Anda di halaman 1dari 6

EKSISTENSI BAHASA INDONESIA PADA GENERASI MILLENNIAL

FARIL
Faril7311@gmail.com

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


SYARIAH DAN EKONOMI BISNIS ISLAM

ABSTRAK

Bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia memegang peranan
penting dalam segala aspek kehidupan. Ini adalah era milenial, masa peningkatan penggunaan
dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi di gital. Hal ini berdampak pada
perkembangan bahasa Indonesia. Situasi saat ini adalah fungsi bahasa Indonesia mulai
memungkinkan atau tergeser oleh bahasa asing dan perilaku yang cenderung terpeleset dalam
istilah asing, meskipun ada padanannya dalam bahasa Indonesia, di sebabkan oleh sikap
keyakinan bahwa akan terlihat modern, dan terdidik serta dengan alasan kemudahan komunikasi
di era milenial.

Fenomena fenomena bahasa di atas dikaji dengan menggunakan sosiolinguistik secara


kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 35 kosakata
asing untuk menjawab padanannya dalam bahasa Indonesia oleh responden. Responden dalam
penelitian ini adalah SMK Harapan Sukoharjo dan STKIP PGRI Pacitan yang di jadikan sampel
dari populasi dengan menggunakan teknik purposive dan rundom objek. Data yang telah
terkumpul, kemudian di analisis menggunakan metode padanan dengan determinan bahasa
translasi. Hasil yang di dapat, SMK Teknik Elektronika Industri Harapan Sukoharjo berdasarkan
angket seluruh siswa menguasai bahasa Indonesia padanan 9 kosakata, kemudian kosakata yang
hanya di kuasai sebagian siswa sebanyak 3 kosakata dan semua siswa belum menguasai bahasa
Indonesia setara 23 kosakata . Sedangkan dari 35 kosakata bahasa asing, mahasiswa STKIP
PGRI Pacitan semester tujuh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, tidak
mengetahui padanan bahasa Indonesia dari 16 kosakata, kemudian hanya sebagian kecil dari 6
kosakata yang dikuasai dan semuanya siswa mengetahui padanan dalam 13 kosakata bahasa
indonesia
Kata Kunci: Eksistensi, Bahasa Indonesia, Era Millennial
PENDAHULUAN

Jati diri sebuah bangsa salah satunya dapat di lihat dari bahasa, tak terkecuali bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia memegang peranan
penting pada semua aspek kehidupan sehari-hari warga negara Indonesia dalam hal
berkomunikasi. Sering kali dengan alasan mempermudah komunikasi, banyak orang
menggunakan bahasa Indonesia dengan tidak baik dan benar. Karena itu, perlu adanya ke patuhan
dalam penggunaan bahasa Indonesia, agar bahasa Indonesia tetap terjaga, mengingat banyak
pengaruh dikarenakan globalisasi, salah satunya pada sektor pendidikan. Penting untuk di lakukan
pengembangan pendidikan bahasa Indonesia, baik di SD, SMP, SMA atau sederajat hingga
perguruan tinggi. Dimulai dari penaikan kemampuan berbahasa para pengajar, yang diharapkan
dapat menjadi contoh untuk peserta didiknya. Jika kita melihat di lapangan, para pengajar maupun
peserta ajar belum bisa sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Selain sebagai jati diri atau identitas bangsa, fungsi bahasa Indonesia yaitu sebagai
simbol kebangsaan nasional dan pemersatu berbagai lapisan masyarakat yang berbeda latar
belakang sosial budaya. Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami
kemajuan, baik ke arah positif maupun negatif. Keadaan yang ada sekarang adalah fungsi bahasa
Indonesia mulai digantikan atau tergeser oleh bahasa asing dan adanya perilaku yang cenderung
menyelipkan istilah asing,padahal faktanya dalam bahasa Indonesianya ada, di karenakan sikap
yang meyakini bahwa akan terlihat modern, dan terpelajar jika menggunakan istilah atau bahasa
asing dalam berkomunikasi pada pergaulan sehari-hari. Hal ini berdampak pada keberadaan
bahasa Indonesia.

Eksistensi dapat diartikan keberadaaan. Dalam hal ini yang di maksud adalah keberadaan
bahasa Indonesia, yang salah satunya dapat di lihat dari pengetahuan tentang kosakata dalam
bahasa Indonesia. Seperti contoh selfie, gadget, stand up, mouse, mikrofon, link, netizen, offline,
online, preview, contact person. Kosakata yang sering digunakan di bandingkan swafoto, gawai,
komedi tunggal, tetikus, pelantang, pranala, warganet, daring, luring, pratayang dan narahubung.
Hal tersebut di latar belakangi oleh perkembangan zaman, yang saat ini adalah era millennia

Era millennial ialah masa adanya kemajuan dan keakraban dengan komunikasi, media
dan teknologi digital seperti saat ini. Generasi yang hidup di era millennial ini memiliki karakter
yang istimewa. Sejak di bangku sekolah sudah menggunakan teknologi dan menjadikan internet
sebagai kebutuhan pokok, selalu terhubung dengan internet, supaya dapat mengakses hal-hal
baru atau sekedar bersosialisasi dalam dunia internet. Generasi saat ini disebut dengan generasi
millennial, yaitu angkatan yang lahir antara tahun 1980 sampai 2000-an.

Menelaah permasalahan yang telah di uraikan di atas, mau tidak mau, bisa tidak bisa,
tidak ada cara lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya penggunaan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Diawali dengan pengetahuan tentang bahasa Indonesia, salah satunya
pengetahuan tentang kosakata bahasa Indonesia, dengan harapan eksistensi bahasa Indonesia
tetap terjaga

KAJIAN TEORI

Indonesia sebagai bangsa multilingual yang mempunyai ratusan bahasa daerah, tentunya
memunculkan berbagai variasi bahasa, yang kita kenal dengan bahasa daerah. Untuk
mempermudah berkomunikasi dengan latar belakang keanekaragaman bahasa daerah yang di
miliki bangsa Indonesia, kemudian di sepakati bahwa bahasa Indonesia di jadikan sebagai bahasa
nasional. Baik bahasa daerah maupun bahasa Indonesia memiliki peran masing-masing, yang
telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36
mengamanahkan bahwa bahasa Indonesia berfungsi atau di gunakan sebagai bahasa resmi ke
negaraan, pengantar pendidikan dan sarana pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni
serta bahasa moderen. Namun, dalam kenyataannya penggunaan bahasa Indonesia berbanding
terbalik dengan amanah Undang-Undang.

Tidak jarang dalam situasi resmi, adanya unsur penggunaan selain bahasa Indonesia
dengan dalih demi kelancaran dalam pemberian informasi. Tak hanya itu, bahasa Indonesia pun
mulai di lupakan di saat perkembangan teknologi yang pesat saat ini. Hal tersebut di khawatirkan
akan berakibat pergeseran bahasa Indonesia.

Pergeseran bahasa adalah fenomena menggeser bahasa lain atau bahasa yang tak tergeser
oleh bahasa lain (Sumarsono, 2012:27). Pergeseran terjadi ketika pemakai bahasa memilih suatu
bahasa baru untuk menggantikan bahasa sebelumnya. Biasanya, bahasa yang bersifat menonjol
atau dengan alasan prestise. Adapun Faktor yang melata rbelakangi pergeseran bahasa di
jelaskan dalam buku “Sosiolinguistik Perkenalan Awal” (2004) oleh Abdul Chaer dan Leonie
Agustin adalah perpindahan penduduk

