Anda di halaman 1dari 4

EKSISTENSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL DAN

PERKEMBANGANNYA PADA GENERASI MILENIAL

Stevi Reva Damayanti


UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Abstrak
Bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu yang dulunya merupakan bahasa antar pulau
perdagangan di nusantara. Kemudian secara resmi diresmikan sebagai bahasa persatuan di
Sumpah Pemuda.Isu yang muncul dalam eksistensi bahasa Indonesia adalah bagaimana
mempertahankan keberadaannya di era generasi milenial. Keberadaan bahasa Indonesia
selain dipengaruhi oleh konsistensi penggunaannya,juga didukung oleh kemampuannya
dalam mengungkapkan fenomena baru yang ada. Oleh karena itu, perkembangannya sangat-
sangat tergantung pada seberapa sukses penciptaan kosakata dan istilah baru dalam bahasa
tersebut. Ungkapan, pilihan kata, dan konstruksi itu dipilih oleh penutur dari generasi yang
berbeda dengan frekuensi yang berbeda pula. Bahkan, ada bagian bahasa, lebih-lebih pada
tataran leksikal dan sintaksis, yang dirasakan berbeda oleh para penutur yang “modern”
dengan yang “kuno”. Ungkapan kuno tidak disediakan untuk penutur yang “berpandangan
modern” atau “bahasa generasi tua” disediakan untuk penutur muda.
Kata Kunci : Eksistensi, Bahasa Indonesia, Milenial
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki bahasa resmi yakni Indoneisa, yang dijadikan bahasa nasional di
negraa Indonesia. Sangat penting bagi kita sebagai warga negara untuk melestarikan bahasa
tersebut. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif, mutlak dan diperlukan setiap
bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan mungkin dapat berkembang. Bahasa menunjukkan
identitas bangsa. Bahasa sebagai bagian kebudayaan dapat menunjukkan tinggi rendahnya
kebudayaan bangsa. Bahasa Indonesia tidak lagi sebagai bahasa persatuan, tetapi juga
berkembang sebagai bahasa negara, bahasa resmi, dan bahasa ilmu pengetahuan dan
teknologi (Mugni, 2014: 29).
Perkembangan teknologi memudahkan generasi milenial dalam bersosialisasi melalui
internet, situs jejaring sosial, aplikasi media sosial, dan teknologi pesan singkat lainnya.
Dimana generasi milenial akan memiliki kamus perbahasaan sendiri yang digunakan oleh
sesama generasi milenial. Umumnya kaum milenial sekarang menganggap kalau tidak
mengerti bahasa gaul maka akan ketinggalan zaman.
Namun, tidak dapat dipungkiri pesatnya perkembangan bahasa di kalangan generasi
milenial akan menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap keberlangsungan bahasa
Indonesia. Penuturan bahasa Indoneisa jauh dari kaidah kebahasaan yang telah ditentukan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Saddhono (2012) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
rendahnya nilai siswa pada materi menulis deskripsi dikarenakan siswa merasa jenuh atau
bosan pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang selama ini dilakukan secara monoton.
Akibatnya, sebagian masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia karena
mungkin menganggap sudah menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Penulis yang baik
adalah penulis yang mampu menggunakan teknik menulis secara berbeda tergantung dari
siapa sasaran tulisannya dan untuk tujuan apa tulisan itu dibuat ( Mundziroh, Sumarwati, &
Saddhono, 2013: 4).

PEMBAHASAN
1. Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Perkembangan bahasa Indonesia selalu memiliki keunikan tersendiri. Kosakata asing
yang diserap ke dalam bahasa Indonesia bertujuan untuk memperkaya perbendaharaan
dan varietas bahasa Indonesia. Walaupun mengalami beberapa tahapan perkembangan
dan penyerapan, kemurnian bahasa Indonesia tetaplah sama dulu dan kini (Grets, 2021).
Perkembangan bahasa Indonesia telah melalui sejarah yang panjang. Dapat diketahui
dengan jelas bahwa bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu, kontak dengan
budaya asing yang kemudian menggunakan bahasa Melayu dan menjadi bahasa yang
akhirnya diganti dengan istilah bahasa Indonesia pada tahun 1926. Bahasa Indonesia
kemudian masuk ke dalam tiga kategori perkembangan, yaitu 1) Bahasa pemersatu.
Bahasa Indonesia pada awalnya diikarkan oleh para pemuda kembali pada tahun 1928
pada tanggal 28 Oktober dalam sumpah pemuda. Bahasa Indonesia kemudian mulai
diterima oleh masyarakat Indonesia sejak diadakannya Kongres Bahasa Indonesia (KBI)
pada tanggal 25 —28 Juni 1938 di Solo. 2) Bahasa resmi negara. Bahasa Indonesia
menjadi bahasa resmi yang digunakan sejak ditetapkan dalam pasal 36 UUD 1945 pada
tanggal 18 Agustus dengan ditandainya pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta. 3) Bahasa internasional. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional merupkan fase lanjutan dari dua fase yang ada. Hal ini telah dicanangkan
dan dilakukan terbukti dengan adanya Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia yang
mengambil tempat di Jakarta pada tanggal 28 Oktober hingga 1 November 2018.
2. Bahasa generasi Milenial
Pengaruh globalisasi dan perkembangan IPTEK membawa dampak terhadap
perkembangan bahasa generasi milenial. Media sosial adalah salah satu media yang
memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa. Bahkan, bahasa remaja menggeser
penggunaan bahasa Indonesia. Para remaja lebih tertarik menggunakan bahasa tersebut
karena dapat digunakan sesuka keinginan mereka.
Terjadinya variasi penggunaan bahasa itu dinamakan bahasa remaja. Bagi remaja
generasi milenial terjadi karena kesenangan dan kebanggaan tersendiri. Mereka berharap
bisa menjadi yang paling “keren” dari teman-temannya. Bahkan, mereka menganggap
bahwa bahasa yang mereka gunakan merupakan bentuk kreativitas yang harus mereka
dikembangkan untuk mencapai sebuah kepuasan.
Meskipun pengaruh bahasa Inggris sudah sangat mendalam dan merata pada semua
lapisan masyarakat, tetapi jarang kita jumpai orang bercakap-cakap dalam bahasa Inggris
di tempat-tempat umum. Penggunaan bahasa remaja baru sebatas penggunaan kosakata,
penggunaan frase, atau kalimat-kalimat pendek yang diselipkan dalam percakapan atau
teks bahasa Indonesia.
3. Eksistensi Bahasa Indonesia di Kalangan Generasi Milenial
Kehadiran Bahasa Indoneisa pada generasi milenial, jati diri bahasa Indonesia perlu
dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Pengaruh media sosial
terhadap perubahan penuturan atau gaya bahasa sering terjadi. Hal ini harus dihindari
karena termasuk bentuk mempertahankan jati diri bangsa Indonesia dan kedisiplinan
berbahasa nasional (Mugni, 2014: 32).
Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak
masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia
bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus gencar
menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para penuturnya
dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di
tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya
belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak,
pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya
payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa
tindakan nyata dari penuturnya. (Mugni, 2014: 32).
Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa umur seseorang akan membedakan cara
berbicara. Misalnya perbedaan kata yang digunakan. Seorang remaja tentu tidak akan
berbicara seperti seorang yang berusia 80 tahun. Setiap bahasa meliputi ungkapan,
pengucapan kata, dan konstruksi yang telah dipakai dalam jangka waktu yang lama.
Ungkapan, pilihan kata, dan konstruksi itu dipilih oleh penutur dari generasi yang
berbeda dengan frekuensi yang berbeda pula. Lebih dari itu, ada bagian bahasa, lebih-
lebih pada tataran leksikal dan sintaksis, yang dirasakan berbeda oleh para penutur yang
“modern” dengan yang “kuno”.

PENUTUP

Perkembangan bahasa Indonesia di era generasi milenial dapat mempengaruhi eksistensi


bahasa Indonesia itu sendiri. Pasalnya, dikalangan anak remaja penggunaan bahasa Indonesia
telah bergeser dikarenakan perkembangan psikologis yang menuntut mereka agar diakui oleh
masyarakat dengan cara mengikuti trend yang ada.
Keberadaan bahasa gaul yang dituturkan oleh kaum generasi milenial, membuktikan akan
eksistensi bahasa Indonesia telah bergeser. Banyak remaja mi9lenial yang sudah meremehkan
bahasa Indonesia dan banyak dari mereka yang mengerti kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Assapari M. Mughni, 2014, Eksistensi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional dan
Perkembangannya di Era Globalisasi, PRASI, Vol. 9, No. 18.
Mundziroh, Sumarwati, Saddhono, 2013, Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita dengan Menggunakan
Metode Picture And Picture pada siswa Sekolah Dasar, BASASTRA : Jurnal Penelitian bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya, Vol. 2, No. 1,.
Walilo Grets Lewis Theodo, 2021, Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia, 2021.
https://balaibahasapapua.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2021/08/1.-Sejarah-dan-Perkembangan-
Bahasa-Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai