Anda di halaman 1dari 9

MEMILIH CALON PASANGAN

Mohammad Ridloka Mathluby


Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Email : ridloluby@gmail.com

ABSTRAK
Secara kodratnya manusia memang diciptakan berpasang-pasangan. artikel ini
membahas terkait Pemilihan Calon Pasangan yang bertujuan yaitu supaya
manusia menjadi orang shalih dan shalihah tanpa mengeluarkan sifat sifat
manusiawi dan selama tidak bertentangan dengan syariat, pemilihan calon
pasangan dapat dipertimbangkan dalam empat hal yaitu harta, nasab,
cantik/tampan, agamanya. Namun dalam hal ini keseimbangan atau kafa’ah juga
penting untuk diperhatikan dalam hal pemilihan calon pasangan.
Kata Kunci : Calon Pasangan, Pertimbangan, Kafa’ah

PENDAHULUAN
Manusia dalam kodratnya merupakan makhluk ciptaan allah Swt. Dengan
berpasang-pasangan untuk saling supaya mendapatkan kenyamanan dan
ketentraman dan memupuk kasih saying sehingg terljalin erat sebagai
kekerabatan. Namun dalam memilih pasangan kadang kadang manusia bisa salah
pilih sehingga menyebabkan ikatan cinta yang dikuatkan dalam perkawinan tidak
bisa diperoleh. Untuk itu segala upaya dengan berbagai cara dilakukan agar dapat
mengenali calon pasangan.
Setiap dari pribadi manusia mempunyai daya Tarik tersendiri terhdapa
calon pasangan ada yang memandag dari rupa seperti kecantikan ketampanan dari
segi sosial, material dan bahkan ada juga yang memilih dengan berdasarkan sifat
seperti kesetiaan, kejujuran, keramahan, dan ciri kepribadian yang lain.
Agama Islam memberikan tuntunan perkawinan agar manusia dapat
meraih tujuan perkawinan yang sebenarnya. Termasuk juga dalam hal memilih
calon pasangan. Namun cukup disayangkan tuntunan agama islam dalam memilih
calon pasangan seringkali diabaikan karena dianggap lebih cenderung terhadap
sesuatu yang bersifat Inmaterial, hal ini juga patut dimaklumi karena secara
tabiatnya manusia memiliki kecenderungan terhadap perkara perkara yang bersifat
materi, sebagaimana dalam surat an-nisa’ ayat 14.
Adapun hal penting untuk dipahami juga bahwa agama islam merupakan
agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Esensi dari agama islam yang
berisi terkait akidah, hukum syariat, dan akhlak semata merupakan wujud
kebaikan dalam diri manusia di dunia dan akhirat. Salah satu yang menjadi
karakter tuntunan Islam adalah bersifat humanistic. Dalam hal ini bahwa segala
tuntunan islam tidak terkecuali tuntunan memilih calon pasangan, akan selalu
sesuai dan selaras dengan watak dasar dan naluri kejiwaan manusia, jika hal
tersebut mampu difahami dan menjalani kehidupan dengan agama islam sebagai
pedoman.
Pasangan yang ideal tentu semua orang menginginkannya. Apalagii
dengan ketampanan atau kecantikan , agama, status sosial dan nasab keturunann
yang baik tentu banyak yang mengidam-idamkan yang demikian. Pada zaman
yang modern ini jarang bisa ditemui bahkan tidak ada seseorang yang sempurna
seperti baginda Rasulullah saw. namun kebanyakan manusia tidaklah sempurna
banyak kekurangan disbanding kelebihannya. salah
Salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat adalah pernikahan. Islam
memandang bahwa pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral atau abadi, untuk
beribadah kepada allah dan menjalakan sunah Rasulullah Saw. yang dilaksanakan
atas dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku.1
PEMBAHASAN
A. Memilih pasangan
Seseorang yang sudah waktunya untuk hidup membentuk keluarga
akan berupaya untuk memilih pasangannya. Memilih pasangan adalah
memilih seseorang yang diharapkan menjadi teman hidup, dan seseorang
yang menjadi orang tua dari anak-anak kelak. Pemilihan pasangan seringkali
1
Lindha Pradhipti Oktarina, dkk. “Pemaknaan perkawinan studi kasus pada perempuan
lajang yang bekerja di kecamatan bulukerto kabupaten wonogiri,” jurnal Analisa sosiologi 4
(2015) hlm. 90
dilakukan sebagai upaya untuk pemenuhan atau melengkapi apa yang
dibutuhkan oleh seorang individu2
Memilih pasangan hidup merupakan tahap awal yang dilalui dalam
pernikahan. Selain itu dalam memilih pasangan juga tidak hanya didunia
melainkan sampai akhirat, kecermatan dalam hal memilih menjadi sangat
penting dilakukan. Sebelum melangsungkan kepernikahan kita harus memilih
dengan siapa dan yang bagaimana yang akan dijadikan sebagai pasangan atau
pendamping hidup, tentu dalam hal ini tidak hanya dari segi lahiriyah saja,
akan tetapi bisa dari segala aspek seperti kecantikan/ketampanan, kekayaan,
status sosial, agama, dan budi pekerti. Seperti halnya pada masyarakat jawa
pada umumnya yang selalu memandang dari bibit, bebet, dan bobotnya.
Memilih calon pasangan atau pendamping hidup merupakan persiapan yang
harus dilakukan sebelum melaksanakan jenjang pernikahan.3
Hidup berumah tangga dirasa sedikit berbeda dengan kehidupan
sosial artinya mempunyai kebebasan dalam memilih teman atau sahabat.
Berbeda dengan memilih pasangan, pasangan yang akan dijadikan pasangan
hidup adalah pasangan yang benar benar ingin diajak susah ataupun senang.4
B. Pertimbangan Harta
Harta yang dipertimbangkan dalam pemilihan pasangan dianggap
cukup wajar saja. Karena dalam hal pelaksanaan kehidupan rumah tangga
sering kali semua kebutuhan baik sandang, pangan maupun papan
menggunakan uang sebagai alat pelaksanaanya, baik dari sisi calon suami
atau calon istri, pertimbangan tersebut dianggap sah sah saja dalam syari’at.
Karena memang disadari atau tidak, harta adalah hal yang juga penting dalam
menunjang keberlangsungan keluarga, walaupun bukan faktor utama. Juga
karena memang biasanya, faktor dengan ekonomi kuat, anak-anak akan
terlayani dengan fasilitas yang memadai, baik dari segi pengajaran,

2
Diyah winarni, Kriteria memilih pasangan hidup anak milenial perspektif hukum Islam,
(Lampung : UIN Lampung, 2019) hlm. 53
3
Aeni mahmudah, memilih pasangan hidup dalam perspektif hadits (tinjauan teori dan
aplikasi) diya al-afkar (2016). hlm 116
4
A. Fatih Syuhud, Keluarga Sakinah cara membina rumah tangga harmonis, Bahagia dan
berkualitas (Pustaka Al-Khoirot, Cetakan Pertama, 2013).
pendidikan serta mental. Dan sebaliknya, ekonomi yang buruk dalam
keluarga, bukan hanya membuat pasutri menjadi kurang harmonis tapi jug
anak-anak tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal yang membuatnya
tumbuh tidak sebaik orang yang mampu.5
C. Pertimbangan Keturunan
Keturunan bisa juga dijadikan sebagai pertimbangan dalam memiluh
pasangan walaupun juga terkadang bersifat subjektif. Secara kebiasaan juga
sangat wajar apabila orangtua memilihkan gadisnya dari keluarga yang baik.
Faktor keturunan adalah faktor kebangaan manusia. Semua orang ingin
mendapatkan pasangan dari keluarga terhormat. Karena memang manusiawi
sekali, orang ingin mnedapatkan kehormatan, orang ingin mendapatkan
perhatian banyak mata, orang ingin mendapat kemuliaan. Dan salah satu
faktor yang bisa meraih itu adalah faktor keluarga.
Selain karenan memang menjadi kebanggaan faktor keturunan juga
bisa menjadi faktor penyebab adanya keturunan yang baik pula. Dengan
mendapatkan istri maupun suami yang baik maka harapan semua orang akan
lahir keturunan yang baik juga, sebab untuk memiliki keturunan yang baik
juga termasuk perintah agama, dalam Firman Allah Swt.
ٰ ۖ ِ ِ ِ ِ ‫ولْيخ‬
َ‫ش الَّذيْ َن لَ ْو َتَر ُك ْوا م ْن َخ ْلف ِه ْم ذُِّريَّةً ض ٰع ًفا َخا ُف ْوا َعلَْي ِه ْم َف ْليََّت ُقوا اللّه‬
َ ََْ
‫َولَْي ُق ْولُْوا َق ْواًل َس ِديْ ًدا‬

Artinya : Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang


sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang
mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka
berbicara dengan tutur kata yang benar (QS. An-Nisa : 9)
Sebaliknya, bila istri atau suami berasal dari keturunan yang kurang
baik nasab keluarganya, seperti kalangan penjahat, pemabuk, atau keluarga

5
Ahmad Zarkasih, Menakar Kufu dalam memilih Jodoh, (Jakarta Selatan : Rumah Fiqih
Publishing, 2018) hlm. 14
yang pecah berantakan, maka semua itu sedikit banyak akan berpengaruh
kepada jiwa dan kepribadian istri atau suami.6
Namun dalam masalah memilih calon istri/suami yang baik ini bukan
berarti memvonis tidak boleh menikah dengan wanita yang kebetilan
keluarganya kurang baik. Sebab bisa saja mungkin sebuah keluarga akan
kembali baik seprti halnya ajaran islam.
D. Pertimbangan Kecantikan
Setiap orang kebanyakan ingin memiliki pasangan hidup yang indah
dipandang, enak dilihat, menyenangkan jika behadapan, memberikan
ketenangan jika bersampingan. Tidak ada wanita yang ingin memliki
pasangan hidup buruk rupa, tak sedap dipandang dan tak nyaman jika
berduaan. Sebagaimana juga laki-laki yang ingin dan sangat ingin memliki
istri cantik memikat, wajahnya ayu, serta indah, dan senang jika
berdampingan. Karenanya, syariat memberikan ruang untuk itu. Tapi justru
memberikan keleluasaan untuk kita memilih pasangan yang cantik wajahnya,
tampan mukanya.7
Imam Ibn Qudamah menyebut dalam kitabnya al-kafi fi Fiqh al-
Imam Ahmad :

‫ وأدوم ملودته‬،‫ وأغض لبصره‬،‫ويختار اِجلميلة؛ ألنه أسكن لنفسه‬


Artinya : Dan memilih yang cantik rupanya ; karena itu lebih
menenangkan hati, enak dilihat, serta lebih langgeng untuk dicinta.8
Karena itu juga, semua ulama sepakat adanya kebolehan melihat atau
nadzar dari pelamar kepada wanita yang dilamarnya. Dan bagian tubuh yang
disepakati boleh untuk dilihat oleh pelamar kepada wnaita yang dilamarnya
adalanya muka dan tangan sampai pergelangan.
E. Pertimbangan Agama
Pemilihan calon pasangan khusus dengan pertimbangan agama
Rasulullah Saw. memang memberikan penekanan yang lebih sebab memilih
6
Ahmad Zarkasih, Menakar Kufu dalam memilih Jodoh,.. hlm. 16
7
Ibid., hlm. 17
8
Ibnu Qudamah, al-Kafi fi Fiqh al-Imam Ahmad, hlm. 25
wanita yang sisi keagamaannya sudah matang jauh lebih menguntungkan
ketimbang istri yang kemampuan agamanya masih setengah-setengah. Sebab
dengan kondisi yang masih setengah-setengah itu, berarti suami masih harus
bekerja ekstra keras untuk mendidiknya. Itupun kalau suami punya
kemampuan agama yang lebih. Tetapi kalau kemampuannya pas-pasan, maka
mau tidak mau suami harus menyekolahkan kembali istrinya agar memiliki
kemampuan dari sisi agama yang baik.
Tentu saja yang dimaksud dengan sisi keagamaan bukan berhenti pada
luasnya pemahaman agama atau fikrah saja, tetapi juga mencakup sisi
kerohaniannya (ruhiyah) yang idealnya adalah tipe seorang yang punya
hubungan kuat dengan Allah SWT. Secara rinci bisa dicontohkan antara lain :
1. Aqidahnya kuat
2. Ibadahnya rajin
3. Akhlaqnya mulia
4. Pakaianya dan dandananya memenuhi standar busana islam
5. Menjaga kehormatan dirinya
6. Fasih membaca Al-Qur’an
7. Ilmu pengetahuan agama yang cukup
8. Pandai menjaga lisannya
F. Kafa’ah
Selanjutnya setelah membahas kriteria calon suami atau istri maka ada
unsur lain yang harus diperhatikan untuk menetapkan jodoh yang kita pilih
yaitu kafa’ah. Khoiruddin Nasution mengutip Ibnu Manzur bahwa Kafa’ah
berasal dari kata asli al-kuf’u diartikan al-musawi (keseimbangan). Ketika
dihubungkan dengan nikah, kafa’ah diartikan keseimbangan antara calon istri
dan suami dari segi kedudukan, agama, keturunan dan semacamnya.9
Terdapat perbedaan pendapat dikalangan madzhab fiqh mengenai
cakupan kafa’ah. Ulama Hanafiah mengatakan bahwa kafa’ah meliputi :

9
Khoiruddin Nasution, Islam Relasi Suami dan Istri dalam hukum perkawinan
(Yohyakarta : ACAdeMia, 2004) hlm. 212
keturunan (an-nasab) terutama Arab dan Non Arab, al-Islam, profesi (al-
hirfah), merdeka (hurriyah), agama atau kepercayaan (al-diyanah).
Madzhab Maliki menghubungkan kafa’ah dengan satu hal yang
mendasar yakni beragama, sedangkan kafa’ah dalam sisi lain bukan prasyarat
utama bagi suatu akad pernikahan. Bagi ulama Syafi’iyah, kafa’ah meliputi
empat hal yakni nasab, addin, merdeka dan status social terutama pekerjaan.
Adapun Hambali menetapkan lima hal yakni agama, status sosial, mahar,
nafkah, merdeka.10
Dengan bahasa lain, Muhammad Abu Zahrah mendefinisikan kafa’ah
dengan keseimbangan antara calon suami dan istri dengan keadaan tertentu,
yang dengan keadaan itu, mereka akan bisa menghindari kesusahan dalam
mengarungi hidup rumah tangga.11

PENUTUP
Memilih calon pasangan adalah suatu hal yang penting dilakukan oleh
calon pasangan baik bagi calon suami maupun istri Sebelum melangsungkan
kepernikahan penting untuk memilih dengan siapa dan yang bagaimana yang akan
dijadikan sebagai pasangan atau pendamping hidup, tentu dalam hal ini tidak
hanya dari segi lahiriyah saja, akan tetapi bisa dari segala aspek seperti
kecantikan/ketampanan, kekayaan, status sosial, agama, dan budi pekerti.
Harta adalah hal yang juga penting dalam menunjang keberlangsungan
keluarga, walaupun bukan faktor utama. Juga karena memang biasanya, faktor
dengan ekonomi kuat, anak-anak akan terlayani dengan fasilitas yang memadai,
baik dari segi pengajaran, pendidikan serta mental.
Faktor keturunan juga bisa menjadi faktor penyebab adanya keturunan
yang baik pula. Dengan mendapatkan istri maupun suami yang baik maka harapan
semua orang akan lahir keturunan yang baik juga, sebab untuk memiliki
keturunan yang baik juga termasuk perintah agama.

10
Muhammad Amin Summa, Hukum keluarga Islam di dunia (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004) hlm.85
11
Muhammad Abu Zahrah, al-ahwal al-shakhsiyah (Mesir; Dar al-Fikr wa al-arabi,
1369/1950) hlm. 156
Secara tabiat manusia menginginkan pasangan memiliki paras yang
rupawan dan biasanya merasa nyaman ketika bersandingan dan menjalin
hubungan rumah tangga, sehingga dengan demikian harapanya mendapatkan
ketenangan serta lebih langgeng untuk dicinta.
Pertimbangan agama Rasulullah Saw. memang memberikan penekanan
yang lebih karena dengan memilih wanita yang sisi keagamaannya sudah matang
jauh lebih menguntungkan ketimbang istri yang kemampuan agamanya masih
setengah-setengah. Sebab dengan kondisi yang masih setengah-setengah itu,
berarti suami masih harus bekerja ekstra keras untuk mendidiknya.
Pertimbangan dari segi harta, nasab, kecantikan, dan agama. Merupakan
suatu hal yang penting dijadikan acuan, akan tetapi yang tidak kalah penting juga
terkait dengan kafa’ah atau keseimbangan dengan calon pasangan yang mana
dalam hal ini bertujuan agar tidak adanya perbedaan yang banyak dari suatu
pasangan suami istri.

DAFTAR PUSTAKA
Pradhipti Oktarina, Lindha dkk, (2015), Pemaknaan perkawinan studi kasus pada
perempuan lajang yang bekerja di kecamatan bulukerto kabupaten,
wonogiri: jurnal Analisa.
Winarni, Diyah, (2019), Kriteria memilih pasangan hidup anak milenial perspektif
hukum Islam, Lampung: UIN Lampung.
Mahmudah, Aeni, (2016) memilih pasangan hidup dalam perspektif hadits: diya
al-afkar.
Syuhud, A. Fatih, (2013), Keluarga Sakinah cara membina rumah tangga
harmonis, Bahagia dan berkualitas: Pustaka Al-Khoirot.
Zarkasih, Ahmad, (2018), Menakar Kufu dalam memilih Jodoh, Jakarta : Rumah
Fiqih Publishing.
Qudamah, Ibnu, al-Kafi fi Fiqh al-Imam Ahmad.
Nasution, Khoiruddin, (2004), Islam Relasi Suami dan Istri dalam hukum
perkawinan, Yohyakarta: ACAdeMia
Summa, Muhammad Amin, (2004), Hukum keluarga Islam di dunia, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Zahrah, Muhammad Abu, (1950), al-ahwal al-shakhsiyah, Mesir: Dar al-Fikr wa
al-arabi,

Anda mungkin juga menyukai