candid Simatupang


Kelas : XI Mia 1
M. Pelajaran : Bahasa Indonesia

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia yang telah diakui oleh
pemerintah sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia memiliki aturan-aturan dalam
penggunaan dan pengucapannya sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD).
Sebagai bangsa Indonesia yang menghargai budayanya, maka kita memang sudah seharusnya
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa sehari-hari dalam kehidupan kita. Tentunya bahasa Indonesia yang digunakan
adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.Namun seiring dengan berkembangnya
zaman, banyak terjadi pergeseran pengucapan serta penulisan terhadap bahasa Indonesia yang
sesuai dengan EYD. Hal itu terutama terjadi dikalangan anak remaja yang saat ini semakin
kesulitan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti misalnya adanya
penyingkatan kata, penambahan huruf terhadap kata yang sudah baku, pengurangan huruf, serta
penggunaan angka dalam penulisan kata.

Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap perilaku remaja?

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan bagaimana penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja.
2. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap perilaku remaja.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Manfaat bagi penulis
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap remaja.
c. Manfaat bagi tenaga pendidik
d. Sebagai referensi untuk mengoptimalkan pembelajaran mata kuliah bahasa Indonesia, khususnya
dosen di Universitas Jember.
3. Manfaat bagi pembaca
Untuk merangsang para pembaca agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian tentang Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Perilaku Remaja ini berkaitan dengan
suatu gejala kebahasaan yang sifatnya alamiah. Artinya data yang dikumpulkan berasal dari
lingkungan nyata dan situasi apa adanya, yaitu dialog antartokoh dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hal ini
disebabkan oleh karena data yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif .
Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1990: 194) yang menyatakan bahwa penelitian
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam penelitian ini,
data yang terkumpul berupa kata-kata dan dalam bukan dalam bentuk angka. Maka dari itu,
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Subjek Penelitian
Berkaitan dengan hal di atas, yang dikaji dalam penelitian ini adalah Pengaruh Bahasa Gaul
terhadap Perilaku Remaja dialog antartokoh dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut meliputi
pola bentuk morfologis dan pola makna bahasa gaul tersebut. Sedangkan subjek dari penelitian
ini adalah anak-anak remaja di kota Jember ketika berdialog.
Data Penelitian dan Sumber Data
Data dari penelitian ini berupa kata yang digunakan dalam berkomunikasi antar satu tokoh
dengan tokoh yang lainnya. Sumber data dari penelitian ini adalah percakapan antartokoh
sebagai interaksi komunikasi.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi sebagai
teknik utama. Observasi dilakukan dengan cara mendengar-mencatat, yaitu peneliti mencatat
data bahasa dan konteksnya yang meliputi (1) topiknya, (2) suasananya, (3) tempat pembicaraan,
serta (4) lawan bicaranya.
Melalui teknik observasi, dengan cara pengamatan partisipan oleh peneliti sendiri, maka akan
diperoleh data yang wajar dan alami. Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam observasi (1)
gambaran keadaan tempat dan ruang berlangsungnya pembicaraan, (2) pelaku-pelaku yang
terlibat, (3) aktivitas atau kegiatan saat berlangsungnya percakapan, dan (4) topik dari isi
pembicaraan.

Teknik Analisis Data


Teknik deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan dua macam analisis data,
yaitu sebagai berikut:
1) Menganalisis pemakaian bahasa gaul dalam pada kalangan remaja. Pemakaian bahasa gaul
tersebut meliputi :
· Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
2) Pengklasifikasian karakteristik perilaku remaja, yang meliputi :
· Fisik
· Psikomotor
· Bahasa
· Perilaku Kognitif
· Perilaku Sosial
· Moralitas
· Perilaku Keagamaan
· Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
PROPOSAL PENELITIAN
DAMPAK PENGGUNAAN BAHASA DAERAH
TERHADAP BAHASA INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Jocky P. Hutabarat
Kelas : XI MIA 1

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


T.A 2019/2020
Latar belakang
Bahasa sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.Seiring dengan
perkembangan era globalisasi yang makin maju maka tingkat bahasa juga sangat penting.Tapi
kita lihat sekarang ini bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan dalam melakukan
komunikasi satu sama lain.Fenomena ini sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
di kalangan orang tua,tapi yang lebih parahnya lagi para remaja atau anak sekolah juga sudah
mengikuti dialek-dialek tersebut.Mengingat masalah ini bukan hanya di hadapi oleh orang tua
saja bahkan sudah berpengaruh di kalangan siswa.Maka pada kesempatan ini kami ingin
menfangkat judul “Pengaruh bahasa Daerah Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia”.Dan
kami jadikan siswa SMA I SINJAI TENGAH sebagai sampel penelitian kami karena kami
melihat para siswa sangat rentang dengan adanya perubahan.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh bahasa daereh terhadap penggunaan bahasa Indonesia
2. Apa tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah pnggunaan bahasa daerah
terhadap bahasa Indonesia

Tujuan Penelitian
Berikut tujuan penelitian makalah ini :
1. Untuk mengetahui penggunaan bahasa daerah terhadap penggunaan bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui tindakan pencegahan penggunaan bahasa campuran (bahasa daerah dan
Bahasa Indonesia )

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Penulis dapat nengetahui keterkaitan penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia
2. Masyarakat dapat mengerti tentang penggunaan bahasa yang sesuai dengan tata bahasa
yang baik.

KAJIAN TEORI
Pengertian bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi, yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga merupakan perwujudan tingkah laku manusia baik
lisan maupun tulisan sehingga orang dapat mendengar, mengerti, serta merasakan apa yang
dimaksud. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin
dipergunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalin hubungan antara sesama
manusia.
Pengertian bahasa indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia[2]. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor
Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja.
Pengertian Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara
kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah
yang lebih luas
Definisi dalam hukum internasional
Dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau Minoritas:"bahasa-bahasa
daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang:
1. secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari
negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari
populasi lainnya di negara tersebut; dan
2. berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.
Pengaruh Penggunaan Bahasa Daerah Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia
Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap
bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau
resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang berasal dari
daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam dan keluarga ini hidup di
lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata misalnya “mengapa”, sang ibu
yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari
Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa”
diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal
dari Jawa dan mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan
kebinggungan bagi sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.

METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian lokasi yang akan dijadikan objek penelitian merupakan hal yang tidak
dipisahkan dalam makalah ini yang berjudul”PENGARUH BAHASA DAERAH TERHADAP
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA.”
Oleh sebab itu,penulis mengkhususkan lokasi dan waktu penilitian dilakukan di
lingkungan sekolah agar sampel yang diambil benar-benar berdasarkan penelitian dan
pengamatan yang langsung ditujukan kepada sebagian siswa.
B.Desain penelitian
Dalam penyusunan makalah ini,penulis melakukan penelitian dengan menggunakan
angket yang bersifat membandingkan langsung antara remaja yang sering menggunakan bahasa
daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan.
C.Objek penelitian
Objek penelitian telah disesuaikan dengan judul makalah yaitu”PENGARUH BAHASA
DAERAH TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INBONESIA SECARA
BERSAMAAN”Dimana penelitian difokuskan terhadap sebagaian yunior anggota PMR SMA
NEGERI 1 SINJAI TENGAH yang belum memahami dengan jelas pengaruh bahasa daerah
terhadap penggunaan bahasa Indonesia
D.Populasi dan sampel
Populasi sebagai objek penelitian adalah keselruan siswa sebanyak 20 orang anggota
PMR yang ada di SMA NEGERI 1 SINJAI TENGAH yang dijadikan sebagai
responden.Mengingat keterbatasan waktu,maka dalam penelitian ini penulis mengambil 20 orang
anggota PMR untuk dijadikan sampel.
E.Teknik pengumpulan data
1.Riset perpustakaan
Riset perpustakaan dikumpulkan berbagai defenisi dan teori-teori melalui referensi
buku pendidikan dan isinya dapat mendukung variabel judul penelitian yang dilakukan melalui
perpustakaan.buku-buku pelajaran kami ambil dari beberapa media seperti internet dan media
massa lainnya.
2.Riset lapangan
Dalam riset lapangan ini dilakukan pendekatan langsung terhadap objek yang
diteliti.Dalam metode ini dilakukan penyebaran angket yaitu kegiatan pengumpulan data
dilakukan dengan penbagian angket pada sebagian anggota PMR WIRA UNIT 0211 SMA
NEGERI 1 SINJAI TENGAH,Yang kemudian angket ini di isi oleh masing-masing anggota
kemudian dikembalikan kepada penulis.

HASIL PENELITIAN
1. Apakah anda pernah menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan ?
Responden Nilai Persentase
Ya 9 45%
Tidak 11 55 %
Jumlah 20 100 %
Tabel 1 : Dari tabel 1 responden yang menjawab “tidak” lebih besar persentasenya yaitu
55 % dibandingkan dengan responden yang menjawab “ya” yaitu 45 %
2.Menurut anda, apakah ada dampak dampak negatif dari penggunaan bahasa daerah dan bahasa
Indonesia secara bersamaan.
Responden Nilai Persentase
Ya 11 55 %
Tidak 9 45 %
Jumlah 20 100
Tabel 2 : dari tabel 2 responden yang menjawab “ya” lebih besar persentasenya yaitu
55% di bandingkan dengan responden yang menjawab ” tidak “ yaitu 45%.
3.Apakah anda setujuh apabila bahasa daerah dan bahasa Indonesia digunakan secara bersamaan
?
Responden Nilai Persentase
Ya 5 25%
Tidak 15 75%
Jumlah 20 100%
Tabel 3 : Dari tabel 3 responden yang menjawab “tidak” lebih besar persentasenya yaitu 75 %
dibandingkang dengan responden yang menjawab “ ya ” yaitu 25 %.
PENUTUP
Kesimpulan
Studi ini dititik beratkan pada pokok masalah mengenai penggunaan bahasa daerah tehadap
penggunaan bahasa Indonesia. Maka berdasarkan analisis data yang dikemukakan dalam
makalah ini, kami mengemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1. Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak agar berbahasa Indonesia yang baik dan
benar
2. Bahasa daerah merupakan bahasa etnis yang harus dijaga sebagai budaya yang menjadi
pemersatu dalam etnis itu sendiri, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi serta tidak mempergunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan
karena dapat mengurangi maupun menambah makna dari kata yang di ucapkan dan juga sangat
berpengaruh terhadap etika berbahasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dapat meningkatkan wawasan
pengetahuan siswa tentang bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta segala makna yang ada di dalamnya.
KEMAMPUAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF
MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII SMP
MUHAMMADIAH 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN
2019/2020

PENELITIAN
OLEH:

NURLELA TAMPUBOLON
Kelas : XI Mia 2

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


2019/2020
A. Judul Penelitian
Kemampuan Menulis Teks Tanggapan Deskriptif Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VII
SMP Muhammadiah 2 Pontianak Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. Latar Belakang
Menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan
berbahasa paling akhir yang harus dikuasai siswa pada pelajaran bahasa Indonesia setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara dan membaca. Dibanding dengan ketiga kemampuan
tersebut menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai bahkan penutur ahli
bahasa sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai
unsur kebahasaan dan unsur non kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi karangan
Nurgiantoro (1988).

C. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disimpulkan, permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut ini.
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan
deskriptif melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun
pelajaran 2019/2020?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan
deskriptif melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun
pelajaran 2019/2020?
3. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan
deskriptif melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun
pelajaran 2019/2020?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah mengukur kemampuan menulis teks tanggapan
deskriptif pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun pelajaran 2019/2020.
Berdasarkan tujuan tersebut, tujuan khusus ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Mengetahui perencanaan pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan
deskriptif melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun
pelajaran 2019/2020.
2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan
deskriptif melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun
pelajaran 2019/2020.
3. Mengetahui evaluasi pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan
deskriptif melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun
pelajaran 2019/2020.

E. Manfaat Penelitian
.
a. Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pada
umumnya dan menulis teks tanggapan deskripsi pada khususnya, dan meningkatkan kreativitas
dan keberanian siswa dalam berpikir.
b. Manfaat bagi guruadalah sebagai bahan pertimbangan, perbaikan, dan penyempurnaan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk menulis karangan.
c. Manfaat bagi peneliti adalah peneliti dapat menegetahui kemampuan siswa dalam menulis
karangan, khususnya karangan deskripsi.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian perlu dilakukan agar penelitian lebih terarah dalam
pengumpulan data. Penelitian ini difokuskan pada pengukuran terhadap kemampuan menulis
teks tanggapan deskriptif melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2
Pontianak. Berkaitan dengan ruang lingkup penelitian ini mencakup hal-hal berikut.
1. Perencanaan pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan deskriptif
melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun pelajaran
2014/2015.
2. Pelaksanaan pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan deskriptif
melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun pelajaran
2014/2015.
3. Evaluasi pembelajaran untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan deskriptif melalui
media gambar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun pelajaran 2014/2015.

G. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah dimaksudkan supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam istilah yang
dibuat. Adapun penjelasan istilah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk
terampil berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik itu secara lisan maupun tulisan, serta baik
dalam situasi formal maupun informal. Selain terampil berkomunikasi, peserta didik diharapkan
memiliki sikap apresiatif terhadap karya sastra Bahasa Indonesia.
2. Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1994:3).
3. Karangan deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau
suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala
pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek itu (Keraf 1995:16). Deskripsi
memberi satu citra mental mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang
atau sensasi.
Kesimpulan kemampuan menulis teks tanggapan deskriptif melalui media gambar pada
siswa kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun pelajaran 2014/2015 adalah upaya yang
dilakukan untuk mengukur kemampuan menulis teks tanggapan deskripsi siswa melalui media
gambar.

H. Kerangka Teori
1. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling kompleks, karena keterampilan
menulis merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu,
kesepakatan, latihan serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya
dalam bentuk bahasa tulis. Oleh sebab itu, keterampilan menulis perlu mendapat perhatian yang
lebih dan sungguh-sungguh sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa.
2. Hakikat Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide,
pikiran, gagasan dan pengetahuan. Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah teampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan produktif
karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif
karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan
pengetahuan penulis kepada pembaca (Tarigan 1983:3-4).
3. Hakikat Menulis Paragraf Deskripsi
Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau
suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala
pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek itu (Keraf 1995:16). Deskripsi
memberi satu citra mental mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang
atau sensasi.
Fungsi utama dari deskripsi adalah membuat para pembacanya melihat barang-barang
atau obyeknya, atau menyerap kualitas khas dari barang-barang itu. Deskripsi membuat kita
melihat yaitu membuat visualisasi mengenai obyeknya, atau dengan kata lain deskripsi
memusatkan uraiannya pada penampakan barang. Dalam deskripsi kita melihat obyek garapan
secara hidup dan konkrit, kita melihat obyek secara bulat.
4. Pengertian Media
Media adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima pesan untuk mencapai tujuan (Wijaya, 2005:19). Media pengajaran diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar
mengajar (Ibrahim & Nana, 2003:112).
Penggunaan media merupakan satu di antara unsur yang juga penting dalam
pembelajaran. Tujuan penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung secara efisien dan efektif sehingga tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan dapat tercapai. Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2002:15), pemakaian media
pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis tehadap siswa. Selanjutnya, Arsyad (2002:26―27) menyimpulkan beberapa
manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu: (1)
media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media pembelajaran dapat
meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
(3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dan (4) media
pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa
di lingkungan siswa, serta memugkinkan terjadinya interaksi langsung, antara siswa guru,
masyarakat, dan lingkungan.
I. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Sugiyono (2008:1) menyatakan bahwa metode penelitian ada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan suatu maslah dalam
penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif. Menurut Nawawi
(2007:63), “Metode deskritif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek enelitian (seseorang,
lembaga masyarakat, dan lain-lain) ada saat seekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya”.

2. Bentuk penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena
analisis data dalam penelitian ini berwujud angka-angka serta dideeskripsikan (digambarkan)
kembali menggunakan kata-kata. Menurut Moleong (2006:6), “Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindaan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan carra
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah”.
3. Data dan Sumber Data
a. Data
Data adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Data dalam penelitian
ini terdiri dari data awal (pratindakan) atau data studi pendahuluan, data pelaksanaan tindakan,
dan data hasil tindakan. Data awal adalah data hasil wawancara, data rekaman aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran menulis teks tanggapan deskripsi tanpa menggunakan gambar
dan imajinasi, dan karangan deskripsi siswa sebelum diberi tindakan, yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai dasar menyusun rencana tindakan.
b. Sumber data
Sumber data adalah sebagian data yang diteliti. Sumber data penelitian ini berupa
dokumen, guru, dan siswa.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data terbagi menjadi empat
teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini:
1) Teknik wawancara
Teknik wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang
diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat
digali dengan baik.
2) Teknik pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian (Susetyo, 2005:1). Observasi dalam penelitian
ini dilaksanakan dalam dua tahap, yakni observasi awal dan observasi pelaksanaan tindakan.
3) Teknik analisis dokumen
Analisis dokumen dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi. Dokumen yang digunakan adalah hasil karya siswa yang berupa karangan
deskripsi. Analisis dokumen juga dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi setelah diberi tindakan dengan
menggunakan gambar dan imajinasi.
b. Alat Pengumpulan Data
Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menulis
teks tanggapan deskripsi pada kelas VII SMP Muhammadiah 2 Pontianak tahun pelajaran
2014/2015, maka yang digunakan sebagai alat pengumpulan data oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah tes essai yang berbentuk uraian terstruktur yang didalamnya berisi perintah terhadap
subjek ( sampel penelitian) untuk menulis karangan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Alat pengumpulan data juga berupa kartu pencatat.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan peneliti untuk menganalisis data. Teknik
analisis yang dilakukan yaitu mencari ksalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan
tanda baca (tanda titik dan tanda koma), kesalahan penggunaan kalimat efaktif dan membetulkan
kesalahan tersebut dalam karangaan deskripsi yang dilakukan siswa kelas VII semester 1 SMP
Muhammadiah 2 tahun pelajaran 2014/2015.
Langkah-langkah Analisis Data
Data yang terkumpul akan diolah sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Klasifikasi atau pengelompokan hasil pekerjaan siswa mejadi sampel penelitian.
2. Mengelompokan hasil koreksi berdasarkan aspek-aspek yang dikaji.
3. Pemberian skor sesuai rentangan nilai pada tabel setiap aspek yang dikaji.
4. Penentuan nilai presentasi kemampuan masing-masing siswa pada setiap aspek yang dikaji
dengan rumus sebagai berikut:

NP = X 100
Keterangan:
NP = Nilai Persetase Kemamuan pada siswa setiap karangan yang dikaji
R = skor mentah yang diperoleh siswa
Sn = sekor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap
5. Penentuan nilai persentase kemampuan siswa yang meliputi siswa semua aspek yang dikaji
dengan rumus sebagai berikut.

K= x 100
Keterangan:
K = nilai persentase kemampuan siswa yang meliputi semua aspek.
S = jumlah dari seluruh siswa
n = jumlah sampel
N = jumlah skor maksimal jika semua aspek dijawab benar pada semua aspek.
Proposal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
“Peningkatan Kompetensi Menulis Karangan Deskripsi
dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan

Oleh Marco M. Nainggolan


Kelas : XI MIA 1

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


T.A 2019/2020
Latar Belakang Masalah
Kemampuan berkomunikasi dapat disebut juga sebagai kemampuan berbahasa karena di dalam
berkomunikasi digunakan bahasa sebagai media utamanya. Oleh karena itu, menurut Darmadi
(1996:1) kemampuan berkomunikasi dapat dijabarkan sesuai dengan tingkat-tingkat kemampuan
bahasa, yaitu: (1) kemampuan menyimak (listening competence); (2) kemampuan berbicara
(speaking competence); (3) kemampuan membaca (reading competence); dan (4) kemampuan
menulis (writing competence). Walaupun posisi kemampuan menulis selalu terakhir, tidak berarti
menulis tidak penting, berarti, dan berperan seperti dalam pepatah dalam bahasa Inggris “ the last
but not the least”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengidentifikasikan permaslahan sebagai
berikut.
a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi
siswa kelas Xi Ips 3 Sman 1 Kab. Tangerang?
b. Sejauh mana kemampuan menulis karangan deskripsi siswa?
c. Apakah metode PAKEM akan cocok dalam kegiatan pembalajaran menulis?
d. Apakah yang dimaksud karangan deskripsi?
e. Bagaimana sikap siswa setelah diterapkannya metode PAKEM dalam pembelajran?
f. Bagaimana perubahan kemampuan siswwa dalam menulis karangan deskripsi setelah di
terapkannya metode PAKEM?
Batasan Maslah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatsai masalah pada
a. Kemampuan menulis karanagn deskripsui siswa.
b. Penagaruh metode PAKEM dalam pembalajaran menulis karangan deskripsi.
c. Penggunaan metode PAKEM dalam proses pembelajaran menulis karanagn deskripsi.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana kemampuan menulis karangan deskrisi siswa?
b. Bagaimana pengaruh metode PAKEM dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi?
c. Bagaimana penggunaan metode PAKEM dalam proses pembelajaran menulis kaaranagn
deskripsi?
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pengembangan teori pembelajaran, khususnya
keterampilan menulis.
Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kemampuan menulis karangna deskripsi siswa.
b. Untuk mengetahui pengaruh metode PAKEM dalam pembelajaran menulis karangan
deskripsi.
c. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode PAKEM dalam proses pembelajaran
menulis kaaranagn deskripsi

METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
tempat penelitian adalah nama lembaga dan alamat tempat yang dijadikan penelitian.
Penelitian ini di lkaukan di SMP Negeri 1 Balaraja, tepatnya di jln, Raya Serang KM 24,5. Tangerang
Banten.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang di lakukan peneliti yaitu terhitung mulai juli 2019 sampai dengan
Januari 2020.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penenelitian ini adalah metode eksperimen.
1. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode penelitian yang di gunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadpa yang ain dalam kondisiyang terkendali kan. Berdasarkan dari rumusan
masalh yang dibuat maka varaiabel peningkatan keterampilan menulis kaaranagan deskripsi
dengan pendekatan pembelajaran aktif,kreatif, efektif, dan menyenagkan (PAKEM), ini diharuskan
untukmmengetahui sejauh mana kemampuan siswa dapat menulis karangan denagn menggunakan
metode PAKEM ini berjalan sehingga metode yang cocok untuk penelitian ini adalah metode
eksprimen yang di perlukan keterlibatan siswa dalam penelitian ini berlangsung.
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel peningkatan kemampuan menulis
karanagan deskrisi dan variabel pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan.
2. Variabel Peningkatan Kemampuan Menulis karanagan deskripsi
Variabel kemampuan menulis karangan deskripsi merupakan kemampuan siswa dalam
menulis suatu karanagan, yaitu ketentuan-ketentuan yang patut diturut untuk sesuatu. Hasil yang
ditargetkan yaitu siswa mampu menulis karanagan dengan bahasa yang tepat dan menggunakan
bahasa yang efektif. Kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi akan terlihat dalam
aspek-aspek sebagai berikut, kejelasan bahasa, ketepatan tata urutan, keefektifan kalimat,
penggunaan ejaan dan tanda baca, kesesuaian bahasa yang digunakan dengan isi, dan
kemenarikan tampilan cerita atau karangan.
3. Variabel Pendekatan PAKEM
Pendekatan PAKEM merupakan pembelajaran kooperatif dan interaktif yang bertujuan untuk
menggali kreativitas siswa dengan menggunakan berbagai alat bantu dan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa
Dengan menggunakan metode eksperimen penulis dapat mengetahui perbuhan variabel –
variabel tertentu sehingga penulis dapat mengidentifikasi kekeurangan penelitian ini.
C. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu instrumen tes dan instrumen
nontes.
1. Tes
Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis petunjuk. Kriteria penilaian menulis petunjuk meliputi: (1)
kejelasan isi; (2) ketepatan tata urutan kalimat; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejan dan
tanda baca; (5) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran isi jarangan; dan (6)
kemenarikan tampilan karangan
Tabel 1 Rambu-rambu Penilaian Menulis Petunjuk
No Aspek Penilaian Skor Maksimal
1. Kejelasan kaliamat 20
2. Ketepatan tata urutan kaliamat 20
3. Keefektifan kalimat 20
4. Penggunaan ejaan dan tanda baca 15
5. Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran 15
karangan
6. Kemenarikan tampilan karangan 10
Jumlah 100

Tiga jenis petunjuk yang dibuat siswa dianalisis dan nilai akhir dari setiap petunjuk
digabungkan untuk mendapat nilai rata-rata menulis petunjuk siswa.
Pada tabel berikut dapat dilihat aspek, skor, ketegori, dan kriteria penilaian.
No Aspek Skor Kategori Kriteria
1. Kejelasan 20 Sangat Baik karangan yang dibuat sangat jelas
kalimat 15 Baik dan bisa diikuti dengan baik.
10 Cukup karangan yang dibuat sudah jelas.
5 Kurang karangan yang dibuat masih ada
yang kurang jelas.
karangan yang dibuat tidak jelas.
2. Ketepatan tata 20 Sangat Baik Tata urutannya tepat
urutan kalimat 15 Baik Ada 1 langkah yang terbalik
10 Cukup Ada 2 Langkah yang terbalik
5 Kurang Lebih dari 2 langkah yang terbalik
atau tidak ada
3. Keefektifan 20 Sangat Baik Semua kalimat yang digunakan
kalimat 15 Baik sudah efektif
10 Cukup Ada 1-2 kalimat yang tidak efektif
5 Kurang Ada 3-4 kalimat yang tidak efektif
Lebih dari 4 kalimat yang tidak
efektif
4. Penggunaan 15 Sangat Baik Jumlah kesalahan antara 1-5
ejaan dan 11,25 Baik Jumlah kesalahan antara 6-10
tanda baca 7,5 Cukup Jumlah kesalahan 11-15
3,75 Kurang Jumlah kesalahan lebih dari 15
5. Kesesuian 15 Sangat Baik Bahasa yang digunakan sangat
bahasa yang 11,25 Baik sesuai dengan sasaran petunjuk
digunakan 7,5 Cukup Bahasa yang digunakan sesuai
dengan 3,75 Kurang dengan sasaran petunjuk
sasaran Bahasa yang digunakan cukup
karangan sesuai dengan sasaran

D. Uji Validitas
Bentuk instrumen tes dalam penelitian ini ditampilkan validitas permukaan saja, yaitu soal dan
skor penilaian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di sekolah tempat penelitian dilakukan.

E. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek/obyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya.
Dalam penelitain ini banyak kelas yang ada di SMPN 1 Balaraja namun tidak semua kelas penulis
teliti. Dari sembilan kelas VIII mulai dari kelas VIII-A sampai denagn VIII-I maka secara random
peneliti hanya mnegambil satu kelas yaitu kelas VIII-E dengan jumlah siswa 38.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumalah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Jadi dari sekitar 350 siswa kelas VIII mulai dari Kelas A sampai dengan kelas I, secara
random penulis hanya mengambil satu kelas yang berisi 38 siswa untuk mewakili populsi semua
siswa kelas VIII.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan
wawancara.
1. Teknik Observasi
Obsevasi adalahproses yang kompleks suatu proses yang tersususn dari pelbagai proses
biologis, psikologis, tapi yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk
mengetahui sikap dan perilaku siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk. Dalam melakukan
observasi, peneliti akan dibantu oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
guru tersebut lebih memahami karakter siswa dan lebih hafal dengan nama-nama siswa.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan terhadap siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah.
Wawancara ini dilaksanakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dan
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika pembelajaran berlangsung. Dalam
wawancara menggunakan teknik bebas, yaitu pertanyaan telah dipersiapkan pewawancara dan
responden bebas menjawab tanpa terikat. Kegiatan wawancara ini dilaksanakan di luar jam
pelajaran. Wawancara dilakukan setelah diketahui hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan
pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan pendekatan PAKEM. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan alat perekam.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif
1. Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitaif ini diperoleh dari hasil tes yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada akhir
siklus I, dan akhir siklus II. Adapun langkah penghitungannya adalah dengan menghitung skor yang
diperoleh siswa, menghitung skor komulatif dari seluruh aspek, menghitung skor rata-rata,
menghitung nilai, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung persentase dengan rumus sebagai
berikut.
SP = x 100%
Keterangan:
SP : Skor Persentase
SK : Skor Komulatif
R : Jumlah Responden
Hasil penghitungan siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan, yaiu antara
siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan
kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan pendekatan PAKEM.
PROPOSAL PENELITIAN
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS DRAMA DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA
PGRI SLAWI

Oleh : Lisse Panggabean

Kelas XI MIA 1

M. Pelajaran : Bahasa Indonesia

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


T.A 2019/2020
A. JUDUL : PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS DRAMA DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA PGRI SLAWI

1. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, sastra merupakan salah satu materi pengajaran yang
harus disampaikan. Pengajaran sastra termasuk dalam pengajaran yang sudah tua dan sampai
sekarang tetap bertahan dalam pengajaran dan juga tercantum dalam kurikulum sekolah.
Bertahannya pengajaran sastra di sekolah dikarenakan pengajaran sastra mempunyai peranan
yang sangat penting dalam mencapai aspek tujuan pendidikan, seperti aspek pendidikan susila,
sosial, sikap, penilaian, dan keagamaan (Rusyana 1982:26). Rusyana juga mengungkapkan
bahwa tujuan pengajaran sastra adalah agar siswa memperoleh pengalaman sastra dan
pengetahuan sastra.

Dalam pembelajaran menulis drama, sering ditemukan beberapa permasalahan di antaranya


siswa kurang bermiinat dan kurang serius dalam mengikuti pelajaran, banyak siswa yang
mengeluh jika kegiatan pembelajaran sampai pada menulis. Mereka merasa kesulitan dalam
menuangkan idea tau gagasan ke dalam sebuah tulisan.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, faktor-faktor penghambat yang teridentifikasi dalam


pembelajaran menulis teks drama yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari siswa. Banyak siswa yang beranggapan pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia adalah pelajaran yang membosankan dan menjenuhkan sehingga
siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Selain itu juga siswa menganggap pelajaran
sastra khususnya menulis teks drama sulit diikuti dan membosankan. Hal ini disebabkan
kurangnya pemahaman siswa terhadap materi, sulitnya siswa dalam menuangkan ide dan
gagasan, dan kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran. Faktor eksternal yaitu
faktor yang berasal dari guru. Kurangnya keterampilan menulis drama dapat disebabkan karena
strategi belajar dan mengajar yang digunakan guru kurang optimal. Dalam pembelajaran menulis
teks drama, guru masih menggunakan teknik ceramah yang menyebabkan siswa kurang
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan menulis teks drama adalah dengan pendekatan kontekstual yang
akan merangsang kemampuan siswa agar terampil dalam menulis teks drama.