Pertama, faktor perpindahan penduduk, pergeseran penggunaan bahasa yang di sebabkan


oleh perpindahan dari masyarat tutur satu ke masyarakat tutur lainnya. Contoh seseorang yang
berbahasa ibu bahasa Jawa, dengan alasan memenuhi kebutuhan sehari-hari memutuskan untuk
melakukan perpindahaan ke Kalimantan, maka secara otomatis bahasa yang di gunakan
sebelumnya yaitu bahasa Jawa, lambat laun akan bergeser jadi bahasa Kalimantan atau bahasa
Indonesia karena menyesuaikan dengan masyarakat tutur yang baru demi kelancaran
komunikasi. Kedua, faktor ekonomi, kemajuan ekonomi dapat menyebabkan suatu bahasa
memiliki nilai ekonomi tinggi. Seperti contoh, saat ini orang-orang mewajibkan dirinya untuk
bisa berbahasa Inggris, hingga orang-orang meninggalkan bahasa pertamanya atau bahkan
menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu di bandingkan bahasa sendiri. Kedua faktor
tersebut, sudah tentu terjadi pada generasi dan di lihat eksistensinya

Pergeseran bahasa tidak dapat di lepaskan dengan pemertahanan bahasa. Pemertahanan


dan pergeseran bahasa ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat di pisahkan satu sama lainnya
(fasold, 1984:213). Ketika ada pergeseran bahasa, maka perlu di lakukan pertahanan bahasa, agar
tidak terjadi pergeseran fungsi bahasa atau bahkan kepunahan suatu bahasa. Begitu juga yang
terjadi pada eksistensi bahasa Indonesia di kalangan generasi millenial. Dengan adanya tanda-
tanda pergeseran bahasa Indonesia saat ini akibat era millenial, maka perlu adanya antisipasi
untuk pemertahanan bahasa Indonesia.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan baik secara teoretis maupun


metodologis. Pendekatan secara teoretis menggunakan sosiolinguistik. Sosiolinguistik menurut
Chaer dan Agustine ( 2008:3) yaitu kajian bahasa yang kaitannya dalam penggunaan bahasa
dalam masyarakat. Sedangkan pendekatan secara metodologis yaitu menggunakan kualitatif,
untuk mendeskripsikan fenomena penggunaan bahasa yang terjadi di dalam masyarakat.

Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah menggunakan kuesioner.


Menurut Arikunto (2013:83) kuesioner adalah daftar pertanyaan yang di berikan kepada orang
lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Kuesioner yang
digunakan bersifat tertutup, yang berisi kosakata berjumlah 50. Kosakata tersebut merupakan
kata-kata yang lebih sering di gunakan dalam versi asing di bandingkan versi bahasa
Indonesianya. Responden di minta untuk dapat menjawab padanan dalam bahasa Indonesia dari
50 kosakata tersebut.

Adapun responden diambil sampel dari masing-masing populasi dengan teknik purposive
dan rundom sampling, yaitu SMK Harapan Sukoharjo dan STKIP PGRI Pacitan, dengan alasan
di mudahkan dalam penelitian, masing- masing jurusan di pilih satu responden.

Setelah data di kumpulkan, maka di lakukan langkah menganalisis data. Dalam meneliti
data, di gunakan metode padan. Metode padan ialah cara yang di gunakan dalam upaya
menemukan kaidah dalam tahap analisis yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak
menjadi bagian dari bahasa yang terlibat. Dalam hal ini yang di maksud alat penentu adalah
langue lain atau translasional, bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data di lakukan dengan menggunakan kuesioner, bersifat tertutup, terdiri dari 50


kosakata asing. Kuesioner dI berikan pada responden, lalu responden di minta untuk menjawab
padanan dalam bahasa Indonesia dari kosakata asing yang telah di sajikan. Responden di pilih
dengan teknik purposive dan acak sampling yaitu ada alasan atau tujuan tersendiri dari pemilihan
populasi. anggota yang dipilih adalah dari kalangan siswa dan mahasiswa. Alasan pemilihan
anggota tersebut karena siswa dan mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang masih
mengenyam pendidikan dan berorientasi ke dalam pendidikan, mereka adalah generasi
millennial serta dengan mempertimbangkan dari aspek kemudahan dalam penelitian.data dari
populasi siswa yaitu SMK Harapan Sukoharjo dan data dari populasi mahasiswa yakni STKIP
PGRI Pacitan. Kemudian setelah Pengumpulan itu diambil data dengan teknik acak sampling,
yaitu secara acak memilih salah satu dari jurusan yang ada di SMK Harapan Sukoharjo dan
STKIP PGRI Pacitan. Untuk SMK Harapan sebagai data terpilih secara acak jurusan Teknik
Elektronika Industri sebanyak 28 siswa, sedangkan mahasiswa semester VII Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia berjumlah 25 orang menjadi data dalam penelitian ini
dari STKIP PGRI Pacitan

Tentu tidak asing lagi dengan kalimat yang menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia, yang di ucapkan oleh bangsa Indonesia khususnya para pemuda Indonesia saat itu
pada tahun 1928 berupa Sumpah Pemuda. Bagaimana dengan generasi sekarang? Berdasarkan
kuesioner dalam pengumpulan data, diperoleh hasil

1. SMK Harapan Sukoharjo Hasil yang diperoleh dari jawaban siswa SMK Harapan
Sukoharjo Jurusan Teknik Elektronika Industri berdasarkan angket semua siswa
menguasai bahasa Indonesia setara 9 kosakata bahasa asing yaitu copy, delete, message,
notification, 49 Widyabastra, Volume 05, Nomor 1, Jun 2017 tertunda, cetak, simpan,
cari, dan bagikan. Kemudian kosakata yang hanya dikuasai sebagian siswa adalah chat,
follow, dan enter. Untuk kosakata yang belum dikuasai padanan bahasa Indonesianya
oleh seluruh siswa, terdapat 23 kosakata yaitu mahasiswi, browsing, bullying, contact
person, download, email, gadget, hash mark, area bersinyal, link, loudspeaker, mouse,
warganet, online, offline, kuil, pratinjau, selfie, server, komedi solo, tether, unggah dan
halaman.
2. STKIP PGRI Pacitan Dari 35 kosakata bahasa asing diperoleh hasil: Seluruh mahasiswa
STKIP PGRI Pacitan semester tujuh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia tidak mengetahui padanan bahasa Indonesia dari 16 kosakata bahasa asing
sebagai berikut babysitter, bullying, contact person, gadget, hotspot, link, microphone,
mouse, netizen, ofline, online, paste, selfie, server dan stand up comedi.Kemudian
hanya sebagian kecil siswa yang menguasai 6 kosakata yaitu browsing, email, hashtags,
insert, preview dan website. Sedangkan untuk kosakata chat, copy, delate, download,
follow, inbox, notification, pending, print, save, searching, share dan upload, semua
siswa mengetahui padanan bahasa Indonesia dari 13 istilah kosakata tersebut

KESIMPULAN

Seiring dengan perkembangan zaman, terdapat tanda-tanda pergeseran bahasa Indonesia


oleh bahasa asing dari aspek kosakata. Hal ini disebabkan era milenial yang menuntut dan
melahirkan istilah-istilah baru dalam berkomunikasi. Hal ini mengakibatkan lebih seringnya
penggunaan istilah-istilah baru yang notabene merupakan bahasa asing dibandingkan dengan
kosakata bahasa Indonesia yang setara. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian
yaitu dari 35 kosakata bahasa asing, seluruh siswa SMK Teknik Elektronika Industri Harapan
Kartasura tidak mengetahui padanan dalam bentuk bahasa Indonesia sebanyak 23 kosakata.
Sementara itu, seluruh mahasiswa STKIP PGRI Pacitan pada semester tujuh Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, belum menguasai kosakata bahasa asing setara bahasa
Indonesia sebanyak 16 dari 35 kosakata.

Jika kita menggunakan padanan bahasa Indonesia dari kosakata asing tersebut, akan
terlihat aneh karena kita belum terbiasa. Namun perlu di biasakan, di mulai dari mengharuskan
diri Anda menggunakan padanan bahasa Indonesia dalam penggunaan sehari-hari. Sedangkan
bagi pengambil kebijakan di harapkan dapat memberikan penegasan kembali aturan penggunaan
dan kedudukan bahasa Indonesia, sehingga eksistensi bahasa Indonesia tetap terjaga.

REFERENSI

Arikunto, Suharsimi.2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustine. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta. Fasold, R. 1984. Sosiolinguistik of Society. New York. Basil Blak Well Inc.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: University Press.
Sumarsono. 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai