Anda di halaman 1dari 8

KARYA ILMIAH

'ESENSI BAHASA SI KALANGAN REMAJA'

Disusun oleh :

Nama : Dinada Ruth Secilia Bakkara


NIM : 5213421098
Esensi Bahasa di Kalangan Remaja

ABSTRAK
Bahasa Indonesia adalah jati diri sekaligus identitas bangsa Indonesia yang memegang peranan
penting pada semua aspek kehidupan. Era millennial, masa adanya peningkatan penggunaan
dan keakraban dengan komunikasi, media dan teknologi digital, berdampak pada
perkembangan bahasa Indonesia. Keadaan yang ada sekarang adalah fungsi bahasa Indonesia
mulai digantikan atau tergeser oleh bahasa asing dan adanya perilaku yang cenderung
menyelipkan istilah asing, padahal padanan dalam bahasa Indonesianya ada, dikarenakan sikap
yang meyakini bahwa akan terlihat modern, dan terpelajar dan dengan alasan mempermudah
komunikasi di era millennial. Saat ini kendala yang harus dihadapi remaja untuk mempelajari
bahasa Indonesia yang baik dan benar adalahtimbulnya gejala bahasa, seperti bahasa gaul, yang
tanpa disadari sering digunakandalam komunikasi resmi. Bahasa gaul merupakan salah satu
cabang dari bahasaIndonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada
akhir tahun1980-an. Saat ini, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal
yangterutama digunakan oleh kalangan remaja. Namun perlu disadari bahwa penggunaan
bahasa Indonesia ini perlu diperhatikan dalam masyarakat, mayoritas bahasa Indonesia
dikesampingkan dengan bahasa daerahnya.

Kata Kunci : Bahasa daerah, Bahasa Indonesia, Tutur kata, komunikasi anak, masyarakat

PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
atau berhubungan satu sama lain, baik melalui tulisan, lisan maupun kemauan kepada lawan
bicara (orang lain). melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat,
perilaku, karma masyarakat, dan sekaligus membaurkan diri dengan segala bentuk masyarakat.
Di Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Ada berbagai
macam suku, budaya, bangsa, ras, dan agama. Dari sini tentunya Indonesia juga memiliki ragam
bahasa. Ada sekitar 724 bahasa daerah yang tersebar di seluruh tanah air. Setiap daerah pasti
memiliki keunikan tersendiri terkait dengan bahasanya. Misalnya, dalam bahasa Jawa terdapat
berbagai tingkatan bahasa seperti kromo dan ngoko. Bahasa kromo digunakan untuk berbicara
dengan orang yang lebih tua sedangkan bahasa ngoko digunakan untuk berbicara dengan orang
yang seumuran atau di bawahnya. Berikut adalah beberapa contoh kecil keunikan yang
terdapat pada bahasa daerah yang bukan bahasa Indonesia. Fenomena yang terjadi saat ini
adalah remaja yang menjadi salah satu pelaku pemelihara bahasa daerah jarang menggunakan
bahasa daerah. Dalam lingkungan masyarakat kedudukan bahasa daerah mengalami
penurunan, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan bahasa kedua dan ketiganya seperti bahasa
Indonesia dan bahasa asing. Bagi remaja, bahasa Indonesia dan bahasa asing memiliki
kedudukan yang prestisius atau prestisius dibandingkan dengan bahasa daerah. Berikut adalah
beberapa contoh kecil keunikan yang terdapat pada bahasa daerah yang bukan bahasa
Indonesia. Fenomena yang terjadi saat ini adalah remaja yang menjadi salah satu pelaku
pemelihara bahasa daerah jarang menggunakan bahasa daerah. Dalam lingkungan masyarakat
kedudukan bahasa daerah mengalami penurunan, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan bahasa
kedua dan ketiganya seperti bahasa Indonesia dan bahasa asing.

Bagi remaja, bahasa Indonesia dan bahasa asing memiliki kedudukan yang prestisius atau
prestisius dibandingkan dengan bahasa daerah. Kata kunci: fenomena, fungsi, bahasa daerah,
remaja Berikut adalah beberapa contoh kecil keunikan yang terdapat pada bahasa daerah yang
bukan bahasa Indonesia. Fenomena yang terjadi saat ini adalah remaja yang menjadi salah satu
pelaku pemelihara bahasa daerah jarang menggunakan bahasa daerah. Dalam lingkungan
masyarakat kedudukan bahasa daerah mengalami penurunan, hal ini dipengaruhi oleh
penggunaan bahasa kedua dan ketiganya seperti bahasa Indonesia dan bahasa asing. Bagi
remaja, bahasa Indonesia dan bahasa asing memiliki kedudukan yang prestisius atau prestisius
dibandingkan dengan bahasa daerah. Kata kunci: fenomena, fungsi, bahasa daerah, remaja
Dalam lingkungan masyarakat kedudukan bahasa daerah mengalami penurunan, hal ini
dipengaruhi oleh penggunaan bahasa kedua dan ketiganya seperti bahasa Indonesia dan
bahasa asing. Bagi remaja, bahasa Indonesia dan bahasa asing memiliki kedudukan yang
prestisius atau prestisius dibandingkan dengan bahasa daerah. Kata kunci: fenomena, fungsi,
bahasa daerah, remaja Dalam lingkungan masyarakat kedudukan bahasa daerah mengalami
penurunan, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan bahasa kedua dan ketiganya seperti bahasa
Indonesia dan bahasa asing. Bagi remaja, bahasa Indonesia dan bahasa asing memiliki
kedudukan yang prestisius atau prestisius dibandingkan dengan bahasa daerah. Kata kunci:
fenomena, fungsi, bahasa daerah, remajaJati diri sebuah bangsa salah satunya dapat dilihat dari
bahasa, tak terkecuali bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia mempunyai peranan penting pada semua aspek kehidupan sehari-hari dalam hal
berkomunikasi. Sebagian orang menggunakan bahasa Indonesia dengan tidak baik dan benar.
Oleh karena itu, perlu adanya penggunaan bahasa Indonesia dengan mengedepankan
kepatuhan berbahasa, agar pertahanan bahasa Indonesia tetap terjaga, banyaknya pengaruh
yang dikarenakan globalisasi, salah satunya pada sektor pendidikan. Untuk itu sangat penting
untuk melakukan peningkatan mutu pendidikan bahasa Indonesia, baik di tataran SD, SMP,
SMA sederajat hingga perguruan tinggi. Bahasa sangat erat hubungannya dengan masyarakat.

Bahasa berkembangseiring dengan perkembangan masyarakat penggunanya (Hariadi, 2014).


Setiap bangsa, memiliki keunikan, yang berbeda satu sama lain. Tidak ada satu pun bahasa di
dunia ini yang sama. Sehingga kita tidak bisa menyalahkan dan memaksa setiap orang harus
memakai bahasa Indonesia selamanya. Sebagai manusia dimuka bumi, pastinya mempunyai
bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi bahkan memiliki ragam yang bervariasi, hal ini
tergantung dengan sudut pandang yang digunakan bahasa itu. Sudut pandang yang dimaksud
yaitu waktu dan tempat, pembicara-pendengar, topik yang dibicarakan, tujuan yang akan di
capai dan juga nada. Hal ini sejalan dengan tindak tutur yang merupakan tindakan yang
dibuktikan dalam bentuk tuturan. Tindak tutur ini mempunyai peranan yang memusat ketika
membahas secara pragmatik. Tindak tutur penerimaan pada dasarnya digunakan oleh penutur
untuk menyatakan penerimaan, sedangkan tindak tutur penolakan digunakan oleh penutur
untuk menyatakan penolakan (Hermaji, 2013). Tanpa adanya tindak tutur manusia tidak akan
pernah bisa berinteraksi, perilaku tanpa tutur bagaikan orang yang mengalami penyakit,
sehingga antara perilaku dan bahasa merupakan kepaduan berbahasa. Tindak tutur mana yang
akan dipilihnya sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu:1) dengan bahasa apa ia harus
bertutur; 2) kepada siapa ia harus menyampaikan tuturannya; 3) di manakah ia bertutur 4)
dalam situasi bagaimana tuturan itu disampaikan (Kurniati, 2015). Oleh karenanya dalam
bertindak tutur harus memperhatikan etika kesopanan yang baik dimanapun berada.

Masyarakat pemakai bahasa secara sadar atau tidak menggunakan bahasa yang hidup dan
dipergunakan dalam masyarakat. Sebaliknya, bahasa juga dapat mengikat anggota-anggota
masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan menjadi satu masyarakat yang kuat, bersatu,
dan maju (Mardikantoro, 2006). Jika masyarakatnya bersatu maka perkembangan bahasa juga
akan tetap eksis. Problematika komunikasi di masyarakat Indonesia adalah banyaknya bahasa
daerah yang ada serta pengaruhnya dengan perkembangan bahasa persatuan, yakni bahasa
Indonesia (Subiyantoro, 2018). Penggunaan bahasa daerah sekarang banyak digunakan akan
juga memengaruhi keberterimaan informasi yang mereka peroleh. Hal ini dapat ditemukan
diberbagai perkumpulan dan kelompok, misalnya seperti kelompok yang mengurusi tentang
pemberdayaan masyarakat. Sebenarnya penggunaan bahasa Indonesia wajib digunakan bagi
setiap warga Indonesia, namun bahasa daerah harus juga dilestarikan guna melestarikan
budaya yang menandakan bahwa negara Indonesia terdiri dari banyak suku dan bangsa.

METODE
Penelitian kualitatif ini merupakan salah satu prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa tulisan dan perilaku-perilaku yang diamati. Metode pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif ini adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menggambarkan dan menjabarkan objek sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya (Rahmadani dkk, 2015). Terdapat tahapan dalam melaksanakan
penelitian ini yaitu, proses mencari data, mengelola data, dan menyajikan data. Pengumpulan
data melalui: mengamati, menyadap, dan mencatat. Teknik mengamati seperti halnya dengan
sadap, yaitu pelaksanaan metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau
beberapa orang yang selanjutnya dicatat dalam bentuk data. Penggunaan bahasa yang disadap
dapat berbentuk lisan dan tulisan (Kesuma, 2007). Oleh karena itu untuk mendeskripsikan
fenomena penggunaan bahasa yang terjadi di dalam masyarakat. Kita mengerti bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa multilingual yang mempunyai bahasa beratus-ratus di berbagai
daerah, dengan demikian akan memunculkan berbagai variasi bahasa, yang kita kenal dengan
bahasa daerah. Dalam mempermudah komunikasi dengan adanya keanekaragaman bahasa
daerah yang dimiliki bangsa Indonesia, yang selanjutnya disepakati bahwanbahasa Indonesia
adalah dijadikan sebagai bahasa nasional. Baik bahasa daerah maupun bahasa Nasional atau
bahasa Indonesia memiliki ranah masing-masing, yang telah diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 36. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 mengamanahkan bahwa bahasa
Indonesia berfungsi atau digunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan
dan sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta bahasa
media massa (Putri, 2017).

PEMBAHASAN

Bahasa merupakan sistem atau alat komunikasi yang amat penting bagi manusia dalam
perhubungan sehari-hari. Menurut Asmah Haji Omar, “bahasa yang digunakan merupakan
sistem lambang yang mengaitkan maksud atau fikiran manusia dengan sesuatu benda yang
konkrit ataupun sesuatu yang abstrak, supaya demikian pengguna bahasa dapat memahami
sesuatu benda yang diperkatakan itu”. Bahasa merupakan suatu unsur yang dinamik, yakni
senantiasa berubah-ubah mengikut situasi dan zaman atau perkembangan semasa. Oleh hal
yang demikian, menurut S. Nathesan, bahasa sentiasa dianalisis dan didekati dengan
menggunakan pelbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Bidang makna atau semantik
merupakan sebagian daripada ilmu linguistik yang tidak akan sempurna jika tidak ada kajian
makna.

Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan bahasa terutama bahasa Indonesia masih saja
bercampur dengan bahasa ibu atau bahasa daerahnya. Seiring dengan perkembangan satu
periode ke periode selanjutnya, maka akibatnya penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-
hari tidak hanya bercampur dengan bahasa ibu, tetapi juga bercampur dengan bahasa-bahasa
asing ataupun bahasa remaja yang sering disebut dengan bahasa gaul. Jika ini terus berlanjut,
maka ketika menggunakan bahasa dalam situasi formal akan mengalami keterbatasan dalam
berbicara. Oleh karena itu dalam penggunaan bahasa sehari-hari hendaknya gunakanlah bahasa
yang sesuai dengan konteksnya serta gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Saat ini sulit ditemukan generasi muda bangsa Indonesia yang bangga dan menyukai bahasa
Indonesia. Justru mereka lebih bangga menggunakan bahasa asing dari pada bahasa mereka
sendiri yaitu bahasa Indonesia. Seharusnya, generasi muda saat ini mampu berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Apalagi dalam kehidupan saat ini, generasi mudah harus
mampu memiliki kemampuan berbahasa, kemampuan menulis, dan kemampuan berbicara.

Dalam perkembangan teknologi saat ini, seperti perkembangan media elektronik dan media
sosial di internet juga dapat mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Seharusnya
media elektronik seperti telepon genggam (handpone) dan media sosial di internet itu
merupakan media paling baik dan mudah untuk belajar dan mencari pengetahuan baru
bahasa Indonesia, tetapi media tersebut tidak digunakan sesuai fungsi dan kegunaanya,
sehingga masyarakat lebih berfikir bahwa media sosial di internet banyak berdampak negatif
terhadap perkembangan anak-anak mereka. Apalagi saat ini banyak stus-situs web yang
beredaran.
Di zaman sekarang ini perkembangan bahasa Indonesia kian menurun. Masuknya berbagai
bahasa asing yang tidak mungkin kita tolak dan ada beberapa kata asing yang diserap menjadi
kosa kata Indonesia. Namun, disisi lain, keberagaman bahasa serapan juga menjadi masalah
bagi orsinilitas bahasa yang kian mengkhawatirkan dan penggunaan tata bahasa yang kian
serampangan baik tulisan maupun lisan. Tentu saja, media televisi, koran, radio, internet dan
merek dagang import adalah termasuk faktor pendorong utama yang ikut mencederai
kebahasaan kita. Fenomena ini sangat kentara pada pengunaan bahasa oleh anak-anak muda
saat ini. Munculah istilah bahasa gaul, bahasa alay, dan sebagainya. Di kalangan anak-anak, film
import juga ikut mempengaruhi perkembangan kebahasaan yang seharusnya menjadi pondasi
komunikasi. Sebut saja misalnya film animasi dari negara tetangga, Ipin - Upin, yang diputar
dengan menggunakan bahasa Melayu. Merek dagang asing juga dengan seenaknya masuk
dengan bahasa aslinya, tanpa melakukan penyesuaian dengan bahasa nasional. Kebahasaan
kita menjadi seperti pasar, dimana semua bahasa bercampur baur. Dengan kata lain
keberadaan bahasa Indonesia semakin terkalahkan dengan munculnya bahasa lain seperti
bahasa gaul.

Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Bahasa Indonesia di era globalisasi ini penggunaan bahasa gaul
makin meraja dan terus muncul bahasa gaul baru yang membuat eksistensi bahasa Indonesia
kian menurun. Penggunaan bahasa gaul ini membuat remaja makin sulit mengetahui bahasa
Indonesia yang baik yang benar. Bahkan penggunaan bahasa yang terlalu sering mebuat orang-
orang tak sadar bahwa bahasa tersebut bukan bahasa yang baik dan benar. Tidak jarang dalam
acara formal pun banyak orang yang menggunakan bahasa gaul yang dalam konteksnya tidak
sengaja.

Media mempengaruhi perkembangan bahasa gaul terliahat dari contoh struktur bahasa gaul
bahwa media sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasa gaul, khususnya situs-situs
jejaring sosial. Penikmat situs-situs jejaring sosial kebanyakan adalah remaja. Tulisan seorang
remaja di situs jejaring sosial yang menggunakan bahasa gaul, akan dilihat dan bisa jadi ditiru
oleh remaja lain. Selain remaja anak sekolah dasar pun banyak yang menggunakan situs jejaring
sosial. Berarti banyak juga anak sekolah dasar yang seharusnya diberikan atau diajarkan bahasa
yang baik dan benar dengan adanya situs jejaring sosial sebagai media juga dapat berpengaruh
besar. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa penyerapan bahasa gaul dikalangan anak dan remaja
yang tengah menjadi tren merupakan bagian dari konformitas terhadap lingkungan. Yang
dimaksud konformitas adalah meleburkan diri padangan.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan zaman semakin terlihat pengaruh yang diberikan
oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya (Prasasti,
2016). Bahasa gaul yang dipakai oleh kalangan masyarakat luas akan menimbulkan berbagai
kemungkinan dampak buruk terhadap perkembangan bahasa Indonesia dalam artian identitas
suatu bangsa. Masyarakat sekitar, menggunakan bahasa gaul dan didukung oleh peran generasi
muda Indonesia yang tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Disinilah generasi muda
cenderung memakai bahasa gaul daripada pemakaian bahasa Indonesia. Umumnya timbulnya
gejala pergeseran suatu bahasa berawal dari masyarakat bilingual dan multilingual karena jika
diberikan dengan pilihan bahasa mereka lebih memilih menggunakan bahasa besar daripada
bahasa kecil. Kondisi inilah yang mengakibatkan bahasa kecil minoritas dari bahasa besar.
Menurut Amar (2004), proses pergeseran bahasa merupakan satu peristiwa sejarah karena
lambat laun bahasa ibu bagi kelompok penutur ini akan mengalami kepunahan sama sekali.
Segala pergeseran bahasa berawal dari penyusutan fungsi-fungsi dasarnya yang umumnya
terjadi dalam rentang waktu yang lama dan secara perlahan melampaui beberapa generasi.
Secara teoretis, bahasa-bahasa mati karena tidak digunakan oleh sang penutur, hal ini
berkemungkinan sudah tidak diajarkan oleh orang tua kepada anak-anak. Masyarakat lebih
dominan memilih bahasa yang dinilai lebih prestisius dan bergengsi (Aron, 2003). Pada paparan
di atas pentingnya akan jujungan dan pengelolaan bahasa sangat diperlukan, karena untuk
menghindari pergeseran yang menimbulkan penyusutan hingga kepunahan bahasa. Bahasa
yang dikelola akan lebih eksis dan dominan digunakan. Oleh karena itu penduduk lebih
melestarikan bahasa pertamanya.

Perkembangan Bahasa Indonesia Terdapat kemajuan yang mencolok antara pihak pemerintah
dan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mulai diprioritaskan oleh masyarakat juga dalam dunia
pendidikan. Keberminatan warga internasional kepada bahasa Indonesianjuga semakin banyak.
Menurut Stewart (dalam Fishman, ed. 1968: 536), daya hidup suatu bahasa adalah use of the
linguistic system by an unisolated community of native speakers. Jika bahasa terus-menerus
mengalami kemerosotan presentase penutur, yang berdampak akhirnya kehilangan atau
kehabisan jumlah penutur asli sama sekali, bahasa itu sudah jelas bernasib rapuh dan punah.
Namun dalam era globalisasi ini bahasa Indonesia berkembang sangat pesat, sehingga
keberdayaan kepopulerannya masih tetap terlindungi. Situasi kontak bahasa dewasa ini
(periode 2000-an) ini telah menunjukkan gejala ketirisan diglosia yang semakin lebar
(Munandar, 2013). Menjelaskan bahwa pemakaian bahasa Indonesia telah merambah ke
berbagai ranah seperti ranah keluarga. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya anggota
keluarga muda yang menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan anggota
keluarga di rumah. Agar dapat menarik simpati dari pendengar yang menyimak, diperlukan
sebuah keterampilan berbicara yang baik. Istilah untuk menarik massa melalui keterampilan
berbicara dimaknai sebagai retorika, Retorika merupakan seni dalam berbicara (Saddhono,
2011). Kemungkinan besar yang mempengaruhi adalah motivasi orang tua, yaitu ibu,
menggunakan bahasa Indonesia dengan anak-anaknya ketika di rumah mempunyai maksud
untuk mendorong penguasaan bahasa Indonesia yang lebih baik dan benar.

KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan kajian teori uraian diatas mengenai penggunaan bahasa di masyarakat
yaitu, bahwa mayoritas anak menggunakan bahasa Indonesia di situasi formal. Ketika anak
berada dalam jangkauan masyarakat atau sekitar lingkungannya akan lebih menggunakan
bahasa daerahnya. Hal ini dipertimbangkan bukan karena sebuah pengharusan, namun adanya
kesepakatan antara sesama penutur dalam berkomunikasi, karena ketika berkomunikasi
berlangsung tanpa memerhatikan lawan bicara, akan menyebabkan kesalahpahaman.
Meskipun bahasa Indonesia adalah bahasa jati diri, membuat penutur berbicara kesusahan,
lebih baik menggunakan bahasa sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing.
DAFTAR REFERENSI
Amilia, fitri. (2018). Pemahaman dan Habituasi untuk Membangun Kompetensi

Menulis Praktis dan Ilmiah. Vol 2, No 1. Hal 39. Doi : 10.30651/lf.v2i1.1401


Aron, M. M. (2010). Strategi Pemertahanan Bahasa-Bahasa Nusantara.

Asappari, M.M. (2014) Eksistensi Bahasa Nasional dan Perkembangannya di Era


Globalisasi.PRASI, 9(18).DOI:
http://dx.doi.org/10.23887/prasi.v9i18.8943.g5776

http://ihwalsubhan07.blogspot.com/2017/07/esensi-bahasa-indonesia-di-masyarakat.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai