Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FAREL ARYA WAHYUDI

KELAS : 1A
NIRM : 22012
“ ARGUMENTASI BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI “

PENDAHULUAN
Bahasa adalah suatu alat komunikasi dan kerja sama yang paling efektif dalam
berkomunikasi atau dalam berinteraksi. Bahasa merupakan sarana untuk berpikir yaitu
merupakan sumber awal manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan serta
memahaminya, sebagai simbol dari sebuah pemahaman. Bahasa telah memungkinkan
manusia untuk memahami hal yang terdapat di sekitarnya serta mengantarkan dia memiliki
ilmu pengetahuan dan keahlian.
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari di berbagai ranah
kehidupan. Bahasa Indonesia itu sendiri memiliki peran untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang lain. Artinya, bahasa adalah alat
untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas dalam hati.
Bahasa Indonesia secara formal memiliki empat kedudukan yaitu sebagai bahasa
persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Setelah mengalami
perkembangan lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa
budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan tersebut memiliki fungsi yang berbeda,
walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa,
atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
Bahasa mempunyai fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhannya karena
bahasa dapat mengekspresikan seseorang dalam menyampaikan hal yang ingin
disampiaknnya. Dalam hal ini, fungsi bahasa sangatlah beragam. Bahasa dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi, alat untuk mengadakan integrasi serta beradaptasi sosial
dalam lingkungan maupun situasi di sekitarnya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang
digunakan manusia baik secara lisan maupun tertulis.
Globalisasi merupakan era di mana terjadinya perubahan masa akibat pengaruh dari
budaya luar atau budaya asing. Globalisasi mempengaruhi semua aspek kehidupan,
termasuk bahasa itu sendiri. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa
adalah bahasa Inggris yang pemakainya semakin tahun semakin bertambah bahkan
mencapai miliaran. Oleh karena itu, masyarakat hususnya masyarakat Indoesiaharus
semakin kuat dalam mempertahankan bahasa ibunya.
Pada era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh
setiap warga negara Indonesia. Hal tersebut diperlukan agar bahasa Indonesia itu sendiri
tidak terpengaruh oleh bahasa luar atau bahasa asing yang terkadang membawa pengaruh
negatif baik dari segi budaya maupun segi bahasa yang tidak sesuai dengan bangsa
Indonesia. Sudah seharusnya masyarakat Indonesia mematuhi aturan-aturan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia dengan memerhatikan situasi dan kondisi pemakaiannya.

Bahasa Indonesia perlu diletakkan dalam bingkai perencanaan bahasa untuk yang lebih
matang lagi dan terencana. Bahasa Indonesia diletakkan menjadi penarik “penghela” ilmu
pengetahuan. Salah satu hal yang dapat diwujudkan adalah perencanaan bahasa Indonesia
pada bidang peristilahan (pembentukan istilah). Penghela menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai penarik. Oleh karena itu, untuk menjadikan bahasa Indonesia
menjadi penghela ilmu pengetahuan perlu memiliki kekuatan atau kemantapan. Peran
tersebut berimplikasi pada ranah pendidikan yang tidak hanya mewajibkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar tetapi juga sebagai mata pelajaran dan pengikat mata
pelajaran lain.

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan


bahasa Indonesia agar tetap terjaga eksistensinya. Sebagian pengguna bahasa Indonesia
menganggap remeh terhadap bahasa Indonesia. Oleh karena itu, menjaga eksistensi
bahasa Indonesia adalah suatu kewajiban bagi masyarakat Indonesia apalagi seorang
pelajar atau pihak yang terkait dengan lembaga pendidikan. Bahasa asing yang digunakan
dalam bidang pendidikan sebenarnya hanya sebuah pengantar ilmu pengetahuan itu
sendiri. Artinya, hal yang harus dikejar adalah ilmunya, bukan tentang bahasanya agar tidak
terpengaruh oleh bahasa asing khususnya bahasa Inggris yang bisa berakibat buruk bila
tidak dapat menyaringnya. Hal tersebut merupakan suatu kebutuhan keilmuan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bahasa Indonesia maupun asing
dalam pengantar pendidikan (penghela ilmu pengetahuan). Selain itu juga untuk mengetahui
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia serta eksistensi bahasa Indonesia di era
globalisasi. Berbagai tantangan yang menyerang bahasa Indonesia muncul seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan sumber data kepustakaan. Menurut
Boydan dan Taylor (Moleong, 2017, 4) mengartikan bahwa metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode penelitian kualitatif menurut
Sugiyono (2013: 1), adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.
BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
Bahasa adalah suatu alat komunikasi dan kerja sama yang paling efektif dalam
berkomunikasi atau dalam berinteraksi. Bahasa merupakan sarana untuk berpikir yaitu
merupakan sumber awal manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan serta
memahaminya, sebagai simbol dari sebuah pemahaman. Bahasa juga merupakan gejala
sosial, tentu saja faktor-faktor nonlinguistik atau faktor eksternal bahasa sangat berpengaruh
besar terhadap pemakaian bahasanya (Sari dan Wedasuwari, 2014, 40) Bahasa telah
memungkinkan manusia untuk memahami hal yang terdapat di sekitarnya serta
mengantarkan dia memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian.
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari di berbagai ranah
kehidupan. Bahasa Indonesia itu sendiri memiliki peran untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang lain. Artinya, bahasa adalah alat
untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas dalam hati.
Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara
mengalami perjalanan yang cukup panjang. Bahasa Indonesia resmi sejak diikarkannya
Sumpak Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 oleh pemuda Indonesia. Sejalan dengan
perkembangannya, bahasa Indonesia akhirnya diangkat sebagai bahasa negara seperti
dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36 bahwa “Bahasa negara Indonesia adalah bahasa
Indonesia”.
Era globalisasi ditandai dengan derasnya arus komunikasi yang menuntut para pengambil
kebijakan pada bidang bahasa bekerja lebih keras untuk menyempurnakan dan
meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa.
Walaupun perkembangan bahasa Indonesia yang terbilang pesat tetapi di sisi lain terdapat
peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia yang semakin besar pula. Arus
globalisasi dapat menimbulkan pengubahan sosial yang dalam sewaktu-waktu akan
menjelma dalam perilaku sosial, baik perilaku sosial positif maupun perilaku sosial negatif.
Selain itu, arus globalisasi juga akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan
bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung akan
memperkaya khasanah bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di
tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era globalisasi. Akibat pergaulan antarbangsa,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan memengaruhi kosakata bahasa
Indonesia. Banyak istilah asing yang akan diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Arus globalisasi tentunya akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
manusia sejagat. Pengaruh tersebut meliputi bidang pendidikan dan kebudayaan. Salah
satu yang dihadapi oleh dunia pendidikan adalah masalah identitas bangsa (dalam Muslich,
2012:18). Salah satu yang menjadi identitas bangsa adalah bahasa. Pengaruh dari arus
globalisasi dalam identitas bangsa itu tercermin dari sikap lebih mengutamakan penggunaan
bahasa asing dari pada menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai
lambang dan identitas nasional tidak luput dari tantangan. Tantangan itu bisa bersifat
internal maupun ekternal. Tantangan ekternal itu sendiri adalah berupa arus globalisasi.
Bahasa Indonesia di era globalisasi, suka tidak suka pasti terkena pengaruhnya. Setiap
pengaruh tentu akan menghasilkan suatu hal yang positif maupun negatif. Pengaruh positif
bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia, yaitu menambah khasanah perbendaharaan
bahasa Indonesia dengan adanya kata serapan (Marsudi dan Zahrok, 2015). Bahasa dapat
berkembang karena adanya kontak dengan bahasa dan budaya lain sehingga
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat diikutinya (Alwi, 2000, hlm. 24).
Sementara itu, pengaruh negatifnya, yaitu mulai tergesernya bahasa Indonesia karena
sebagian besar masyarakat Indonesia lebih mementingkan dan mempelajari bahasa Inggris
yang dinilai lebih menjanjikan untuk kedudukan dan taraf ekonomi yang lebih baik.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia yang memiliki fungsi
bukan hanya sebagai alat komunikasi lisan dan tulis tetapi secara objektif berfungsi sebagai:
1) alat pemersatu, 2) pemberi kekhasan, 3) pembawa kewibawaan, dan 4) kerangka acuan
(Alwi, 2000, 15). Sebagai pemersatu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai penghubung
antarsesama penutur dari berbagai dialek bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia secara formal memiliki empat kedudukan yaitu sebagai bahasa
persatuan, bahasa nasional, bahasa Negara, dan bahasa resmi. Setelah mengalami
perkembangan lenih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa
budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan tersebut memiliki fungsi yang berbeda,
walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa,
atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
Berdasarkan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa
fungsi, antara lain sebagai: (a) lambang kebanggaan nasional, (b) lambang identitas
nasional, (c) alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang social,
budaya, dan bahasa, dan (d) alat perhubungan antarbudaya dan daerah. Menurut Halim
(Setyawati, 2010, hlm.1-2) berdasarkan kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai: (a) bahasa resmi negara, (b) bahasa pengantar resmi di
lembaga-lembaga pendidikan, (c) bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional,
baik untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk
kepentingan pemerintah, dan (d) bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
Bahasa Indonesia dikenal masyarakat secara luas sejak “Soempah Pemoeda”, 28 Oktober
1928, yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pemuda
beranggapan bahwa bahasa Indonesialah yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia
yang terdiri atas ratusan suku bangsa atau etnik. Hubungannya sebagai alat untuk
menyatukan berbagai suku yang mempunyai latar belakang budaya dan bahasa masing-
masing, bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu
tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan rasa kesetiaan terhadap nilai-nilai sosial
budaya serta latar belakang bahasa etnik yang bersangkutan.
Bahasa Indonesia memiliki peran sebagai bahasa nasional mulai dikenal sejak 17 Agustus
1945. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang
kebanggaan nasional atau lambang kebangsaan. Bahasa Indonesia merupakan cerminan
dari nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bahasa Indonesia dapat
mewakili identitasnya sendiri apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur lainnya khususnya unsur
luar seperti halnya pengadopsian istilah asing atau bahasa Inggris yang sering digunakan.
Padahal istilah atau kata-kata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sejak berlakunya UUD 1945, kedudukan bahasa Indonesia bertambah yaitu sebagai bahasa
negara dan bahasa resmi. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, dipakai
dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan.
Sedangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia bukan hanya
digunakan sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat luas,
dan bukan saja digunakan sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku tetapi juga
digunakan sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa
formal lainnya.
Akibat pencantuman bahasa Indonesia dalam Bab XV, Pasal 36, UUD 1945, bahasa
Indonesia kemudian berkedudukan sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa budaya merupakan satu-satunya alat yang memungkinkan untuk
membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga bahasa
Indonesia memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri, yang membedakannya dengan kebudayaan
daerah. Di samping itu, dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk
kepentingan pembangunan nasional. Bahasa Indonesia pun dipakai bangsa Indonesia
sebagai alat untuk mengantar dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada berbagai
kalangan dan tingkat pendidikan.
Bahasa mempunyai fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhannya karena
bahasa dapat mengekspresikan seseorang dalam menyampaikan hal yang ingin
disampiaknnya. Dalam hal ini, fungsi bahasa sangatlah beragam. Bahasa dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi, alat untuk mengadakan integrasi serta beradaptasi sosial
dalam lingkungan maupun situasi di sekitarnya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang
digunakan manusia baik secara lisan maupun tertulis.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar dalam lembaga pendidikan,
mulai dari lembaga pendidikan terendah sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi di
seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa
daerah sebagai bahasa ibu.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam lembaga pendidikan atau sebagai
penghela ilmu pengetahuan, bahasa telah mampu mewadahi keberagaman konsep
pengetahuan, baik dari segi konsep yang berakar pada kearifan lokal maupun konsep
peradaban baru. Dengan demikian, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
dalam dunia pendidikan semakin baik. Hanya saja, harus lebih ditingkatkan agar tidak
terpengaruh oleh dampak negatif dari globalisasi.
Fungsi bahasa sebagai pengantar ilmu pendidikan tidak hanya pada siswa ataupun
mahasiswa lokal saja, tetapi juga mahasiswa asing. Seperti halnya penelitian Kundharu
Saddono (2012) mengenai mahasiswa penutur bahasa asing di UNS yang dituntut untuk
menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mereka. Hal tersebut disebabkan,
dengan menguasai bahasa Indonesia, mahasiswa penutur bahasa asing akan lebih mudah
untuk berkomunikasi baik lisan maupun tulis, terutama dalam proses pembelajaran dan
menyelesaikan tugas akademik di kampus. Selain itu, tujuan para penutur asing belajar
bahasa Indonesia disesuaikan konteksnya yaitu keperluan atau kebutuhan dari penutur
asing tersebut belajar bahaa Indonesia (Yahya, Andayani, dan Saddhono, 2018). Artinya,
bahasa Indonesia sudah menjadi sebagai penghela ilmu pengetahuan baik bagi mahasiswa
lokal maupun mahasiswa penutur asing.

SIMPULAN
Bahasa merupakan cerminan dari identitas suatu bangsa. Identitas itu sendiri berkaitan erat
dengan suatu sikap dari karakter. Karakter tersebut adalah suatu kecerdasan dalam
berbahasa yang mencakup kemampuan dalam memilah berbagai kata yang baik untuk
digunakan dalam berkomunikasi maupun berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari kita
sebagai warga negara Indonesia harus menjaga bahasa Indonesia dan mengembangkan
nya dan ingat bahasa daerah itu dilestarikan dan bahasa nasional itu dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H., dkk. 2000. Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi: Pemantapan Peran
Bahasa sebagai Sarana Pembangunan Bangsa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Arifin, dkk. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: AKAPRES.

Anda mungkin juga menyukai