3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam tesis ini dipusatkan pada upaya peningkatan keterampilan menulis
teks drama dengan pendekatan konteskstual komponen konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan (Inkuiri), masyarakat belajar (Learning Community),
permodelan (Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks drama siswa kelas XI IPA I SMA
PGRI Slawi setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual?
2) Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI Slawi setelah mengikuti
pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual?
5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan keterampilan menulis teks drama siswa kelas XI IPA I SMA PGRI Slawi
setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual?

2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI Slawi setelah
mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual?

6. Manfaat Penelitian

Dalam penyusunan Tesis ini, peneliti berharap hasil penelitian ini akan mempunyai manfaat baik
secara teoritis maupun praktis.

2)Manfaat praktis.

b. Manfaat bagi siswa

Siswa lebih mudah dan cepat menemukan idea atau gagasan keterampilan menulis teks drama
dan meningkatkan keterampilan menulis teks drama siswa.

c. Manfaat bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah dapat memperkaya wawasan mengenai penggunakan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran.

C. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

1. Kajian Pustaka

Banyak penelitian yang menyangkut keterampilan menulis siswa SMA, di antaranya hasil
penelitian Thomas Bagyo. Bagyo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas IV D SD PL
Bernardus Semarang, menunjukkan terdapat peningkatan keterampilan menulis teks drama
setelah pembelajaran kontekstual komponen pemodelan diterapkan. Hasil penelitian Astuti
(2004) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan
Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa kelas II Ps 4 SMK N 8 Semarang. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas
II Ps 4 SMK N 8 Semarang setelah menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Utami (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks
Drama Jawa dengan Media Kaset pada Siswa SMP Negeri 3 Bawang Banjarnegara mengkaji
peran media kaset dalam peningkatan keterampilan menulis teks drama Jawa dan perubahan
tingkah laku siswa. Penelitian relevan lainnya adalah penelitian yang dilakukan Komariyah
(2006). Peneliltian tersebut berjudul Peningkatan Keterampilan Menuis Teks Drama dengan
Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas XI IPA 2 MA AL-ASROR
Patemon. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual komponen pemodelan
dapat meningkatkan keterampilan menulis teks drama.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kontekstual dapat diterapkan pada pembelajaran keterampilan menulis dengan menggunakan
komponen yang terdapat dalam pendekatan kontekstual.
2. Landasan Teoretis

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah hakikat menulis, hakikat menulis
teks drama, dan hakikat pendekatan kontekstual. Deskripsi lengkap tentang hal-hal tersebut
adalah sebagai berikut.

a.Hakikat Menulis
Menulis mempunyai posisi tersendiri dalam kaitannya dengan upaya membantu siswa
mengembangkan kegiatan berpikir dan pendalaman bahan ajar. Menulis merupakan salah satu
kemampuan berbahasa yang paling kompleks. Menulis menuntut pengalaman, waktu,
kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi
seoranng penulis, menuntut gagasan-gagasan secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata
secara menarik (Tarigan, 1996:8).

b. Hakikat Pembelajaran Menulis Teks Drama


Berdasarkan etimologi drama berasal dari kata “dramoi” (bahasa Yunani) yang berarti
menirukan, action dalam bahasa Inggris. Dalam penngertian umum, kemudian istilah drama
diartikan perbuatan atau gerak dalam fungsinya untuk menyatakan perbuatan manusia.
Unsur terpenting drama adalah teks drama. Teks drama menurut Usul Wiyanto (dalam Didik
komaidi, 2007:230) adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Teks drama memuat nama-
nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan tokoh dalam cerita, dan keadaan panggung yang
diperlukan. Sedangkan unsur dasar teks drama menurut Nursantara (2004: 136-137) adalah tema,
plot, dialog, karakter, bahasa, ide, pesan, dan setting.

Teks drama ditulis dengan dasar untuk dipentaskan bukan untuk dibaca. Sayuti (2001: 79-81)
menyampaikan langkah-langkah menulis teks drama yaitu (1) preparasi atau persiapan yaitu
tahap pengumpulan informasi dan data yag dibutuhkan, (2) inkubasi atau pengendapan, saat
mengolah ‘bahan mentah’ diperkaya melalui inkubasi pengetahuan dan pengalaman yang
relevan, (3) Iluminasi yaitu penulisan karya (penciptaan) dapat diselesaikan, (4) verifikasi atau
tinjauan secara kritis. Pada tahap ini, seorang penulis melakukan evaluasi karya ciptaanya, self
evaluation.
Pembelajaran menulis teks drama dalam penelitian ini adalah untuk melatih keterampilan siswa
dalam menulis teks drama dengan baik dan benar, serta sesuai dengan kaidah penulisan drama.
Pembelajaran menulis teks drama tidak akan maksimal tanpa terlebih dahulu dilakukan latihan.
Latihan menulis teks drama dilakukan secara bertahap agar siswa mampu menulis teks drama
dengan benar.

c. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inkuiri),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas 2002:5).
D. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Ebbut dalam Kasihani Kasbolah
(2001:9) mendefinisikan penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis yang dilakukan
dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis
serta refleksi dari tindakan tersebut.
Ebbut melihat proses pelaksanaan penelitian tindakan ini sebagai suatu rangkaian siklus yang
berkelanjutan. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan dua siklus, masing-masing siklus
terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) analisis
dan refleksi.

2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks drama siswa SMA PGRI Slawi Kelas XI
IPA 1. Kelas XI IPA 1 tersebut terdiri dari 46 siswa, yaitu 15 laki-laki dan 31 perempuan.
Peneliti mengambil subjek tersebut dengan alasan berdasarkan hasil wawancara dengan guru
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA PGRI Slawi yang mengajar kelas XI IPA 1,
saat ini kondisi kemampuan menulis teks drama siswa kelas tersebut rendah.

3. Variabel Penelitian
Ada dua variabel yang diteliti yaitu: 1) keterampilan menulis teks drama dengan indikator
menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk: mendeskripsikan perilaku
manusia melalui dialog, menghidupkan konflik, memunculkan penampilan (performance), 2)
variabel penggunaan pendekatan kontekstual.
PENINGATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA
KELAS X SMA NEGERI 1 CURUP SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020MELALUI METODE LANGSUNG

OLEH
Dian Friskila Sitompul
Kelas XI MIA 1

Guru
R. Hutapea

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


2020
A. Latar Belakang
Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK dimaksudkan agar adanya
perubahan didalam kelas, sehingga masalah yang terjadi didalam kelas dapat teratasi. PTK juga
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga menghasilkan siswa-siswa yang
berkualitas.
Permasalahan sering timbul dalam setiap hal, contohnya saja dalam lingkungan kelas.
Banyak faktor yang mempengaruhi seperti guru mengajar, kurikulum yang tidak sesuai standar,
lingkungan belajar yang tidak efektif, seperti kurang memadainya sarana dan prasarana
pendukung motivasi belajar dan juga dorongan siswa untuk belajar entah itu karena kurang
disiplin atau banyak anak yang malas belajar karena proses belajar yang dilakukan selama ini
membosankan dan terkesan itu-itu saja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian di rumuskan sebagai
berikut:
1. Apa hubungan PTK dalam kaitanya meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan metode
langsung?
2. Apakah ada pengaruh metode langsung terhadap peningkatkan kemampuan berbicara siswa?

C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penitian tindakan kelas yaitu melingkup pada peningkatan
kemampuan berbahasa khususnya kemampuan berbicara siswa KELAS X SMA NEGERI 1
CURUP SELATAN TAHUN PELEJARAN 2019/2020 dan metode langsung.

D. Tujuan Penelitian
Penelitan tindakan kelas ini, bertujuan untuk membaiknya proses belajar-mengajar di kelas
sehingga menciptakan keadaan kelas yang aktif, yang diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam
menangkap teori yang diberikan. Selain itu siswa pun menjadi tidak terlalu terpaku kepada
penjelasan guru, karena pada penelitian ini muridlah yang diharuskan untuk aktif berbicara.
Dengan demikian guru yang mengajarpun akan semakin bersemangat mengajar karena siswanya
aktif berbicara.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan siswa dan guru sebelum melakukan PTK
2. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan metode
langsung
3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa setelah melakukan PTK
4. Untuk mnegetahui apakah metode langsung sangat efektif bagi siswa untuk meningkatkan
kemampuan berbicara

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA


Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai
suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan
solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan
berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai
penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu
harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-
masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru
mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada rancangan penelitian ini,
didalam proses belajar-mengajar peneliti menggunakan metode langsung. Metode langsung
tersebut gunanya untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa, dimana metode langsung
berasumsi bahwa, belajar bahasa yang baik, adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa
secara intensif dalam komunikasi. Tujuan metode tersebut adalah penggunaan bahasa secara
lisan, agar siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di
masyarakat.Siswa diberi latihan latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui
demonstrasi, peragaan,gerakan,serta mimik secara langsung supaya tidak kaku dan terbiasa.

B. Tempat dan Waktu penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Curup, tepatnya SMA NEGERI 1 CURUP SELATAN,
dengan sasaran siswa KELAS X TAHUN PELAJARAN 2019/2020. Penelitian itu dilaksanakan
selama setengah semester, dimana setiap minggunya terjadi 2 kali pertemuan pada pembelajaran
Bahasa Indonesia, yang berangsur selama bulan Januari-Mei 2019.

C. Subjek, dan fokus penelitian


Adapun subjek penelitian adalah siswa KELAS X SMA NEGERI 1 CURUP SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Dengan latar belakang, dimana siswanya kurang aktif
berbicara ketika kelas, karena siswa tersebut tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Fokus
dalam penelitian ini apakah dengan menggunakan metode langsung siswa KELAS X SMA
NEGERI 1 CURUP SELATAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020 menjadi lebih aktif
berbicara.

D. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas
empat komponen pokok penelitian kelas yakni:
1. perencanaan (planning),
2. tindakan (acting),
3. pengamatan (observing), dan
4. refleksi (reflecting). Menurut Zainal Aqib (2007:21).
E. Teknik pengumpulan data
Peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data yaitu dengan teknik;
1. Melalui pengamatan/observasi peneliti langsung terlibat pada lokasi, dimana lokasi tersebut
dijadikan tempat penelitian secara terus menerus sampai penelitian itu berhenti. Sehingga ketika
observasi berlangsung peneliti dapat mengamati tingkah laku setiap individu.
2. Wawancara dilakukan kepada setiap siswa yang terlibat dalam penelitian. Disini peneliti
menanyakan apa saja yang menjadi penghambat mereka ketika ingin berbicara, supaya
mengetahui dengan jelas apa yang menjadi masalah.
3. Ujian atau tes, dilakuakan terlebih dahulu sebelum menerapkan metode langsung, supaya
peneliti dapat mengetahui apakah ada perubahan yang terjadi setelah menggunakan metode
lengsung. Tes dimaksudkan agar mendapatkan data hasil belajar siswa.

F. Teknik analisis data


Data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus
tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Teknik analisis data kualitatif ini yaitu dengan
model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga tiga komponen, yakni: reduksi data, paparan
data, dan penarikan kesimpulan.

Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) pada semua materi bahasa Indonesia
KELAS X SMA NEGERI 1 CURUP SELATAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020 pada semester
kedua terhitung dari bulan januari-mei. Pada pelaksanaan siklus I direncanakan sampai ujian tengah
semester.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Sebelumnya penulis melakukan
beberapa hal antara lain:
a. Persiapan,tujuan dan partisipasi siswa : Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang berbicara,
pentingnya berbicara, dan mempersiapkan siswa untuk belajar, guru menumbuhkan minat belajar siswa
dengan memberi motivasi akan pentingnya kita berbicara (menggungkapkan pendapat).
b. Pendemonstrasian, pengetahuan atau ketrampilan : Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar
atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
c. Pembimbingan pelatihan : Guru merencanakan dan memberikan bimbingan awal. siswa diberikan
kesempatan berbicara (berpendapat) pada setiap kesempatan pembelajaran, dan siswa lain menyanggah
jika terdapat anggapan yang berbeda.
d. Pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balik :Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan dan memberikan umpan balik.
e. Pemberian kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan :Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan kunjungan, dengan perhatian khusus pada penerapan situasi yang lebih kompleks
dan kehidupan sehari hari.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada
tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap
proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang
dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis
instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan
evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari
luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan
menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam.
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil keterampilan berbicara pada pelajaran bahasa Indonesia, siswa dan hasil
pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti
mengubah strategi pada siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif.
Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) pada semua materi bahasa Indonesia
KELAS X SMA NEGERI 1 CURUP SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 pada semester kedua
terhitung dari bulan januari-mei. Pelaksanaan siklus II direncanakan setelah ujian tengah semester sampai
ujian akhir semester.

2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.
a. Persiapan,tujuan dan partisipasi siswa : Guru mempersiapkan segala kebutukan siswa, seperti mater
pembelajaran, serta media pembelajaran yang dibutuhkan pada pembelajaran tersebut.
b. Pendemonstrasian, pengetahuan atau ketrampilan : guru menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh
murid.
c. Pembimbingan pelatihan : Guru merencanakan dan memberikan bimbingan awal. Selajutnya siswa
diberikan kesempatan berbicara (berpendapat) pada setiap kesempatan pembelajaran, dan siswa lain
menyanggah jika terdapat anggapan yang berbeda.
d. Pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balik :Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan dan memberikan umpan balik.
e. Pemberian kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan :Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan kunjungan, dengan perhatian khusus pada penerapan situasi yang lebih kompleks
dan kehidupan sehari hari.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada
tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap
proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang
dikembangkan oleh peneliti. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat
atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat
kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam.

4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil keterampilan berbicara pada pelajaran bahasa Indonesia, siswa dan hasil
pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti
mengubah strategi pada siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif. Dengan membandingkan hasil
evaluasi pada siklus I dan siklus II.

Selanjutnya setelah siklus telah berjalan, data-data yang dihasilkan dari siklus I dan siklus II, tahapan
ini penelitian menggunakan penelitian kuantitatif, dengan hasil yang diperoleh sebagai berikut; Data-data
tersebut dianalisis mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif
presentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif prosentase, yang
dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai
berikut:

Kriteria Nilai Penafsiran


- 86 – 100 Hasil belajar baik sekali (A)
- 71 - 85 Hasil belajar baik (B)
- 56 - 70 Hasil belajar cukup (C)
- 41 - 55 Hasil belajar kurang (D)
- < 40 Hasil belajar sangat kurang (E)
Jika pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dari “kurang” menjadi “cukup”, “baik”, “baik
sekali” maka siklus berakhir pada siklus II saja. Siswa pada penelitian ini dianggap berhasil jika mendapat
nilai “70” atau “hasil belajar cukup”.

G. Indikator kinerja
Penetapan Indikator Kinerja Utama yaitu:
1. Untuk memperoleh perubahan yang signifikan sehingga timbul rasa percaya diri dan kuat mental
dalam berbicara dalam keadaan formal dan non formal.
2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dengan menggunakan metode langsung
yang digunakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja.
Jenis-Jenis Indikator Kinerja yaitu:
1. Indikator Input: gambaran mengenai keberhasilan pembelajaran yang digunakan untuk
menghasilkan output dan outcome (kuantitas, kualitas, dan kehematan)
2. Indikator Process: gambaran mengenai langkah-langkah yang dilaksanakan dalam
menghasilkan nilai yang baik khususnya bidang kebahasaan.
3. Indikator Output: gambaran mengenai output yang dihasilkan dari suatu kegiatan
pembelajaran (kuantitas, kualitas, dan efisiensi)
4. Indikator Outcome: gambaran mengenai hasil aktual atau yang diharapkan dari
proses pembelajaran yang dihasilkan (peningkatan kuantitas, perbaikan proses,
peningkatan efisiensi, peningkatan kualitas, perubahan perilaku, peningkatan efektivitas,
dan peningkatan pendapatan)
5. Indikator Dampak: gambaran mengenai akibat langsung atau tidak langsung dari
tercapainya tujuan. Indikator dampak adalah indikator outcome pada tingkat yang lebih
tinggi hingga ultimate.
PROPOSAL
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI TEKNIK PERMAINAN
BAHASA MELENGKAPI CERITA DI SEKOLAH DASAR

Oleh :

Nama : Andreas Lumban Tobing


Kelas : XI MIA 2
B. Studi : Bahasa Indonesia

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


T.A 2019/2020
A. JUDUL
PROPOSAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI
TEKNIK PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA DI SEKOLAH DASAR

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa Sekolah
Dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik
membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu merancang
pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai
suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan
bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih
senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial
anak. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

C. PERUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Menurut Akhadiah (1991/1992: 31), “Pembelajaran membaca permulaan diberikan di
kelas I dan II”. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan
tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran
membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai
sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan
belajar membaca (learning to read).
Dalam hal pembelajaran membaca di Sekolah Dasar, kemampuan membaca siswa Kelas
II SD Negeri Cibogo Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya secara umum masih rendah.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu minat baca siswa, guru dan metode yang
digunakan dalam pembelajaran, bahan bacaan, serta kondisi perpustakaan sekolah.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perumusan masalah dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran dalam peningkatan kemampuan membaca
siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo?
b. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dalam peningkatan kemampuan membaca siswa
melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo?
Bagaimana peningkatan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi
cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo?

3. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah tentang meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik
permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo, peneliti mengemas dalam
suatu kegiatan kolaboratif PTK, yaitu sebagai berikut :
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam meningkatkan kemampuan membaca
siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.
a. Melaksanakan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui
teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.
b. Melakukan pembelajaran bersiklus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya
berkesinambungan dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik
permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.

D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui rencana pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan
membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri
Cibogo.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan
membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri
Cibogo.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa
melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.

E. MANFAAT PENELITIAN

1) Memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam hal pengembangan potensi minat dan
bakat melalui pembelajaran yang menyenangkan.
2) Sebagai wahana dan fasilitas untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.
3) Memberikan motivasi untuk gemar belajar bahasa Indonesia, sehingga proses belajar siswa
lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

F. LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran Membaca
a. Hakikat Membaca
Menurut Vacca (1991:172), “Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan
melalui mata terhadap bacaan”. Dalam kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari
teks yang dibaca untuk memperoleh makna. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam
kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi
berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak
sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca
permulaan. Para ahli telah mendefiniskan tentang membaca dan tidak ada kriteria tertentu untuk
menentukan suatu definisi yang dianggap paling benar.

b. Membaca Permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori
keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal.
Menurut Anderson (1972:209), “Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca
merupakan proses recoding dan decoding”. Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik
dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual.
Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta
kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi
beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan
yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok
kata, dan kalimat yang bermakna.

2. Kemampuan Membaca
Membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau
melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Menurut Tarigan (1999:10-
11), “Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu : (1) pengenalan terhadap aksara
serta tanda-tanda baca, (2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur
linguistik yang formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna
atau meaning.”
3. Teknik Permainan Bahasa
Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak
dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu
melakukannya. Menurut Semiawan, (2002:21), bahwa :
Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan
kehidupan sehari-hari. Pada permulaan setiap pengalaman bermain memiliki resiko. Ada resiko
bagi anak untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri, belajar meloncat. Unsur lain adalah
pengulangan. Anak mengkonsolidasikan keterampilannya yang harus diwujudkannya dalam
berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda. Dengan cara ini anak memperoleh pengalaman
tambahan untuk melakukan aktivitas lain. Melalui permainan anak dapat menyatakan
kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran misalnya bermain boneka diumpamakan
sebagai adik yang sesungguhnya.

G. KERANGKA BERPIKIR
Belajar konstruktivisme mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke
dalam kepala pebelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai
oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Menurut Semiawan (2002:5), bahwa
“Penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar siswa mampu
menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif
belaka, melainkan oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif”. Dengan demikian proses
belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa. Dalam hal ini guru
tidak hanya sekedar melaksanakan apa yang ada dalam kurikulum, melainkan harus dapat
menginterpretasi dan mengembangakan kurikulum menjadi bentuk pembelajaran yang menarik.
Menurut Rubin (dalam Rofi’uddin, 2003:52), “Pembelajaran dapat menarik apabila guru
memiliki kreativitas dengan memasukkan aktivitas permainan ke dalam aktivtas belajar siswa”.

H. ANGGAPAN DASAR
Anggapan dasar yang dijadikan peneliti dengan berlandaskan pada asumsi (anggapan)
dasar sebagai berikut :
1. Teknik pembelajaran yang cocok dengan karakteristik-karakteristik siswa dalam membaca
siswa adalah teknik permainan bahasa.
2. Teknik permainan bahasa melengkapi cerita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia akan
membuat pembelajaran lebih efektif.
I. HIPOTESIS TINDAKAN
Menurut Nazir (2005:151) “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris”. Sedangkan menurut Nasution
(2004:38) adalah “Pernyataan tentative yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja
yang kita amati alam usaha untuk memahaminya”.
Berdasarkan masalah yang diuraikan dalam latar belakang masalah dan rencana
pemecahan masalah, maka hipotesis tindakan secara umum dirumuskan sebagai berikut “Apabila
guru dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran secara efektif dengan
menggunakan teknik permainan bahasa melengkapi cerita pada pembelajaran membaca mata
pelajaran Bahasa Indonesia, maka kemampuan membaca siswa dapat meningkat”.

J. METODE PENELITIAN
1. Model PTK
Metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian tindakan kelas
(PTK) model Kemmis dan Mc.Taggart. Pertimbangan yang mendasari penelitian metode ini,
karena langkah-langkah penelitian cukup sederhana, sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan
oleh peneliti. Dengan kata lain, model dan teknik PTK tidak bersifat kaku, sehingga sesuai
dengan kemampuan peneliti dan alokasi waktu yang tersedia.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik dan benar disini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba
dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-
masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat
memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati
pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
PTK model Kemmis dan Mc.Taggart pada hakikatnya terdiri dari empat tahap dalam tiap
siklus, yaitu perencanaan tindakan dalam bentuk pembelajaran dan sekaligus observasi, analisis
dan refleksi yang dapat diulang sebagai siklus. Refleksi dalam rangka memecahkan masalah.
Pada dasarnya dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru
harus diawali dulu dengan suatu tahapan pra penelitian tindakan kelas yang meliputi :
Identifikasi masalah, analisis masalah dan rumusan hipotesis tindakan. Tahapan Penelitian
Tindakan Kelas ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan selesai
disusun.
2. Setting Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SDN Cibogo yang beralamat di Kp.
Cibogo, Ds. Janggala, Kec. Sukaraja, Kab. Tasikmalaya 46183. Alasannya karena kepala sekolah
mengizinkan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia. Selain itu lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal penulis dan sekaligus
sebagai tempat mengajar peneliti.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini aalah siswa kelas II SDN. Cibogo dengan jumlah siswa sebanyak 32
orang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Selain siswa yang dijadikan
subjek penelitian, termasuk guru kelas II, dalam hal ini guru yang dijadikan subjek penelitian dan
sekaligus sebagai observer.
c. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian dalam PTK terdiri dari variabel input, variabel proses dan variabel
output. Variabel-variabel tersebut dirumuskan sebagai berikut :
1) Variabel input, yaitu pertama pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tentang
membaca siswa sebelum diberikan tindakan pembelajaran dengan penggunaan teknik permainan
bahasa melengkapi cerita. Kedua, kemampuan awal guru dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran membaca siswa sebelum diberikan tindakan pembelajaran dengan penggunaan
teknik permainan bahasa melengkapi cerita.
2) Variabel proses, yaitu serangkaian tindakan guru dan pembelajaran dengan penggunaan
teknik permainan bahasa melengkapi cerita, termasuk didalamnya tindakan-tindakan khusus
yang dilakukan guru untuk memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampun membaca siswa.
Melalui unjuk kinerja memperagakan atau menggunakan alat dan media pembelajaran dengan
maksud meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi membaca dan membentuk
mengaktifkan siswa untuk belajar dalam kelas.
3) Variabel output dalam tindakan penelitian ini adalah pertama, peningkatkan
penguasaan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan teknik
permainan bahasa melengkapi cerita. Kedua, peningkatan hasil pembelajaran membaca siswa
setelah serangkaian tindakan yang efektif.

3. Prosedur Penelitian
a. Orientasi dan Identifikasi Masalah
Pada tahap ini peneliti mengorientasi dan mengidentifikasi masalah yang merupakan
tahap awal dalam kegiatan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
sebagai berikut :
1) Melakukan kegiatan orientasi tahap program pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas II Semester 2
2) Melakukan kegiatan orientasi dengan penelitian terfokus dalam menganalisis perencanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas II SDN Cibogo.
3) Melakukan kegiatan orientasi dan identifikasi tahap kemampuan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam aspek pembelajaran membaca.
4) Melakukan kegiatan orientasi dan identifikasi tahap kemampuan siswa dalam pembelajaran.
5) Melakukan kegiatan orientasi tahap fasilitas sekolah yang menunjang terhadap pembelajaran
Bahasa Indonesia pada aspek membaca di kelas II SDN Cibogo pada tahun-tahun sebelumnya.
b. Perencanaan Tindakan Penelitian
1) Penentuan waktu yang tepat untuk melaksanakan penelitian dengan melihat program dan
jadwal pelajaran yang telah dibuat oleh guru.

2) Penentuan siklus tindakan penelitian, siklus tindakan penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus,
sebagaimana dijelaskan di atas bahwa jenis PTK yang akan digunakan oleh model Kemmis dan
Mc. Taggart.
3) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran yang
memfokuskan pada aspek kemampuan siswa yang perlu ditingkatkan dalam membaca.
4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana yang akan digunakan didalam kelas.
5) Penetapan instrumen tindakan penelitian dan observasi pembelajaran, instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam tindakan penelitian ini adalah tes dan observasi.
c. Pelakasanaan tndakan penelitian
1) Tindakan Pembelajaran Siklus I
a) Menyusun perencanaan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada materi membaca,
berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Kelas II SDN
Cibogo terhadap pengalaman.
b) Melaksanakan proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada materi membaca,
dengan penggunaan teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SDN Cibogo.
c) Merefleksi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada materi membaca di Kelas II SDN
Cibogo. Hasil refleksi siklus pembelajaran I dijadikan bahan bagi tindakan pembelajaran pada
siklus selanjutnya.
2) Tindakan Pembelajaran Siklus II
a) Menyusun perencanaan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas II SDN Cibogo
pada materi membaca untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus I.
b) Melaksanakan proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas II SDN Cibogo pada
materi membaca siklus II, berdasarkan hasil refleksi dan upaya perbaikan terhadap pembelajaran
siklus I.
c) Refleksi hasil pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada materi membaca pada
pembelajaran siklus II serta mengevaluasi hasil tindakan keseluruhan.
d) Mengadakan refleksi dan riview secara keseluruhan.

4. Teknik Pengumpulan Data


Data utama yang akan dikumpulkan serta cara pengumpulan data selama pelaksanaan
PTK diuraikan sebagai berikut :
a. Teknik tes dilakukan pada akhir pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana
kemamapuan membaca siswa terhadap materi pembelajaran setelah dilakukan tindakan. Tes ini
dilengkapi dengan format penilaian yang disesuaikan dengan kompetensi yang ingin diraih
setelah pembelajaran.
b. Observasi dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran, baik bersifat umum, maupun khusus yang berkenaan dengan aspek-aspek proses
pendekatan yang dikembangkan. Aspek yang di observasi diantaranya ialah aktivitas siswa
dalam belajar dan aktifitas guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data hasil penelitian menggunakan teknik analisi deskriptif kualitatif. Teknik
analisi deskriptif digunakan untuk menjelaskan seluruh rangkaian peneltian mulai dari
perencanaan sampai tahap refleksi, juga dengan daur dan hasil penelitian. Analisis dilakukan
pada setiap siklus pembelajaran dengan menggunakan tahapan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang meningkatkan kemampuan
membaca siswa di Kelas II SDN Cibogo Kecamatan Sukaraja tentang kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
b. Pengelompkan data, kinerja siswa, kinerja guru, dan peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada materi membaca di Kelas II SDN Cibogo.
c. Interpretasi dan refleksi data, berdasarkan tingkatan pencapaian, misalnya: baik, sedang atau
kurang.
d. Rekomendasi dan tindakan lanjut ditentukan berdasarkan hasil refleksi data, apakah perlu atau
tidak diadakan siklus pembelajaran berikutnya.
PROPOSAL
PENELITIAN BAHASA

Oleh :

Nama : Loksa Hutabarat

Kelas : XI MIA 1

B. Studi : Bahasa Indonesia

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


BAB I PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam
pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai
dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa). Berkaitan dengan hal di atas, maka
muncullah istilah bahasa gaul. Istilah bahasa gaul, mulai populer pada masyarakat Indonesia
sejak tahun 1970-an. Awalnya, bahasa gaul dipakai oleh para preman sebagai bahasa “rahasia”
atau bahasa “sandi” di dalam kelompoknya. Bahasa rahasia atau bahasa sandi memiliki fungsi
yang sangat berarti bagi kelompok preman karena istilah rahasia yang dipakai para preman,
bebas digunakan di tempat manapun tanpa harus takut maksud ucapannya akan dipahami oleh
orang lain. Istilah-istilah baru yang selalu memiliki makna khusus itu kemudian disebut sebagai
bahasa preman atau lebih dikenal dengan sebutan bahasa prokem.
1.1.2 Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan Bahasa
Indonesia pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari.
1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penggunaan Bahasa
Indonesia pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari
1.2.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Pembaca dapat meperoleh wawasan dan pengetahun tentang penggunaan Bahasa Indonesia
pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari.
2. Pembaca dapat meperoleh wawasan dan pengetahun tentang penggunaan Bahasa Indonesia
pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Teori Sosiolinguistik


Setiap teori tentu memiliki sebuah landasan agar teori itu dapat dipercaya oleh orang yang
hendak menganutnya, demikian juga dengan kajian sosiolinguistik. Dalam teori ini menurut para
ahli sosiolinguistik memandang bahwa hakikat bahasa sebagai kajian objek mereka. Hakikat
bahasa disini dapat dibagi menjadi dua yaitu interdisipliner dan disipliner. Interdisipliner
memiliki sifat yakni makrolinguistik, kajian ini berorientasi pada factor eksternal bahasa. Setelah
berkembang kajian interdisipliner lebih mengarah ke sifat dinamika. Sedangkan disipliner
memiliki sifat mikrolingustik dan condong kearah sistem internal bahasa. Kajian bahasa
memiliki sebuah perangkat yang terbagi atas langue dan parole dimana telah kita ketahui bahwa
langue memiliki sifat abstrak dan parole bersifat kongkret. Keduanya akan membentuk dua
asumsi dasar kajian bahasa yakni pertama, bahasa dipandang sebagai sistem tanda yang dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang dapat membentuk tata bahasa dan kedua, bahasa
dipandang sebagai perangkat tingkah laku yang telah ditransmisikan secara cultural atau dipakai
oleh sekelompok individu.

2.2 Bahasa dan Interaksi Sosial


2.2.1 Asal Usul Bahasa Menurut Wundt dalam Hadi, asal usul bahasa manusia adalah isyarat,
dengan gerakan, badan, atau suara yang tidak berbentuk. Hendak berpendapat bahwa bahasa
tumbuh dari kebutuhan praktis manusia objek yang dalam minggu. Noire berpendapat bahasa
adalah kesan yang timbul dari panca indra yaitu pengaruh dari objek (benda-benda yang diamati)
terhadap kekuatan panca indra dan juga kapasitas (kemampuan) manusia dalam memindahkan
kesan tersebut kepada orang lain. Menurut Noire komunikasi terjadi pertama dalam bentuk
isyarat? Emosional dan kedudukan bentuk simbol-simbol yang merupakan kata.
2.2.2 Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Manusia Dalam hubungan dengan hidup sosial manusia
bahasa mempunyai beberapa fungsi sosial yaitu komunikasi sosial, kontrol sosial, dan kerja sama
sosial. Dalam situasi inilah mereka dipermudahkan dan ditentukan oleh bahasa mereka masing-
masing. Fungsi bahasa dalam komunikasi adalah untuk mengirim pesan. Bila pesan itu kita kirim
dengan bahasa verbal, itu berartikita mengirim pesan secara verbal. Dalam studi psikologi sosial
bahasa merupakan hal penting karena :
1. Bahasa merupakan media dasar bagi interaksi sosial.
2. Bahasa adalah satunya pembawa kebudayaan dari satu generasi pada generasi berikutnya yang
mentransfer mekanisme ide-ide dan bentuk tingkah laku.
3. Bahasa memungkinkan suatu rangkaian pengertian definisi-definisi umum yang sama diantara
manusia.
4. Bahasa memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak dari sejak taraf hidup
biologisnya sampai dengan hidup kemasyarakatannya sebagai makhluk sosial.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian


3.1.1 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif kualitatif metode ini berhubungan langsung dengan pengumpulan dan pengkajian data
dalam laporan penelitian. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistematis,
faktual, dan akurat melalui pengamatan yang direalisasikan melalui kata atau kalimat, bukan
dengan data statistik. Semua akan dikemukakan dengan apa adanya sesuai kenyataan dan
pengamatan yang ditemukan dalam penelitian. Pendekatan kualitatif Variasi bahasa dapat pula
dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam
lisan dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu,
misalnya bertelepon atau bertelegraf.

2.4 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


2.4.1 Sebagai Bahasa Nasional Bahasa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga
memiliki kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dimulai saat dicetuskanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dalam kaitanya
sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia memiliki fungsi yang sangat penting yaitu:
1. Lambang kebanggan kebangsaan. Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita.
2. Lambang identitas nasional. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan
lambang bangsa Indonesia seperti layaknya bendera kita yang harus kita junjung tinggi sebagai
lambang Negara. Bangsa Indonesia telah memiliki bahasa identitas sediri yaitu bahasa Indonesia
yang mana tidak setiap Negara berani memiliki bahasanya sendiri sebagai identitas diri.
3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Sebagai alat perhubungan
antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya bahasa Indonesia membuat seluruh bangsa Indonesia
dapat hidup berdampingan antarsuku tanpa perlu terjadi kekhawatiran terjadi kesalahpahaman
dalam berkomunikasi. Dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ini setiap warga
Indonesia dapat tinggal atau menjelajahi seluruh wilayah Indonesia.
4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
2.4.2 Sebagai Bahasa Negara Selain sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia juga memiliki
kedudukan lain yaitu sebagai bahasa Negara seperti tercantum dalam UUD 1945. dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Bahasa resmi kenegaraan.
2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
4. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.

3.1.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini tergolong penelitian lapangan. Peneliti terlibat langsung di lapangan untuk
mengamati serta memperoleh dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan saat penelitian.
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data Data yang akan digunakan dalam penelitian adalah data lisan yang berupa tuturan dari
informan.
3.2.2 Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari
percakapan di kalangan remaja yang ada di sekitar Mall Mandonga Kendari.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi langsung di lapangan.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik rekam dan teknik tulis. Teknik rekam digunakan untuk merekam
tuturan pada saat wawancara dengan informan. Teknik catat digunakan untuk mencatat hal-hal
penting yang ditemukan pada saat observasi, sebagai data tambahan.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data


Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data akan dideskripsikan
dalam bentuk kata-kata atau kalimat dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya. Adapun
tahap-tahap analisis data yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Transkrip rekaman data, yaitu memindahkan data kedalam bentuk tulisan yang sebenarnya.
2. Klasifikasi data, yaitu semua data yang telah diumpulkan, diklasifikasikan sesuai bentuknya.
3. Analisis data, tahap ini penulis akan menganalisis semua data yang telah diklasifikasi
berdasarkan bentuknya.
PROPOSAL
ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU OLEH
SISWA DALAM MENGERJAKAN TUGAS DAN ULANGAN

Oleh
Palmarum Panggabean
Kelas : XI MIA 2
B. Studi : Bahasa Indonesia

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan sekolah, ulangan dan tugas merupakan konsumsi wajib bagi setiap siswa
dari jenjang sekolah dasar hingga mahasiswa. Tugas dan ulangan yang mereka kerjakan sering
tidak memperhatikan bahasa baku yang digunakan. Asal kalimat yang dituangkan sesuai dengan
pemikiran mereka dan sesuai dengan yang mereka pelajari, mereka akan langsung menulisnya
tanpa memperhatikan kebenaran kalimat tersebut dari sudut pandang ilmu bahasa.
Hal seperti ini banyak dijumpai di lingkungan Sekolah Menengah Atas. Padahal,
penggunaan bahasa yang baku sangat dianjurkan apalagi untuk siswa SMA agar siswa menjadi
terbiasa menggunakan tata bahasa yang baik dan benar. Meskipun demikian, banyak sekali siswa
yang menganggap bahwa penggunaan bahasa baku terlalu rumit karena banyak sekali komponen
bahasa baku yang harus diperhatikan hingga detail kecil seperti tanda baca.

1. Rumusan Masalah
Bagaimana kepedulian siswa terhadap penggunaan bahasa baku dalam mengerjakan tugas dan
ulangan ?
1. Faktor apa yang menyebabkan siswa tidak menggunakan bahasa baku dalam mengerjakan tugas
dan ulangan ?
2. Bagaimana solusi yang tepat agar siswa menggunakan bahasa baku dalam mengerjakan tugas
dan ulangan ?

1. Tujuan Penelitian
Mengetahui penggunaan bahasa baku dalam tugas dan ulangan yang dikerjakan siswa.
1. Meneliti dan mengetahui faktor-faktor yang membuat siswa tidak menggunakan bahasa baku
dalam mengerjakan tugas dan ulangan.
2. Mengetahui solusi mudah agar siswa menggunakan bahasa baku dalam mengerjakan tugas dan
ulangan.

1. Manfaat Penelitian
Mendorong siswa untuk menggunakan bahasa baku dalam mengerjakan tugas dan ulangan.
1. Meningkatkan kepedulian siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaaan bahasa baku.
3. Dapat dijadikan sumber referensi

1. Batasan Istilah
Dalam karya tulis ini penulis membatasi istilah sebagai berikut
1. Bahasa
Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan
sistem komunikasi yang kompleks.
2. Bahasa Baku dan non Baku
Bahasa Baku adalah ragam bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti
dalam perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi. Bahasa baku terutama digunakan
sebagai bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa.
Bahasa non Baku adalah ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan
tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh
masyarakat secara khusus
3. Ulangan dan Tugas
Ulangan adalah pengulangan atau evaluasi setelah melakukan proses belajar dalam kurun waktu
tertentu. Sedangkan tugas adalah suatu pekerjaan atau tanggung jawab yang harus dikerjakan
siswa baik secara individu maupun kelompok untuk lebih memahami materi yang diberikan oleh
guru
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Kerangka Teori
2. Bahasa
3. Pengertian
Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan
menggunakan sistem komunikasi yang kompleks (Wikipedia.org). Selain pengertian tersebut
banyak juga ahli yang mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian bahasa antara lain
sebagai berikut :
 Menurut Gorys Keraf (1997:1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
 Menurut Fodor (1974), Bahasa adalah system simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan system
simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang
dimaksud dengan system tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional
tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud.

2. Bahasa Baku dan Tidak Baku


Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang diterima untuk dipakai
dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi. Bahasa
baku terutama digunakan sebagai bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa, yang mempunyai
banyak bahasa. Bahasa baku umumnya ditegakkan melalui kamus (ejaan dan kosakata), tata
bahasa, pelafalan, lembaga bahasa, status hukum, serta penggunaan di masyarakat
(pemerintah, sekolah, dll). Ciri- ciri dari bahasa baku adalah :
1. Tidak terpengaruh bahasa daerah.
2. Tidak dipengaruhi bahasa asing.
3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan.
4. Pemakaian imbuhannya secara eksplisit.
5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat.
6. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu.
7. Tidak mengandung arti pleonisme.
8. Tidak mengandung hiperkorek.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia
yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat
Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

3. Tumbuhnya Bahasa Indonesia Baku


Pada awal digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Bangsa Indonesia, tidak
ada yang menyangka bahwa Bahasa Indonesia akan berkembang dengan berbagai variasi dan
dialek. Fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi sangat berpengaruh terhadap
berkembangnya ragam Bahasa Indonesia. Misalnya untuk mempermudah komunikasi anatara
orang tua dan anaknya tentu tidak akan menggunakan bahasa seperti yang digunakan dalam
pidato presiden atau pidato para menteri. Faktor lain yang juga mempunyai pengaruh kuat dalam
perkembangan ragam Bahasa Indonesia adalah penggunaanya sebagai media komunikasi secara
tersurat. Misalnya bahasa tulis yang digunakan untuk menulis surat yang ditujukan kepada
sahabat tidak akan sama dengan bahasa yang digunakan untuk menulis Undang-Undang Dasar.

4. Fungsi Bahasa Baku


Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi :
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai pemersatu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan
atau memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku
mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku
merupakan sarana dan pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini
ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia
Indonesia modern.
1. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian.
2. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa.
3. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan.
5. Kaidah / Tata Bahasa Baku
6. Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. Misalnya:
7. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten. Misalnya: Bahasa baku
– Gubernur meninjau daerah kebakaran.
– Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.
1. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit.
Misalnya: Bahasa Baku
– Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.
– Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.
1. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten.
Misalnya:Bahasa Baku
– Surat anda sudah saya terima.
– Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
Bahasa Tidak Baku
– Surat anda saya sudah terima.
– Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.
7. Ulangan dan Tugas
8. Ulangan
Ulangan adalah pengulangan atau evaluasi setelah melakukan proses belajar dalam kurun waktu
tertentu.Ulangan digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa menangkap dan memahami
materi yang diajarkan oleh guru. Ulangan juga digunakan untuk mengetahui apakah metode yang
digunakan guru untuk menyampaikan materi kepada siswa sudah sesuai dengan yang siswa
butuhkan atau belum. Sedangkan yang dimaksud dengan tugas adalah suatu pekerjaan atau
tanggung jawab yang harus dikerjakan siswa baik secara individu maupun kelompok untuk lebih
memahami materi yang diberikan oleh guru. Tugas mempunyai banyak jenis seperti,
mengerjakan tugas, mencari artikel,melaksanakan penelitian, dll.

Manfaat Tugas dan Ulangan


1. Belajar Mengatur Waktu
2. Melatih untuk Bertanggung Jawab
3. Mengulang Kembali Pelajaran
4. Mengetahui Minat Anak
5. Meningkatkan Keterampilan
6. Belajar Mengatasi Masalah
1. Kerangka Berpikir
Dari kerangka teori diatas yang menjelaskan mengenai bahasa dan bahasa baku, ternyata
untuk disebut sebagai bahasa baku, suatu bahasa harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Dari semua aturan yang ada, hanya ada satu bahasa baku yang digunakan sebagai
standarisasi dalam menulis dan berbicara. Bahasa baku biasanya digunakan dalam situasi resmi
seperti pidato presiden dan surat antar instansi pemerintahan.
Sedangkan ulangan adalah evaluasi yang dilakukan setelah siswa menerima materi belajar.
Ulangan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan siswa untuk memahami materi
yang telah disampaikan guru.
1. Hipotesis
Dari analisis dan berdasarkan kajian-kajian diatas,penulis menarik hipotesis bahwa bahasa
baku tidak banyak digunakan siswa dalam mengerjakan tugas dan ulangan.
Banyaknya aturan dalam bahasa baku membuat siswa harus berfikir dua kali dalam
mengerjakan tugas dan ulangan dan tentu saja ini sangat tidak efektif. Pertama, mereka harus
berfikir jawaban dari soal yang ditanyakan. Kedua, setelah mereka mengetahui jawaban dari soal
tersebut mereka harus berfikir lagi bagaimana menulis jawaban tersebut dengan bahasa indonesia
baku yang baik dan benar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Jenis Penulisan yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah metode kualitatif,
yaitu penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Hasil penelitian yang penulis lakukan ini dititkberatkan pada data deskriptif
(berupa kata-kata) dan tidak memiliki rumus absolute dalam penyimpulannya.

1. Populasi dan Sampel Penelitian


Dalam karya tulis ini, penulis mengambil populasi dari siswa di SMA Negeri 1 Purworejo.
Sedangkan sampelnya adalah himpunan bagian dari populasi yang dipilih berdasarkan suatu
metode pengambilan sampel yang telah ditentukan penulis secara acak.

1. Teknik Pengumpulan Data


Diperlukan data informasi yang lengkap, objektif, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan
agar dapat diolah dan disajikan menjadi gambaran dan pandangan yang benar. Untuk mengolah
data yang empirik, diperlukan pula data teoritik yang dapat menjadi tolak ukur yang tepat. Maka
dari itu, agar data empirik dan data teoritik yang diperlukan untuk penyusunan karya tulis ilmiah
ini dapat terkumpul, penulis telah menggunakan metode-metode pengumpulan data berupa:
1. Studi Pustaka
Penulis mencari dan memperlajari berbagai sumber yang sesuai dengan objek penelitian dalam
karya tulis ilmiah ini.
2. Angket
Penulis mengumpulkan data dan informasi menggunakan serangkaian pertanyaan yang penulis
ajukan secara tertulis kepada sampel yang telah dipilih.

1. Teknik Analisis Data


Langkah-langkah yang penulis gunakan untuk memenuhi tujuan karya tulis ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel data dari sebagian populasi siswa (penulis memilih secara acak) yang
berkaitan dengan topik yang telah ditentukan.
2. Menganalisis data yang diperoleh dengan sumber-sumber informasi yang penulis gunakan
seperti buku, internet, dan angket.
3. Menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis.

1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang penulis gunakan dalam pengumpulan data karya tulis ini adalah melalui
penyebaran angket.
1. Variabel Penelitian
Dalam karya tulis ini, penulis menggolongkan variable penelitian menjadi 2 variabel, yaitu :
1. Variabel bebas yang merupakan variabel yang menyatakan hal yang bersifat umum. Dalam karya
tulis ini yang termasuk variabel bebas adalah pentingnya bahasa baku
2. Variabel terikat, merupakan suatu variabel dalam bentuk yang lebih spesifik dan variabel terikat
dalam karya tulis ilmiah ini adalah penggunaan bahasa baku oleh siswa dalam mengerjakan
ulangan dan tugas

BAB V
PENUTUP

A.Simpulan
1. Masih banyak siswa yang tidak mempedulikan penggunaan bahasa baku dalam mengerjakan
ulangan dan tugas.
2. Faktor yang menyebabkan bahasa baku jarang digunakan dalam mengerjakan tugas dan ulangan
adalah siswa merasa kesulitan menggunakan bahasa baku karena sedikitnya ilmu mengenai
PROPOSAL PENELITIAN
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
DI LINGKUNGAN SEKOLAH
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

NAMA :RUSTA SORMIN


KELAS :XI MIA 1

SMA NEGERI 1 PAHAE JULU


2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan
bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi
kehidupan bermasyarakat.Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling
mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat
memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan
baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya
komunikasi berjalan lancar.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis pada bagian sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia pada siswa
2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang dapat ditemui dalam penerapan bahasa Indonesia pada
KBM
3. Apa sajakah upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan penggunaan berbahasa Indonesia
yang baik dan benar.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui cara dalam menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia pada siswa
2. Untuk mengetahui hambatan-hanbatan dalam penerapan bahasa Indonesia pada KBM
3. Selain itu tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan lulus mata kuliah
Bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam
pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai
dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa).
Bahasa yang baik dan benar memiliki empat fungsi :
 Fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas
kedaerahan
 Fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa
lain
 Fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar
 Fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.

B . Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia.


1. Tata bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
o Fonetik :Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran
yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut
dengan alat ucap manusia
o Fonemik :Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam
fungsinya sebagai pembeda arti.Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang
dapat dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam
fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat
mempunyi fungsi untuk membedakan arti.
2. Tata bahasa (kalimat)
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu banyak
definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan
ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang
benar (gramatikal).
3. Kosa kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih dan
menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa
baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.Ragam bahasa dipengaruhi oleh
sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika
dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai.
4. Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan untuk
membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut
untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain.
Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada
persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-
tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong
suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara
kata dengan kata.
5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai
dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang
bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi,
pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa.
C.Penggunaan Bahasa Indonesia dikalangan Remaja pada saat ini
Didalam masyarakat saat ini telah berkembang dan banyak yang menyatakan pendapat
bahwa para remaja kita dengan bahasa prokemnya telah merusak bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Perkembangan bahasa prokem atau bahasa yang hanya dipakai para pemuda. Remaja yang
menggunakan seenaknya dan tidak dapat dipahami masyarakat umum, atau dapat disebut juga
bahasa gaul.Mulai dari remaja ditinggakat sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas
sampai para mahasiswa atau mahasiswi. Sebagian besar dari mereka saat berkomunikasi telah
jauh dari susunan keindonesiaan yang baik dan benar, walaupun seperti yang kita ketahui mereka
semua berada dalam kalangan akademik yang masih mendapatkan pendidikan. Tetapi pada
kenyataannya bahasa Indonesia yang telah disusun rapi dengan EYD telah jauh dilupakan.
A. Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia di Sekolah
Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Hal ini mendorong
orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara akan lebih efektif dibandingkan
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Maka bagi siswa bicara tidak sekedar merupakan
prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuannya.(2) Sehingga dalam pembelajaran
bahasa Indonesia keterampilan berbicara merupakan kompetensi yang harus diujikan sesuai
jenjang kelasnya. Keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah dasar ini hanya terwujud
pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas saja.
B. Hambatan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Keseharian di Sekolah
Usaha untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah akan
ditemui hambatan yang datang dari lingkungan sekolah itu sendiri, antara lain :
1. Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa Indonesia dalam keseharian di sekolah itu
tidak lazim.
2. Belum adanya penilaian bagi siswa yang berbicara bahasa Indonesia.
3. Tidak adanya program berbahasa Indonesia dari lembaga pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan
kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak
masih di bangku SD hingga lulus SMA.Penggunaan bahasa Indonesia dalam proses kegiatan
belajar dan mengajar masih jauh dari apa yang dicita-citakan yaitu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai ejaan yang disempurnakan. Hal itu disebabkan karena di
dalam proses KBM masih banyak kekurangannya, diantaranya : kurangnya kesadaran peserta
didik akan pentingnya bahasa Indonesia, Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar
dalam dunia pendidikan dan juga merupakan identitas bangsa yang tidak boleh hilang dan harus
kita pelihara, dan dalam prosesnya itu sendiri masih banyak kesalahan dalam pengucapan dan
penulisan ejaan, dikarenakan masih dipengaruhi oleh bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa
popular.
B. Saran
Karena remaja merupakan agen perubahan suadah seharusnya kita sebagai remaja saat ini
menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi dan sesuai dengan
kaedah yang elah disempurnakan. Dimana kita sedang berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan. Karena apa, karena bahasa Indonesia merupakan identitas kebanggaan bangsa Indonesia
dan merupaka alat pemersatu.Intensitas penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
dalam proses belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan lebih
mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pembelajaran lebih banyak diarahkan kepada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan hal-hal
yang bersifat teoretis. Siswa lebih banyak dikondisikan pada pemakaian bahasa yang aplikatif
tetapi sesuai dengan aturan berbahasa Indonesia secara baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai