Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia di Tengah Arus

Globalisasi

Pinky Annisa
Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Surakarta, Indonesia
Email: Pinkyannisa666@gmail.com

Abstrak
Pada era globalisasi seperti saat ini pengaruh bahasa asing terutama bahasa Inggris
sebagai bahasa global sulit dihindari. Hegemoni ini tampak di mana-mana dan
hampir menyentuh seluruh aspek penggunaan bahasa Indonesia. Penggunaan
bahasa asing (bahasa Inggris) semakin menggejala. Namun, gejala ini tidak harus
dibiarkan karena merusak pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia harus tetap eksis dan menjadi alat kebanggaan bangsa dan harus
tetap berdaulat di negeri sendiri. Untuk itu, sikap positif masyarakat Indonesia
harus didorong untuk tetap loyal terhadap bahasa nasionalnya. Sikap nasionalisme
itu tidak perlu menipis akibat globalisasi. Internasionalisasi dalam era globalisasi
dalam konteks Indonesia tidak harus diartikan sebagai pengingrisan bahasa
Indonesia, tetapi ditujukan pada upaya pemadanan, penerjemahan, dan
penyerapan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Melalui
penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk terus
menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional maupun identitas
bangsa, agar bahasa Indonesia tetap eksis meski bahasa asing mulai digunakan
oleh masyarakat Indonesia.

Kata kunci: Eksis, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Asing


Abstract
In the era of globalization, such as at present the influence of foreign languages,
especially English as a global language, is difficult to avoid. This hegemony
appears everywhere and almost touches all aspects of the use of Indonesian. The
use of foreign languages (English) is increasingly symptomatic. However, this
symptom does not have to be allowed because it damages the growth and
development of the Indonesian language. Indonesian language must still exist and
become a tool of national pride and must remain sovereign in its own country.
For this reason, the positive attitude of the Indonesian people must be encouraged
to remain loyal to their national language. The attitude of nationalism does not
need to be depleted due to globalization. Internationalization in the era of
globalization in the Indonesian context does not have to be interpreted as
pengingrisan Indonesian, but aimed at efforts to match, interpret, and absorb.
This study used descriptive qualitative method. Through this research, it is
expected to foster public awareness to continue to uphold the Indonesian
language as a National language and the identity of the people, so that
Indonesian language still exists even though foreign languages are being used by
the people of Indonesia.

Keywords: Exis, Indonesian Language, and English Language

PENDAHULUAN
Bahasa diperlukan untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain. Bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang
terlintas di dalam hati (Murti, 2015: 177). Melalui bahasa seseorang dapat
melakukan interaksi ataupun komunikasi dengan yang lainnya, baik untuk
menyampaikan keinginan, perasaan, pendapat, gagasan, pengalaman, maupun
pengetahuannya. Bahasa juga dapat membantu untuk memperoleh informasi,
menambah ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu, fungsi hakiki bahasa
sebagai alat bekerja sama dalam setiap komunikasi.
Peranan bahasa dalam manusia besar sekali. Hampir dalam semua
kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Di era MEA bahasa menjadi
faktor penting dalam berkomunikasi (Rondiyah, Wardani, & Saddhono, 2017:
142). Nurhasanah (2017: 89) mengatakan bahwa sejarah perkembangan bahasa
Indonesia dibedakan dalam 3 periode. Ketiga periode tersebut adalah sebelum
sumpah pemuda, periode sumpah pemuda sampai periode kemerdekaan Republik
Indonesia, dan periode pasca proklamasi kemerdekaan sampai sekarang.
Bahasa Indonesia merupakan unsur sekaligus media komunikasi utama
masyarakat Indonesia. Bahasa secara filosofis adalah pengungkapan manusia atas
realitas melalui simbol-simbol. Berarti, eksistensi bahasa Indonesia sangat
tergantung pada tingkat keberhasilan mengembangkan bahasa, misalnya
menciptakan kosa kata dan istilah-istilah baru, baik penyerapan kosa kata bahasa
daerah maupun asing semakin digiatkan. Bahasa Indonesia harus mampu menjadi
bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di era global, terutama teknologi informasi sangat
cepat (Marsudi, 2009: 133).
Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu. Menurut Suminar (2016: 116)
bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga bahasa resmi
negara kita. Dalam penggunaannya, bahasa Indonesia mempunyai beberapa aturan
yang harus ditaati agar kita bisa menggunakannya dengan baik dan benar. Bahasa
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia selain menjadi
bahasa resmi, juga menjadi bahasa pemersatu yang dapat digunakan dalam
berbagai keperluan.
Bahasa Indonesia merupakan unsur sekaligus media komunikasi utama
masyarakat Indonesia. Bahasa secara filosofis adalah pengungkapan manusia atas
realitas melalui simbol-simbol. Berarti, eksistensi bahasa Indonesia sangat
tergantung pada tingkat keberhasilan mengembangkan bahasa, misalnya
menciptakan kosa kata dan istilah-istilah baru, baik penyerapan kosa kata bahasa
daerah maupun asing semakin digiatkan. Bahasa Indonesia harus mampu menjadi
bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di era global, terutama teknologi informasi sangat
cepat (Marsudi, 2009: 133).

PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Saat
seseorang melakukan adaptasi di lingkungan sosial, maka seseorang tersebut akan
menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Penggunaan
lebih dari satu bahasa secara bergantian dilatarbelakangi dan ditentukan oleh
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh penutur dalam tindakan bertutur. Menurut
Saddhono (2014) kedwibahasaan merupakan salah satu fenomena dua bahasa
dalam suatu tindak tutur.
Menurut Rahayu (2015: 12) bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai
informasi. Berikut beberapa hakikat bahasa:
1. Bahasa itu sebuah sistem. Artinya bahasa bukan unsur yang terkumpul
secara tak beraturan tetapi diatur secara sistematis dan sistemis, yaitu
tersusun dari beberapa sistem diantaranya fonologi, gramatika, dan
leksikon.
2. Bahasa itu berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
3. Bahasa itu arbitrer. Artinya mana suka atau tidak ada hubungan wajib
antara lambang bahasa dengan yang dilambangkannya.
4. Bahasa itu bermakna.
5. Bahasa itu konvensional. Penggunaan suatu lambang untuk suatu konsep
tertentu bersifat konvensional, yaitu berdasarkan kesepakatan masyarakat
penuturnya.
6. Bahasa itu bersifat unik. Artinya bahasa mempunyai ciri khas yang unik
dan spesifik yang tidak bisa dimiliki oleh yang lain.
7. Bahasa itu universal. Artinya terdapat ciri-ciri yang sama yang dimiliki
oleh setiap bahasa.
8. Bahasa itu bersifat dinamis. Artinya bahasa megalami perubahan seiring
dengan perkembangan zaman.
9. Bahasa sebagai alat interaksi sosial, bahasa dijadikan alat untuk
berinteraksi, berkomunikasi, dan bekerja sama antar sesama manusia.
10. Bahasa merupakan identitas penuturnya, artinya bahasa merupakan
penanda jati diri penuturnya.

Kedudukan Bahasa Indonesia Saat Ini


Di era globalisasi saat ini, beberapa orang menganggap bahwa bahasa
Indonesia bagian dari penghambat proses komunikasi yang dilakukan secara
global. Karena bahasa Indonesia tidak digunakan secara global, hal ini
menyebabkan bahasa Indonesia tampak tidak begitu memfasilitasi proses
globalisasi. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa, semakin sedikit tujuan
pengajaran bahasa itu tercapai (Ariningsih, Sumarwati, & Saddhono, 2012: 42).
Era digital yang menuntut penguasaan teknologi dan bahasa asing pada
berbagai bidang kehidupan saat ini makin meminggirkan posisi bahasa Indonesia.
Seharusnya, posisi ini tidak berarti bahwa bahasa Indonesia tidak mampu bersaing
dengan bahasa lain di dunia, tetapi lebih pada sikap bangsa Indonesia sebagai
pengguna bahasa Indonesia cenderung menunjukkan sikap negatif. Jika bangsa
Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia terus bersikap negatif
terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan berkembang secara kacau
dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang mantap (Marsudi, 2009: 135).
Adapun kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai:
1. Bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia memiliki kedudukan di atas
bahasa-bahasa daerah.
2. Bahasa negara, yaitu sebagai bahasa resmi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai Bahasa Negara pada tanggal 18
Agustus 1945 pada UUD 1945, Bab XV, Pasal 36. Fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara yaitu:
a) Bahasa resmi Negara
b) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
c) Alat penghubung tingkat nasional, dan
d) Alat pengembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi.
Fenomena untuk semakin melemahkan kedudukan dan peran bahasa
Indonesia agaknya sudah semakin maraknya penggunaan bahasa asing, semakin
diunggul-unggulkannya sekolah bertaraf internasional, dan semakin merebaknya
program-program yang berbau internasional di perguruan tinggi. Untuk ini,
walaupun bagaimana beratnya berbagai usaha untuk tetap mempertahankan dan
melestarikan eksitensi penggunaan bahasa Indonesia harus dilakukan (Wijana
2018: 92).
Arus globalisasi tentu saja akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
dan penghidupan manusia sejagat. Pengaruh itu, antara lain akan terlihat dalam
bidang pendidikan dan kebudayaan. Salah satu pokok yang dihadapi duia
pendidikan adalah masalah identitas bangsa (Muslich, 2010: 18). Arus globalisasi
selalau mengalir seiring dengan perubahan terhadap berbagai bidang.
Terdapat beberapa usaha untuk melestarikan bahasa Indonesia. Wijana
(2018: 92-95) terdapat usaha-usaha untuk melestarikan penggunaan bahasa
Indonesia diantaranya:
1. Memupuk kebanggaan berbahasa Indonesia
2. Memberdayakan potensi bahasa daerah sebagai sumber pengayaan kosa
kata bahasa Indonesia
3. Memiliki kesadaran untuk bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia
merupakan salah satu cara mengembangkan pemakaian bahasa Indonesia.
Kebanggaan dalam berbahasa Indonesia harus ditumbuhkan sejak dini.
Pengaruh bahasa asing begitu besar terhadap bahasa-bahasa lain. Hal ini
perlu diwaspadai agar bahasa Indonesia maupun bahasa daerah tidak
semakin tersingkirkan.

Kedudukan Bahasa Indonesia di Era Global


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting. Arus
globalisasi akan memberi dampak pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa
yang digunakan sebagai sarana dalam mendukung perkembangan budaya maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Makhmudah (2018: 205) ilmu bukan
sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan
pengetahuan atau hasil pengetahuan dan fakta berdasarkan teori-teori yang
disepakati/berlaku umum, diperoleh melalui serangkaian prosedur sistemik, diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Bahasa Indonesia sebagai sarana pendukung dalam perkembangan maupun
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena tanpa adanya bahasa maka
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) tidak dapat berkembang dan tumbuh
dengan baik. Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu
terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah
perlu terus dilakukan.
Pada era globalisasi saat ini bahasa Indonesia juga digunakan sebagai
penghela ilmu pengetahuan dan digunakan oleh penutur asing. Seperti
penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan oleh mahasiswa asing. Bahasa
yang paling dominan adalah bahasa Indonesia (BIN) oleh karena dalam
pembelajaran BIPA diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar (Saddhono, 2012: 179).
Bangsa Indonesia selalu bertekad menjunjung tinggi semua ketentuan
yang ada dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan termasuk
menujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Oleh karena itu,
semua urusan negara yang resmi, seperti urusan tata usaha negara, peradilan,
penyelenggaraan politik selalu menggunakan bahasa Indonesia.
Disamping itu, bahasa Indonesia juga digunakan dalam hubungan
internasional; bahasa Indonesia digunakan sebagai alat perhubungan tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan, pemerintahan, dan pelaksanaan
pembangunan; bahasa Indonesia digunakan sebagai prasyarat kecakapan untuk
menduduki suaatu jabatan, menjadi pegawai negeri dan BUMN. Bahasa Indonesia
harus digunakan pula pada papan nama berbagai perusahaan pemerintah dan
swasta di seluruh wilayah Republik Indonesia. Disamping itu, sampai tahun
pelajaran 2008/2009 pemerintah masih mengevaluasi mata pelajaran Bahasa
Indonesia secara nasional sebagai syarat mutlak bagi siswa untuk mendapatkan
STK dan STTB (Daimun, 2013: 34)
Bahasa Indonesia pada kenyataannya sangatlah berperan penting dalam
segala aspek kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia selalu bertekad menjunjung
tinggi bahasa Indonesia. Namun memasuki era globalisasi, bahasa Indonesia
dihadapkan pada masalah-masalah tertentu misalnya saja bahasa Inggris
berpotensi mengancam kedudukan bahasa Indonesia.
Semakin penting bahasa Inggris di mata orang Indonesia pada umumnya,
maka dapat mengurangi rasa cinta pada bahasa Indonesia, karena apabila diamati
bahasa Inggris saat ini menduduki posisi sangat penting. Hal tersebut selaras
dengan pendapat Agustin (2011: 355) “Pemerintah Indonesia memasukkan bahasa
Inggris ke dalam bahasa asing pertama yang dipergunakan di Indonesia.Bahasa
Inggris dimasukkan ke dalam kurikulum dan merupakan mata pelajaran yang
penting di SD, SLTP, dan SLTA hingga berpeluang besar dijadikan sebagai
bahasa pengantar pendidikan di beberapa sekolah yang ada di Indonesia”. Pada
penilitian Unesco (dalam Budiarti, 2013:10) “lebih kurang 71% penulisan ilmiah
dilakukan dalam bahasa Perancis, Jerman, dan Inggris, dengan bahasa Inggris
menduduki 62% dari output.
Bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional dengan cakupan luas
pemakaiannya. Hal ini dapat diatasi dengan menanamkan rasa cinta dan bangga
terhadap bahasa Indonesia. Dimulai sejak dini dan bisa diawali dari pendidikan
bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Peserta didik diajarkan untuk selalu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan memperoleh kemahiran
dalam menggunakan bahasa kebangsaannya.
Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Daimun (2013: 34)
memberikan beberapa catatan penting yang dapat digaris bawahi: (1) bahasa
Indonesia didukung oleh jumlah penutur yang besar, (2) bahasa Indonesia
dipelajari di dalam dan di luar negeri, dan sangat memungkinkan dijadikan sebgai
bahasa dunia internasional, (3) berbagai istilah dan kosa kata dari disiplin ilmu
pengetahuan tertentu telah mewarnai corak fungsi bahasa Indonesia sebagai
pendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) setiap konsep dan
gagasan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangannya dapat
diungkapkan dalam bahasa Indonesia, (5) bahasa Indonesia akan tetap startegis
karena bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Negara dan juga sebagai
Bahasa Nasional, (6) digemri oleh kalangan penutur muda, (7) semua urusan
negara yang resmi, seperti urusan tata usaha negara, peradilan, penyelenggaraan
politik selalu menggunakan bahasa Indonesia, dan (8) dalam Sistem Pendidikan
Nasional bahasa Indonesia dijadikan garis kebijakan dalam penentuan jenis
bahasa pengantar atau objek studi.

Upaya Mahasiswa untuk Mencintai Bahasa Indonesia


Di era globalisasi seperti sekarang ini, jati diri bahasa Indonesia perlu
dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini
diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa oleh arus dan pengaruh budaya
asing yang sangat jelas tidak sesuai dengan bahasa dan budaya Indonesia.
Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih dihadapi dengan mempertahankan
jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Sudah pasti karena
ini menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional, yaitu pematuhan aturan
yag berlaku. Dengan kata lain, pemakaian bahasa Indonesia yang disiplin adalah
pemakaian yang patuh terhadap semua kaidah dan pedoman pemakaian bahasa
Indonesia.
Sebagai kalangan muda haruslah menumbuhkan dan membina sikap
positif terhadap Bahasa Indonesia itu sendiri. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia
terungkap jika mereka lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa
asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Sikap
kebanggaan berbahasa Indonesia terungkap melalui kesadaran bahwa bahasa
Indonesia pun mampu mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan
dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya. Yang perlu dipahami adalah
sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang
tertutup.
Bangsa Indonesia tidak mungkin menuntut kemurnian bahasa Indonesia
dan menutup diri dari saling pengaruh dengan bahasa asing. Oleh karena itu,
bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh positif dan mana
pengaruh negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti
inilah yang bisa menanamkan percaya diri kalangan mahasiswa bahwa bahasa
Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa asing lain. Masing-masing bahasa
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dengan sikap positif yang diberikan oleh
kalangan mahasiwa ini tentunya akan membantu bangsa Indonesia dalam
mempertahankan bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia itu sendiri mampu
bertahan dari pengaruh negatif asing.
Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat
mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antara bangsa yang sangat rumit.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menyiapkan diri dengan baik dan penuh
perhitungan. Salah satu hal yang diperhatikan masalah jati diri bangsa yang
diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Dan ini merupakan tugas utama dari
kalangan muda bangsa Indonesia dikarenakan merekalah yang menjadi acuan
pemimpin bangsa di masa depan. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa
Indonesia yang dapat dianalan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era
globalisasi uni. Bahkan bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran
di negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat,
Inggris, Cina, dan Korea Selatan.

SIMPULAN
Dengan masyarakat lebih mementingkan bahasa asing, maka bahasa
Indonesia atau bahasa daerah akan lebih dikesampingkan. Bahasa asing
berdampak positif dan negatif terhadap bahasa Indonesia. Dampak positifnya,
bangsa Indonesia dapat mengikuti perkembangan internasional dengan lancar.
Dan dampak negatifnya, bahasa Indonesia sedikit demi sedikit akan tergeser
dengan bahasa Inggris.
Cara supaya sikap nasionalisme berbahasa Indonesia tidak berkurang yaitu
dengan tambahan pelajaran untuk bahasa Indonesia dan bahasa daerah, lebih cinta
terhadap bahasa Indonesia, dan sebagainya.
SARAN
1. Masyarakat lebih mencintai bahasa Indonesia.
2. Walaupun kita belajar bahasa asing, namun kita tidak melupakan nilai-
nilai yang ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
3. Bahasa Indonesia dan bahasa daerah lebih diutamakan dalam pendidikan
formal.
4. Masyarakat tidak boleh mengenyampingkan bahasa daerah, Negara
Indonesia mempunyai bermacam-macam bahasa daerah, dan itu yang
memjadi ciri dari Negara Indonesia, dan dipersatukan oleh bahasa
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Agustin,Y. (2011). Kedudukan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar Dalam
Dunia Pendidikan. Deiksis, 3(04): 354-364.
Ariningsih, N. E., Sumarwati, & Saddhono, K. (2012). Analisis Kesalahan
Berbahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah
Menengah Atas. Jurnal Basastra, 1(1): 40-53.
Budiarti, A. (2013). Interferensi Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Inggris.
Jurnal Bahasa Dan Seni, 3(1): 10-17.
Daimun. (2013). Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi. Jurnal
Bahasa dan Seni, 4(1): 30-42.
Makhmudah, S. (2018). “Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern dan
Islam”. Al-Murabbi, 4(2): 202-217.
Marsudi. (2009). Jati Diri Bahasa Indonesia di Era Globalisasi Teknologi
Informasi. Jurnal Sosial Humaniora, 2(2): 133-148.
Murti, Sri. (2015). Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Global. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB.
Muslich, M. (2010). Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kedudukan,
Fungsi, Pembinaan, dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nurhasanah, N. (2017). Peranan Bahasa Sebagai Mata Pelajaran Wajib Di
Indonesia. Eduscience, 2(2): 87-93.
Rahayu, A. P. (2015). Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
dalam Pendidikan dan Pengajaran. Jurnal Paradigma, 2 (1): 1-15.
Rondiyah, A. A., Wardani, N. E., Saddhono, K. (2017). Pembelajaran Sastra
Melalui Bahasa dan Budaya Untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter
Kebangsaan di Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Jurnal
Unissula, 1(1): 141-147.
Saddhono, K. (2012). Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra, 24(2): 176-186.
Saddhono, K. 2014. Pengantar Sosiolingistik Teori dan Konsep Dasar. Surakarta:
UNS Press.
Suminar, R. P. (2016). Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Penggunaan Bahasa
Indonesia Mahasiswa Unswagati. Jurnal Logika, 18 (3): 114-119.
Wijana, I. D. P. (2018). Pemertahanan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.
Widyaparwa, 46(1): 91-98.

Anda mungkin juga menyukai